4.JURNAL ILMIAH KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH SURABAYA VOL.2 AGUSTUS 2013.compressed PDF
4.JURNAL ILMIAH KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH SURABAYA VOL.2 AGUSTUS 2013.compressed PDF
Abstract : Clinical condition and treatment in NICU might effect on sleep-wake state
of Low Birth Weight baby and result on maternal anxiety. The aim of this study was to
identifiy the effect of kangaroo mother care on maternal anxiety and sleep-wake state
of LBW baby. This study use one group pretest-posttest design with 16 samples in
Surabaya. PSS:NICU and sleep-wake state scale from Priya were used. The Wilcoxon
sign rank test shows p value = 0,000 and the Friedman test shows p value = 0,000.
There were significan effect of KMC on maternal anxiety and sleep wake state of LBW
baby.
Key word : kangaroo mother care, maternal anxiety, sleep-wake state, low birth
weight baby
Latar Belakang
Bayi berat lahir rendah (BBLR)
merupakan permasalahan yang sering
dihadapi pada perawatan bayi baru lahir.
Sekitar sepertiga dari jumlah BBLR ini
meninggal sebelum stabil atau dalam 12
jam pertama kehidupan bayi. BBLR
memerlukan perawatan yang intensif
sampai berhasil mencapai kondisi stabil
(Blackwell,
2006).
Hasil
Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2002-2003 presentase BBLR di
Indonesia
menunjukkan
7,6%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, dari jumlah bayi yang diketahui
penimbangan berat badannya waktu lahir,
11,5% lahir dengan berat badan <2500
gram atau BBLR. Jika dilihat dari jenis
kelamin, presentase BBLR lebih tinggi
pada bayi perempuan dibandingkan lakilaki yaitu masing-masing 13% dan 10%
(Depkes RI, 2009).
Bayi prematur mempunyai fungsi
neurologis yang immatur. Bayi ini
mempunyai permasalahan dalam hal
kemampuan pengaturan, integrasi dan
koordinasi status bangun tidurnya.
Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kecemasan Ibu Dan Status Bangun-tidur Pada BBLR
(Qorila Saidah)
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
95
Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kecemasan Ibu Dan Status Bangun-tidur Pada BBLR
(Qorila Saidah)
Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di ruang
neonatologi RSAL dr. Ramelan dan RSI
Surabaya. Pengambilan data dilakukan
pada bulan Mei-Juni 2010.
A.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden ibu pada
penelitian digambarkan dalam tabel 1.
Rata-rata usia responden 26,88 tahun.
Sebagian besar responden berpendidikan
SLTA. Jumlah responden dengan
primipara sama dengan multipara, yaitu
masing-masing sebanyak 8 responden.
Sebagian besar responden melahirkan
secara SC dan belum pernah mempunyai
pengalaman
melahirkan
BBLR
sebelumnya.
Tabel 1.
Distribusi frekuensi responden ibu
berdasarkan karakteristik pendidikan,
paritas, jenis persalinan dan pengalaman
sebelumnya di RSI dan RSAL dr.
Ramelan Sureabaya bulan Mei-Juni 2010
(n=16)
No
Variabel
Usia Ibu
Variabel
Mean
SD
26,88
3,26
Minimal-
95%
Maksimal
CI
21-32
18,80%
Tidakpernah
13
81,30%
B.
Pengaruh
PMK
Terhadap
Kecemasan Ibu
Distribusi
pasien
berdasarkan
kecemasan sebelum dan setelah PMK
didapatkan bahwa sebelum PMK
sebagian
besar
ibu
mempunyai
kecemasan sedang dengan jumlah 10
orang (62,5%). Sedangkan ibu yang
mempunyai kecemasan berat sebanyak 4
orang (25%) dan ibu yang mempunyai
kecemasan ringan 2 orang (12,5%).
Setelah dilakukan PMK jumlah ibu yang
mempunyai kecemasan ringan sebanyak
12 orang (75%). Sedangkan ibu yang
mempunyai tingkat kecemasan sedang
sebanyak 4 orang (25%) dan tidak ada
yang mempunyai kecemasan berat.
Tabel 2.
Distribusi frekuensi kecemasan ibu
sebelum dan setelah PMK di RSI dan
RSAL dr. Ramelan Surabaya Bulan MeiJuni 2010 (n=16)
Kecemasan
Pretest
Posttest
Cemas ringan
12,5%
12
75%
Cemas sedang
10
62,5%
25%
28,61
Cemas Berat
25,0%
Total
16
100%
16
100%
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
SLTP
6,30%
SLTA
11
68,80%
PT
25%
Primi
50%
Multi
50%
31,30%
11
68,80%
Pendidikan
Paritas
Jenis
SC
Spontan
Normal
Pengalaman
sebelumnya
96
25,14-
Persalinan
Pernah
Karakteristik
Ibu
sebe;um
PMK
menunjukkan tingkat kecemasan sedang.
Setelah
dilakukan
PMK
terjadi
penurunan, sebagian besar ibu menjadi
ringan tingkat kecemasannya. Setelah
dilakukan uji dengan Wilcoxon sign rank
test didapatkan nilai p=0,000 yang berarti
secara statistik terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat kecemasan
sebelum dan setelah PMK.
C. Pengaruh PMK terhadap Status
Bangun-Tidur
Status tidur bayi pada hari pertama
menunjukkan variasi yang beragam. Pada
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Variabel
Usia
Gestasi
Berat
Badan
Variabel
Min.-
Mean
SD
34,06
1,61
1722,8
Maks.
31-36
321,8
12882300
95% CI
33,20 34,92
1551,28
1894,22
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
37,5%
10
62,5%
Jenis kelamin
3
Laki-laki
Perempua
n
Tabel 4.
Distribusi frekuensi status
bangun-tidur BBLR di RSI dan
RSAL dr. Ramelan Surabaya
bulan Mei-Juni 2010 (n=16)
p value (95% CI)
Hari I
Menit 0
Menit 0 -
Menit 60 -
- Menit
Menit 60
Menit 120
120
0,005
0,234
0,002
97
Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kecemasan Ibu Dan Status Bangun-tidur Pada BBLR
(Qorila Saidah)
Hari II
Menit 0
Menit 0 -
Menit 60 -
- Menit
Menit 60
Menit 120
120
0,001
0,034
Hari III
Menit 0
Menit 0 -
Menit 60 -
- Menit
Menit 60
Menit 120
120
0,001
0,157
0,001
Pembahasan
Analisis peneliti, bayi yang
mempunyai
pertumbuhan
dan
perkembangan yang optimal akan mampu
mengontrol stimulus yang datang
padanya dengan merubah berbagai status
bangun-tidurnya. Sebagian besar bayi
mengalami status tidur aktif dimana bayi
tidak tidur dengan nyenyak. Pada tahap
ini pertumbuhan dan perkembangan
kurang optimal dibandingkan dengan
bayi aterm yang mampu menghabiskan
sebagian besar waktunya dengan tidur
tenang. Tidur tenang merupakan fase
tidur yang mampu memberikan fasilitasi
pertumbuhan dan perkembangn yang
optimal. Oleh karenanya berbagai metode
untuk memfasilitasi fase tidur bagi bayi
merupakan hal yang penting. Hal ini
sesuai dengan penelitian Shiau (2005)
yang
menyatakan
bahwa
PMK
mempengaruhi penurunan hormon stress
pada bayi dan ibu.
Perawatan
metode
kangguru
mempengaruhi status bangun-tidur bayi
melalui perubahan hormonal yang
menurunkan stress pada bayi. Kedekatan
antara ibu dengan bayi melalui kontak
kulit menimbulkan rasa aman yang
mempengaruhi penurunan hormon stress.
Selanjutnya
akan
mempengaruhi
penurunan jumlah konsumsi energi yang
sebelumnya digunakan untuk merespon
dan mengontrol stimulus lingkungan.
98
Simpulan
Karakteristik ibu yang melahirkan
BBLR rata-rata berusia 26,88 tahun.
Sebagian
besar
ibu
mempunyai
pendidikan SLTA. Paritas ibu seimbang
antara
primipara
dan
multipara.
Sedangkan karakteristik ibu dilihat dari
jenis persalinan sebagian besar spontan
pervaginam. Sebagian besar ibu tidak
mempunyai pengalaman melahirkan
BBLR sebelumnya.
Karakteristik BBLR dilihat dari
usia gestasi menunjukkan rata-rata 34,01
minggu. Sedangkan berat-badan bayi
menunjukkan rata-rata 1722,75 gram.
Jenis kelamin bayi pada penelitian ini
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Daftar Pustaka
Blackwell, K., & Cattaneo, A. (2006).
What is the evidence for kangaroo
mother care of the very low birth
weight
baby?.
(http://www.ichrc.org/pdf/kangaro
o.pdf diperoleh 27 Januari 2010).
Brazelton, T.B., & Nugent, J.K. (1995).
Neonatal behavior assessment
scale. (3rd edition). London : The
lavenham Press Ltd, Mac Keith
Press.
Browne, J.V., & Graven, S.N. (2008).
Sleep and brain development.
(http://www.wonderbabiesco.org/
UserFiles/File/Graven%20and%2
0Browne%20sleep%2008.pdf
diperoleh tanggal 20 Februari
2010).
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
(2009).
Profil
kesehatan
Indonesia
2008.
Jakarta.
(http://www.depkes.go.id/downlo
ads/publikasi/profil%20kesehatan
%20Indonesia.pdf. diperoleh 1
Februari 2010).
S.H.
(2005).
Randomized
controlled trial of kangaroo care
with fullterm infants: Effects on
maternal anxiety, breastmilk
maturation, breast engorgement,
and breastfeeding status. Diakses
dari
http://neoreviews.aappublications.
org/cgi/reprint/neoreviews;8/2/e5
5 tanggal 1 Februari 2010.
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
penyakit
primernya
tetapi
lebih
disebabkan oleh komplikasi yang terjadi
seperti gagal ginjal.
Ginjal merupakan organ tubuh yang
vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah, jika ke dua ginjal
karena sesuatu sebab gagal melakukan
fungsinya maka akan berakibat serius
bagi penderita. Jika ke dua ginjal gagal
dalam melakukan fungsinya maka akan
terjadi kematian dalam waktu 3 sampai 4
minggu. Tidak ada obat yang dapat
mengembalikan fungsi ginjal walaupun
teknologi bidang kesehatan semakin
canggih, saat ini penyakit gagal ginjal
hanya bisa diatasi dengan cuci darah atau
cangkok ginjal. Indonesia merupakan
negara dengan tingkat penderita gagal
ginjal
yang cukup tinggi. Menurut
Rully Roesli (2005) penyakit gagal
ginjal bisa menyerang setiap orang
baik
pria
maupun
wanita tanpa
memandang tingkat ekonomi, sekitar
50.000 pasien gagal ginjal
harus
menjalani cuci darah.
