Anda di halaman 1dari 122

DTPS-KIBBLA

Pedoman Proses Perencanaan


Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota


Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
306.874 3
Ind
Indonesia. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
d Bina Kesehatan Masyarakat.
DTPS-KIBBLA: Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan Masalah melalui
Pendekatan Tim Kabupaten/Kota. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2008.
Buku 1 - Pedoman Proses Perencanaan
Buku 2 - Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak
Buku 3 - Panduan Fasilitator Proses Perencanaan
Buku 4 - Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan
Buku 5 - Panduan Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan
I. Judul I. MOTHER AND CHILD RELATIONS
II. PROBLEM SOLVING

ii

DTPS-KIBBLA

DTPS-KIBBLA
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN
Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan
Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota
ISBN 978-979-9254-19-4
Editor
Dr. Sri Hermiyanti, M. Sc
Dr. Lukman H.L., MBA
Dr. Muh. Ilhamy, Sp.OG
Kontributor
Dr. Reginald Gipson, MPH
Dr. Anhari Achadi, MPH SCD
Dr. Broto Wasisto, MPH
Dr. Budi Utomo, MPH
Dr. Astrid Sulistomo
Dr. Setyawati Budiningsih
Dr. Lukas C. Hermawan, M.Kes
Dr. Imran Pambudi
Dr. J. Prastowo N., MHA
Dr. Christina Manurung
Adriati Adnan, SKM
Drg. Wara Pertiwi, MA
Dr. Kirana Pritasari MQIH
Dr. Erna Mulati, M.Sc
Dr. Bagus Satria Budi, M.Kes
Dr. Nida Rohmawati
Dra. Fatimah Umar, Apt
Dra. Sri Kusminarti
Susri Rahayu, SKM
Bambang Wahyudianto, SSos
Khairul Abidin, SKM, M.Kes
Rusdin Pinem, SKM, MSi
Ridesman, SH, M.Kes
Dr. Naomi Yosiati
Yusuf R. Romli, SKM, M.Epid
Dr. Andah S
Dr. Reniati
Dr. M. Syah Sinar Rambey, M.Kes, DAN, AAK
Drg. Titien Irawati, M.Kes
Bambang Harianto, SKM, MSc
Dr. Frankie Hartanto
Dr. Witasari
Dr. Lies Zakaria
Dr. Wihardi Triman
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

iii

Funding and technical support for the development and printing of this material was provided by the United States
Agency for International Development (USAID) through its Health Services Program, Cooperative Agreement
No.497-A-00-05-00031-00.
This publication is made possible in part by the generous support of the American people through USAID. The
contents are the responsibility of the Republic of Indonesia Ministry of Health and do not necessarily reflect the
views of USAID of the United States Government.

iv

DTPS-KIBBLA

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Kata Sambutan
Sesuai dengan Strategi utama dan salah satu program prioritas Departemen
Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita di
Indonesia perlu dilakukan upaya terfokus berdasarkan perencanaan yang berbasis
data melalui proses yang sistematis dan partisipatif.
Berbagai kajian menunjukkan bahwa Indonesia perlu memberikan prioritas utama
pada upaya peningkatan Kesehatan untuk Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak balita
(KIBBLA), karena angka kesakitan dan angka kematian kelompok umur penduduk
tersebut masih tinggi. Kematian dan kesakitan pada ibu, bayi baru lahir dan anak
balita sebenarnya dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin.
Sesuai dengan nuansa desentralisasi di mana kewenangan untuk melaksanakan
program kesehatan telah diserahkan kepada daerah, maka pengelola program
diharapkan dapat menjawab tantangan dan mampu menerima tanggung jawab
dalam penyelenggaraan program KIBBLA dengan memanfaatkan potensi lokal
yang tersedia. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan suatu perencanaan
program KIBBLA oleh para pemangku kepentingan di daerah berupa Lokakarya
Perencanaan oleh Tim Kabupaten/Kota (District Team Problem Solving/DTPS) yang
dapat menjangkau seluruh kelompok sasaran, melalui suatu proses perencanaan
tahunan yang partisipatif, sistematis dan berkesinambungan sesuai dengan
peraturan dan perundangan yang berlaku.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku serial DTPS-KIBBLA, yang diharapkan
dapat digunakan sebagai panduan bagi tim kabupaten/kota dalam menyusun
perencanaan program KIBBLA.
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku serial DTPS-KIBBLA melalui proses yang sistematis dan
partisipatif.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya serta memberikan
petunjuk dan kekuatan bagi kita sekalian dalam melaksanakan pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Jakarta, 27 Agustus 2008

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

DR.Dr. Siti Fadilah Supari, SpJP(K)

ii

DTPS-KIBBLA

Kata Pengantar
Direktur Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan ridho-Nya buku serial
DTPS-KIBBLA (District Team Problem SolvingKesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan
Anak balita) ini berhasil disusun dengan baik.
Buku serial DTPS-KIBBLA terdiri dari 5 buku yaitu: 1) Pedoman Proses
Perencanaan, 2) Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak 3) Panduan Fasilitator
Proses Perencanaan, 4)Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan, 5) Panduan
Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku Pedoman Proses Perencanaan ini,
yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perencanaan program KIBBLA di
kabupaten/kota dalam menghasilkan rencana kerja dan anggaran tahunan bagi
pengelolaan program KIBBLA di propinsi dan kabupaten/kota.
Buku ini menguraikan secara sistematis proses penyelenggaraan lokakarya DTPSKIBBLA dari analisis situasi, prioritas masalah, solusi dan kegiatan yang secara
ilmiah terbukti berdampak ungkit besar dalam penurunan kesakitan/kematian
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita.
Buku Pedoman Proses Perencanaan ini disusun bersama, dengan melibatkan
Direktorat terkait di Departemen Kesehatan, bekerjasama dengan Health Service
Program (HSP/USAID) dengan bantuan dari IKK FKUI. Proses uji coba dan revisi
draft buku dilakukan dengan melibatkan staf dinas kesehatan dari 6 propinsi dan
31 kabupaten/kota.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

iii

Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelenggaraan dalam penyusunan buku
serial ini.
Untuk penyempurnaan pedoman ini diharapkan kritik dan saran semua pihak guna
perbaikannya.
Jakarta, 8 Agustus 2008
Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI


Dr. Budihardja DTM&H, MPH

iv

DTPS-KIBBLA

Daftar Isi

Hal

Kata Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Kata Pengantar Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Skema
Daftar Singkatan dan Istilah

i
iii
v
vi
vii

Bab I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.2. Tujuan

1
1
2

Bab II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR,
DAN ANAK BALITA (KIBBLA)

II.1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

II.2. Kesehatan Bayi dan Anak Balita

II.3. Perbaikan Gizi Masyarakat

II.4. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

3
4
4
5
5

Bab III
PERENCANAAN KESEHATAN MELALUI PENDEKATAN DTPS-KIBBLA

III.1. Pengertian dan Tujuan

III.2. Tahapan dan Proses

7
7
8

Bab IV
PROSES LOKAKARYA PERENCANAAN

Sesi 1: Analisis Situasi dan Masalah

Sesi 2: Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah

Sesi 3: Solusi dan Kegiatan

Sesi 4: Prioritas Kegiatan dan Target

Sesi 5: Rencana Usulan Kegiatan

Sesi 6: Rencana Usulan Anggaran

Sesi 7: Pemantauan dan Penilaian

Sesi 8: Pembuatan Dokumen Perencanaan dan Anggaran

Sesi 9: Rencana Tindak Lanjut

13
13
25
35
39
43
45
51
53
57

Bab V
PENUTUP

61

LAMPIRAN

62

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

Daftar Tabel
Tabel 1A
:
Tabel 1B
:
Tabel 1C
:
Tabel 1D
:
Tabel 2C
:
Tabel 3C
:

Tabel 4A
:
Tabel 4B
:
Tabel 5
:
Tabel 6A
:

Tabel 6B
:
Tabel 6C
:
Tabel 7A
:
Tabel 7B
:
Tabel 8
:
Tabel 9
:

Data Sasaran, Kematian dan Kesakitan KIBBLA


Cakupan Pelayanan Kesehatan KIBBLA
Faktor Penyulit/Pendukung Pelayanan KIBBLA
Ketersediaan obat indikator Program KIBBLA
Contoh Penetapan Prioritas Masalah Anak Balita
Contoh Prioritas Penyebab Masalah, Solusi, dan Kegiatan Anak
Balita
Contoh Prioritas Kegiatan
Contoh Kegiatan dan Target
Contoh Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Contoh Uraian perhitungan APBD, APBN, dan sumber lain
(sebelum ada pagu sementara)
Contoh Uraian Perhitungan APBD
Contoh Uraian Perhitungan APBN
Contoh Rencana Pemantauan Kegiatan
Contoh Rencana Penilaian Program
Rekapitulasi Tabel dan Skema untuk Proses DTPS-KIBBLA
Contoh Rencana Tindak Lanjut

Daftar Skema
Skema 1
:
Skema 2
:
Skema 2C :
Skema 2C :

Skema 2CC :
Skema 2CC :

Skema 3
:
Skema 3C :

vi

DTPS-KIBBLA

Kerangka Proses Perencanaan


Analisis penyebab masalah dan prioritas masalah
Analisis Penyebab Masalah
Contoh Skema Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Anak Balita
akibat Diare
Prioritas Penyebab Masalah
Contoh Skema Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita akibat Diare
Skema Solusi dan Kegiatan
Contoh Skema Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita akibat Diare

Daftar Singkatan dan Istilah


AKI
:
AKB
:
AKABA
:
APBD
:
APBN
:
APN
:
ANC
:
Askeskin
:
ATK
:
Baduta
:
Balita
:
BCG
:
BBLR
:
BKKBN
:
BPS
:
CPR
:
CBR
:
CU
:
CTU
:
DBD
:
Dekon
:
Depdagri
:
Depkes
:
Dinkes
:
DOEN
:
DTPS
:
HDK
:
HIV-AIDS
:

HSP
:
IBI
:
IDAI
:
IDI
:
IMD
:
ISPA
:
IUD
:
Jamkesmas :
JKO
:
K1
:
K4
:
KB
:
KEK
:
KIA
:
KIBBLA
:
KIE
:
KIP/K
:

Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Balita
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Asuhan Persalinan Normal
Antenatal Care
Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
Alat Tulis Kantor
Bawah Dua Tahun
Bawah Lima Tahun
Bacillus Calmette Guerin
Berat Bayi Lahir Rendah
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Biro Pusat Statistik
Cardio Pulmonary Resucitation (Resusitasi Jantung Paru)
Crude Birth Right
Current User
Contraceptive Technology Updates
Demam Berdarah Dengue
Dekonsentrasi
Departemen Dalam Negeri
Departemen Kesehatan
Dinas Kesehatan
Daftar Obat Essensial Nasional
District Team Problem Solving
Hipertensi Dalam Kehamilan
Human Immuno Deficiency Viruses Aquired Immune
Deficiency Syndrome
Health Services Program
Ikatan Bidan Indonesia
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ikatan Dokter Indonesia
Inisiasi Menyusu Dini
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Infra Uterine Device
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Miskin)
Jaminan Komoditas dan Obat
Kunjungan Antenatal Pertama
Kunjungan Antenatal Ke-4(empat)
Keluarga Berencana
Kurang Energi Kronik
Kesehatan Ibu dan Anak balita
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
Komunikasi Interpersonal/Konseling
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

vii

KMS
Kn1
Kn2
KONAS
KUA
KW
LB
LPLPO
LSM
MAK
MDG
Menkes
MP-ASI
MPS
MTBS
P2PL
P1
P2
P3
PMPT
PMTCT
P4K
PN
POLINDES
PONED
PONEK
Poskesdes
Posyandu
PP AKI/AKB
PPAS
Puskesmas
Pustu
RKA
RKPD
RS
SKPD
SPM
UPOPPK
USAID
WHO

viii

DTPS-KIBBLA

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Kartu Menuju Sehat


Kunjungan Neonatal Pertama
Kunjungan Neonatal Kedua
Kebijakan Obat Nasional
Kebijakan Umum Anggaran/APBD
Kewenangan Wajib
Laporan Bulanan
Laporan Penerimaan dan Laporan Pemakaian Obat
Lembaga Swadaya Masyarakat
Mata Anggaran Kegiatan
Millenium Development Goals
Menteri Kesehatan
Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Making Pregnancy Safer
Manajemen Terpadu Balita Sakit
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Perencanaan
Penggerakan dan Pelaksanaan
Pemantauan, Pengawasan dan Penilaian
Perencanaan Melalui Pendekatan Tim
Prevention of Mother to Child HIV Transmission
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
Persalinan Nakes (Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan)
Pos Bersalin Desa
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
Pos Kesehatan Desa
Pos Pelayanan Terpadu
Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Pusat Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Pembantu
Rencena Kerja dan Anggaran
Rencana Kerja Perangkat Daerah
Rumah Sakit
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Standar Pelayanan Minimal
Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
United States Agency for International Development
World Health Organization

