sampai dengan tahun 2009 angka melek huruf sebesar 99,47 %. Angka
pendidikan yang ditamatkan pada seluruh jenjang pendidikan baik SD, SLTP
dan SLTA selama 5 tahun menunjukkan peningkatan dari 90,97% tahun 2005
menjadi 96,51%. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa,
berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu
terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu. Pada tahun 2009 APK SD/MI mencapai 105,27%,
SMP/MTs 114,19%, sedangkan SMA/SMK/MA mencapai 116,96 %.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia
yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia
yang sama. Capaian APM SD/MI pada tahun 2009 sebesar 89,68 %,
SMP/MTs 79,01 %, SMA/SMK/MA sebesar 79,97 %. Capaian APK dan APM
pada masing-masing jenjang pendidikan telah berada di atas rata-rata
APK/APM Jawa Tengah kecuali untuk SD/MI. Belum optimalnya angka
capaian APK/APM disebabkan oleh mahalnya biaya pendidikan, walaupun
dukungan anggaran untuk pendidikan sudah melebihi 20 % dari total anggaran
APBD. Oleh karena itu diperlukan upaya pengalokasian anggaran pendidikan
yang tepat agar pendidikan menjadi murah namun tetap berkualitas. Hal
demikian dirasakan cukup menghambat kinerja Dinas Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi yang sangat membutuhkan pegawai-pegawai dengan latar
belakang pendidikan teknis khususnya untuk mengatasi tingginya angka
pencari kerja, rendahnya tingkat kualitas/ produktivitas pencari kerja, masih
adanya gejolak ketenagakerjaan pada hubungan industrial, masih rendahnya
tingkat kesejahteraan pekerja / buruh, masih adanya sebagian pekerja yang
belum mendapatkan hak normatif, adanya animo transmigrasi terdaftar yang
belum di berangkatkan dan penataan organisasi dan personil. Hal itu bertujuan
agar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat memenuhi
standar pelayanan yang ada dan timbul rasa kepuasan dalam diri masyarakat
serta tingkat kesejahteraan masyarakat terpenuhi sesuai dengan harapan.
B. Penanganan
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta berdasarkan arah
kebijakan yang ditetapkan, disusun program-program pembangunan.
Program-program yang tercantum dalam RPJMD ini merupakan program
pendukung langsung dalam pencapaian kinerja makro sedangkan program
yang tidak mendukung langsung akan dijabarkan dalam Rencana Kerja
Pemerintah daerah Tahunan sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran.
Untuk Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat Kota Semarang
yang Berkualitas dapat melalui beberapa kegiatan yang dapat membantu
meningkatkan sumber daya manusia agar berkompeten pada bidangnya.
Kepemilikan tanah
Angka Kriminalitas
Kesehatan
Kemiskinan
Kesempatan Kerja
Kurangya tenaga
kerja
Disnakertrans
Kota Semarang
menjadikan
kinerja SKPD
tidak maksimal.
Olahraga
kemajuandalam
bidang olahraga.
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Laju inflasi
Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat
menggambarkan
kenaikan/penurunan
harga dari sekelompok barang dan jasa
yang berpengaruh terhadap kemampuan
daya beli masyarakat.
PDRB per
kapita
Besaran
laju
inflasi yang terjadi
lebih diakibatkan
pada permintaan
masyarakat akan
bahan kebutuhan
pokok.
Semarang
mengalami
Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB,
pertumbuhan yang
diikuti dengan kenaikan pendapatan per
positif. PDRB
kapita.
Perkapita atas
dasar harga
Kesempatan
kerja
Diperlukan upaya
Penurunan ratio penduduk yang bekerja perluasan
lebih diakibatkan karena meningkatnya lapangan
kerja
angkatan kerja yang tidak seimbang sebagai
upaya
dengan pertumbuhan lapangan kerja.
mengatasi
pengangguran.
PENUTUP
A. Rekomendasi
Dari analisis menggunakan Fishbone di atas telah ditemukan prioritas
kekuatan pendorong dan penghambat terkait masalah rendahnya
kesejahteraan pada Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Semarang
dengan mengalihkan kekuatan relatif penghambat/ pendorong, keterkaitan
dan kekuatan kemudahan penyelesaian/tingkat kendali. Prioritas kekuatan
pendorongnya yaitu meningkatkan kerjasama dengan pihak terkait dalam
penyerapan tenaga kerja, baik regional, nasional maupun internasional.
Sedangkan untuk prioritas kekuatan penghambatnya yaitu masih masih
rendahnya kesejahteraan masyarakat. Melihat hal itu pemerintah harus
mampu mengendalikan faktor pendorong tersebut agar dapat menunjang
Lingkung
an
Eksternal
KEKUATAN (S)
1. Meningkatkan
kerjasama dengan
pihak terkait dalam
penyerapan tenaga
kerja, baik
regional, nasional
maupun
internasional.
2. Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas sumber
daya pelatihan dan
produktifitas.
3. Meningkatkan
pengawasan dan
perlindungan
tenaga kerja sesuai
norma kerja yang
berlaku, serta
meningkatkan
peran lembagalembaga
ketenagakerjaan.
4. Pencermatan
kompetensi
kawasan
permukiman
transmigrasi guna
KELEMAHAN (W)
1. Sempitnya
kesempatan kerja
2. Rendahnya kualitas
dan produktifitas
tenaga kerja.