Bila gejala
diketahui
sedini mungkin penderita
bisa
mendapat
bantuan
untuk
mengubah atau menyesuaikan pola
hidupnya.
(http://www.kompas.com/kesehatan/news
/0411/22/060712.htm). Kemudian R.A
Habibie menyatakan bahwa banyak
penderita yang meninggal dunia akibat
tidak mampu berobat atau cuci darah
karena biaya yang sangat mahal.
Tindakan cuci darah dilakukan antara 2
3 kali seminggu. (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0804/10/0307.htm
).
Sri Soedarsono menyebutkan bahwa
kecenderungan kenaikan penderita gagal
ginjal antara lain dari meningkatnya
jumlah penderita cuci darah yang
jumlahnya rata-rata 250 orang /tahun
(http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0804/10/0307.htm).
Begitu juga dengan kenaikan penderita
gagal ginjal di RSUD Ulin Banjarmasin
yang menjalani terapi cuci darah dari
tahun ketahun semakin meningkat pada
101
1. Variabel Penelitian
Variabel Indipenden (bebas) adalah
faktor heriditer, faktor sosial budaya,
faktor lingkungan dan faktor klinik.
Sedangkan yang menjadi
variable
dependen (terikat) adalah gagal ginjal
kronik.
2. Alat pengumpulan Data
Alat pengumpul data terdiri dari 6
angket. Angket pertama meliputi data
umum tentang karakteristik reponden.
Angket ke dua, tiga, empat dan lima
tentang faktor yang mempengaruhi status
kesehatan
individu
terkait
dengan
102
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
68
38
106
64,15
35,85
100,00
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Umur
(tahun)
15 25
26 35
36 45
45 65
>66
Jumlah
4
16
28
50
8
106
3,77
15,09
26,42
47,17
7,55
100,00
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
/sederajad
Tamat SD/sederajad
SLTP/sederajad
SLTA/sederajad
Diploma
Sarjana
Paska sarjana/S-2
Jumlah
f
0
6
%
0,00
5,66
14
8
42
16
18
2
106
13,21
7,55
39,62
15,09
16,98
1,89
100,00
Pekerjaan
Tidak bekerja
Petani/nelayan
f
40
5
Pengawai Negeri
Buruh
Pegawai swasta
TNI/POLRI
Lain-lain
Jumlah
39
5
13
4
0
106
36,79
4,72
12,26
3,77
0,00
100,00
3.
4.
5.
6.
7.
%
37,74
4,72
Faktor
Heriditer
Tidak
Mendukung
Mendukung
Total
9 (75,0%)
65 (61,3)
Total
94 (100%)
12 (100%)
106
(100%)
103
Faktor
Lingkungan
Tidak
Mendukung
Mendukung
Total
15 (68,2%)
65 (61,3)
Total
84 (100%)
22 (100%)
106
(100%)
Faktor Sosial
Budaya
Tidak
Mendukung
Mendukung
Total
6 (60,0%)
65 (61,3)
Total
96 (100%)
10 (100%)
106
(100%)
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Tidak
Mendukung
Mendukung
Total
29 (35,8%)
52 (64,%)
81 (100%)
12 (48,0%)
41 (38,7%)
13 (52,0%)
65 (61,3)
25 (100%)
106
(100%)
Total
terminal
dibandingkan
dengan Mukono, H.J. (2008), Prinsif Dasar Kesehatan
responden yang faktor heriditer tidak
Lingkungan,
edisi
2,
Airlangga
mendukung
sedangkan
faktor
University Press, Surabaya.
lingkungan mempunyai peluang 1,46 Price, A.A & Wilson, L.M (1995), Patofisologi,
kali untuk terjadi gagal ginjal terminal
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
dibanding dengan responden yang
Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
faktor
lingkungan
yang
tidak
Jakarta.
mendukung.
R.A Habibie & Sri Soedarsono Tinggi, Tingkat
Gagal Ginjal, (http://www.pikiranSaran
a. Sebagian besar penderita yang
rakyat.com/cetak/0804/10/0307.htm )
menderita penyakit Gagal Ginjal
Kronis sudah dalam katagori Gagal Rully Roesli, Jangan Sampai Kurang Minum,
artikel,
Ginjal Terminal maka perlu upaya
http://www.kompas.com/kesehatan/news
pencegahan lebih dini terutama bagi
/0411/22/060712.htm
yang mempunyai faktor herediter
harus berupaya untuk meminimalkan
atau mengurangi tingkat keparahan Sarwono, S. (1993), Sosiologi Kesehatan,
Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,
penyakit Gagal ginjal
dengan
Gadjahmada
University
Press,
menjalankan pola hidup sehat.
Yogyakarta.
b. Beberapa penyakit yang timbul
sebagian besar dipengaruhi oleh pola Sugiyono, (1999), Metode Penelitian Adminitrasi,
Alfabeta, Jakarta.
hidup individu yang kurang sehat
seperti stres, beban kerja yang
berlebihan, kebiasaan makan/minum WHO, (2002), Bahaya Bahan Kimia Pada
Kesehatan Manusia Dan Lingkungan,
yang tidak sehat, merokok, kurangnya
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
personal hygine dan lain-lain sehingga
dapat meningkatkan resiko penyakit
Gagal Ginjal Kronis. Oleh karena itu
kepada instansi pemerintah maupun
Provider perlu meningkatkan upaya
promosi kesehatan kepada masyarakat
sebagai langkah awal untuk tindakan
preventif.
DAFTAR PUSTAKA
Anies (2006), Waspada Ancaman Penyakit
Tidak Menular, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta
Depkes R.I (2002), Paradigma Sehat, Pusat
Promosi Kesehatan R.I, Jakarta
Depkes R.I, (1995), Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Gagal Ginjal/penyakit
Urogenital, Pusdiknakes, Jakarta
106
Abstract : Sibling rivalry is an attitude of being antagonistic and jealous toward ones
biological sibling. This kind of attitude can attach to 3-5 year old preschool children easily
since a preschool period is a critical period when children start to develop their emotion.
This jealousy occurs for the sake of getting more attention from the mother. Out of that
context, the purpose of this research is to get some information on the relationship between
the mothers role and the level of sibling rivalry on the 3-5 year old preschool children.
Moreover, the research design is a descriptive analytic correlation with cross sectional
approach. The data collection was done by using a purposive sampling with 57 people as
the sample. In addition, questionnaire that has been checked its validity and reliability was
used as the research instrument. Then, the data are analyzed by using spearman rho
correlation. The result shows that most of mothers (43.9%) in Ketawanggede region
Malang are in a category of fair in doing their role as mothers and their childrens sibling
rivalry level is moderate (43.9%). Moreover, the test result of spearman rho correlation
(r=0.289 with p=0.03) shows that there is an existence of mothers role with as sibling
rivalry level of 3-5 year old preschool children. Based on the result of the research, it is
suggested that health officer should be able give counseling on how mothers do their role
as a mother in public health service. If counseling is well given, it is hoped that those
mothers are able to do their role perfectly so that the level of sibling rivalry can be
minimized.
Keywords: Mothers role, Sibling Rivalry, Preschool children
Latar Belakang
Anak usia prasekolah adalah anak
yang berumur antara tiga sampai enam
tahun. Salah satu perkembangan anak-anak
yang perlu mendapat perhatian adalah
perkembangan dari segi emosi. Emosi yang
rentan pada anak prasekolah adalah rasa
cemburu dimana timbul perasaan tidak
senang terhadap orang lain yang dipandang
telah merebut kasih sayang dari orang.
Kehadiran adik bayi bagi anak pertama
dapat memunculkan berbagai macam
kecemburuan atau persaingan yang berbeda
Hubungan Peran Ibu Dengan Tingkat Sibling Rivalry Pada Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun
(Rinik Eko Kapti, Soemardini, Chika Juni Rachmawati)
108
108
N
14
30-40 tahun
%
24.6%
N
5
40-50 tahun
%
8.8%
N
1
%
1.8%
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Cukup
12
21.1%
13
22.8%
0%
Kurang
8.8%
14.0%
1.8%
Total
29
26
45.6%
3.5%
50.9%
N = 57
berusia 21-30 tahun yaitu sebesar 24.6%. Peran
ibu dengan kategori kurang dilakukan oleh ibu
yang berusia 30-40 tahun yaitu sebesar 14%.
SMP
SMA
%
Perguruan Tinggi
%
Baik
8.8%
5.3%
15.8%
5.3%
Cukup
3.5%
15.8%
11
19.3%
5.3%
Kurang
7%
8.8%
3.5%
1.8%
Total
11
19.3%
17
29.8%
22
38.6% 7
12.3%
Tabel 3. Peran Ibu berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki di Wilayah Kelurahan
Ketawanggede Malang
2
Peran Ibu
N
Baik
12
21.1%
5.3%
5.3%
1.8%
Cukup
19
33.3%
7%
3.5%
0%
Kurang
12.3%
7%
3.5%
0%
Total
38
66.7%
11
19.3%
12.3%
1.8%
N = 57
109
109
Hubungan Peran Ibu Dengan Tingkat Sibling Rivalry Pada Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun
(Rinik Eko Kapti, Soemardini, Chika Juni Rachmawati)
Tabel 4.
3-4 tahun
Sibling Rivalry
4-5 tahun
Ringan
8.8%
14
24.6%
Sedang
14
24.6%
11
19.3%
Berat
14%
8.8%
Total
29
50.9%
26
45.6%
Tabel 5. Tingkat Sibling Rivalry berdasarkan Jenis Kelamin Antar Saudara di Wilayah
Kelurahan Ketawanggede Malang
Tingkat
Laki-Laki
Perempuan-
Perempuan-
Sibling
dengan laki-laki
Laki-laki
perempuan
Rivalry
Ringan
7%
14.1%
12.3%
Sedang
10.5%
10
17.6%
Berat
7%
5.3%
10.5%
Total
14
24.6%
21
36.8%
22
38.6%
15.8%
N = 57
Berdasarkan tabel
5 disimpulkan
110
110
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
perempuan
yaitu
sebanyak
10.5%.