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pada era desentralisasi, kabupaten/kota telah mendapat pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab dari pemerintah pusat untuk menyelenggarakan pemerintahan
dan pembangunan daerah termasuk bidang kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota bertanggung jawab untuk menyelenggarakan manajemen program dan
pelayanan kesehatan yang dimulai dari penyusunan rencana pembangunan sektor
kesehatan yang berbasis bukti (evidence based) termasuk penyediaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Agar proses perencanaan
berjalan baik, diperlukan suatu pedoman perencanaan yang sederhana, praktis,
sistematis, komprehensif, dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan, termasuk
perencanaan dan penganggaran untuk memelihara dan memperbaiki status
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita (KIBBLA)
Buku Pedoman Proses Perencanaan ini merujuk pada PEDOMAN PERENCANAAN
Making Pregnancy Safer tahun 2004, yang dikembangkan untuk menjangkau
bukan saja kesehatan ibu dan bayi baru lahir tetapi juga meliputi bayi dan Anak
Balita, sekaligus kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan pelayanan KIBBLA yang
bermutu.
Buku ini memberikan arahan tentang perlunya merumuskan perencanaan multipihak
melalui proses Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Tim (PMPT) atau District
Team Problem Solving (DTPS), sehingga disebut Pedoman Proses Perencanaan
DTPS-KIBBLA.
Buku pedoman ini berisi: Kebijakan dan Strategi Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak Balita, alur proses lokakarya DTPS-KIBBLA, serta petunjuk untuk
membuat perencanaan dan penganggaran secara sederhana menurut tahapantahapan yang jelas. Anggota tim perencana diminta untuk menyiapkan data yang
spesifik bagi daerahnya masing-masing untuk digunakan pada proses perencanaan.
Dalam membuat perencanaan dan penganggaran, tim harus juga mengaitkan proses
perencanaan dengan rangkaian buku pedoman lain seperti: Pedoman Pelaksanaan
Strategi MPS dan pedoman Kebijakan dan Strategi dalam Akselerasi Upaya Penurunan
Angka Kematian dan Peningkatan Kualitas Hidup Bayi dan Balita di Indonesia,
Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan, Supervisi Fasilitatif, dan buku-buku

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

terkait lainnya. Hal Ini sangat penting agar terdapat konsistensi antara kebijakan
dengan rencana kegiatan dan pelaksanaan program yang disusun.
Proses perencanaan ini memberikan kesempatan pada tim perencana kabupaten/kota
untuk meningkatkan kemampuannya dalam menentukan prioritas pembangunan
kesehatan di daerah dengan memanfaatkan data yang tersedia, melakukan analisis
untuk menentukan solusi masalah, menetapkan target kegiatan yang akan
dilakukan berikut anggaran yang dibutuhkan, sehingga dihasilkan suatu dokumen
perencanaan dan anggaran program KIBBLA yang komprehensif berbasis data.
Pendekatan multi-pihak akan menghasilkan sebuah perencanaan yang komprehensif
yang menjabarkan kegiatan pelaksanaan program secara integratif.

I.2. Tujuan
Tujuan pedoman ini adalah meningkatnya kualitas perencanaan program
KIBBLA di Kabupaten/kota, melalui proses PMPT atau DTPS untuk menghasilkan
suatu dokumen rencana kerja dan anggaran tahunan. Di dalamnya termasuk intervensi
dan kegiatan yang diprioritaskan yang mempunyai dampak terbesar terhadap
penurunan angka kematian ibu, bayi baru lahir dan anak balita. Kesemuanya
searah dengan Strategi Pembangunan Jangka Menengah dari Departemen
Kesehatan menuju pencapaian target Millenium Development Goal 2015 (MDG
2015).

DTPS-KIBBLA

BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN
ANAK BALITA (KIBBLA)

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD
1945 dan UU nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Walaupun berbagai
upaya kesehatan telah membawa kemajuan penting dalam meningkatkan
kualitas kesehatan penduduk tetapi masih terjadi disparitas status kesehatan
masyarakat antar penduduk jika dikaitkan dengan kondisi sosio-ekonomi dan
wilayah geografis tempat tinggal mereka.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 Angka Kematian
Bayi (AKB) masih 35 per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) 46
per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga dan
saat ini masih terjadi kesenjangan yang lebar antara wilayah Indonesia Timur
dengan wilayah Indonesia Barat.
Untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat telah ditetapkan kebijakan
pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut ke
dalam Grand Strategy Departemen Kesehatan yakni:
1.
2.
3.
4.

Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.


Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas.
Meningkatkan sistem surveilans, monitoring, dan informasi kesehatan.
Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Untuk program pembangunan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita
telah ditetapkan kebijakan khusus yang juga mencakup upaya perbaikan gizi
masyarakat serta jaminan obat dan perbekalan kesehatan.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

Kebijakan-kebijakan khusus tersebut adalah:

II.1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir


Kebijakan program kesehatan ibu dan bayi baru lahir adalah mendekatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat, yang terfokus pada 3
pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS):
1. Setiap persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Ketiga pesan kunci MPS diatas harus diselenggarakan dengan saling terintegrasi
melalui 4 (empat) strategi:
1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu untuk ketiga fokus
pelayanan di atas, baik pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan.
2. Membangun kemitraan yang efektif antara program dan sektor serta mitra
swasta.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga.
4. Mendorong pemberdayaan masyarakat.

II.2. Kesehatan Bayi dan Anak Balita


Dalam mengatasi kesakitan dan kematian bayi dan anak balita telah ditetapkan
strategi:
1. Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk kemitraan dengan multipihak di berbagai
tingkatan program kesehatan Bayi baru lahir, Bayi dan Balita.
2. Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui
peningkatan akses dan kualitas termasuk sistem rujukan perawatan kesehatan Bayi
baru lahir, Bayi dan Balita.
3. Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui
pendataan, pemanfaatan PWS dan AMP, supervisi, monitoring, dan evaluasi
masalah kesehatan Bayi baru lahir, Bayi, dan Balita.
4. Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui penelitian
dan pengembangan teknologi tepat guna dalam pelayanan dan perawatan
kesehatan Bayi baru lahir, Bayi, dan Balita.
5. Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui
advokasi untuk menjamin peningkatan rencana dan anggaran Kesehatan Bayi
baru lahir, Bayi, dan Balita.

DTPS-KIBBLA

II.3. Perbaikan Gizi Masyarakat


Untuk menurunkan prevalensi gizi kurang dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang
didasarkan kepada kebijakan:
1. Mengembalikan fungsi Posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi
secara dini gangguan pertumbuhan balita, terutama Bawah Dua Tahun (baduta).
2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan Sumber Daya Manusia (SDM)
Puskesmas beserta jaringannya dalam Tatalaksana Gizi Buruk dan masalah gizi
lainnya, manajemen laktasi dan konseling gizi.
3. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok
rawan termasuk keadaan darurat melalui suplementasi gizi mikro, Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), makanan tambahan dan diet khusus.
4. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) gizi seimbang.
5. Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB), Sistim Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG) untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi,
6. Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.
7. Menggalang kerjasama lintas sektor, kemitraan dengan masyarakat, dunia usaha
dan swasta.

II.4. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan


1. Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan.
2. Peningkatan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.
3. Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat mutu, keamanan
dan kemanfaatan.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

DTPS-KIBBLA

BAB III
PERENCANAAN KESEHATAN
MELALUI PENDEKATAN DTPS-KIBBLA

Menurut UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional, perencanaan adalah suatu proses
untuk mengembangkan dan menentukan upaya yang tepat
untuk dilaksanakan di masa depan yang telah ditetapkan
melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber
daya yang tersedia. Perencanaan merupakan langkah
awal dalam siklus manajemen yang akan dilanjutkan
dengan unsur-unsur lain seperti: pelaksanaan program
dan kegiatan, pengorganisasian, penganggaran dan
pengawasan. Keberhasilan suatu program ditentukan
melalui perencanaan yang baik dan efektif.
Dinas Kesehatan kabupaten/kota mempunyai kewajiban
untuk menyusun rencana kerja tahunan pembangunan
kesehatan yang diatur melalui peraturan perundangundangan dan ketentuan dari Departemen Dalam Negeri
(DEPDAGRI). Penyusunan rencana kerja tahunan mengacu kepada Renstra
Kesehatan Kabupaten/Kota, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan,
dan atau berbagai pedoman teknis lainnya.

III.1. Pengertian dan Tujuan



a. Pengertian

Perencanaan Melalui Pendekatan Tim kabupaten/kota merupakan suatu metode


perencanaan kesehatan yang dikembangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO) dan dikenal sebagai DTPS. Pendekatan ini dapat digunakan
untuk menyusun perencanaan berbagai program kesehatan. Di Indonesia metoda ini
telah digunakan sejak tahun 2003 sebagai metode perencanaan program kesehatan
yang mengacu pada konsep MPS atau lebih dikenal sebagai DTPS-MPS.
Sesuai dengan perkembangan, maka perencanaan DTPS-MPS diperluas sehingga
menjadi lebih lengkap dengan terintegrasinya program lain dengan sasaran yang

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

sama sehingga manajemen pelayanan KIBBLA di kabupaten/kota menjadi lebih


efektif, komprehensif, dan realistis.
Untuk itu, Departemen Kesehatan mengembangkan Pedoman Perencanaan DTPSMPS menjadi Pedoman Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA yang mencakup:
1. Komponen Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
2. Komponen Kesehatan Bayi dan Anak Balita.
3. Komponen terkait lainnya, misalnya: KB, ketersediaan obat dan perbekalan,
gizi, imunisasi, dan promosi kesehatan.

b. Tujuan DTPS-KIBBLA
Menghasilkan rencana kegiatan dan anggaran KIBBLA kabupaten/kota yang
berbasis bukti, dan yang didukung oleh multipihak.

III.2. Tahapan dan Proses

(lihat skema 1: Alur Proses Lokakarya DTPS-KIBBLA)


DTPS-KIBBLA dilaksanakan oleh Tim Perencana kabupaten/kota didampingi oleh
fasilitator yang kompeten. Proses perencanaan dapat diselenggarakan dengan
menggabungkan beberapa kabupaten/kota (2-4 kabupaten/kota).
DTPS-KIBBLA terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
1. Orientasi Multipihak.
2. Lokakarya Perencanaan
3. Advokasi.
Proses perencanaan DTPS-KIBBLA dimulai dengan pengumpulan data rutin pada
akhir tahun dan berlanjut sampai tersusunnya rancangan awal Rencana Kerja
Perangkat Daerah (RKPD). Selanjutnya bersama tim advokasi akan dilakukan
pengawalan dokumen sampai terbitnya Perda APBD.

Tahap 1: Orientasi Multipihak

Tahap orientasi multipihak secara khusus akan dijelaskan pada Panduan


Fasilitator Orientasi Multipihak Seri Buku DTPS-KIBBLA.

Tahap 2: Lokakarya Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA

Lokakarya ini dilaksanakan paling lama 2 minggu setelah pertemuan orientasi


multipihak (tahap I). Pada saat itu proses pengumpulan data harus sudah selesai.

Tujuan

Pada akhir lokakarya tim perencana kabupaten/kota dapat:


1. Menghasilkan analisis situasi KIBBLA berdasarkan data kabupaten/kota.
2. Menghasilkan analisis penyebab masalah KIBBLA di kabupaten/kota.

DTPS-KIBBLA

3. Memilih prioritas penyebab masalah, solusi dan kegiatan.


4. Menghasilkan perhitungan rencana kebutuhan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Menghasilkan draft dokumen perencanaan dan penganggaran pelayanan KIBBLA.

Proses

Lokakarya ini dipersiapkan oleh fasilitator beserta tim perencana DTPSKIBBLA


yang sudah dibentuk pada tahap orientasi.

Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan: 5 hari (jadwal acara lihat lampiran 2)


Tempat: Dapat dilaksanakan di propinsi atau kabupaten/kota

Peserta

Tim perencana kabupaten/kota berjumlah 1214 orang terdiri dari:


1. Dinas Kesehatan: penanggung jawab unsur perencanaan, Kesejahteraan Ibu
dan Anak balita (KIA), pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan farmasi/
gudang dan perbekalan, Pencegahan Pemberantasan Penyakit, gizi, Promosi
Kesehatan serta Perwakilan Puskesmas (1 orang).
2. Rumah Sakit Umum kabupaten/kota : dokter spesialis kebidanan dan dokter
spesialis Anak Balita.
3. Badan Pengelola KB Daerah.
4. Organisasi profesi yang terkait dan LSM yang berpotensi dalam bidang
kesehatan.
5. Bappeda.

Luaran

Draft dokumen perencanaan kegiatan dan anggaran KIBBLA kabupaten/kota.