3. Belum optimalnya
perlindungan
tenaga kerja dan
pengembangan
lembaga tenaga
kerja.
4. Terbatasnya alokasi
target penempatan
transmigrasi.
5. Belum optimalnya
sarana-sarana
hubungan
industrial.
PELUANG (O)
1. Peningkatan
kualitas dan
kuantitas
sumber daya
manusia
2. Pengadaan
sarana
pelatihan
ketrampilan di
UPTD BLK
3. Melakukan
evaluasi
dengan
mendasarkan
pada kebutuhan
pasar kerja
4. Penyiapan
tenaga
instruktur
dengan
mempertimban
gkan
kompetensi
yang
diperlukan
dalam
pengisian
lowongan
kerja.
5. Pembinaan
pada pegawai
fungsional
mediator dan
pengawas
ketenagakerjaa
n
penempatan calon
transmigran.
S-O
6. Meningkatkan
kerjasama dengan
peningkatan
kualitas dan
kuantitas melalui
pelatihan
keterampilan,
evaluasi mendasar,
penyiapan tenaga
instruktur serta
pembinaan.
7. Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas dengan
mengoptimalkan
penyiapan
pelatihan
keterampilan di
UPTD BLK.
8. Pengawasan dan
peningkatan tenaga
kerja dengan
melakukan
pembinaan pada
pegawai fungsional
mediator dan
pengawas
ketenagakerjaan.
9. Pencermatan
kompetensi
kawasan
permukiman
transmigrasi
dengan penyiapan
tenaga instruktur.
10. Untuk
menyelesaikan
perselisihan
W-O
6. Kesempatan kerja
yang kian sedikit
maka harus
mengadakan sarana
pelatihan
keterampilan.
7. Rendahnya kualitas
tenaga kerja maka
perlu melakukan
evaluasi dengan
mendasarkan pada
kebutuhan pasar
kerja.
8. Perlindungan
tenaga kerja yang
rendah diperlukan
penyiapan tenaga
instruktur yang
mempertimbangka
n kompetensiyang
diperlukan.
9. Terbatasnya alokasi
target penempatan
transmigrasi maka
perlu diadakannya
evaluasi untuk
menyiapkan
penempatan.
10. Belum optimalnya
sarana-sarana
hubungan
industrial maka
harus
mengutamakan
kualitas dan
kuantitas sumber
daya manusia.
diperlukan
pembinaan pada
pegawai.
ANCAMAN (T)
11. Keterbatasan
kualitas dan
kuantitas
sumber daya
manusia di
bidang
pelatihan dalam
penyelenggaraa
n pelatihan
bagi tenaga
kerja
12. Belum
terpenuhinya
kesluruhan
sarana
pelatihan yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan
ketrampilan
oleh UPTDBLK Dinas
Tenaga Kerja
dan
Transmigrasi
Kota Semarang
sesuai dengan
pasar kerja
13. Belum
keseluruhan
lowongan kerja
yang tersedia
dapat dipenuhi
oleh pencari
kerja paska
mengikuti
S-T
16. Mengoptimalkan
kerjasama dengan
meningkatkan
kualitas dan
kuantitas sumber
daya manusia.
17. Mengoptimalkan
pelatihan dengan
menambahkan
sarana dan
prasarana pelatihan
yang diperlukan.
18. Meningkatkan
pengawasan
dengan
mengoptimalkan
fungsi mediator.
19. Pencermatan
kompetensi
kawasan
permukiman
transmigrasi
dengan
menyesuaikan
dengan pasar kerja.
20. Dengan
memfasilitasi
prosedur
penyelesaian
perselisihan
hubungan
industrial maka
harus menciptakan
hubungan
industrial yang
harmonis.
W-T
11. Dengan sempitnya
kesempatan kerja
maka harus
meningkatkan
kualitas sumber
daya manusia.
12. Mengoptimalkan
produktifitas
tenaga kerja
dengan
mengoptimalkan
sarana pelatihan
dan alat produksi.
13. Mengoptimalkan
perlindungan
tenaga kerja dan
pengembangan
lembaga tenaga
kerja.
14. Dengan terbatasnya
alokasi target
penempatan
transmigrasi maka
perlu diadakan
evaluasi dan
pelatihan
keterampilan.
15. Mengoptimalkan
sarana-sarana
hubungan
industrial dengan
memaksimalkan
fungsi mediator
maupun pengawas
ketenagakerjaan.
pelatihan
ketrampilan
dikarenakan
ketidaksesuaian
kompetensi
ketrampilan
yang dimiliki
dengan yang
diperlukan.
14. Masih
terbatasnya
tenaga
instruktur yang
profesional
yang berbasis
kompetensi
pada beberapa
jenis pelatihan
yang
diselenggaraka
n.
15. Belum
maksimalnya
fungsi mediator
maupun
pengawas
ketenagakerjaa
n dalam
penciptaan
hubungan
industrial yang
harmonis dan
penegakkan
pelaksanaan
norma kerja di
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.co.id/search?
biw=1366&bih=667&q=pengertian+paradigma+pembangunan+menurut+para+ah
l
http://www.academia.edu/6968453/Teori_dan_Paradigma_Pembangunan
http://midwiferycitrafitridarmayanti54.blogspot.com/2013/05/perubahanparadigma-pembangunan.html
http://disnakertrans-kotasemarang.or.id/2014/
http://www.semarangkota.go.id/