Laporan Resmi
Laporan Resmi
PERCOBAAN 5
ISOLASI KAFEIN DAN IDENTIFIKASI ALKALOID DARI Camelia sinensis
FOLIUM
Disusun Oleh :
Nama Anggota
: 1. Ratna Mutiara
( G1F013017)
2. Triana Dewi
( G1F013019)
3. Desi Purnamasari
(G1F013021)
4. Ira Yuliana
(G1F013025)
5. Nurul Kamilah S
Gol/Kel
: IIA / Chalkon
Nama Asisten
Dosen Jaga
(G1F013027)
A. Tujuan Praktikum
Memahami dan melakukan cara isolasi senyawa kafein dari daun the hitam
(Thea nigra atau Black tea), serta melakukan pengujian alkaloid secara kualitatif
dengan reaksi kimia.
B. Pendahuluan
Jenis teh sangat beragam, begitu juga dengan kualitas hasil olahannya.
Namun, umumnya jenis teh dibagi menjadi tiga berdasarkan waktu dari lamanya
proses fermentasi yaitu, teh hijau dibuat tanpa melalui proses fermentasi, teh
oolong dihasilkan melalui proses semi fermentasi, dan teh hitam dibuat melalui
proses fermentasi. Komposisi kimia daun teh segar (dalam % berat kering)
adalah serat kasar, selulosa, lignin 22%, protein dan asam amino 23%, lemak 8%,
polifenol 30%, kafein 4%, pektin 4% (Sundari dkk, 2009). Kafein termasuk
dalam famili bahan alam yang dikenal sebagai xantin. Xantin berasal dari
tumbuhan yang sejak dulu dikenal sebagai stimulan. Kafein adalah jenis xantin
yang kuat, dengan kemampuannya untuk meningkatkan kesadaran, tidak tertidur,
dan kafein merupakan vasodilator (relaksasi pembuluh darah) dan sebagai
diuretik (meningkatkan jumlah urin) (Atomssa dan Gholap, 2011).
Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin, senyawa golongan alkaloid purin dengan
rumus molekul C8H10N8O2. Kafein hasil isolasi maupun sintesis dapat berbentuk
anhidrat atau hidrat yang mengandung satu molekul air. Senyawa ini mempunyai
sifat fisik berupa serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih, biasanya
menggumpal, tidak berbau, dan berasa pahit seperti alkaloid pada umumnya.
Kafein sukar larut dalam eter, agak sukar larut dalam air dan etanol, serta mudah
larut dalam kloroform (Safitri, 2007)
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat di daun teh
(Camellia sinensis), biji kopi (Coffea arabica), dan biji coklat (Tehobroma
cacao). Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti
menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos
bronkus, dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek farmakologis tersebut
seringkali kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman suplemen. Efek
samping dari penggunaan kafein secara berlebihan (overdosis) dapat
menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang
(Nersyanti, 2006).
C. Bahan dan Alat
Perlakuan
Ditimbang Simplisia daun teh 40 gr
Dimasukkan ke dalam beker gelas
Ditambahkan 400 mL aquadest
Dipanaskan
Disaring dengan kertas flanel putih
Disaring dengan corong buchner
Ditambah Pb asetat tetes demi tetes 25 mL
8
9
10
11
12
13
14
15
Hasil Pengamatan
16
17
18
Warna : putih
Bau : khas
Rasa : pahit
Bentuk : seperti jarum
Kristal
19
Rendemen :
:
: 0,2325 %
Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan isolasi kafein dan identifikasi alkaloid dari
Camellia sinesis folium. Percobaan ini diawali dengan menimbang simplisia daun teh
hitam sebanyak 40 gram dan ditambahkan 400 ml aquades, kemudian dipanaskan
hingga mendidih. Hal ini didasarkan pada kelarutan kafein yang semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya suhu, berdasarkan kelarutannya tersebut pendidihan
campuran ini bertujuan untuk mendapatkan kafein dengan jumlah lebih banyak lagi
dari teh yang diisolasi yaitu dengan membuka pori-pori dari daun teh agar ekstrak
daun teh dapat keluar dengan sempurna. Kemudian larutan didinginkan terlebih
dahulu selanjutnya dilakukan penyaringan dengan kain flanel. Penyaringan larutan
bertujuan untuk memisahkan filtrat kafein dengan endapan (Hesse, 2000).
Selanjutnya larutan ditambahkan Pb asetat sedikit demi sedikit sebanyak 25
ml dan disaring dengan buchner hingga jernih, Penambahan Pb asetat dimaksudkan
agar struktur kafein tidak rusak dalam larutan dan diperoleh endapan dalam filtrat.
Endapan tersebut merupakan zat-zat pengotor. Maka dari itu, dilakukan penyaringan
dengan menggunakan bunchner untuk memisahkan endapan yang terdapat dalam
filtrat kafein. Selanjutnya filtrat kafein didinginkan dan dilakukan ekstrasi dengan
dimasukan kedalam corong pisah menggunakan pelarut kloroform. Penambahan
kloroform dalam corong pisah bertujuan untuk mengikat kafein dari larutan agar
kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein terikat dengan
kloroform karena kloroform adalah senyawa non polar yang dapat terikat dengan
senyawa non polar yaitu kafein sendiri. Pada saat penambahan kloroform,
menggunakan
hukum
distribusi
Nersnt.