Tabel 6. Tingkat Sibing Rivalry berdasarkan Jumlah Saudara Yang Dimiliki di Wilayah
Kelurahan Ketawanggede Malang
Tingkat Sibling
Rivalry
N
Ringan
11
19.3%
8.8%
5.3%
0%
Sedang
19
33.3%
7%
1.8%
1.8%
Berat
14%
3.5%
5.3%
0%
Total
38
66.7%
11
19.3%
12.3%
1.8%
tabel
diatas
dapat
masing
sebanyak
19.3%,33.3%
dan
14%.
ke-1 Anak
dan ke-2
dan ke-3
ke-4
ke-5
Sibling
Rivalry
Ringan
10
17.5%
10.5%
5.3%
0%
Sedang
21
36.8%
3.5%
1.8%
1.8%
Berat
14%
3.5%
5.3%
0%
Total
39
68.4%
10
17.5%
12.3%
1.8%
Berdasarkan
tabel
diatas
dapat
111
Hubungan Peran Ibu Dengan Tingkat Sibling Rivalry Pada Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun
(Rinik Eko Kapti, Soemardini, Chika Juni Rachmawati)
36.8%
dan
14
Tabel 8. Hubungan Peran Ibu Dengan Tingkat Sibling Rivalry Pada Anak Prasekolah
Tingkat
Peran Ibu
Sibling
Rivalry
Sedang
Berat
Ringan
N
Baik
14
24.6%
8.8%
1.8%
Cukup
12
21.1%
13
22.8%
0%
Kurang
8.8%
14.0%
1.8%
Total
29
26
45.6%
3.5%
50.9%
Berdasarkan
tabel
8
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar ibu yang
melakukan perannya dengan kategori baik, sang
anak mengalami tingkat sibling rivalry ringan
yaitu sebanyak 17.5%. Sementara ibu yang
Variabel
Sampel
Korelasi (r)
Sig.(p)
57
-0.289
0.03
112
112
masuk dalam rentang interval koefisien 0.200.399 yang menunjukan tingkat hubungan
rendah. Arah korelasi negatif menunjukkan
bahwa semakin baik peran ibu maka tingkat
sibling rivalry semakin rendah atau ringan.
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Pembahasan
Peran Ibu Terhadap Perkembangan
Anak
di
Wilayah
Kelurahan
Ketawanggede Malang
Dari data penelitian diperoleh
bahwa peran ibu dengan kategori baik
sebagian besar dilakukan oleh ibu yang
berusia 21-30 tahun sebanyak 22.8%.
Sedangkan ibu yang berusia 30-40 tahun dan
40-50 tahun yaitu masing-masing sebanyak
10.5% dan 1.8%. Menurut Chomaria (2008),
ibu yang berusia lebih muda (21-30 tahun)
cenderung menerapkan pola asuh yang
demokratis. Pola asuh demokratis ini
ditandai dengan sikap terbuka antara ibu
dengan anak sehingga dapat terjalin
komunikasi yang harmonis. Hal ini
mempermudah ibu untuk melaksanakan
perannya seperti mudah untuk memberi
pengarahan dan nasihat kepada anak.
Sementara ibu yang berusia lebih tua lebih
memilih cara pengasuhan yang berpusat
pada orang tua yang dapat menimbulkan
rasa kurang puas pada anak dan merasa
dirinya tidak didengar.
Pendidikan terakhir ibu juga
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi peran ibu. Dari hasil
penelitian didapatkan data bahwa ibu yang
melakukan peran dengan kategori baik dan
cukup banyak dilakukan oleh ibu yang
berpendidikan terakhir SMA masing-masing
sebanyak 15.8% dan 19.3%. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Yulistyowati (2008)
bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi cenderung lebih mudah menyerap dan
menerima
informasi
mengenai
perkembangan
anak.
Tetapi
pada
kenyataannya, ada juga ibu dengan
pendidikan SD mampu melakukan peran
dengan kategori baik. Terlihat dari data
penelitian yang menunjukkan bahwa 8.8%
ibu yang berpendidikan terakhir SD mampu
melakukan peran dengan kategori baik
dibandingkan
dengan
ibu
yang
berpendidikan SMP dan perguruan tinggi
masing-masing sebanyak 5.3%. Menurut
Hurlock (2005) ibu yang berpendidikan
rendah belum tentu pengetahuannya juga
rendah. Hal tersebut dikarenakan ibu
memperoleh
pengetahuan
tentang
perkembangan anak dari pengalaman
sendiri, pengalaman orang lain, media massa
serta lingkungan. Pendapat yang tidak sesuai
dengan hasil penelitian diungkapkan oleh
Habibi (2006) bahwa pendidikan ibu yang
tinggi atau pengetahuan yang luas akan
membuat ibu memahami bagaimana
memposisikan
diri
dalam
tahapan
perkembangan anak. Pendapat lain yang
juga tidak sesuai dikemukakan oleh
Hetherington dan Parke (1979) dalam
Petranto (2006) yang menyatakan bahwa ibu
dengan latar belakang pendidikan tinggi
dalam melakukan peran sebagai ibu tampak
sering mengikuti kemajuan mengenai
perkembangan dalam mendidik anak
sedangkan ibu dengan latar belakang
pendidikan rendah memiliki pengetahuan
dan pengertian yang terbatas tentang
kebutuhan perkembangan anak.
Jumlah anak yang dimiliki oleh ibu
juga menjadi faktor yang mempengaruhi
peran ibu. Dari hasil penelitian didapatkan
data bahwa 21.1% ibu yang memiliki anak
dengan jumlah 2 melakukan peran dengan
kategori baik. Ibu yang memiliki anak
dengan jumlah 3 dan 4 melakukan peran
dengan kategori baik masing-masing
sebanyak 5.3%.
Menurut Gichara (2008) jumlah
anak yang dimiliki mempengaruhi ibu dalam
mengasuh anak. Semakin banyak anak maka
perhatian ibu kepada anak semakin
berkurang karena ibu bukan saja hanya
mengurus satu anak melainkan juga harus
mengurus anaknya yang lain. Hurlock
113
113
Hubungan Peran Ibu Dengan Tingkat Sibling Rivalry Pada Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun
(Rinik Eko Kapti, Soemardini, Chika Juni Rachmawati)
114
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
115
115
Hubungan Peran Ibu Dengan Tingkat Sibling Rivalry Pada Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun
(Rinik Eko Kapti, Soemardini, Chika Juni Rachmawati)
DAFTAR PUTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan
Anak Jilid 1 Edisi Keenam, Erlangga,
Jakarta.
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan
Anak Untuk Kebidanan, Salemba
Medika, Jakarta.
Gichara, Jenny. 2006. Mengatasi Perilaku
Buruk Anak, Kawan Pustaka, Jakarta
Priatna & Yulia, A. 2006. Mengatasi
Persaingan Saudara Kandung Pada
Anak-Anak,
PT.Elex
Media
Komputindo, Jakarta.
Purwanto, Kukuh Hari. 2006. Hubungan
Antara Tingkat Sibling Rivalry Dengan
Tingkat
Perkembangan
Anak
Preschool. Tugas Akhir. Tidak
diterbitkan, Universitas Brawijaya,
Malang.
Paul, Hendry. 2008. Konseling Psikoterapi
Anak, Idea Publising, Yogjakarta.
Woolfson, Richard. 2006. Persaingan
Saudara Kandung. Erlangga, Jakarta
Yulistyowati, Tri. 2008. Hubungan Peranan
Ibu dan Peranan Kader dengan Status
116
116
AGUS MURDIANTO
Departemen Promosi Kesehatan Kesehatan Masyarakat Universitas Unair
E-mail: agusmurdiantoskm@ymail.com
Abstract : Elderly health was included physical health, spiritual and social so
that not only the state that was free of diseases, defects and weaknesses were
seen. The WHO was established the WHOQOL-BREF instrument consists of
four domains: physical, psikologik, social, and environmental. The purpose of
this research, how the developing model of service on the elderly at the
Posyandu Mojokerto based on indicators the quality of life. The kind of
research it includes observational analytic approach, while based on the time
of its research, this research including research cross sectional. For the
development of model using a combination of quantitative and qualitative
approaches. This research was the location of the elderly in Mojokerto City
Posyandu. The population in this study the elderly enrolled in the elderly as
much as posyandu 9744. Sample research as much as 95 elderly and taken
from a random sampling of class 19. Samples random sampling techniques
research using two levels. Test results obtained using spearmen value
significance (0,229) (p) > alfa ( = 0,05), Then can say the quality of life
insignificant with judgment on health services in posyandu. In terms of service
the majority there was not been a simple lab (urinalysis and haemoglobin)
and no mental examination. Conclusion that the development of research was
relevant was to enhance the role of posyandu in terms of reference health
services and services according to instructions in elderly kms.
Key words: elderly, Model development, Elderly Posyandu, and quality of life
Latar Belakang
Salah satu ciri kependudukan
abad 21 adalah meningkatnya
pertumbuhan penduduk lanjut usia
yang sangat cepat. Jumlah ini
diperkirakan pada tahun 2025 yaitu
9,7% populasi penduduk indonesia
(Bustan, 2000). Berdasarkan data
Departemen Kesehatan RI (2000b),
pada tahun 2000 diperkirakan jumlah
penduduk yang berusia di atas 60
tahun mencapai 7,4% atau sekitar 15,3
juta orang, sedangkan antara tahun
2005-2010 jumlah lansia (lansia)
diperkirakan akan sama dengan
jumlah balita yaitu sekitar 19 juta atau
8,5% dari jumlah seluruh penduduk.
Pengembangan Model Pelayanan Kesehatan Pada Posyandu Lansia Berdasarkan Indikator Kualitas
Hidup Di Kota Mojokerto (Agus Murdianto)
Metode penelitian
Penelitian ini penelitian ini
menggunakan 2 pendekatan, yaitu
pada saat penggumpulan informasi
dan variabel menggunakan pendekatan
kuantitatif
sedangkan
untuk
pengembangan modelnya peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif. Untuk pendekatan
kuantitatif menggunakan penelitian
observasional analitik, sedangkan
pendekatan
kualitatifnya
menggunakan penelitian desktriptif.
Berdasarkan waktu penelitiannya,
penelitian ini termasuk penelitian
cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di
posyandu lansia di Kota Mojokerto.
Ada 75 Posyandu lansia yang tersebar
di 5 puskesmas Kota Mojokerto yaitu
Mentikan,
Wates,
Kedudung,
Gedongan dan Blooto. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Maret 2013
hingga Juli 2013. Populasi dalam
penelitian ini adalah murid semua
sasaran posyandu lansia yang meliputi
lansia yang terdaftar di posyandu
lansia dan bertempat tinggal di Kota
Mojokerto yakni sebanyak 9744 jiwa
lansia berusia 60-70 tahun. Besar
sampel minimal dalam penelitian ini
adalah 95 lansia dari 19 posyandu
yang sudah dipilih berdasarkan two
stage random sampling. Sedangkan
untuk pendekatan kualitatif untuk
subjek penelitian merupakan informan
yang berkompeten mengenai program
posyandu lansia di Kota Mojokerto,
sedangkan objek dalam penelitian ini
adalah
pengembangan
model
pelayanan kesehatan pada posyandu
lansia.