Catatan:
Bila di RS kabupaten/kota TIDAK ADA DOKTER SPESIALIS yang bisa memberikan

masukan teknis, maka dapat diganti dengan dokter umum penanggungjawab rujukan sebagai tim DTPS atau
Bila di RS kabupaten/kota TIDAK ADA DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER
UMUM PENANGGUNG JAWAB, maka dapat diganti dengan dokter spesialis dari
kabupaten/kota lain yang memahami permasalahan rujukan KIBBLA di daerah
tersebut sebagai narasumber DTPS.
Bila di kabupaten/kota tersebut TIDAK ADA RUMAH SAKIT maka dapat
mengundang dokter spesialis atau dokter penanggungjawab rujukan dari
kabupaten/kota lain yang memahami permasalahan rujukan KIBBLA di daerah
tersebut sebagai narasumber.
Apabila kabupaten/kota sudah pernah menyelenggarakan proses DTPS-KIBBLA,
maka bila perlu tahapan dapat disederhanakan, misalnya tidak melakukan Tahap
Orientasi dan atau Analisis Masalah.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

Tahap 3: Advokasi

Tahap ini dilaksanakan segera setelah lokakarya perencanaan DTPS-KIBBLA


sampai disetujuinya Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) dengan pendampingan fasilitator propinsi, tim advokasi dan
sektor terkait.

Tujuan

1. Tersedianya dokumen perencanaan dan anggaran sesuai dengan ketentuan


yang berlaku.
2. Tersedianya bahan untuk materi advokasi.
3. Disetujuinya program KIBBLA sebagai program prioritas pada RKPD,
Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS) dan RKA-SKPD.

Proses

1. Pertemuan penyempurnaan dokumen perencanaan dan anggaran KIBBLA.


2. Pertemuan untuk mengemas materi guna melaksanakan langkah-langkah
advokasi.
3. Advokasi/sosialisasi lintas program, lintas sektor terkait,
4. Pengusulan kegiatan dan anggaran KIBBLA kedalam RKPD melalui Musrenbang/
Bagian Perencanaan/Bina Program.
5. Pertemuan pengusulan perencanaan dan anggaran KIBBLA mengikuti Alur
Proses Perencanaan APBD (lampiran 9) melalui Bagian Perencanaan/Bina
Program.

Waktu dan Tempat

1. Waktu: Penyempurnaan draft dokumen dilakukan satu minggu setelah lokakarya


melalui beberapa kali pertemuan.
2. Tempat: Dilaksanakan di kabupaten/kota.
3. Peserta: Tim perencana dan tim Advokasi DTPS-KIBBLA kabupaten/kota.

Luaran

1. Dokumen Perencanaan dan Anggaran KIBBLA yang telah disempurnakan.


2. Bahan materi Advokasi.
3. Program KIBBLA menjadi program prioritas pada RKPD, Kebijakan Umum
Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan RKASKPD.

10

DTPS-KIBBLA

Skema 1

Alur Proses Lokakarya DTPS-KIBBLA

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

11

12

DTPS-KIBBLA

BAB IV
PROSES LOKAKARYA PERENCANAAN

Pengantar DTPS
Lokakarya perencanaan DTPS diawali dengan agenda sebagai berikut:
1. Pembukaan.
2. Dinamika kelompok untuk perkenalan dan pencairan.
3. Penjelasan Alur proses DTPS.
4. Kebijakan KIBBLA (Standarisasi Input): kebijakan dan strategi program KIBBLA
terkini.

Sesi 1:
Analisis Situasi dan Masalah
Analisis situasi dan masalah merupakan proses untuk mengidentifikasi adanya
masalah kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak balita serta cakupan program
apakah sudah mencapai target yang telah ditetapkan, dan faktor faktor yang
mempengaruhi antara lain sumber daya yang tersedia, lingkungan, peraturan dan
kebijakan yang ada. Data yang dianalisis adalah data program KIBBLA termasuk
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.
Untuk melakukan Analisis Situasi dan masalah, tim perencana agar membawa
form pengumpulan data dan tabel Analisis Situasi dan Masalah (tabel 1A, 1B,1C
dan 1D) yang sudah terisi lengkap.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

13

Tabel 1A:
Data Sasaran Kematian dan Kesakitan
Kabupaten/Kota: ____________________
Cara Pengisian Tabel 1A:
1. Kolom 1: Isi dengan nama kelompok sasaran, bila data tersedia, jumlah sasaran
dibagi lagi atas karakteristik tertentu, misalnya: Jumlah penduduk, Jumlah
penduduk miskin, jumlah ibu hamil dari Keluarga Miskin, jumlah PUS dan
sebagainya.
2. Kolom 24: Isi untuk 3 tahun terakhir yaitu (x-2),(x-3), dan (x4), kecuali bila ada
perubahan yang besar, misalnya akibat ada pemekaran wilayah dan sebagainya,
sesuai dengan data yang tersedia. Tahun x adalah tahun anggaran yang akan
direncanakan.
3. Kolom 5: Isi dengan sumber data atau keterangan bila diidentifikasi adanya
masalah atau hal yang perlu perhatian khusus. Contoh: bila hanya dapat mengisi
untuk tahun (x2) tulis dalam kolom keterangan bahwa data yang tersedia
hanya untuk tahun (x-2). Bila memang ada data yang dapat dipercaya dapat
pula dituliskan dalam kolom keterangan, misalnya: sekitar 50% dari ibu hamil
termasuk Gakin.
Catatan:
Kelompok sasaran/indikator dapat ditambahkan sesuai dengan data kabupaten.
Jumlah penduduk diambil dari BPS atau sumber yang paling dipercaya.
Data CBR (Crude Birth Rate) = Angka Kelahiran Kasar diambil dari BPS terakhir
(lihat lampiran 2, CBR menurut Provinsi).
x = Tahun anggaran yang direncanakan.
*) Sumber data: Lap. Jamkesmas, Form Kab 1-A.1, Jamkesmas.

14

DTPS-KIBBLA

KELOMPOK SASARAN

Tahun
(x-4)

Tahun
(x-3)

Tahun
(x-2)

Sumber data/
Ket.

Jumlah penduduk
Jumlah penduduk miskin
Data sasaran KIBBLA
Jumlah bayi (CBRx jml pddk) *
Jumlah balita
Jumlah ibu hamil (CBRx1.1 x jml pddk)
Jumlah bumil gakin (CBRx1.1xjml pddk
miskin)
Jumlah ibu bersalin (1.05 x jml bayi)
Jumlah Ibu nifas (CBR x jml pddk)
Jumlah pasangan usia subur
Data Kematian dan Kesakitan Ibu
Jumlah kematian
Penyebab:
Perdarahan
Infeksi
Hipertensi dalam kehamilan (HDK)
Komplikasi Abortus
Lain-lain (sebutkan):
Jumlah kesakitan
Jumlah Bumil Anemi
Perdarahan
Infeksi
Hipertensi dalam kehamilan (HDK)
Komplikasi abortus
Bumil Kurang Enerji Kronis (KEK)
Lain-lain (sebutkan)

Data Kematian dan Kesakitan Neonatal


Lahir Mati
Jumlah Kematian
Penyebab :

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

15

KELOMPOK SASARAN

Tahun
(x-4)

Tahun
(x-3)

Tahun
(x-2)

Sumber data/
Ket.

Asfiksia
Tetanus neonatorum
Infeksi
Lain-lain (sebutkan)
Jumlah kesakitan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Asfiksia
Tetanus neonatorum (TN)
Infeksi
Ikterus neonatorum
Data Kematian dan Kesakitan Bayi dan Anak Balita
Jumlah Kematian
Penyebab:
Pneumonia/Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA)
Diare
Campak
Gizi buruk
Lain-lain (sebutkan):
Jumlah kesakitan
Pneumonia/ISPA
Diare
Campak
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tuberkulosis (TBC)
Malaria
Gizi kurang
Gizi buruk
Lain-lain (sebutkan):

16

DTPS-KIBBLA

Tabel 1B:
Cakupan Pelayanan KIBBLA
Kabupaten/Kota: ________________
Cara Pengisian tabel 1B:

1. Kolom 1: Isi dengan indikator pelayanan.


2. Kolom 2, 3, dan 4: Isi dengan pencapaian pada tahun yang sesuai (x-4), (x-3) atau
(x-2) dalam bentuk %. Pastikan agar nominator dan denominator tersedia.
3. Kolom 5: Isi dengan target cakupan pelayanan untuk tahun 2010 yang
direncanakan.
4. Kolom 6: Kesenjangan antara pencapaian tahun terakhir dengan target 2010
(kolom 5kolom 4).
INDIKATOR

Pencapaian
Tahun (x-4)

Pencapaian
Tahun (x-3)

Pencapaian
Tahun (x-2)

Target Tahun
2010

Masalah/
Kesenjangan

Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu:


1. K1
2. K4
3. TT2
4. Fe3
5. Persalinan Nakes
6. Persalinan Nakes Askeskin*
7. Kunjungan nifas
8. Vit A Nifas
9. Ibu hamil yang punya buku
KIA
Cakupan Pelayanan Keluarga Berencana:
- CU/PUS
- Pil
- Suntik
- IUD
- Implant
- MOP/MOW
Dst
Deteksi Bumil dengan Risti/Komplikasi
- Hb < 8 g/dl
- Hipertensi dalam kehamilan
- Penyakit resiko kehamilan
(Jantung, TBC, Asma, dll)

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

17

INDIKATOR

Pencapaian
Tahun (x-4)

Pencapaian
Tahun (x-3)

Pencapaian
Tahun (x-2)

Target Tahun
2010

Masalah/
Kesenjangan

- Bumil KEK
10.Penanganan komplikasi
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir:
1. Imunisasi HB 0-7 hari
2. Imunisasi polio
3. KN 1
4. Vit K1 injeksi
5. Penanganan komplikasi
neonatal risti
6. Inisiasi Menyusu Dini
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita:
1.Kunjungan Neonatal (KN2)
2.Kunjungan Neonatal (KN2)
Gakin
3. ASI Eksklusif bulan
4.Kunjungan Bayi
5.Imunisasi :
- BCG
- DPT3
- HB3
- Polio 4
- Campak
6. Vit A (6-11 bulan)
7. Vit A (12-59 bulan)
8. Gizi:
- N/D
- N/S
- Penanganan Gizi Buruk:
MP-ASI
Pemberian Kapsul Iodium
(daerah endemik)
9. Kelambu ber insektisida
(daerah endemik)
10. SDIDDTK (2x/th)

*) Sumber data: Lap. Jamkesmas formulir Kab 1-A.1 atau Jamkesmas.

18

DTPS-KIBBLA

Tabel 1C:
Faktor Pendukung/Penyulit Pelayanan KIBBLA
Kabupaten/ Kota:________________________
Cara pengisian tabel 1C:

Isilah tabel 1C dengan faktor-faktor penyulit atau pendukung yang mempengaruhi


program kesehatan ibu dan anak, cukup diisi untuk tahun terakhir.
1. Kolom 1: Isi dengan kelompok data (SDM, fasilitas dan sarana) dengan
mengunakan angka mutlak.
2. Kolom 2: isi dengan data pada keadaan tahun terakhir (x-2).
3. Kolom 3: isi dengan jumlah yang diharapkan pada tahun anggaran (x); untuk
mengisi kolom ini gunakan standar kepegawaian yang ada (nasional, propinsi,
kabupaten/kota).
4. Kolom 4 : isi dengan sumber data atau penjelasan untuk kolom 2 dan 3 seperlunya.
5. Catat dan lengkapi data yang diragukan keakuratannya atau belum ada.
Faktor pendukung/penyulit

Keadaan Tahun
( X-2)

Kebutuhan Tahun
(X)

Sumber data/keterangan

Ketenagaan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan jajarannya


1. Dokter umum:

24/100.000 pddk

- Dokter dilatih MTBS


- Dokter dilatih PONED
- Dokter dilatih PPGDON
2. Perawat:

158/100.000 pddk

- Perawat dilatih MTBS


- Perawat dilatih PONED
3. Bidan:

40/100.000 pddk

- Bidan dilatih APN


- Bidan dilatih PONED
- Bidan dilatih PPGDON
- Bidan dilatih KIP/K
- Bidan dilatih CTU
- Bidan dilatih ABPK
- Bidan dilatih Pencegahan Infeksi
- Bidan dilatih manajemen BBLR
- Bidan dilatih MTBS
- Bidan dilatih manajemen asfiksia
- Bidan dilatih SDIDTK

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

19

Faktor pendukung/penyulit

Keadaan Tahun
( X-2)

Kebutuhan Tahun
(X)

Sumber data/keterangan

4. Petugas Gizi
5. Asisten apoteker
Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
- Dokter Spesialis Obsgin
- Dokter Spesialis Anak
- Dokter Umum
- Bidan
- Perawat kebidanan
- Perawat anak
- SKM

35/100.000 pddk

- Apoteker/Asisten Apoteker

9/100.000 pddk

- Petugas gizi
Fasilitas dan Sarana
- Rumah Sakit PONEK
- Puskesmas Perawatan
- Puskesmas PONED