Kloroform
menjadi
solute
yang
mendistribusikan diri diantara kafein dan zat pelarut teh. Pengocokan corong pisah
yang berisi larutan dan kloroform agar kloroform dapat terdistribusi dengan cepat dan
keduanya tercampur sempurna. Ekstrasi dilakukan sebanyak 2 kali dengan tujuan
agar pemisahan terjadi secara maksimal. Pada ekstraksi pertama ditambahkan
kloroform 25 ml dan ekstraksi ke dua ditambahkan sebanyak 20 ml. Setelah di
ekstraksi terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah pada ekstraksi pertama dan kedua
masing-masing ditampung dalam cawan porselen. Lapisan atas merupakan lapisan
fasa air yang mengandung sisa garam dan Pb dan lapisan bawah atau fasa organik
merupakan lapisan yang mengandung kafein dalam kloroform, Terbentuknya dua
lapisan disebabkan karena perbedaaan massa jenis antara larutan teh dengan
kloroform, dimana fasa air mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari fasa
kloroform dan perbedaan kepolaran, fasa air bersifat polar sedangkan fasa kloroform
bersifat non polar. Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan
komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai
terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen
kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya
dengan perbandingan konsentrasi yang tetap (Matsjeh, 2002).
Langkah selanjutnya yaitu dengan mencampurkan lapisan bawah 1 dan 2
kemudian ditampung dalam cawan porselen dan diuapkan diatas api bunsen sampai
kering dan ditutup dengan kertas saring agar kristal kafein yang terlarut tidak keluar
dari cawan. Kristal yang terbentuk ditimbang dan dihitung rendemen serta dilakukan
uji organoleptik, uji mikroskopik dan dilaukakan uji alkaloid dengan pereaksi
dragendorff.
1. Rendemen
Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan jumlah ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia awal yang digunakan. Rendemen ekstrak dapat
digunakan sebagai parameter standar mutu ekstrak pada tiap bets produksi
maupun parameter efisiensi ekstraksi (Jin, dkk, 2007).
Rendemen =
100 %
2. Uji organoleptik
organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan
rasa, dari kristal tersebut (Jin, dkk, 2007). Kafein berbentuk kristal, berwarna
putih dan rasanya pahit (Ciptadi dan Nasution, 1978). Hasil dari praktikum ini
juga didapatkan kristal berwarna putih dan mempunyai rasa pahit. Jadi, hasil
praktikum sesuai dengan literatur.
3. Uji mikroskopik
Uji mikroskopik pada umumnya meliputi pemeriksaan bentuk dan
pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri (Jin, dkk, 2007). Kafein berbentuk
kristal panjang, dengan rumus struktur sebagai berikut:
F. Kesimpulan
Rendemen kafein dari Camelia sinensis Folium yang dihasilkan dalam
praktikum kali ini yaitu 0,2325 %. Dari hasil uji organoleptik dapat diketahui
kafein berbentuk kristal, berwarna putih dan rasanya pahit dan dari hasil uji
alkaloid pada kafein yang di dapat dengan pereaksi dragendroff menghasilkan
larutan yang berwarna jingga, hal ini menunjukkan bahwa kristal yang diperoleh
dalam praktikum ini mengandung alkaloid kafein.
Daftar Pustaka
Atomssa, T., dan A.V. Gholap, 2011, Characterization of Caffeine and
Determination of Caffeine in Tea Leaves Using UV-Visible
Spectrometer, African Journal of Pure and Applied Chemistry, Vol. (V):
1.
Ciptadi, W., dan M.Z. Nasution, 1978. Pengolahan Kopi. Departemen Teknologi
Hasil Pertanian. Fatemeta-IPB, Bogor.
Hesse, M. 1981. Alkaloid Chemistry. Toronto: John Wiley and Sons, Inc
Jin, Yinzhe dan Kyung Ho Row. 2007. Solid-phase Exxtraction of Caffeine and
Catechin Compounds from Green Tea by Caffeine Molecular Imprinted
Polymer. Bull Korean Chem Soc Vol 28, No 2.
Matsjeh, S. 2002. Kimia Hasil Alam Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan
Falvonoid, Terpenoid dan Alkaloid. Jogjakarta: Jurusan Kimia FMIPA
UGM.
Nersyanti, F., 2006, Spektrofotometri Dervatif Ultraviolet Untuk Penentuan
Kadar Kafein Dalam Minuman Suplemen Dan Ekstrak The, Skripsi,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Bogor, Bogor.
Safitri, M., 2007, Metode Cepat Penentuan Stimultan Kadar Kafein, Vitamin B2
dan B6 Dalam Minuman Berenergi Dengan Teknik Zero-Crossing,
Skripsi, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bogor, Bogor.
Sundari, D., Budi Nuratmi, M.W. Winarno, 2009, Toksisitas Akut (LD50) Dan
Uji Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (Camelia sinensis Linn.) Kunze)
Pada Mencit, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol.
(19): 4.