Hasil Penelitian
Karakteristik Lansia
Lansia
yang
menjadi
responden adalah lansia yang tidak
termasuk dalam kategori lansia resiko
tinggi (> 70 tahun), dan menurut
Junal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
karakteristik
N (95)
31
64
32,6
67,84
24
50
16
5
25,3
52,6
16,8
5,3
78
17
82,1
17,9
68
20
7
71,6
21,1
7,4
47
30
49,5
31,26
18
18,9
Pengembangan Model Pelayanan Kesehatan Pada Posyandu Lansia Berdasarkan Indikator Kualitas
Hidup Di Kota Mojokerto (Agus Murdianto)
120
Junal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Pengembangan Model Pelayanan Kesehatan Pada Posyandu Lansia Berdasarkan Indikator Kualitas
Hidup Di Kota Mojokerto (Agus Murdianto)
mereka
cenderung
lebih
mendahulukan kebutuhan pokoknya
sehari-hari. Meskipun pada awal
kemerdekaan sudah didirikan beberapa
pendidikan tinggi seperti UGM dan
UI, namun sistem pendidikan pada
saat itu masih dibuat berjenjang, tidak
berlaku untuk semua kalangan dan
berdasarkan tingkat kelas (Syaif,
2009)
Penelitian Rini (2008) menyatakan
ada pengaruh peer group support
terhadap interaksi sosial lansia. Peer
group support membantu lansia
mendapatkan kesempatan berinteraksi
dengan sesamanya sehingga akan
terbentuk hubungan yang positif
dalam diri lansia dan hubungan
sosialnya akan meningkat.
Pengembangan Model Pelayanan
Kesehatan Lansia Pada Posyandu
Kota Mojokerto.
Berdasarkan
hasil
penelitian
diperoleh bahwa 49,5 % lansia belum
memiliki asuransi kesehatan. Hal ini
bertentangan dengan data dari Dinas
Kesehatan Kota Mojokerto bahwa per
1 januari 2013, Kota Mojokerto sudah
menjalankan Total coverage untuk
masalah jaminan kesehatan di seluruh
warga Kota Mojokerto. Hal ini terjadi
karena mayoritas lansia belum
mengetahui dan merasa belum
menggunakan askes total coverage
dari Dinas Kesehatan.
Untuk pengembangan pelayanan
pada posyandu lansia ada beberapa hal
yang dapat menjadi usulan yaitu
adovaksi posyandu lansia dalam
sistem rujukan berjenjang, advokasi
kebijakan mengenai pengobatan dan
pemeriksaan lab pada posyandu lansia,
Penambahan petugas kesehatan dalam
program posyandu lansia. Semua
usulan diatas bersumber dari faktor
enabling karena faktor individu lansia
berdasarkan kualitas hidup sudah
cukup. Dan masalah dilapangan yang
terjadi karena faktor pelayanan yang
122
Junal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Pengembangan Model Pelayanan Kesehatan Pada Posyandu Lansia Berdasarkan Indikator Kualitas
Hidup Di Kota Mojokerto (Agus Murdianto)
Management
in
Greece
Efficiency and Effectiveness of
NHS Secondary Health Care
Units. Athens University of
Economic and Business .
Nazir.
2003. Metode
Jakarta : Ghalia.
Penelitian.
Abstract : The aims of this research was to increase bed occupancy rate
(BOR) based on analysis of consumer characteristics, brand image and
purchase decisions public patient in Dr. Ramelan the Navy Hospital
(Rumkital Dr. Ramelan). This research was observational analytic, a
marketing research with cross sectional method. Method of analysis was
descriptive statistics and chi-square test. The results of this study indicate
that there was no significance difference on individual and social
characteristics of patients who are taking inpatient treatment and those who
are not in Dr. Ramelan Navy Hospital expect for individual characteristics in
term of the frequency in inpatient service use. On psychographic
characteristics showed significant correlation in the four sub variables:
motivation, perception, learning, attitudes and beliefs. The brand image
variabels showed significant correlation on types of brand association and
favorability of brand association. On strength of brand association and
uniqueness of brand association there was no significant correlation in
purchasing decisions. The types of brand association consisting of product
related attributes, non products related attrbutes, benefits and attitudes have
a significant relationship. The benefits of the service is very influential factors
in purchase decision. Speed and efficiency of service were very strong
influence favorability of brand association on the purchase decision.
According to these results it can be concluded that brand image of Rumkital
Dr. Ramelan influences inpatient purchasing decisions, while the individual
characteristics factors, social and psychographics influence the brand image
on purchase decisions hospitalization. Building a positive brand image will
improve inpatient decision in Rumkital Dr Ramelan.
Keywords: consumer characteristics, brand image, purchase decision
Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di Indonesia
tahun 2014
mengalami
perubahan
paradigma. Adanya Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 12 tahun
2013 tentang
Jaminan Kesehatan,
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), dan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) selaku badan
hukum
yang
dibentuk
untuk
menyelenggarakan
program
Jaminan
Kesehatan. Perubahan pelayanan berbasis
kendali mutu dan biaya ini, harus disikapi
majaerial rumah sakit.
Dengan adanya SJSN ini, Rumkital
Dr. Ramelan perlu membangun brand
image yang positif, karena di era BPJS
anggota TNI AL dan keluarganya serta
masyarakat bebas bisa berobat ke fasilitas
kesehatan dimanapun berada yang bekerja
Upaya Meningkatkan Bed Occupancy Rate Berdasarkan Analisis Karakteristik Konsumen, Brand Image Dan
Keputusan Pembelian Pasien Umum
Tabel 1
Tahun
2009
56,4%
2010
51,9 %
2011
56,3%
2012
65,2%
55,7%
51,9 %
57,3 %
64,5%
59,7%
58,0 %
59,4 %
61,1%
62,7%
60,8 %
58,4 %
61,5%
57,7%
63,7 %
61,8 %
60,6%
55,3%
53,0 %
59,0 %
61,9%
59,1%
58,3 %
44,6 %
63,4%
52,1%
54,7 %
49,4 %
53.0%
42,0%
47,0 %
53,9 %
61,7%
58,4%
54,1 %
57,6 %
63,1%
47,2%
59,3 %
60,1 %
64,3%
51,7%
58,0 %
55,0 %
60,3%
54,8%
55,9 %
56,1 %
62,5%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Re
Ra
ta
Rerata
Persen
tase
BOR
57,45
%
57,35
%
59,55
%
60.85
%
60,95
%
57,30
%
59.57
%
52,30
%
51,15
%
58,30
%
57,73
%
56,25
%
57,33
%
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
1.
2.
3.
4.
Kelas
Perawata
n
Kontribusi
Rerata
Persentase dan Tingkat
persen
Hunian Rawat Inap (%)
tase
Tahun
&
200 201 20 201
BOR
PAV
9
0
11 2
8 (VIP)
TNI
12,
12,
12 10,
9
2
,3
3
11,9
(TT= 10)
24,
23,
21 38,
Umum 7
27,2
6
,5
9
62,
64,
66 50,
4
2
,2
8
Askes
60,0
BOR
37,
38,
39 39,
38,7
1
2
,8
6
Kelas I
25,
24,
24 16,
22,7
(TT= 92) TNI
1
9
,3
2
31,
31,
31 41,
4
,6
8
Umum 5
30.1
43,
43,
44 42,
Askes
43,2
4
7
,1
0
59,
58,
58 62,
59,7
9
4
.4
0
BOR
Kelas II
28,
27,
28 34,
9
6
,3
2
TNI
29,8
(TT=
24,
25,
25 26,
189)
Umum 9
25,4
3
,0
7
46,
47,
46 39,
2
1
,7
1
Askes
44,8
60,
65,
65 65,
64,2
7
2
,2
5
BOR
Kelas III
47,
47,
47 48,
TNI
47,8
9
9
,3
2
(TT=
37,
36,
37 35,
287)
1
,7
4
Umum 3
36,6
14,
16,
15 16,
8
0
,0
4
Askes
15,6
61,
62,
61 62,
61,9
7
2
,2
3
BOR
Sumber : Data sekunder dari Minmed Rumkital
Dr. Ramelan, 2012
Kelom
pok
Pasien
dan
BOR
127
Upaya Meningkatkan Bed Occupancy Rate Berdasarkan Analisis Karakteristik Konsumen, Brand Image Dan
Keputusan Pembelian Pasien Umum
128
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
1
2
3
4
Keteran
gan
Umur
0,19
6
Pendapata
n
0,25
3
Gaya
Hidup
0,33
0
Pendidikan
0.41
2
Domisili
0.45
7
Pekerjaan
0.74
3
Kepribadia
n
0,83
7
Jenis
Kelamin
0,97
2
Karakterist
ik Sosial
Kelompok
acuan
Karakterist
ik
Konsumen
Karaktersi
stik
Psikografi
s
Total Sikap
dan
Keyakinan
Total
Pembelajar
an
Total
Pembelajar
an
pelayanan
dokter
Total
Pembelajar
an
pelayanan
perawat
Total
Pembelajar
an
pelayanan
petugas
administrasi
Total
Motivasi
Total
Persepsi
0,00
1
Signifik
an
0,718
0,00
1
Signifik
an
0,670
1.
0.00
1
Signifik
an
0.670
2.
Keluarga
0.94
4
3.
0.00
1
Signifik
an
0,461
Peran dan
Status
0,68
3
Coeffici
ent
0,00
1
Signifika 0.444
n
0,00
1
0,00
1
Signifik
an
Signifik
an
Karakteristi
k Individu
Frekuensi
Penggunaa
n Rawat
Inap
0,00
5
Keteran Coeffici
gan
ent
Signifika 0.315
n
0,611
0,592
0,52
2
Tidak
signifika
n
Tidak
Signifika
n
Tidak
Signifik
an
Tidak
signifika
n
Tidak
signifika
n
Tidak
signifika
n
Tidak
signifika
n
Tidak
signifika
n
Keteran
gan
Tidak
signifika
n
Tidak
signifika
n
Tidak
signifika
n
0,271
0,252
0,213
0,195
0,220
0,218
0,139
0.033
Coeffici
ent
0,208
0,101
0,144
Upaya Meningkatkan Bed Occupancy Rate Berdasarkan Analisis Karakteristik Konsumen, Brand Image Dan
Keputusan Pembelian Pasien Umum
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
b.
c.
d
3
4.