4 PONED / Kab,Kota

- Puskesmas

80% mempunyai dokter

- Puskesmas Pembantu
- Polindes
- Posyandu
- Desa Siaga
- Bidan Kit
- Alat resusitasi/sungkup
- Implant kit
Ketersediaan Pedoman, Rujukan, Panduan
Buku KIA/KMS
Asuhan Persalinan Normal
MTBS/MTBM
Pedoman Praktis Pelayanan
Kontrasepsi
Penanganan risti
Pengelolaan imunisasi
Penanganan diare
Lain-lain

20

DTPS-KIBBLA

1 bidan/ desa siaga

Faktor pendukung/penyulit
Sumber Dana

Keadaan Tahun
( X-2)

Kebutuhan Tahun
(X)

Tahun (x2)

Tahun (x-1)

Sumber data/keterangan

APBN (Dekon dan TP)


APBD Total
DAK
DAU
APBD II untuk KIBBLA
APBD Propinsi
Jamkesmas / Askeskin
Jamkesmas / Askeskin (K4, KN2,
Linakes)
Lain-lain
Kelembagaan/organisasi:
Peraturan daerah/walikota tentang
kesehatan
Tim/forum/wadah untuk KIBBLA
Jumlah LSM bidang kesehatan
Jumlah TOMA/TOGA aktif
Organisasi donor
Penyulit lain: geografis, sosial budaya, kebiasaan
Desa sulit geografis
Desa tanpa bidan desa
Kebiasaan yang berhubungan
dengan kesehatan

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

21

Tabel 1D:
Ketersediaan Obat Indikator Program KIBBLA
Kabupaten/Kota:________________________
Cara pengisian tabel 1D:
1. Kolom 1: Jenis obat indikator: Untuk menetapkan jenis obat indikator, dipilih
1-2 jenis obat yang utama dari masing masing program, contoh: lihat 6 jenis
obat untuk program KIBBLA dengan italic.
2. Kolom 2: Tingkat ketersediaan obat (untuk jenis obat indikator yang dipilih):

=
Jumlah obat tersedia
= ..... bulan
Rata rata pemakaian obat/bulan
3. Kolom 3 : Rata rata kekosongan obat (untuk jenis obat indikator yang dipilih):
= Jumlah hari obat kosong dalam 1 tahun x 100%

365
*) obat indikator: Jenis obat yang dianggap mewakili ketersediaan obat program.

Jenis obat indikator

Tingkat ketersediaan Tahun


(X-2) (dalam bulan)

Rata rata waktu


kekosongan Tahun (x-2)

Keterangan/
Sumber data

........ bulan

....... %

Oxytocin
Magnesium Sulfat
Ca gluconas
Vit K1 injeksi
Salep mata Antibiotik
Vitamin A 100 IU bayi
(0-12bln)
Vit A- 200 IU
Oralit
Alat dan Obat Kontrasepsi
Pil KB
IUD
Suntik KB per 1 bulan
Suntik KB per 3 bulan
Antibiotika/antibakterial, dll
Kotrimoxazole syrup
Kotrimoxazol tabl
Vaksin
Polio
BCG

22

DTPS-KIBBLA

Jenis obat indikator

Tingkat ketersediaan Tahun


(X-2) (dalam bulan)

Rata rata waktu


kekosongan Tahun (x-2)

Keterangan/
Sumber data

DPT
Morbilli
Hepatitis B
dan seterusnya .....

Tujuan Sesi Analisis Situasi dan Masalah:

1. Teridentifikasinya masalah kematian, kesakitan, cakupan pelayanan, dan


faktor pendukung serta penyulit KIBBLA.
2. Tersusunnya narasi singkat analisis situasi dan masalah KIBBLA.

Langkah:

1. Melengkapi dan menelaah kualitas data dari Tabel 1A, 1B, 1C, dan 1D.
2. Identifikasi masalah yang berkaitan dengan KIBBLA.
3. Buat narasi analisis situasi dan masalah dari:
a. Kesehatan ibu
b. Kesehatan bayi baru lahir
c. Kesehatan anak balita

Bahan:

1. Tabel 1A, 1B, 1C, dan 1D yang sudah terisi dan sudah diverifikasi.
2. Formulir pengumpulan data F1F7 yang telah terisi, (lihat CD).
3. Rekapitulasi laporan bulanan program terkait: LB 1 (data penyakit), LB 2
(LPLPO), LB 3 (KIA, Gizi, Imunisasi), LB 4 (Promkes, Kesling, dan lain-lain), LT 1,
LT 2, LT 3, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS- KIA), Laporan KB.
4. Laporan tahunan KIA tahun terakhir, Profil kesehatan.
5. Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) yang pernah dilakukan dan hasil
penelitian/ survei khusus di kabupaten/kota berkaitan dengan KIBBLA (bila
ada).
6. Hasil verifikasi daftar tilik supervisi fasilitatif ke fasilitas kesehatan.
7. Kebijakan dan peraturan yang berlaku.
8. Data pendukung lain yang diperlukan.

Hasil Akhir Sesi 1 adalah:

Gambaran situasi analisa KIBBLA kabupaten/kota sebagai hasil analisa:


1. Tabel 1A: Data sasaran kesehatan KIBBLA.
2. Tabel 1B: Cakupan Pelayanan Kesehatan KIBBLA.
3. Tabel 1C: Penyulit/Pendukung Pelayanan KIBBLA.
4. Tabel 1D: Ketersediaan Obat dan Perbekalan KIBBLA.
5. Narasi Analisa Situasi

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

23

Tips Melakukan Analisis Data

1. Tentukan Hal-hal penting dari data dengan melihat kecenderungan (trend),


kesenjangan (gap) dan bandingkan data antar wilayah Puskemas (diferensiasi),
berikan penjelasan seperlunya.
2. Kaji hasil capaian pelayanan kesehatan dan bandingkan dengan target propinsi
dan target nasional.
3. Ajukan pertanyaan: Apa, Siapa, Di mana, Mengapa, Kapan dan Bagaimana, secara
berulang untuk setiap data yang ingin digali lebih lanjut.
Keterangan lebih lanjut tentang analisis data, lihat lampiran 1: Penjelasan Analisis
Data

Contoh Narasi Analisis Situasi:

Di kabupaten B terjadi 15 kematian ibu pada tahun 2004 dan 10 kematian ibu pada
tahun 2006. Persalinan oleh tenaga kesehatan hanya 58% pada tahun 2004 dan
meningkat menjadi 65% pada tahun 2006. Mengacu pada grafik hubungan antara
linakes dengan AKI (WHO) akan diperoleh AKI sebesar 400/100.000 kelahiran
hidup. Lihat lampiran 4: Grafik Hubungan antara Pertolongan oleh Tenaga
Kesehatan dan AKI
Angka ini jauh di atas angka nasional yaitu 307/100.000 kelahiran hidup. Meskipun
terjadi penurunan, namun kematian ibu masih merupakan permasalahan karena
AKI masih lebih tinggi dari angka rata-rata nasional.
Angka kematian bayi pada tahun 2004 adalah 45/1000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2006 sebesar 40/1000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan angka
nasional 35/1000 kelahiran hidup maka angka ini masih di atas angka nasional.
Kondisi kesehatan balita juga bermasalah. Kasus kurang gizi Balita (KEP atau
Kekurangan Energi Protein) adalah 35% pada tahun 2004 dan 33% pada tahun 2006,
deng an konsentrasi terbesar di wilayah kecamatan X,Y, dan Z. Angka propinsi
adalah 28%. Jadi kabupaten ini masih di atas angka propinsi. Dan seterusnya
untuk permasalahan yang lain.

24

DTPS-KIBBLA

Sesi 2:
Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah
Analisis penyebab masalah adalah suatu proses sistematik untuk menilai faktorfaktor yang merupakan penyebab langsung maupun tidak langsung dari suatu
masalah, termasuk faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya masalah.
Seringkali penyebab masalah yang terjadi jumlahnya banyak dan tidak semua
dapat diatasi, oleh karena itu perlu dilakukan prioritas penyebab masalah yang
perlu ditangani.

Tujuan Sesi:

1. Merumuskan skema penyebab masalah kematian/kesakitan ibu, bayi baru lahir,


dan anak balita.
2. Menetapkan prioritas penyebab masalah kematian/kesakitan ibu, bayi baru
lahir, dan anak balita yang akan diintervensi.
3. Menyusun hasil analisis secara naratif tentang penyebab masalah kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan anak balita serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Bahan:

1. Tabel 1A-1D yang sudah terisi lengkap dan diverifikasi beserta narasi hasil
analisis.
2. Contoh skema penyebab masalah kematian/kesakitan dan faktor yang
mempengaruhi.

Langkah analisis penyebab masalah/skema penyebab masalah:

1. Tim dibagi menjadi 3 subtim yaitu: subtim ibu, subtim bayi baru lahir, dan subtim bayi dan anak balita.
2. Subtim ibu membuat skema penyebab masalah ibu, subtim bayi baru lahir
membuat skema penyebab masalah bayi baru lahir dan subtim bayi dan anak
balita membuat skema penyebab masalah bayi dan anak balita.
3. Tentukan penyebab langsung kematian/kesakitan KIBBLA (contoh: Kematian
Anak Balita karena diare), tuliskan pada kartu indeks warna putih dan letakkan
di tengah (skema sasaran) atau letakkan di atas (skema pohon) pada kertas
flipchart.
4. Tentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyebab langsung tersebut,
dari aspek promotif/preventif dan kuratif pada kartu indeks warna putih melalui
curah pendapat (brainstorming).
5. Penentuan faktor-faktor penyebab masalah diatas harus berdasarkan data hasil
Analisis situasi pada sesi I atau informasi lain yang dapat dipercaya.
6. Tentukan faktor-faktor penyebab masalah yang mempengaruhinya ditinjau dari
faktor pelayanan (kartu indeks warna merah), masyarakat/lingkungan (kartu
indeks warna biru) dan manajemen/kebijakan (kartu indeks warna kuning).
Khususnya pada faktor pelayanan, kaji dari aspek tenaga, dana, peralatan,
sarana, obat/perbekalan, dan metode (5 M).

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

25

7. Beri tanda panah sesuai dengan hal yang dipengaruhi (penyebab ke arah akibat)
sehingga dapat memberikan gambaran mengenai penyebab permasalahan
kematian/kesakitan KIBBLA secara utuh.
8. Selanjutnya buat Penentuan Prioritas penyebab masalah kematian ibu, bayi
baru lahir, dan anak balita.

26

DTPS-KIBBLA

Skema 2C
Analisis Penyebab Masalah

Keterangan:

adalah penyebab langsung kematian/kesakitan KIBBLA

Penyebab masalah kurang berhasilnya pelayanan KIBBLA, digali/dilacak dari 3


faktor:
- Faktor Manajemen,
- Faktor Pelayanan Kesehatan, dan
- Faktor Masyarakat.
Kotak 1 pada lapisan pertama adalah semua penyebab masalah kematian/
kesakitan dari ketiga faktor.
Usahakan untuk menggali penyebab masalah sampai lapis ke-5 (tidak perlu
dipaksakan) lihat kotak: 2 , 3 , 4 dan 5
Memungkinkan adanya saling pengaruh:
- Satu faktor ke beberapa faktor lain, atau
- Beberapa faktor ke satu faktor lain, atau
- Hubungan antar faktor di sisi yang berbeda.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

27

Skema 2C
Contoh Skema Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita Akibat Diare

28

DTPS-KIBBLA

Langkah Penentuan Prioritas:

1. Buat daftar penyebab masalah kematian dan kesakitan dari setiap skema masalah
yang telah dibuat (2A, 2B, 2C), tentukan 5-7 penyebab masalah dari masingmasing faktor pelayanan, masyarakat, manajemen yang paling berpengaruh
melalui professional judgement.
2. Masukkan penyebab masalah terpilih tersebut kedalam tabel 2 kolom 1.
3. Sepakati nilai yang akan diberikan untuk masing-masing Kriteria pada kolom 2-6
(misalnya: 1: tidak penting, 2: kurang penting, 3: penting, 4: sangat penting).
4. Berikan nilai dari semua penyebab masalah pada kolom 1 untuk masing-masing
kriteria dengan membandingkan secara vertikal seluruh penyebab masalah
(diisi ke bawah menurut kriteria/kolom), lanjutkan penilaian untuk masingmasing kriteria dengan cara yang sama.
5. Untuk mendapatkan nilai akhir, kalikan semua nilai dari kriteria secara horizontal
untuk masing-masing penyebab masalah.
6. Tentukan peringkat sesuai dengan urutan nilai tertinggi. Apabila didapatkan
nilai akhir yang sama, maka lakukan skoring ulang untuk penyebab masalah
yang bernilai akhir sama.
7. Tentukan 1 sampai 3 penyebab masalah prioritas dari masing-masing sub tim
(ibu, bayi baru lahir, anak balita) yang mendapat skor tertinggi.
8. Buatlah garis tebal pada tepi kartu indeks masalah yang terpilih pada skema
penyebab masalah, skema ini akan disebut sebagai Skema Prioritas Penyebab
Masalah.
9. Buat narasi singkat dari hasil prioritas penyebab masalah dari kesehatan ibu,
bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Penentuan prioritas penyebab masalah menggunakan professional judgement
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penyebab masalah yang apabila diselesaikan mempunyai daya ungkit
terbesar.
2. Penyebab masalah yang mengacu pada penyebab tiga terlambat.
3. Penyebab masalah yang sesuai dengan tiga pesan kunci MPS.
4. Penyebab masalah menjadi prioritas daerah.
5. Dan pertimbangan lainnya
Pemberian nilai untuk masing-masing kriteria harus melibatkan semua peserta
dengan cara:
1. Setiap peserta memberikan penilaian masing-masing terhadap masalah yang
diprioritaskan.
2. Setiap peserta memberikan alasan terhadap besarnya penilaian masingmasing.
3. Tim mencari kesepakatan besarnya nilai.
4. Bila ada perbedaan dalam menetapkan nilai maka diambil nilai rata-rata.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

29

Penjelasan Metode Skoring:

Skoring digunakan untuk memberikan nilai terhadap penyebab masalah yang


telah diidentifikasi
a. Metode skoring adalah satu teknik yang digunakan untuk membantu pengambilan
keputusan dari berbagai pilihan untuk menentukan prioritas penyebab masalah,
dan kegiatan dengan menggunakan beberapa kriteria yang telah disepakati.
b. Kriteria adalah suatu batasan yang dipergunakan untuk menilai berbagai
alternatif/pilihan penyebab masalah pelayanan sesuai dengan standar yang
dibutuhkan.