Variabel
Total Favorability of Brand Association
Total Type of Brand Associiation
Total Manfaat
Manfaat Pengalaman
Manfaat Simbolik
Manfaat Fungsional
Total Atribut Non Produk
Total Sikap
Total Atribut Produk
Total Strength of Brand Association
Total Uniqueness of Brand Association
P
0,001
0.001
0,001
0,002
0,002
0.006
0,001
0.001
0.005
0.528
0,365
Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Coefficient
0,529
0.447
0,529
0,408
0,390
0,358
0.480
0.444
0.365
0,111
0,305
131
Upaya Meningkatkan Bed Occupancy Rate Berdasarkan Analisis Karakteristik Konsumen, Brand Image Dan
Keputusan Pembelian Pasien Umum
132
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Analisis Brand Image Yang Negatif Pada Responden Yang Tidak Menggunakan
Rawat Inap di Rumkital Dr. Ramelan
N
o
Variabel
Brand Image
Indikator
Tidak
rawat Inap
Mean Katagori
Tipe of brand
association
a.Atribut
Produk
b.Atrbut Non
Produk
c.Manfaat
Fungsional
d.Sikap
Kebersihan
ruang rawat inap
Tarif pelayanan
Makanan Pasien
Kecepatan
kesembuhan
Keakuratan
Diagnosa dan
terapi
Menggunakan
2,29
Jelek
2,23
2,16
2,17
Jelek
Jelek
Jelek
2,33
Jelek
2,37
Jelek
133
Upaya Meningkatkan Bed Occupancy Rate Berdasarkan Analisis Karakteristik Konsumen, Brand Image Dan
Keputusan Pembelian Pasien Umum
3.
Favorability of
Brand
Association
kembali
Merekomendasi
kan
Kecepatan
proses pelayanan
obat
Kecepatan
proses pelayanan
pemeriksaan
penunjang
Dari
hasil
penelitian
yang
diperoleh
ada pengaruh antara
karakteristik pasien dengan brand image.
Pada responden yang tidak menggunakan
rawat inap di Rumkital Dr. Ramelan
cenderung mempunyai penilaian brand
image yang lebih jelek dibandingkan
dengan yang menggunakan rawat inap.
Untuk itu perlu mengetahui karakteristik
responden yang tidak menggunakan rawat
inap. Karakteristik pasien yang tidak
menggunakan rawat inap di Rumkital Dr.
Ramelan sebagai berikut:
1. Karakteristik individu: Umur:
35-45 tahun, Pendidikan: SMA,
Domisili: 10-15 km Pekerjaan:
Pegawai swasta Penghasilan: <
1 juta- 3 juta Gaya hidup
2. dalam menentukan prioritas
pilihan rawat inap adalah:
faktor pelayanan Kepribadian
dalam memilih tempat berobat
adalah: puskesmas. Frekuensi
penggunaan rawat inap di
Rumkital Dr. Ramelan: 1-2
kali. Jenis Kelamin: Laki-laki.
3. Karakteristik Sosial
Kelompok acuan: Diri sendiri
Keluarga: Diri sendiri, saudara
Peran status : Saudara, teman,
sahabat
4. Karakteristik Psikografis
Motivasi:
mencari
tempat
berobat yang murah, promosi
Rumkital Dr. Ramelan dinilai
tidak
menarik.
Persepsi:
134
2.33
Jelek
2,35
Jelek
2,30
Jelek
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
besar,
sehingga
persepsi
terhadap
pelayanan menjadi tinggi.
Karakteristik
psikografis
responden
dengan
katagori
jelek
mempunyai brand image yang negatif.
Motivasi pasien dalam berobat mencari
fasilitas pelayanan kesehatan yang murah,
maka persepsi terhadap tarif akan berbeda.
Persepsi terhadap tarif bagi yang tidak
menggunakan rawat inap Rumkital Dr.
Ramelan dinilai mahal, hal ini terkait
dengan tingkat sosial ekonomi pasien yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan
pasien yang menggunakan rawat inap.
Pasien dengan pembelajaran tidak baik,
cenderung mempunyai image yang
negatif.
Persepsi tidak hanya tergantung
pada stimulasi fisik tetapi juga pada
stimulasi yang berhubungan dengan
lingkungan sekitar dan keadaan individu
tersebut. Perbedaan pandangan pelanggan
atas sesuatu objek (merek) akan
menciptakan proses persepsi dalam
perilaku pembelian yang berbeda. Kotler
(2005), menyebutkan bahwa para pembeli
mungkin mempunyai tanggapan berbeda
terhadap citra perusahaan atau merek.
Citra dipengaruhi oleh banyak faktor yang
di luar kontrol perusahaan. Diantaranya
dari karakteristik konsumen dan pengaruh
lingkungan.
Brand image yang efektif akan
berpengaruh terhadap tiga hal yaitu:
pertama,
memantapkan
karakteristik
produk,
menyampaikan
karakteristik
produk itu dengan cara yang berbeda
sehingga tidak dikacaukan dengan
karakteristik
pesaing,
memberikan
kekuatan emosional yang lebih dari
sekadar citra mental. Supaya bisa
berfungsi, image harus disampaikan
melalui setiap sarana komunikasi yang
tersedia dan kontak merek.
Semakin kuat brand image di
benak pelanggan maka semakin kuat pula
rasa percaya diri pelanggan untuk tetap
loyal atau setia terhadap produk atau jasa
yang dibelinya. Hanya produk atau jasa
yang memiliki brand image yang kuat
Rekomendasi
Berdasarkan brand image yang
negatif yang diangkat menjadi isu
strategis, telaah peneliti dan hasil FGD
135
Upaya Meningkatkan Bed Occupancy Rate Berdasarkan Analisis Karakteristik Konsumen, Brand Image Dan
Keputusan Pembelian Pasien Umum
mengadvokasi
untuk
menggunakan
Rumkital Dr. Ramelan. (c) Perlu
peningkatan ketrampilan dan pendidikan
bagi petugas layanan untuk meningkatkan
kompetensi petugas. (d) Melaksanakan
clinical pathway sesuai dengan kasus
penyakitnya. (e) Memberikan informasi
yang jelas terkait dengan diagnose
penyakit dan terapi yang diberikan. (5)
Guna memperbaiki sikap
terhadap
pelayanan yang diberikan, dengan upaya:
(a) Menjalin komunikasi dan kehadiran
dokter dan mensosialisasikan visite dokter
ke pasien agar tepat waktu. (b)
Meningkatkan perhatian kepada pasien dan
memberikan informasi yang dibutuhkan
pasien secara jelas. (6) Untuk memperbaiki
proses pelayanan yang cepat dengan cara
(a)
Melakukan
sosialisasi
standar
pelayanan minimal dan evaluasi secara
rutin indikator klinis yang berhubungan
dengan
waktu pelayanan di apotek,
laboratorium
dan
radiologi.
(b)
Menerapkan kepastian waktu pelayanan.
(c) Memperbaiki sistem informasi
manajemen terhadap proses pelayanan.
Simpulan
Brand image Rumkital Dr. Ramelan bagi
responden yang menggunakan rawat inap
sudah baik, namun brand image responden
yang tidak menggunakan rawat inap
beberapa hal tidak sesuai dengan persepsi
pasien (brand image negatif), antara lain:
pada atribut produk masalah kebersihan
ruangan rawat inap. Pada atribut non
produk adalah makanan pasien belum
sesuai harapan pasien dan tarif yang dinilai
mahal. Pada manfaat fungsional, ketepatan
dan keakuratan diagnose masih belum
sesuai dengan persepsi pasien, demikian
juga pada kecepatan proses layanan pada
apotek dan laboratorium masih belum bisa
menjadi keunggulan merek. Brand Image
terkait erat dengan karakteristik pasien..
Saran
Rumkital Dr. Ramelan perlu
melakukan strategi promosi
melalui
bauran promosi, melibatkan seluruh media
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Investigating
the
relationship
between brandequity and
firms performance. Cornell H. R.
A. Quarterly, 45(2),115131
Keller,
DAFTAR PUSTAKA
Aaker D.A.,
(2002) Building Strong
Brands, London: The bath Press
Hawkin,
Del.
I.,
Mothersbaugh,
David.L.,(2009),
Customer
Behaviour: Building Marketing
Strategy, 11th Mac Grow-Hill
International Edition., New York.
Kotler, P., Armstrong, G., (2008) PrinsipPrinsip Pemasaran, Jilid II, Edisi 12,
Terjemahan Bob Sabran, Jakarta:
Erlangga
137
Upaya Meningkatkan Bed Occupancy Rate Berdasarkan Analisis Karakteristik Konsumen, Brand Image Dan
Keputusan Pembelian Pasien Umum
138
Latar belakang
Remaja merupakan aset bangsa
untuk terciptanya generasi mendatang yang
baik. Triswan (2007) sekitar satu milyar
populasi manusia di dunia diperkirakan satu
dari enam tersebut adalah remaja, 85%
diantaranya hidup di negara berkembang.
Masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. Perkembangan remaja
berlangsung antara usia 10 sampai dengan 19
tahun. Kozier et al (2004) membagi masa
remaja menjadi tiga periode yaitu masa
remaja awal (10-14 tahun), masa remaja
pertengahan (14-17 tahun) dan masa remaja
akhir (17-19 tahun). Remaja yang dalam
perkembangannya terjadi perubahan baik
biologis, psikologis maupun sosial, tetapi
umumnya pematangan fisik terjadi lebih
Intervensi Coaching Dan Gudance Dalam Peningkatan Ketrampilan Hidup Kesehatan Reproduksi Remaja
(Tantut Susanto)
Kemajuan
informasi
ini
menunjang
perkembangan
berbagai
sektor
pembangunan, tetapi informasi ini juga
melemahkan sistem sosial ekonomi yang
menunjang masyarakat Indonesia. Remaja
merupakan salah satu kelompok penduduk
yang mudah terpengaruh oleh arus informasi
baik yang negatif maupun yang positif.
Pengaruh arus informasi negatif terhadap
remaja antara lain menjalin hubungan seksual
premarital,
minum-minuman
keras,
menggunakan obat terlarang (Narkoba) yang
dapat mengakibatkan tertular penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS
(Lembaga Demografi-FEUI, 2002).
Survai Baseline Reproduksi Remaja
Sehat Sejahtera di Indonesia 1998/1999, yang
dilaksanakan oleh Lembaga DemografiFEUI, bekerja sama dengan BKKBN, East
West Center, Pathfinder, Bank Dunia dan
USAID, dengan responden sebanyak 8084
remaja berumur 15-24 tahun, di empat
propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat dan Lampung menunjukkan
diantara remaja laki-laki ada 35,5% yang
mengetahui bahwa diantara teman sesama
remaja laki-laki yang pernah melakukan
hubungan seksual pranikah dan 33,7%
diantara remaja perempuan juga memiliki
teman perempuan yang pernah melakukan
hubungan seksual sebelum nikah. Remaja
yang memiliki sikap permisif tentang
hubungan seksual sebelum kawin, 12,5%
remaja
setuju
seseorang
melakukan
hubungan seksual sebelum perkawinan jika
keduanya merencanakan untuk menikah dan
8,6% merasa bahwa perilaku tersebut boleh
dilakukan apabila keduanya saling mencintai.
Hal ini menunjukkan terjadi pergeseran sikap
yang perlu diperhatikan. Survai Baseline
Reproduksi Remaja Sehat Sejahtera di
Indonesia tahun 1998/1999, menunjukkan
bahwa terjadi perubahan dalam persepsi
mengenai perkawinan dan keluarga, namun
perubahan ini tidak disertai oleh pengetahuan
dan perilaku yang membawa remaja ke
perilaku reproduksi yang sehat dan
kehamilan yang aman.
Iskandar (1997) saat ini saranasarana konseling kesehatan reproduksi masih
terbatas dan peran orang tua dalam keluarga
dan
masyarakat
dalam
memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi kepada
anak dirasa masih kurang. Hal ini
dikarenakan alasan budaya, tabu dan
140
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
141
Intervensi Coaching Dan Gudance Dalam Peningkatan Ketrampilan Hidup Kesehatan Reproduksi Remaja
(Tantut Susanto)
Hasil Penelitian
Perilaku remaja dalam pacaran
menunjukan hasil 30,2% remaja melakukan
pegangan tangan,15,6% remaja melakukan
pelukan dengan tangan diluar baju. 5,2%
remaja melakukan pelukan dengan tangan
didalam baju, 9,4% remaja sudah bercumbu
bibir, 6,3% remaja sudah meraba-raba dalam
pacaran, 1% remaja sudah melakukan petting,
dan 2,1% remaja melakukan hubungan badan
1 kali sebulan. Perilaku seksual remaja
menunjukkan hasil 10,4% remaja melakukan
onani 1 kali sebulan, 8,3% remaja melakukan
masturbasi 1 kali sebulan, 20,8% remaja
mengkhayal fantasi seksual 1 kali sebulan,
13,5% remaja menggunakan media fantasi
seksual 1 kali sebulan, 15,6% pengetahuan
perilaku seksual remaja kurang, 6,3% sikap
perilaku seksual remaja kurang, dan 94,8%
perilaku seksual remaja kurang.
Hasil survei melalui kuesioner
tentang penyuluhan remaja didapatkan hasil
37,5% belum mendapatkan penyuluhan
kesehatan
reproduksi,
28,1%
belum
mendapatkan
penyuluhan
tentang
perkembangan remaja,
43,8% belum
mendapatkan penyuluhan PMS, 62,5% belum
mendapatkan penyuluhan bahaya kehamilan.
Kegiatan remaja di Kelurahan Tugu
teridentifikasi 57,3% remaja tidak mengikuti
perkumpulan PMR, 92,7% remaja tidak
mengikuti kegiatan kader kesehatan remaja,
94,8% remaja tidak aktif dalam badan
kesehatan remaja, 74% remaja tidak
mengikuti kegiatan karang taruna, 41,7%
remaja tidak aktif olah raga teratur, 91,7%
waktu remaja bermain dengan teman, 95,8%
remaja suka nonton TV, 40,6% remaja
nonton film di Bioskop, 28,1% remaja suka
nongkrong di Mall, 39,6% remaja suka
membaca buku di Perpustakaan, dan 31,3%
remaja tidak suka membaca buku pelajaran.
Survei kesehatan reproduksi remaja
melalui kuesioner menunjukkan hasil 10,4%
remaja kurang mengetahui alat reproduksi,
5,2% remaja kurang tahu tentang fungsi alat
reproduksi, 2% perilaku kesehatan reproduksi
kurang baik, 19,8% remaja kurang tahu
faktor penyebab hubungan seksual remaja,
12,5% sikap remaja dalam berpacaran cukup
142
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Kategori
Sebelum
(%)
Sesudah
(%)
Kurang
25
13,8
Cukup
75
65,5
Baik
17,2
Nilai (%)
Sebelum
Sesudah
Kurang
Cukup
Baik
Kategori Perilaku
143
N
28
28
28
Intervensi Coaching Dan Gudance Dalam Peningkatan Ketrampilan Hidup Kesehatan Reproduksi Remaja
(Tantut Susanto)
144
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
145
Intervensi Coaching Dan Gudance Dalam Peningkatan Ketrampilan Hidup Kesehatan Reproduksi Remaja
(Tantut Susanto)
146
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Remaja dan Perilaku Seksual,
Diakses
dari
Pada
http://www.waspada.co.id.
tanggal 12 Januari 2007.
Anderson, E., & Mc Farlane, J. 2004.
Community As Partner:Theory and
Practice in Nursing, 4th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Great News. 2008. Perilaku Seks Pranikah
Pada
Remaja,
2002,
http://epsikologi.com, diperoleh tanggal 6
Januari 2008).
Harahap., J., Lita., S.A. 2004. Pengaruh Peer
Education Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap
Mahasiswa
Dalam
Menanggulangi
Hiv/Aids
Di
Universitas Sumatera Utara. Diakses
dari
http://www.usu.ac.id/digitallibraryrtl.ht
m diakses pada tanggal 25 Oktober
2007.
Hart, R. dkk. 1992. Therapeutic Play
Activities for Hospitalized Children. St.
Louis : Mosby Year Book.
Harry. 2007. Mekanisme endorphin
dalam tubuh. Available
at
http:/klikharry.files.wordpress.com/200
7/02/1.doc+endorphin+dalam+tubuh.
Diposkan tanggal 10 Januari 2009
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A.
1999. Community health nursing:
caring in action. Albani : Delmas
Publisher.
Husni, F. 2005. Isu Kespro dalam Pilkada,
www.suaramerdeka.com. Diakses pada
tanggal 25 Oktober 2007.
Iskandar, Sudardjat A, 2002, Hak Remaja
Atas Kesehatan Reproduksi. Online.
http://www.situs.kesrepro.info.com.
diakses 12 Januari 2007
Kamaruzzaman, U. 2007. Pendidikan Kespro
Yang
Diinginkan
Remaja,
www.yahoo.com
Kozier, B., Erb, Glenora., Berman,A., &
Synder, S.J. (2004). Fundamentals of
nursing : Concept, process and
practice. Ner Jersey : Pearson
education,Inc.
Lembaga
Demografi-FEUI,
2002, http://www.bkkbn.go.id
diperoleh tanggal 25 Oktober 2007.
147
Intervensi Coaching Dan Gudance Dalam Peningkatan Ketrampilan Hidup Kesehatan Reproduksi Remaja
(Tantut Susanto)
Stamford:
Health
148
Latar Belakang
Remaja
merupakan populasi
terbesar
baik di dunia maupun di
Indonesia, World Health Organization
(WHO) tahun 2005 memperkirakan
jumlah populasi remaja di dunia
mencapai sekitar setengah dari total
penduduk dunia, dan sekitar 990 juta ada
di negara berkembang (Utomo, 2003).
Berdasarkan data Survey Demografi
Kesehatan Indonesia tahun 2007, tercatat
jumlah remaja di Indonesia mencapai 30
% dari total penduduk 231 juta atau
sekitar 69 juta jiwa. Besarnya jumlah
remaja dapat menjadi modal suatu negara
untuk berkembang dan lebih maju karena
remaja sebagai sumber daya manusia
yang memiliki semangat dan motivasi
yang tinggi. Tetapi, remaja dapat juga
menjadi ancaman bagi sebuah bangsa jika
kurang
mendapat
perhatian
dan
bimbingan. Remaja memiliki sifat dan
karakteristik ingin tahu dan mencoba halhal yang baru. Kondisi inilah yang
remaja
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh penerapan model
School-community based empowermen
terhadap
perubahan
pengetahuan,
ketrampilan hidup (life skill), dan
perilaku
remaja
terhadap
Upaya
pencegahan risiko penularan HIV.
Pronyek implementasi program ini
dilakukan pada pada semua siswa SMK
RF kelas X dan XI di Kota Depok Jawa
barat. Sampel diambil secara purposif
yaitu Siswa yang telah terlibat aktif
selama implementasi program yang
berjumlah 61 siswa. Kriteria sampel
adalah terlibat minimal 80% kehadiran
selama implementasi, bergabung dalam
kelompok pendidik sebaya, kelas X dan
XI, dan bersedia terlibat aktif sebagai
kader pendidik kesehatan sekolah (peer
educator).
Kegiatan
implementasi
pronyek ini dilaksanakan selama 8 bulan.
Hasil Penelitian
1). Pembentukan Kelompok Pendidik
Sebaya dan Konselor Sebaya.
Pembentukan kelompok pendidik
sebaya dan konselor sebaya dilakukan
untuk memperkuat kembali peran
UKS dalam meningkatkan status
kesehatan siswa. Terbentuk 22 kader
pendidik sebaya dan konselor
sebayata yang terlibat selama
implementasi program. Penentuan
siswa ini melibatkan kepala sekolah,
wakil
kepala
sekalah
bidang
akademik dan wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan untuk mendapatkan
siswa yang mamiliki rasa percaya diri
dan mampu diterima oleh semua
siswa di sekolah untuk dapat
menjalankan
tugas
dan
tanggunjawabnya sebagai pendidik
sebaya dan konselor sebaya.
2). Pelatihan Guru Pembina UKS dan
Guru Konselor
Pelatihan guru Pembina UKS dan
guru konselor menjadi bagian penting
dari program untuk membantu proses
supervisi ditingkat sekolah dan
kamandirian dalam menjalankan
program. Pelatihan disampaikan oleh
dinas kesehatan, supervisor fakultas,
dinas pendidikan, dan mahasiswa
residen. Sebagai bukti mereka telah
mengikuti
pelatihan,
diberikan
sertifikat sebagai tanda bahwa peserta
memiliki
kemampauan
dan
ketrampilan
sebagai
guru
pemebimbing UKS dan guru konselor
yang akan membantu di dalam proses
pendidikan sebaya. Hasil pelatihan
menunjukkan rerata kenaikan nilai
pengetahuan guru sebelum dan
sesudah pelatihan sebesar 17,46 dan
hasil
uji
statistik
didapatkan
kesimpulan adanya perbedaan yang
bermakna
tingkat
pengetahuan
sebelum dan sesudah pelatihan
(p=0,00; =0,05).