Batasan Kriteria:

a. Besarnya penyebab masalah adalah kesenjangan antara target tahun 2010


dengan cakupan pencapaian tahun terakhir x-2 (untuk hal yang merupakan
indikator program), makin besar kesenjangan, maka makin buruk kinerjanya
dan semakin tinggi skor yang diberikan.
b. Kepentingan (importance) adalah gambaran seberapa jauh pelayanan dianggap
penting untuk ditanggulangi. Kepentingan dapat dinilai dari beberapa hal,
misalnya: ada hubungan langsung/tidak langsung dengan kematian ibu, bayi
baru lahir dan anak balita. Semakin penting penyebab masalah semakin tinggi
prioritas atau angka (skor yang diberikan). Apabila satu penyebab masalah
diselesaikan, maka akan sekaligus bisa menyelesaikan beberapa masalah
lainnya. Makin banyak penyebab masalah yang dapat diselesaikan, maka
penyebab masalah tersebut tergolong penting dan mendapat skor lebih tinggi.
c. Kemudahan/kelayakan (feasibility) adalah seberapa jauh masalah pelayanan
dapat ditanggulangi. Kemudahan dapat dinilai dari tersedianya sarana, prasarana,
SDM, metoda, teknologi, dana, dan lain-lain. Makin sedikit sumberdaya yang
dibutuhkan, maka makin tinggi nilai yang diberikan.
d. Dukungan untuk perubahan (support of change) adalah besarnya dukungan
dari stakeholders (Pemda, LSM, institusi terkait, masyarakat, tokoh masyarakat,
dan lain-lain). Dukungan dapat berupa kebijakan, dana dan keterlibatan. Makin
banyak dukungan yang didapat untuk suatu masalah, maka makin tinggi skor
yang diberikan.
e. Risiko (risks if nothing is done) adalah besarnya risiko apabila masalah suatu
penyebab masalah tidak segera ditangani. Semakin besar risikonya, maka
semakin tinggi angkanya.
Pada konteks ini, semakin besar penyebab masalahnya, maka semakin tinggi tingkat
keparahannya. Semakin mungkin masalah tersebut terkelola, maka semakin tinggi
prioritas masalah tersebut.

30

DTPS-KIBBLA

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

31

4
3

6. Askeskin belum
optimal

7.

buruk

4. Transportasi sulit
(banyak desa terpencil)

5. Tidak tersedia
oralit dan cairan
infus

3.Pe n g e t a h u a n
M asyarakat kurang

2. Cakupan imunisasi
campak rendah

Kepentingan

1. Petugas tidak
terampil

Besaran
Penyebab
masalah

Kriteria Penyebab
Masalah

Kemudahan/ Kelayakan

Dukungan
untuk Perubahan

Risiko bila
tak di tangani

Tabel 2: Contoh Penetapan Prioritas Penyebab Masalah

432 (IV)

384 (V)

576 (III)

288 (VI)

1024 (I )

432 (IV)

768 (II)

Nilai akhir /
peringkat

Skema 2CC
Prioritas Penyebab Masalah

Catatan:

Tebalkan garis kotak pada penyebab masalah yang telah terpilih melalui sistem
skoring dan tebalkan arah panah hubungannya dengan Masalah Utama.
Tebalkan juga kotak faktor penyebab masalah terpilih pada lapis berikutnya.

32

DTPS-KIBBLA

Skema 2CC
Contoh Skema Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita Akibat Diare

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

33

Hasil Akhir Sesi 2 adalah:


1. Skema 2A: Penyebab Masalah kematian/kesakitan ibu.

2.
3.
4.
5.

Skema 2B: Penyebab Masalah kematian/kesakitan bayi baru lahir.


Skema 2C: Penyebab Masalah kematian/kesakitan bayi dan anak balita.
Tabel 2A: Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian Ibu.
Tabel 2B: Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian Bayi Baru
Lahir.
6. Tabel 2C: Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian Bayi dan anak
Balita.
7. Skema 2AA: Prioritas Penyebab Masalah Kematian Ibu.
8. Skema 2BB: Prioritas Penyebab Masalah Kematian Bayi Baru Lahir.
9. Skema 2CC: Prioritas Penyebab Masalah Kematian Bayi dan anak Balita.
10. Narasi kompilasi prioritas penyebab masalah terpilih termasuk obat dan
perbekalan KIBBLA dari masing masing skema penyebab masalah.

Catatan:

Hasil sesi ini sangat penting karena akan digunakan sebagai bahan untuk dibahas
dalam tahap III (advokasi ), lihat Sesi 9 Rencana Tindak Lanjut.

34

DTPS-KIBBLA

Sesi 3:
Solusi dan Kegiatan
Pada sesi ini tim kabupaten/kota menelaah penyebab masalah yang telah ditetapkan
sebagai prioritas penyebab masalah kesakitan dan kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita untuk mencari solusi dan kegiatan yang berdasarkan bukti
dan mempunyai daya ungkit yang paling besar.

Tujuan:

Menetapkan solusi dan kegiatan untuk masing-masing prioritas penyebab masalah


kesakitan dan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

Bahan:

1. Tabel 2A, 2B, 2C: Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan


Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita yang dihasilkan di Sesi 2.
2. Skema 2AA, 2BB, 2CC: Skema Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita yang dihasilkan disesi 2.
3. Lampiran 5: Evidence Based Intervention (EBI) dan Periode Kritis Risiko
Kematian.
4. Lampiran 6: Tabel Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/kota.
5. Lampiran 7: Tabel Strategi, Kegiatan dan Indikator Program Ibu dan Bayi Baru
Lahir.
6. Lampiran 8: Tabel Strategi, Kegiatan dan Indikator Program Bayi dan Anak
Balita

Langkah-langkah:

1. Pelajari Lampiran Pelaksanaan Strategi Nasional MPS (lampiran 7 dan 8) dan


kebijakan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, kebijakan kesehatan bayi dan
anak balita, perbaikan gizi masyarakat, jaminan obat, dan perbekalan.
2. Tentukan solusi dari masing-masing penyebab masalah yang di prioritaskan
dan masukan kedalam tabel 3 kolom 3.
3. Kemudian solusi dibahas lebih lanjut di dalam tim lengkap (sub-tim ibu, bayi
baru lahir dan anak balita). Apabila didapat solusi yang sama pada masalah ibu,
bayi baru lahir, anak balita, maka solusi tersebut dapat digabung.
4. Tentukan kegiatan yang inovatif, mempunyai daya ungkit besar, dan realistis,
dari masing-masing solusi dan masukan pada kolom 4 tabel 3.
5. Cocokkan daftar kegiatan dengan tabel strategi, kegiatan dan indikator untuk
program KIBBLA (lampiran 7 dan 8) untuk membandingkan apakah kegiatan
yang diusulkan sudah sesuai dengan strategi nasional, bila perlu sesuaikan
kembali kegiatan terpilih pada kolom 4 tabel 3.
6. Buatlah narasi dari solusi dan kegiatan untuk mengatasi penyebab masalah
kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

35

Hasil Akhir Sesi 3 adalah:

1. Tabel 3: Prioritas Penyebab Masalah, Solusi dan Kegiatan Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita.
2. Skema 3A: Skema Solusi dan Kegiatan Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Ibu.
3. Skema 3B: Skema Solusi dan Kegiatan Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Bayi Baru Lahir.
4. Skema 3C: Skema Solusi dan Kegiatan Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita.
5. Narasi Solusi dan Kegiatan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita.

Tabel 3
Contoh Prioritas Penyebab Masalah, Solusi, dan Kegiatan
No

Prioritas penyebab masalah

Solusi

Kegiatan

Pengetahuan masyarakat
mengenai penyebab diare kurang

Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat mengenai
pencegahan dan
penanggulangan
diare.

1. Membuat media
2. Penyuluhan diare yang partisipatif
3. Pelatihan penyuluhan diare partisipatif
bagi bidan di desa/nakes.
4. Kampanye cuci tangan dengan sabun
5. Mencetak poster, leaflet mengenai diare
6. Penyebarluasan informasi diare
melalui radio dan media tradisional.

Nakes kurang terampil dalam


penatalaksanaan diare

Meningkatkan
ketrampilan nakes dalam
penetalaksanaan diare

1. Melakukan pemetaan kemampuan


petugas
2. Pelatihan MTBS
3. Pemantauan pasca pelatihan (kualifikasi)
4. Supervisi fasilitatif ke fasilitas pelayanan
5. Melakukan peer review
6. Seminar review pemanfaatan MTBS

Kekurangan oralit dan cairan infus

Memperbaiki
manajemen pengadaan
obat dan alat

1. Melakukan pemetaan mengenai


kondisi fasilitas program
2. Refreshing petugas Puskesmas tentang
manajemen obat dan alat
3. Pengadaan sarana dan prasarana (?
Sebutkan)
4. Supervisi fasilitatif ketersediaan
obat/alat (oralit, infus) di Puskesmas

36

DTPS-KIBBLA

Skema 3C
Skema Solusi dan Kegiatan

Catatan:

Buat Solusi dan Kegiatan pada Penyebab Masalah yang menjadi prioritas.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

37

Skema 3C
Contoh Skema Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan Anak
Balita akibat Diare

38

DTPS-KIBBLA

Sesi 4:
Prioritas Kegiatan dan Target
Pada sesi ini tim menentukan prioritas dari
berbagai kegiatan yang telah ditetapkan pada
sesi 3 sehingga kegiatan dapat dikurangi sesuai
prioritasnya apabila anggaran untuk program
terbatas. Tim juga menentukan target kegiatan
beserta indikatornya dengan mempertimbangkan
kemampuan pencapaian.

Tujuan:

1. Menetapkan Prioritas kegiatan.


2. Menetapkan Target beserta indikatornya untuk masing-masing kegiatan.

Bahan:

1. Tabel 3: Prioritas Penyebab Masalah, Solusi dan kegiatan (yang dihasilkan sesi 3).
2. Tabel 4A: Prioritas Kegiatan.
3. Tabel 4B: Kegiatan dan Target.

Langkah-langkah:

1. Pindahkan solusi dan kegiatan dari tabel 3 (kolom 3 dan 4) ke tabel 4A (kolom
1 dan 2).
2. Tentukan prioritas kegiatan dari masing-masing solusi.
3. Sepakati arti nilai dari masing masing kriteria skala 1-4, skala 4 paling positif
(misalnya 1: tidak penting, 2: kurang penting, 3: penting, 4: sangat penting).
4. Berikan nilai untuk masing masing kegiatan sesuai dengan kriteria (konsistensi,
evidence based, penerimaan, dan mampu laksana) seperti pada penentuan
prioritas penyebab masalah.
5. Berikan nilai bagi setiap kegiatan dengan membandingkan secara vertikal bagi
seluruh kegiatan (diisi ke bawah menurut kolom), lanjutkan penilaian untuk
masing-masing kriteria dengan cara yang sama.
6. Kalikan masing-masing nilai pada tiap kriteria untuk setiap kegiatan secara
horizontal, tuliskan hasilnya pada kolom 7, kemudian tulis peringkatnya sesuai
dengan total nilai pada kolom 8.
7. Buat tabel 4B: kegiatan dan target dengan memindahkan solusi dan kegiatan
yang diprioritaskan dari tabel 4A (kolom 2) ke tabel 4B (kolom 1). Tentukan
indikator tiap kegiatan dan tetapkan target kegiatan tahun X di kolom 5 dengan
memperhatikan data tahun x-2 dari tabel 1C: Faktor Pendukung /Penyulit.
8. Buat narasi prioritas kegiatan, indikator dan target yang direncanakan untuk
masing-masing kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, dan anak balita.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

39

Kriteria untuk Memilih Prioritas Kegiatan:


Konsistensi:

Bila kegiatan terpilih sesuai dengan strategi nasional dan rencana kerja kabupaten/
kota yang sudah ada. Makin sesuai dengan strategi/rencana kerja yang ada, maka
makin tinggi skornya.