151
152
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Pembahasan
Pendidik sebaya dan guru
konselor yang sudah direkrut untuk dapat
menjalankan fungsinya perlu dibekali
pengetahuan tentang peran, tugas, dan
tanggung jawab dalam upaya kesehatan
154
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Dukungan keluarga
menjadi
penting dalam upaya menanamkan
perilaku sehat terutama mencegah dan
menghentikan perilaku merokok pada
155
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
(2012).
Laporan
Tahunan
HIV/AIDS
Nasional.
http://www.kpn.org.id .Diperoleh
tanggal 19 Januari 2012.
158
email : widyastutimerina@yahoo.co.id
2
Staf Akademik Keilmuan Ilmu bahasa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya
3
Staf Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Abstract :The clinical practice for nursing education today still has complex
problems. Clinical instructors have important role for continuation of
development of nursing profession. Emergency department has unique nature
where overload workforce and it requires challenges for nurses to become
clinical instuctors. The purpose of this study was to reveal the phenomenon of
clinical instructors experience in emergency department. Qualitative
approach with an interpretive phenomenology based on Heidegger philosophy
through unstructured interview techniques was used in this study. Methods of
data analysis applied in this study was based on Van Manen. The samples
selected in this study consisted of five participants. The result of this study
indicated one core theme in term of moral burden on the part of clinical
instructors. This core theme was generated from two major themes , namely
incompetence in providing maximal guiding efforts and taking responsibility
for passing on the credibility for the future nurses. The results of this research
is important to be taken by educational institutions, in order to preparing their
students before entering clinical practice into ED and communincating
effectively to clinical instructor at practical setting. Subsequently
recommended for practical setting to promote their role as educational
hospital as increase human quality source clinical instructors.
Key words: Clinical Instructors, student, ED
Latar Belakang
Instalasi gawat darurat memiliki
karakteristik ruangan unik yang dimana
beban
kerja
cukup
tinggi
dan
memerlukan tindakan penanganan yang
cepat, tepat dan trampil. Dengan
demikian untuk menjadi pembimbing
klinik di tatanan gawat darurat
merupakan tantangan tersendiri bagi
seorang perawat (Schriver et al, 2003).
Menurut Ryan-Nicholls (2004) di
ruang praktek klinik kegawatdaruratan,
pembimbing klinik cenderung tidak
mampu menangani mahasiswa dalam
jumlah besar, hal ini disebabkan karena
160
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
164
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
165
Abstract : Prevention HIV transmission Model of the Navy with HIV-positive to wives in
Surabaya
Navy who have a relative mobile assignment and separated with his wife in a relatively
long time, this was likely to change their behavior was having sex with female sex
workers exposed to HIV. The impact will contracting HIV and transmited to his wife.
The aim of this research was to created a model of prevention of HIV transmission to
wives and Navy in Surabaya. The population was 143 of the HIV-positive wives from
Navy and the sample divided in to group case study consist 25 people and group of
control consist 50 people. This research was observational analytic, used case-control
study. Independent variables were factors that influence HIV transmission occurs and
dependent variable was the incidence of HIV. Multivariate logistic regression analysis
was used to see the most fit variables affect the behavior of the transmission of HIV and
assess the Odds Ratio. Indepth interview was used to complete qualitative data. The
results of this study, the most fit factors influence the behavior of transmission to
Navy's wife was HIV positive encouragement from key person (Toga) and support
religious (Toga). Model of prevention of HIV transmission to wives of Navy and Navy
in Surabaya done through learning about HIV, the dangers of alcohol and HIV
prevention in terms of religion with lectures, discussions, and question and answer.
Keywords: Wife of Navy, HIV positive, support Toga and Toma, transmission from
husband
Latar Belakang
Anggota TNI AL yang memiliki
penugasan yang relatif mobile dan berpisah
dengan istri dalam waktu yang relatif lama,
kemungkinan akan terjadi perubahan
perilaku yaitu berhubungan seks dengan
WPS yang terpapar HIV. Hal ini
mengakibatkan
bisa tertular HIV dan
dampaknya akan menularkan kepada
istrinya. Sebagai istri yang ditinggal bertugas
suami yang relatif lama tidak menutup
kemungkinan juga terjadi perubahan perilaku
berhubungan seks dengan laki-laki yang
bukan pasangannya sehingga kemungkinan
juga tertular HIV dan bisa menularkan
kepada suaminya.
Angka kejadian HIV di Indonesia dari
tahun 2003 jumlah penderita sebanyak 1.171
orang meningkat terus dan sampai dengan
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
169
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
4. Dorongan Yalasenastri
Proporsi kasus HIV pada responden dengan
dorongan Yalasenastri bernilai kurang
(20%), sedangkan yang bernilai baik (40%).
Pada kelompok kontrol lebih banyak
memiliki dorongan Yalasenastri bernilai
kurang(20%) dan yang bernilai baik (30%
).pada kelompok kasus
lebih banyak
dengan nilai baik yaitu (80%). Kelompok
kontrol memiliki dorongan Yalasenastri
lebih banyak bernilai baik yaitu (60%).
Variabel dorongan yalasenastri
memiliki
hubungan bermakna dengan status HIV
responden p = 0,089 (p<0,25). Nilai OR
didapatkan 0,375 (95% CI 0,121<OR<1,163)
berarti dorongan Yalasenastri memiliki
peluang 0,375 lebih besar terhadap
terjadinya HIV pada responden. Kegiatan
Yalasenastri
yang telah terstruktur
memungkinkan
kegiatan
sampai
menjangkau seluruh isteri anggota TNI AL
terutama yang memiliki masalah seperti pada
responden.
5. Ajaran Agama
Proporsi kasus HIV responden dengan
variabel melaksanakan ajaran agama bernilai
kurang hanya (8,7%) dibandingkan dengan
yang bernilai baik (72,4%). Kelompok
kontrol
dengan variabel melaksanakan
ajaran agamanya bernilai kurang (91,3%).
Hal ini kemungkinan justru pada kelompok
kasus dengan kondisi sakitnya memiliki
komitmen yang tinggi dalam menjalankan
ajaran agamanya, selain itu jalan akhir untuk
minta kesembuhan penyakitnya umumnya
dari Tuhannya. Melaksanakan ajaran agama
memiliki hubungan yang bermakna dengan
status HIV responden P=0,000 (p<0,25) dan
nilai OR=0,36 (95% CI 0,010<OR<0,134)
berarti
melaksanakan ajaran agama
berpeluang lebih besar
0,36 terhadap
terjadinya penularan HIV pada responden
6.Diskriminasi
Proporsi kasus HIV responden dengan
variabel diskriminasi pada status HIV suami
bernilai kurang hanya (7%) dibandingkan
dengan
yang
bernilai
baik
(68,8%).Diskriminasi pada status HIV suami
pada kelompok kontrol
lebih banyak
bernilai kurang
(93%)
Variabel
170
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Tabel 1 , Analisis Bivariat (chi square) faktor yang mempengaruhi terjadinya HIV pada isteri
dari anggota TNI-AL HIV positif di klinik VCT RSAL Dr Ramelan Surabaya
NO
VARIABEL
n
KASUS
%
KONTROL
%
SIG
OR
(95%CI)
Faktor predisposisi
Pengetahuan
BAIK
KURANG
19
6
42,5
20
26
24
57,8
80
0,080
23
2
60,5
5,4
15
35
39,5
94,6
0,000
5
20
19,2
40,8
21
29
80,8
59,2
0,103
0,345
(0,1121,068)
Faktor pendorong
Toga, Toma
BAIK
KURANG
22
3
75,9
6,5
7
43
24,1
93,3
0,000
BAIK
KURANG
19
6
51,4
15,8
18
32
48,6
84,2
0,002
12
8
47,2
20,5
19
31
52,8
79,5
0,016
Yalasenastri
20
5
49
20
30
20
60
80
0,141
0,022
(0,0050,094)
0,178
(0,060,525)
0,288
(0,1040,797)
2,667
(0,0608,268)
Keluarga
2
BAIK
KURANG
2,923
(1,0008,543)
0,037
(0,0080,178)
171
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
22
3
73,3
6,7
8
42
26,7
93,3
20
5
69
10,9
9
41
31
89,1
16
9
35,6
30
29
21
64,4
70
0,617
16
9
44,4
23,1
20
30
55,6
76,9
0,053
9
16
36
32
16
34
64
68
0,931
Faktor pemungkin
Akses ke pelayan kesehatan
BAIK
KURANG
Pergaulan dengan teman
BAIK
KURANG
Pemenuhan kebutuhan secara
ekonomi
BAIK
KURANG
0,000
0,000
0,026
(0,00060,104)
0,055
(0,0160,185)
0,375
(0,1391,013)
0,375
(0,1391,013
1,195
(0,4153,282)
Tabel 2. Analisis Multivariat faktor yang mempengaruhi terjadinya HIV pada isteri dari
anggota TNI-AL HIV positif di klinik VCT RSAL Dr Ramelan Surabaya
Variabel
No
Variabel Independen
Sig
OR
dependen
1 Dorongan Toga dan Toma
0,000
0.056
(1)
Status HIV
2 Diskriminasi terhadap status
0,004
0,109
HIV suaminya (1)
Pembahasan
A. Karakteristik Sosiodemografi
Responden
1. Umur
Umur responden secara biologi terbanyak
pada umur produktif. Pada umur ini
responden masih bisa hamil dan punya anak.
Salah satu cara penularan HIV adalah
melalui air susu dan dari jalan lahir dari ibu
yang terinfeksi HIV (Mahdiana, 2010), oleh
karena itu responden kelompok kasus harus
mempertimbangkan apabila ingin hamil.
Salah satu pencegahan penularan bagi
penderita HIV adalah mencegah kehamilan.
Secara umum, pada umur tertentu seseorang
memiliki perilaku tertentu yang bisa
mempengaruhi
kesehatannya,
misalnya
kebiasaan keluar malam, minum minuman
keras dan ke klub malam yang berujung ke
WPS. Sebagai seorang suami atau laki-laki
perilaku tersebut
bisa berdampak pada
pasangannya. Hal ini diperkuat
oleh
responden pada wawancara mendalam bahwa
172
2. Agama
Agama responden kebanyakan adalah
beragama islam. Dalam ajaran agama Islam
antara lain tidak boleh menolak ketika suami
minta berhubungan seks, suami dipandang
sebagai Iman dalam rumah tangga yang
harus diikuti kemauannya. Suami sebagai
Iman dalam hal ini sudah melanggar ajaran
agama, yaitu tidak jujur kepada isterinya
bahwa dirinya telah berisiko kena HIV.
hasil wawancara mendalam, beberapa suami
menyatakan perlunya untuk penyegaran
rohani agar tidak terpengaruh perilaku yang
negatif. Hal ini diperkuat oleh isteri mereka,
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
Kebutuhan
secara
ekonomi
diidentikkan dengan pendapatan suami
yang diberikan kepada istrinya. Suami
responden lebih banyak berpangkat
golongan Tamtama dimana golongan
pangkat ini merupakan golongan terendah
di
kepangkatan
militer.
Pangkat
menentukan pendapatan atau gaji yang
diperoleh sehingga dengan pangkat
tamtama
maka
pendapatan
suami
responden juga rendah. Pendapatan yang
rendah
ini
akan
mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan secara ekonomi
responden, apalagi bila perilaku suami
mereka masih mempunyai kebiasaan
menjajakan seks pada WPS. Hal ini
didukung dengan hasil wawancara
mendalam pada responden dan beberapa
suami mereka.
Mereka menyatakan
bahwa hampir seluruh gaji diberikan
kepada isteri. Seperti penuturan salah satu
suami responden berikut ini
Buk walaupun saya tidak dilayani, gaji
saya serahkan pada isteri semua buk, anak
saya masih kecil(Bpk SPR)
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
182
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
MODEL PENCEGAHAN PENULARAN PADA ISTERI DARI ANGGOTA TNI-AL HIV POSITIF
INTERVENTION LOGIC MODEL : STEPS 1-5
Resources
Teori
perubahan
perilaku
(Theory of
reasoned
action)
Change
objectives
(self
efficacy,peng
etahuan HIV,
miras,penggu
naan kondom,
siraman
rohani)
Change
objectives
Personal
determinants
(faktor predisposisi
dan pendorong)
Personal
determinants
Performance
objectives for atrisk group (isteri
anggota TNI AL
HIV Positif
Performance
objectives for
agents for
environmental
change
(sosial,masyaraka
t,organisasi,interp
ersonal)
Steps 4 & 5
Program development
& implementation
(Chaps. 7&8)
Program
outputs
Logic of change
Behavioral
outcomes
(peningkatan
pengetahuan
tentang HIV,
Kesanggupan
seks aman,
membaca buku
tentang
HIV,menulis
pengalaman
dengan HIV)
Health (istri
positif HIV
terhambat
menjadi
AIDS, yang
negatif tidak
tertular HIV)
Quality of life
improvement
(Tidak terjadi kasus
baru HIV, angka
kematian
terhambat/berkuran
g)
Environmental
outcomes(peraturan
miras,dukungan
TogaToma,tersedian
ya buku bacaan
tentangHIV,dukunga
norganisasi,kebijaka
n chek up)
Outcomes
Steps 3
Steps 2
Steps 1
Theory informed
methods & applications
(Chap. 6)
Develop matrices of
objectives
(Chap. 5)
Needs assessment
(Chap. 4)
183
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
Tabel 3. Penentuan metode praktis pencegahan penularan pada isteri dari anggota
HIV positif
NO
KEGIATAN
PELAKSANA
Mereview rencana program Penanggung
jawab
program,
1
fasilitator, perwakilan peserta program
Penyusunan matrik tujuan Dibuat oleh pelaksana masing-masing
program
program bersama dengan perencana
program
Menetukan metode dan Perencana
program,
fasilitator,
strategi praktis
perwakilan peserta program
Menentukan
tujuan Perencana
program,
fasilitator,
perubahan
yang
akan perwakilan peserta program
dicapai
Menentukan media
Perencanaprogram,fasilitator,
perwakilan peserta
2
3
4
5
NO
1
2
INTERVENSI
Self efficacy (kemampuan diri)
Pemberian
pengetahuan
tentang penularan HIV
184
IMPLEMENTASI
TUJUAN OBYEKTIF
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Pemberian pengetahuan
tentang bahaya miras
Pemberian
siraman
rohani dan penguatan
mental oleh pimpinan
maupun dari psikolog
Upaya
chek
up
dilakukan di Kapal
Pengawasan ketat chek
up anggota
PEMBUATAN
MATRIK
SESUAI
DENGAN TUJUAN PERUBAHAN.
Matrik disusun berdasarkan tujuan
perubahan
yang
telah
ditetapkan.
Penyusunan matrik disusun berupa tabel
dengan menghubungkan antara masingmasing tujuan kerja dengan determinan
perilaku kesehatan yang dapat meningkatkan
kesehatan. Matrik tidak dibuat dalam model
ini. Pembuatan matrik dilakukan oleh
perencana program.
Memilih metode intervensi terdiri dari
metode teoritis dan metode praktis
1.Metode teori
Teori yang digunakan dalam model
pencegahan penularan pada isteri dari
anggota TNI AL ini adalah menggunakan
teori perubahan perilaku dari Theory of
reasoned Action (Fishbein, 1967). Teori ini
menjelaskan hubungan antara keyakinan
(behavioral dan normative), sikap, intense,
dan perilaku; Determinan paling penting
dari perilaku adalah intense seseorang .
Determinan langsung dari intense seseorang
adalah sikap terhadap perilaku dan norma
subyektif yang berhubungan dengan
perilaku tersebut. Sikap ditentukan oleh
keyakinan individu tentang hasil atau
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
2
3
4
KEGIATAN
PELAKSANA
Perencana
masing-masing
program,
fasilitator,
perwakilan peserta
Penanggung
jawab
,
perencana,
fasilitator,
perwakilan program
Perencana
program,
fasilitator,
perwakilan
peserta
Review materi, uji coba materi, Perencana program
produksi materi
PELAKSANA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
Menyusun
rencana
evaluasi
menentukan program selanjutnya.
Karumkit, penanggung
jawab, dan perencana
program
untuk Perencana program
Perencanaan Evaluasi
Perencanaan evaluasi disusun berdasarkan tujuan umum yang telah ditentukan
Tabel 8 Rencana evaluasi program pencegahan penularan pada isteri dari anggota TNI
AL HIV positif di Surabaya
NO
MATERI
Waktu
Sumber data
INDIKATOR
Jumlah
penderita yang
terdaftar di
RSAL Dr
Ramelan
Surabaya
Jumlah
peningkatan
anggota yang
melakukan
chek up
Kualitas Hidup:
Infeksi HIV
Kasus AIDS
Kasus HIV baru
6 bulan
1 tahun
Secara terus
menerus
Laporan medical
record RSAL Dr
Ramelan
Indikator
kesehatan
Anggota yang
melaksanakan
chek up
1bulan
3bulan
6bulan
1 tahun
Perilaku
Penurunan
prevalensi
anggota yang
minum miras
Penurunan
prevalensi
penggunaan
kondom
Kondisi
lingkungan
Kunjungan ke
WPS
Penyimpanan
miras di kapal
1bulan
3bulan
6 bulan
1 tahun
Hasil laporan
pelanggaran dari
provost
Jumlah
pelanggaran
minum miras di
kapal
Sidak provost
minimal setiap
kapal sandar
Laporan sidak
porovost
Tidak
ditemukan
kunjungan ke
WPS dan
penyimpanan
miras di kapal
Kenaikan nilai
yang didapat
dari test
sebelum dan
sesudah
program
masing-masing
peserta
Pencapaian
program
berhasil dengan
Determinan
Pengetahuan HIV
Ketrampilan
pemeliharaan dan
penggunaan
kondom
6 bulan
(sebelum dan
sesudah
program
berjalan)
Hasil test
formatif yang
diberikan
sebelum dan
sesudah program
berjalan
Tujuan Kerja
Materi program
Metode program
Setelah selesai
pelaksanaan
masing-
Kuesioner yang
dibagikan kepada
seluruh peserta
187
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
Desain program
Jadwal program
Pelaksanaan
program
masing
program
program
penilaian 75%
Tujuan
perubahan
Penggunaan
kondom setiap
berhubungan seks
dengan
pasangannya
Suaami tidak
minum miras
Setia kepada
pasangan/tidak
melakukan seks
dengan WPS
Penggunaan
kondom
dilaporkan
setiap :
1 bulan
3bulan
6bulan
1tahun
Suami tidak
minum miras
dan
melakukan
seks dengan
WPS tidak
diukur
Hasil anamnesa
petugas VCT
Ada
peningkatan
permintaan
kondom oleh
isteri anggota
TNI AL HIV
positif yang
terdaftar dan
berkunjung di
klinik VCT
RSAL Dr
Ramelan
Surabaya.
Simpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat
diambil dari hasil penelitian ini adalah :
1.Karakteristik isteri anggota TNI AL HIV
positif di RSAL Dr. Ramelan berumur
produktif
secara
biologi.
Memiliki
pendidikan terbanyak SMP dan SMA,
banyak yang tidak bekerja, berasal dari suku
Jawa, dan suami mereka banyak berpangkat
Tamtama.
2.Variabel
dari
faktor
pendorong
(pengetahuan, keyakinan menanggulangi
masalah HIV, nilai tentang keadilan gender),
Faktor pendorong (dorongan Toga Toma,
keluarga, pimpinan TNI AL, Yalasenastri,
melaksanakan ajaran agama, diskriminasi),
faktor pemungkin (pergaulan dengan teman)
memiliki hubungan yang bermakna dengan
terjadinya penularan HIV pada isteri
anggota TNI AL HIV positif di RSAL Dr
Ramelan Surabaya.
3.Faktor yang paling mempengaruhi
perilaku terjadinya penularan HIV pada
isteri anggota TNI AL HIV positif dalam
penelitian ini adalah faktor pendorong dari
Toga dan Toma.
4.Model pencegahan penularan HIV pada
isteri dari anggota TNI AL di Surabaya
disusun dengan materi pembelajaran
pencegahan penularan HIV, minuman keras,
188
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 2 Nomor 2/Agustus 2013
--------------Masalah
Gender
Yang
Berhubungan Dengan Penyakit
HIV-AIDS
http://www.google.co.id//masalah
gender. Diakses tanggal 1 maret
2013 jam 22.10
DAFTAR PUSTAKA
189
Model Pencegahan Penularan Pada Isteri Dari Anggota TNI AL HIV Positif
(Kusdariah)
190
Petunjuk
Pelaksanaan
Penanggulangan HIV/AIDS Di
Lingkungan TNI Angkatan Laut
Oktober,
2011;
Tdak
dipublikasikan.
Notoadmodjo, (2003), Pendidikan dan
perilaku kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Nasroudin, HIV dan Aids Pendekatan
Biologi Molekuler, Klinis, dan
Sosial, Airlangga University Press.
Surabaya, 2007
Pollit, P.F., Beck, C.T & Hugler, B.P.
(2001). Essentials of nursing
research: Methods appraisal and
utilization. 3rd ed. Philadelphia:
J.B. Lippincott.
Rochimhdhi, Trijatmo dkk ( 1992 ),
Syndrom AIDS . Cat 1 Jakarta EGC