Evidence Based:

Bila kegiatan dipilih termasuk dalam rangkaian kegiatan atau intervensi yg telah
terbukti efektif (evidence based) nilainya makin tinggi dibandingkan dengan
kegiatan yang belum ada bukti.

Penerimaan:

Kegiatan dapat diterima oleh semua institusi terkait termasuk masyarakat setempat.
Makin mudah diterima, maka makin tinggi skor/nilainya.

Mampu Laksana:

Kegiatan yang dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi setempat, fasilitas, sumber


daya manusia dan infrastruktur yang dibutuhkan tersedia atau bisa didapat,
termasuk pembiayaan. Makin mudah disediakan, makin tinggi nilainya.

Hasil Akhir Sesi 4 adalah:

1. Tabel 4A Penentuan Prioritas Kegiatan.


2. Tabel 4B Kegiatan dan Target.
3. Narasi Prioritas Kegiatan dan Target.

40

DTPS-KIBBLA

Tabel 4A
Contoh Prioritas Kegiatan
Solusi

Kegiatan

Konsis
tensi

Evidence
based

Peneri maan

Mampu
laksana

Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat

1.Membuat media
penyuluhan diare
yang partisipatif

2.Pelatihan
penyuluhan diare
partisipatif bagi
bidan desa.

3.Penyuluhan men
cuci tangan
dengan sabun

4.Mencetak poster,
leaflet. cara
mencuci tangan

Meningkatkan
ketrampilan
nakes

Total
nilai

Peringkat

72

256

144

36

5.Penyebarluasan
informasi melalui
radio dan media
tradisional.

54

6.Melakukan
monitoring
berkala.

108

1.Melakukan
pemetaan
kemampuan
petugas

192

2.Pelatihan MTBS

144

3.Pemantauan
pasca pelatihan
(kualifikasi) MTBS

108

4.Melakukan
supervisi
fasilitatif

144

5.Melakukan peer
review

72

6.Seminar
pemanfaatan
MTBS

24

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

41

Tabel 4B
Contoh Kegiatan dan Target
Kegiatan
1

Indikator
2

Thn (x-1)

Thn (x)

Kumulatif

Target

Kumulatif

Target

Melakukan pemetaan
Petugas Puskesmas
yang melakukan
MTBS

Jumlah Petugas
Puskesmas yang
melaksanakan MTBS

30

15

45

20

Pelatihan MTBS

Jumlah petugas yang


terlatih MTBS

20

20

40

20

Catatan:

Kegiatan kumulatif adalah pencapaian kegiatan sampai tahun dimaksud yang


diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan dan jaringannya, Rumah Sakit termasuk
fasilitas kesehatan swasta. Target tahun X kolom 6 adalah target kegiatan yang
diusulkan melalui proses perencanaan DTPS.
Hal ini perlu karena wilayah perkotaan yang mempunyai banyak fasilitas kesehatan
swasta yang juga mempunyai kontribusi besar dalam pelayanan kesehatan dan
percepatan penurunan AKI dan AKB.

42

DTPS-KIBBLA

Sesi 5:
Rencana Usulan Kegiatan
Pada sesi ini tim menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang mencakup antara
lain lokasi, sasaran, volume untuk menghitung anggaran yang dibutuhkan dan
sumber dananya.

Tujuan:
1. Menghasilkan tabel usulan kegiatan beserta lokasi, sasaran, volume, sumber
dana, jadwal, dan penanggung jawab kegiatan.
2. Membuat narasi singkat mengenai rencana kegiatan.

Bahan:

1. Tabel 4B: Kegiatan dan Target (yang dihasilkan sesi 4).


2. Tabel 5-kosong: Rencana Usulan Kegiatan.

Langkah-langkah:

1. Pindahkan daftar kegiatan dari masing-masing solusi sesuai dengan prioritas ke

dalam tabel 5 (kolom 2).


2. Tentukan lokasi (kolom 3) sasaran (kolom 4), volume (kolom 5), sumber dana
(kolom 8), jadwal (kolom 9) serta penanggung jawab kegiatan (kolom 10).
3. Kolom unit cost (kolom 6) dan Jumlah Biaya (kolom 7) diisi setelah perhitungan
anggaran.
4. Buat narasi mengenai rencana kegiatan yang dilakukan.

Hasil Akhir Sesi 5 adalah:

1. Tabel 5. Rencana Usulan Kegiatan (tanpa perkiraan biaya).


2. Narasi Rencana Usulan Kegiatan

Catatan:

Setiap kegiatan harus didukung oleh


obat dan perbekalan yang dibutuhkan,
perhitungan kebutuhan ini mengacu pada
standar pelayanan yang berlaku.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

43

Tabel 5
Contoh Rencana Usulan Kegiatan
Uraian Kegiatan

No

Kegiatan

2
Pemetaaan
Kemampuan
petugas

Puskesmas, Dokter,
Pustu
bidan
perawat

20

APBD II

Pelatihan
MTBS

Kabupaten Dokter,
perawat

20

APBN

Lokasi

Sasaran

Vol

Unit
cost

Keterangan:
Lokasi: Tempat kegiatan dilaksanakan






44

Jumlah Sumber Jadwal PenBiaya


dana
Jawab
7

Sasaran: Obyek kegiatan


Volume: Besaran dari jumlah kegiatan selama 1 tahun anggaran
Unit cost: Harga satuan kegiatan
Jumlah Biaya: Total biaya yang diperlukan
Sumber dana: APBN,APBD propinsi,APBD kab/kota,BLD/PHLN, ADD/Swadana
Jadwal: Waktu pelaksanaan kegiatan
Penanggung jawab: Penanggung jawab kegiatan

DTPS-KIBBLA

10

Sesi 6:
Rencana Usulan Anggaran
Pada sesi ini tim menghitung rencana anggaran kegiatan yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan sumber lain.
Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah ada dua (2) tahap penting yaitu: 1)
Tahap Proses Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja
SKPD) sebagai bahan untuk penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
dan 2) Tahap Proses Penyusunan Rencana Kerja dan AnggaranSKPD

Tujuan:

Menyusun kebutuhan anggaran kegiatan KIBBLA yang bersumber dari APBD, APBN,
dan sumber lain.

Bahan:

1. Tabel 4B: Kegiatan dan Target (yang dihasilkan sesi 4).


2. Tabel 5: Rencana Usulan Kegiatan (yang dihasilkan sesi 5).
3. Tabel 6A: Uraian Perhitungan APBD, APBN, dan Sumber Lain (sebelum pagu
sementara).
4. Tabel 6B: Uraian Perhitungan APBD.
5. Tabel 6C: Uraian Perhitungan APBN.
6. Peraturan perundang-undangan yang berlaku (Permendagri) tentang Jadwal
Penyusunan Anggaran sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006 dan
Permendagri 59 tahun 2007.
7. PP No. 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga.
8. Harga satuan/unit cost setempat (SK Bupati/Walikota).
9. Kepmenkes tentang Harga Obat Generik Berlogo yang terakhir.
10. Standar Biaya Umum, Harga Patokan Setempat.

Langkah-langkah:

1. Pindahkan rencana kegiatan dari tabel 4B ke tabel 6 kolom 2.


2. Tentukan dalam tabel 6A kode rekening-kode kelompok MAK, uraian komponen
belanja serta rincian perhitungan dengan menggunakan harga satuan setempat
yang berlaku.
3. Tentukan sumber biaya dari masing masing kegiatan di dalam kolom tabel
6A (kolom 10). Sumber dana dapat berasal dari APBD Kabupaten/Kota, APBD
provinsi, APBN, dan sumber lain.
4. Pilih dan pindahkan kegiatan yang dananya bersumber dari APBD pada tabel
6A.
5. Pilih dan pindahkan kegiatan yang dananya bersumber dari APBN ke tabel 6B.
6. Proses pengisian formulir tabel 6A, 6B, 6C diselesaikan pada tahap Advokasi

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

45

Hasil Akhir Sesi 6 adalah:

1. Tabel 6A: Rencana Usulan Anggaran Menurut Perhitungan Anggaran Sebelum


Pagu Anggaran (PPAS) Sementara.
2. Tabel 6B: Rencana Usulan Anggaran Menurut Uraian Perhitungan APBD.
3. Tabel 6C: Rencana Usulan Anggaran Menurut Uraian Perhitungan APBN.

Catatan:

Alur proses perencanaan APBD dapat dilihat pada lampiran 9.


Jadwal penyerahan rencana kegiatan dan anggaran yang bersumber APBN pada
bulan MeiJuni.
Tim perlu menyesuaikan
Selain menghitung anggaran untuk percepatan penurunan angka kematian dan
kesakitan KIBBLA, tim harus menghitung kebutuhan anggaran untuk pelayanan
rutin (pelayanan ANC, PNC, pertolongan persalinan, kunjungan rumah, imunisasi,
kebutuhan obat, dan seterusnya) dan manajemen/operasional (perencanaan,
pemantauan dan penilaian).
RUK beserta anggaran (tabel 5) yang telah disusun harus dibandingkan dengan
realisasi kegiatan dan anggaran KIBBLA tahun berjalan dan realisasi tahun
sebelumnya.
Contoh kegiatan/menu/kode untuk setiap kegiatan berbasis bukti dapat dilihat
secara lengkap pada CD.
Rencana kegiatan dan anggaran dengan pagu sementara sesuai dengan skala
prioritas atau mengurang volume kegiatan untuk kemudian dipindahkan pada RKA
SKPD (form 2.2.1) (lihat lampiran 12)

46

DTPS-KIBBLA

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

47

Pemetaan Kemampuan
petugas

Pelatihan MTBS untuk 10


orang bidan di desa dan
perawat selama 10 hari

Kegiatan

No

Tabel 6A

Konsumsi
ATK
honor surveyor
biaya transport surveyor
sewa ruang kelas
Konsumsi
ATK
transport peserta
uang harian peserta
biaya praktek keterampilan 4 org
biaya transport sekretariat
honor pelaksana administrasi
biaya 4 orang instruktur
6 hr
biaya 3 orang pelatih
klinik 4 hr

5220101
5210101
5221501
522116
521119
521211
524119
524119
512112
524119
512112
512112
512112

Uraian Komponen Belanja

5221102

Kode rekkode kelompok MAK

10

10

10

10

20

20

20

20

Vol

OH

OH

OH

OT

hari

OH

OT

paket

paket

hari

OT

OH

paket

OH

Satuan

300,000

250,000

1,000,000

75,000

100,000

150,000

75,000

50,000

350,000

500,000

200,000

50,000

15,000

35,000

Harga satuan

Rincian perhitungan

3,600,000

6,000,000

2,000,000

1,500,000

2,400,000

15,000,000

7,500,000

5,000,000

3,500,000

2,000,000

4,000,000

1,000,000

300,000

700,000

Jumlah

Contoh Uraian Perhitungan APBD dan APBN Program KIBBLA


Sebelum Ada Pagu Sementara
Kabupaten/Kota : ______________________________________

40,000,000

48,500,000

6,000,000

Total

APBN

APBD II

10

Sumber

48

DTPS-KIBBLA

Pelatihan MTBS bagi 10


tenaga Puskesmas

Kegiatan

OH = Orang/Hari
OT = Orang/Transpor

Keterangan:

No

Kode rekkode kelompok MAK


1

Vol

TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN

apabila ada kontribusi


dari APBD atau APBN sebagai pendamping, maka
dapat diisi sesuai dengan
komponen belanja APBD
atau APBN

Penyelenggaraan pelatihan MTBS

Uraian Komponen Belanja


paket

94,500,000

40,000,000

Harga satuan

Rincian perhitungan
Satuan
40,000,000

Jumlah

Total

BLN dengan
atau tanpa
APBD/APBN

Sumber

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

49

102012901

Kode Program

No

Tabel 6B

honor surveyor
biaya transport
surveyor

5210101
5221501

20

20

20

Vol

Total dana yang dibutuhkan

ATK

konsumsi

Uraian Komponen
Belanja

5220101

5221102

1
Pemetaan
Kemampuan
petugas.

Kode rekening

Kegiatan

OT

OH

paket

OH

Satuan

200,000

50,000

15,000

35,000

Satuan
Harga

4,000,000

1,000,000

300,000

700,000

Jumlah

6,000,000

Total

Rincian Perhitungan Sebelum Ada Pagu Sementara

Perhitungan untuk Bahan RKPD

Contoh Uraian Perhitungan APBD


Kabupaten/Kota : ______________________________________

50

DTPS-KIBBLA

07.03.03

DST

2846

(3)

(4)
Pelatihan
MTBS
untuk 10
bidan di
desa dan
perawat
selama 10
hari

TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN

(2)

Kegiatan

Sewa ruang
kelas
konsumsi
ATK
Transport peserta
Uang harian
peserta
Biaya praktek
keterampilan 4
orang
Biaya transport
sekretariat
Honor pelaksana administrasi
Biaya 4 orang
instruktur selama 6 hari
Biaya 3 orang
pelatih klinik
selama 4 hari

521119
521211
524119
524119
512112

524119
512112
512112

512112

(6)

Uraian Komponen
Belanja

522116

(5)

Kode MAK

10

10

10

10

(7)

Volume

OH

OH

0H

OT

hari

OH

OT

paket

paket

hari

(8)

Satuan

Contoh Uraian Perhitungan APBN


Kabupaten/Kota : ______________________________________

Kode proKode
gram
Kegiatan

(1)

No

Tabel 6C

300,000

250,000

1,000,000

75,000

100,000

150,000

75,000

50,000

350,000

500,000

(9)

Harga
satuan

3,600,000

6,000,000

2,000,000

1,500,000

2,400,000

15,000,000

7,500,000

5,000,000

3,500,000

2,000,000

(10)

Jumlah

Sesi 7:
Pemantauan dan Penilaian
Pemantauan kegiatan dan penilaian program merupakan bagian integral dari
manajemen program. Dalam pelaksanaannya pemantauan dan penilaian dilakukan
secara berjenjang dan terus menerus.

Tujuan:

1. Menentukan indikator pemantauan kegiatan dan cara melakukannya.


2. Menentukan indikator penilaian cakupan program, cara pemantauannya dan
rencana untuk memperbaiki manajemen program

Bahan:

1. Tabel
2. Tabel
3. Tabel
4. Tabel

4B: Kegiatan dan target (yang dihasilkan sesi 4).


5: Rencana Usulan Kegiatan (yang dihasilkan sesi 5).
7A (kosong): Rencana Pemantauan Kegiatan.
7B (kosong): Rencana Penilaian Program

Langkah-langkah:

1. Buat rencana pemantauan dengan cara memindahkan kegiatan, indikator, dari


tabel 4B , kolom 1,2,3, dan 6 ke tabel 7A.
2. Tuliskan cara pemantauan kegiatan bagi setiap indikator (frekuensi/periode
pelaksanaan, sumber data, dan metode).
3. Tentukan petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan.
4. Buat rencana penilaian dengan cara mengisi indikator pelayanan yang akan
dinilai pada tabel 7B

Hasil Akhir Sesi 7 adalah:

1. Tabel 7A Rencana Pemantauan Kegiatan.


2. Tabel 7B. Rencana Penilaian Program.
3. Narasi Pemantauan dan Penilaian
Monitoring merupakan kegiatan analisis dalam upaya perbaikan kinerja, untuk
mengetahui seberapa jauh kegiatan tersebut berpengaruh terhadap kelompok
sasaran.
Evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menilai dampak dan
keberlangsungan program dengan memanfaatkan data dari berbagai sumber.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

51

Tabel 7A
Contoh Rencana Pemantauan Kegiatan
Kabupaten/Kota : ______________________________________
Kegiatan

Indikator

Data Kumulatif
(x-1) Thn

Target
Thn (x)

Frekuensi /
Waktu

Sumber
data

Petugas

Keterangan

Pelatihan
MTBS

Jumlah
petugas
yang dilatih

30

20

2x/tahun

Laporan
pelatihan

Kasie KIA

Tabel 7B
Contoh Rencana Penilaian Program
Kabupaten/Kota : ______________________________________
Indikator

Data awal

Target

Hasil

Frekuensi /
waktu

Sumber
data

Penanggung
jawab

Keterangan

Jumlah
Balita Diare
yang dilayani
MTBS

30%

70%

2 x/tahun

Laporan
MTBS

Ka.Sub.Din
Kesga

Catatan:
Hasil (Kolom 4) diisi sesuai dengan hasil penilaian tahun x.
Target adalah target cakupan program tahun x dengan mengacu pada SPM dan
Rencana strategis kabupaten/kota.

52

DTPS-KIBBLA

Sesi 8:
Pembuatan Dokumen Perencanaan dan Anggaran
Untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan dari para pemangku kepentingan
dan pembuat kebijakan, pada sesi ini tim membuat dokumen perencanaan dan
anggaran yang memuat hasil-hasil sesi 1 sampai 7 sebagai bahan usulan anggaaran
kegiatan yang mudah dimengerti oleh pemangku kepentingan dan pembuat
kebijakan, untuk mendapatkan persetujuan dan atau dukungan.

Tujuan:

Menghasilkan suatu draft dokumen perencanaan dan anggaran program KIBBLA


yang akan digunakan sebagai bahan pembahasan perencanaan dan penganggaran,
dan sebagai bahan pembuatan media untuk pesan advokasi.

Bahan:

1. Seluruh skema dan tabel hasil lokakarya perencanaan.


2. Seluruh uraian dan narasi yang telah disusun.
3. Data-data lain yang diperlukan (data wilayah, peta wilayah dan lain-lain).
4. Modul Penguatan Kapasitas Advokasi untuk isu strategis (KIBBLA).
5. Pedoman pedoman tentang kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan.

Langkah-langkah:

1. Tentukan isu utama yang akan diajukan sebagai pembuka wawasan pengambil
kebijakan di kabupaten/kota.
2. Gunakan isu utama tersebut sebagai latar belakang dan permasalahan dalam
proposal yang akan dikembangkan.
3. Buatlah proposal singkat, padat dan jelas sesuai sistematika penulisan dokumen
dengan memasukkan hasil-hasil dari lokakarya secara maksimal.
4. Lengkapi proposal dengan gambaran wilayah atau gambar-gambar yang sesuai
(pemetaan).

Sistematika Penulisan Dokumen (Ringkasan)


I. PENDAHULUAN:
1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten/Kota
2. Permasalahan KIBBLA sesuai dengan isu utama
3. Kebijakan dan strategi Kabupaten/Kota berkaitan KIBBLA
4. Tujuan: Umum dan Khusus
II. SITUASI DAN MASALAH KIA DI KABUPATEN:
1. Hasil Analisis Situasi:
a. Tabel 1 A, B,C, D: Analisis Situasi
b. Narasi hasil analisis situasi

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

53

2. Hasil Analisis Penyebab Masalah dan Penetapan Prioritas Penyebab


Masalah:
a. Skema 2A. Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Ibu
b. Skema 2B.Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Bayi Baru Lahir
c. Skema 2C. Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Bayi, Anak Balita
d. Tabel 2A. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian/
Kesakitan Ibu
e. Tabel 2B. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian/
Kesakitan Bayi Baru Lahir.
f. Tabel 2C. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian/
Kesakitan Bayi, Anak Balita.
g. Skema 2AA. Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Ibu.
h. Skema 2BB. Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Bayi Baru
Lahir.
i. Skema 2CC. Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Bayi, Anak
Balita.
j. Narasi masalah KIBBLA termasuk Masalah Ketersediaan Obat dan
komoditas di kabupaten/kota dan prioritas penyebab masalah.
III. PROGRAM DAN KEGIATAN KIA:
1. Rumusan Solusi dan kegiatan masalah KIBBLA
a. Tabel 3: Prioritas Masalah, Solusi dan Kegiatan
b. Skema 3A: Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan Ibu
c. Skema 3B: Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan Bayi baru
lahir
d. Skema 3C: Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan Balita
e. Narasi Rumusan Solusi dan penyebab masalah KIBBLA
2. Rencana Kerja
a. Tabel 4A : Prioritas Kegiatan
b. Tabel 4B: Kegiatan dan Target
c. Tabel 5: Rencana Usulan Kegiatan
d. Narasi rumusan solusi, kegiatan dan rencana kerja
IV. RENCANA ANGGARAN:
a. Tabel 6A: Uraian Perhitungan Anggaran APBD, APBN dan sumber lain
b. Tabel 6B: Uraian Perhitungan Anggaran APBD
c. Tabel 6C: Uraian Perhitungan APBN
d Narasi rencana anggaran
V.


PEMANTAUAN DAN PENILAIAN


a. Tabel 7A: Rencana Pemantauan
b. Tabel 7B: Rencana Penilaian
c. Narasi rencana pemantauan dan Penilaian

PENUTUP

54

DTPS-KIBBLA

Tabel 8
Rekapitulasi Tabel dan Skema untuk Proses DTPS-KIBBLA
Sesi

Judul sesi

Masukan

Analisis Situasi

Analisis dan
Prioritas
Penyebab
Masalah

Solusi dan
Kegiatan

Tabel

1. Alur Proses
DTPS
2. Skema Proses
DTPS
3. Jadual DTPS

Pengantar DTPS

Luaran

Proses

Skema
1. 1A
2. 1B

1. Laporan (LB12-3-4, LT1-2-3,


PWS KIA, KB)
2. Formulir
Pengumpulan
data (F1-7)
3. AMP, Supervisi
Fasilitatif
4. Kebijakan
Nasional/Lokal
5. Data
pendukung
lainnya

1. Tabel 1A-B-C-D
2. Isi data,
lengkapi
3. Telaah kualitas
data
4. Identifikasi
Masalah

1. 1A (Sasaran)
2. 1B (Cakupan/
kesenjangan)
3. 1C (penyulit/
pendukung)
4. 1D (obat
indikator)

1. Tabel 1A-B-C-D

1. Skema
Penyebab
Masalah
2A-B-C
2. Tentukan
Prioritas Tabel
2A-B-C
3. Skema
Prioritas
Penyebab
Masalah 2AABB-CC
4. Narasi

1. 2A (Ibu)
1. 2A > 2AA
2. 2B (BBL)
2. 2B > 2BB
3. 2C (Bayi-Balita) 3. 2C > 2CC

1. Tabel 2A-B-C
1. Tentukan
1. 3A (Ibu)
1. 3A
2. Skema 2AA-BBSolusi
2. 3B (BBL)
2. 3B
CC
2. Tentukan
3. 3C (Bayi-Balita) 3. 3C
3. Strategi
Kegiatan
Nasional MPS
masing-masing
dan Kesehatan
solusi
Bayi/Anak
3. Cocokkan
Balita
dengan
4. Intervensi
Pedoman
Berdasarkan
Strategi MPS
Fakta
dan Kesehatan
Bayi/Anak
Balita
4. Narasi
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

55

Sesi

Judul sesi

Masukan

Luaran

Proses

Tabel

Tabel 3A-B-C

Tentukan
Prioritas
Kegiatan
Tentukan
Kegiatan dan
Target
Narasi

4A
4B

Tabel 4A

Tabel 4B
Narasi

Tabel 4B & 5

Tabel 6A-B-C
Narasi

6A
6B
6C

Prioritas
Kegiatan dan
Target

Rencana Usulan
Kegiatan

Rencana Usulan
Anggaran

Rencana
Tabel 4B & 5
Pemantauan dan
Penilaian

Tabel 4B>7A
dan 7B
Narasi

7A
7B

Penyusunan
Dokumen
Perencanaan

Narasi

Rencana Tindak
Lanjut

Tabel 9
Narasi

56

DTPS-KIBBLA

Seluruh
Dokumen
(Tabel 1-7)

Skema

Sesi 9:
Rencana Tindak Lanjut
Pada sesi ini tim menyusun rencana tindak lanjut pasca lokakarya
untuk menyempurnakan draft dokumen perencanaan. Draft ini akan
digunakan sebagai bahan untuk menyusun pesan advokasi bersama tim
advokasi agar dibahas dalam Musrenbang kabupaten pada bulan Maret.
Pengawalan dokumen dilakukan bersama sama dengan tim advokasi
untuk mendapatkan dukungan dari tim anggaran sampai disetujuinya
RKA-SKPD oleh DPRD. Proses tindak lanjut sampai persetujuan anggaran menjadi
tanggung jawab Dinas kesehatan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing
dengan dukungan tim advokasi.

Tujuan:

Menghasilkan rencana tindak lanjut lokakarya perencanaan DTPS-KIBBLA, mulai


dari penyempurnaan draft dokumen, Rencana Sosialisasi dengan Lintas Program
dan Lintas Sektor tekait dan rencana koordinasi dengan tim advokasi.

Bahan:

1. Dokumen perencanaan dan penganggaran KIBBLA yang telah dirumuskan


secara baik dan sistematis.
2. Jadwal dan alur penyusunan APBD dan checklist monitoring Penganggaran
(lampiran 9 dan 10),
3. Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan.
4. Tabel 9 kosong: Rencana Tindak Lanjut

Langkah-langkah:

1. Buatlah daftar kegiatan dan rencana tindak lanjut yang diperlukan sesuai
dengan jadwal penyusunan anggaran sampai penyelesaian RKA-SKPD.
2. Tentukan para penanggung jawab dari setiap program atau kegiatan yang akan
dilakukan.
3. Rencanakan kegiatan koordinasi dengan Tim Advokasi dalam proses pengawalan
anggaran.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

57

Hasil Akhir Sesi 9 adalah:

Tabel 9: Rencana Tindak Lanjut DTPS- KIBBLA.

Catatan:

Rencana Tindak Lanjut DTPS- KIBBLA akan menjadi acuan bagi Tim Advokasi
yang embrio nya sudah diidentifikasi pada tahap I (orientasi).
Tim Advokasi akan selalu bekerja sama dengan Tim perencanaan sejak
menyiapkan bahan bahasan untuk lokakarya advokasi sampai proses
pengawalan anggaran di bawah koordinasi Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/
kota ( Perencanaan, Kesga atau KIA)
Sebagian Tim perencana DTPS- KIBBLA akan terlibat dalam lokakarya Advokasi
dan RTL advokasi.
Bahan bahasan untuk lokakarya advokasi dikutip dari hasil skoring penyebab
masalah pada sesi 2 perencanaan DTPS- KIBBLA.
Setelah ditetapkan plafon anggaran sementara (PPAS),umumnya terjadi
perubahan nilai anggaran dari usulan tim perencanaan sehingga perlu
dipertimbangkan kembali prioritas kegiatan yang telah disusun, untuk
menghindari kegiatan yang tidak menjadi prioritas atau tidak relevan.
RTL advokasi akan disempurnakan dengan mengacu pada hasil kesepakatan
dengan DPRD sebagai hasil Real Setting Audiensi kepada DPRD (lihat seri DTPSKIIBLA: Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan).

58

DTPS-KIBBLA

Tabel 9
Contoh Rencana Tindak Lanjut
Kabupaten/Kota : ______________________________________
Kegiatan

Data dan sumber daya


yang diperlukan

Luaran

Jadwal

Penanggung
jawab

Menyempurnakan
Draft dokumen
dokumen perencanaan perencanaan dan
dan penganggaran
penganggaran DTPSKIBBLA

Dokumen
perencanaan
dan
penganggaran
DTPS-KIBBLA

1 - 2 minggu
setelah
lokakarya
perencanaan

Dinkes
Subdin
Perencanaan
dan Kesga

Melakukan sosialisasi
di lingkungan Dinas
Kesehatan
Melakukan sosialisasi
di sektor terkait.
Melakukan koordinasi
dengan tim advokasi.
Menyusun bahan
untuk pembahasan
materi advokasi .
Menghadiri
Musrenbang
Menyesuaikan
kegiatan sesuai
dengan pagu
sementara
Mengawal anggaran
KIBBLA untuk disetujui
panitia anggaran
Mendapat persetujuan
berupa PERDA dari
DPRD

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

59

60

DTPS-KIBBLA

BAB 5
PENUTUP

Dengan disusunnya pedoman proses perencanaan DTPS-KIBBLA diharapkan dapat


membantu tim perencana kabupaten/kota dalam menyusun perencanaan kegiatan
dan anggaran tahunan program KIA sesuai dengan alur proses perencanaan
daerah.
Tahapan-tahapan pelaksanaan DTPS-KIBBLA ini dapat dimodifikasi, sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan dan pengalaman masing-masing daerah dalam
menyelenggarakan rangkaian kegiatan DTPS ini. Hasil dari DTPS ini yang berupa
usulan kegiatan dan Anggaran daerah untuk Program KIBBLA merupakan bahan
infor-masi bagi Tim advokasi kabupaten untuk melakukan kegiatan advokasi
kepada para pemutus kebijakan di daerahnya masing-masing.
Dalam penerapan pedoman DTPS-KIBBLA diperlukan dukungan multipihak, baik
dukungan politis, peraturan perundang-undangan maupun sumber daya termasuk
pembiayaannya.Di samping itu perlu adanya kerja sama dengan berbagai sektor
terkait dalam menggali potensi masyarakat. Keberhasilan penerapan pedoman
proses perencanaan DTPS-KIBBLA ini sangat ditentukan oleh semangat, ketekunan,
kerja sama dan komitmen dari semua sektor terkait.
Harapan bersama, pedoman perencanan DTPS-KIBBLA dapat diterapkan di seluruh
Indonesia sehingga dapat mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi
Bayi Baru Lahir dan Anak Balita, dalam rangka mempercepat pencapaian Indeks
Pembangunan Manusia dan pencapaian target Millenium Development Goal.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

61

LAMPIRAN

Lampiran
Lampiran
Lampiran

Lampiran

Lampiran

1
2
3

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

Lampiran

4
5

7
8
9
10
11
12
13
14

Halaman

Penjelasan Analisis Situasi


Jadwal Lokakarya Perencanaan DTPS
Daftar CBR (Crude Birth Rate) - Angka Kelahiran Kasar
per Provinsi
Grafik hubungan Cakupan Persalinan oleh Tenaga kesehatan
dan AKI
Intervensi Berdasarkan Fakta atau EBI (Evidence Based
Intervention)
Tabel Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Tabel Strategi, Luaran dan Kegiatan Program Ibu dan
Bayi Baru Lahir
Tabel Strategi, Luaran, Kegiatan, Indikator untuk Pogram
Kesehatan Bayi dan Anak Balita
Alur Proses Perencanaan APBD
Daftar Tilik Monitoring Penganggaran DTPS
Kode dan Daftar Program dan Kegiatan APBD
Daftar Kode Klasifikasi Fungsi-Subfungsi APBN
Contoh uraian perhitungan APBD sesudah ditetapkan pagu
sementara
Rencana Kegiatan dan Anggaran SKPD
(Formulir RKA-SKPD 2.2.1)

63
75
76
77
78
80
82
89
93
94
96
104
108
109

Hanya dalam CD, dilampirkan:


Diagram Analisis Data Masalah KIBBLA, ppt, untuk beberapa kegiatan terpilih.
Contoh Pengisian Formulir RKA-SKPD untuk beberapa kegiatan terpilih.

62

DTPS-KIBBLA

Lampiran 1:

Penjelasan Analisis Situasi


Analisis data merupakan bagian yang penting pada perencanaan program KIBBLA
Kabupaten/Kota yang berdasarkan bukti atau fakta yang ada. Di bawah ini diberikan
suatu panduan cepat analisis data dalam proses DTPS 2007.
Panduan ini merupakan ringkasan dari dokumen Pedoman Analisis Data
yang disusun oleh proyek HSP. Bila ingin mengetahui lebih lanjut, dianjurkan
untuk membaca dokumen tersebut secara utuh. Tujuan panduan adalah untuk
membantu staf kesehatan kabupaten/kota mengembangkan keterampilan dasar
dalam menganalisa data untuk tujuan perencanaan kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak (balita), sesuai pedoman DTPS-KIBBLA.
Syarat-syarat dalam melakukan analisa data KIBBLA yang efektif:
1. Ketersediaan data yang sesuai dengan kualitas data yang baik,
2. Proses yang rasional dalam menelaah, menerjemahkan dan menarik
kesimpulan mengenai data yang tersedia.

Menelaah Kualitas Data


Beberapa kriteria untuk pertimbangan dalam menelaah data:
1. Data yang relevan berarti bahwa data tersebut sesuai dengan masalah dan
kebutuhan data yang diperlukan.
2. Pengukuran data membutuhkan definisi yang jelas, mudah dipahami.
3. Tepat waktu berarti bahwa data tersebut menggambarkan situasi yang terbaru
4. Data yang akurat berarti bahwa data tersebut valid dan dapat dipercaya; Disebut
valid apabila data tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur, dan disebut
dipercaya apabila data tersebut berasal dari sumber yang dapat diandalkan.
5. Konsisten, tidak mengandung kontradiksi dalam mengukur suatu konsep di
sepanjang waktu dan tempat yang ditetapkan.
6. Data yang lengkap berarti terdapat pada seluruh fasilitas, untuk suatu variabel
yang dicari.
Para perencana di tingkat kabupaten/kota harus mampu menggunakan daftar
tilik berikut ini secara kritis ketika menelaah kualitas data KIBBLA, dan hasilnya
dijadikan bahan pertimbangan dalam menelaah seluruh indikator yang dibutuhkan
dalam proses DTPS.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

63

Daftar Tilik Penelaahan Kualitas Data

Ya

Tidak

Apakah data yang tersedia berhubungan dengan tujuan dan


strategi dari program KIBBLA di tingkat kabupaten/kota?
Apakah data yang tersedia mencerminkan pengukuran terbaru?
Apakah data yang dipilih mengukur indikator kunci KIBBLA?
Apakah ada indikator kunci yang belum diukur?
Apakah data diukur secara konsisten di seluruh fasilitas
kesehatan ?
Apakah digunakan definisi yang sama di seluruh sumber
data?
Apakah data yang ada sesuai dengan konsep yang dapat
dimengerti?
Apakah ada kebingungan mengenai definisi data atau indikator?
Apakah tersedia data untuk seluruh lokasi dan periode
waktu yang diinginkan?
Secara umum, apakah dapat dikatakan bahwa data ini
memiliki kualitas yang baik?

Dalam mempertimbangkan kualitas data, penting untuk mengetahui metode


pengumpulan data dan sumbernya karena berbagai masalah dalam kualitas data
seringkali berasal dari metodologi yang digunakan.
Ada dua tipe metode pengumpulan data:
1. Pengumpulan data non-rutin (ad-hoc), misalnya data mengenai pengetahuan
dan perilaku kesehatan yang dikumpulkan secara teratur, biasanya melalui
survei ke rumah-tangga, secara periodik setahun sekali atau beberapa tahun
sekali, sesuai kebutuhan dan dinamika program.
2. Pengumpulan data rutin, yang dikumpulkan secara terus-menerus pada unit-unit
pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit dan puskesmas, biasanya terdapat
dan diperoleh dari rekam medis pengguna jasa kesehatan.
Sumber data kesehatan di Indonesia dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Pelayanan, mencakup sistem informasi rumah sakit SP2RS
(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit) dan sistem informasi Puskesmas,
atau SIMPUS. Untuk mengumpulkan data mengenai kesehatan ibu dan anak
di tingkat masyarakat, puskesmas menerapkan sistem MCH-LAM (Pemantauan
Wilayah SetempatKesehatan Ibu dan Anak atau PWS-KIA. Seharusnya sistem ini
tidak hanya mencakup pelayanan di puskesmas tetapi juga pelayanan dari Bidan
Praktek Swasta/Rumah Bersalin di wilayah cakupan puskesmas/Kabupaten.
2. Sistem Surveilans, merupakan suatu survei secara teratur yang dapat mendeteksi

64

DTPS-KIBBLA

dan mengawasi secara khusus dalam mendapatkan prevalensi, insidens atau


faktor terkait lainnya dengan penyakit tertentu baik secara aktif atau pasif.
Contoh: surveilans gizi, polio, HIV/AIDS, DHF atau ssurveilans flu burung.
Sumber-sumber data mengenai kesehatan melalui survei, antara lain Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang diperbaharui setiap lima
tahun sejak tahun 1987, dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang
diperbaharui setiap tahun (kecuali ketika SDKI berlangsung) oleh Biro Pusat
Statistik. Departemen Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan juga melakukan beberapa Survei, misalnya Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) dan mengumpulkan berbagai data mengenai pelayanan kesehatan,
untuk meneliti tingkat morbiditas dan mortalitas.
Setelah dikumpulkan, data harus diproses dengan cara penghitungan atau
transformasi data untuk menghasilkan suatu informasi, yang diperlukan untuk
perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Tabel berikut ini menunjukkan indikator
yang dihasilkan dari proses data mentah.

Tipe Indikator
Tipe
Jumlah

Deskripsi

Contoh

Angka absolut (bentuk


Jumlah kabupaten yang melaporkan
pengukuran paling sederhana) kenaikan anggaran KIBBLA antara 20052007

Rate

Mengukur frekuensi suatu


IMR (Angka Kematian Bayi)
kejadian pada suatu populasi tahun 2006
pada periode tertentu.

Rasio

Membandingkan antara dua


jumlah

Rasio kematian bayi baru lahir berdasarkan


jenis kelamin (rasio kematian lelaki
perempuan pada bayi baru lahir)

Proporsi

Membandingkan suatu bagian


terhadap keseluruhan.

Proporsi populasi balita terhadap


penduduk.

Persentase Proporsi dikalikan dengan 100

% Dukun bayi terlatih

Suatu indikator membutuhkan definisi yang jelas dari numerator dan denominator
yang digunakan, dalam periode waktu tertentu pada wilayah yang telah ditetapkan,
agar menjadi bermakna dan dapat dibandingkan dengan indikator yang sama pada
kelompok lainnya. Indikator menunjukkan besaran dan arah suatu perubahan pada
periode tertentu, tetapi tidak menjelaskan mengapa perubahan tersebut terjadi.
Untuk ini diperlukan metode pengumpulan data lainnya, seperti studi kualitatif.
Suatu indikator menunjukkan bagian dari suatu fenomena, sehingga diperlukan
pula beberapa indikator lain untuk dapat memahami sepenuhnya kejadian atau
fenomena tersebut.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

65

Pentingnya Analisis data

Analisis data merupakan suatu proses sistematik dengan penggunaan teknik


statistik dan logika sistematis dalam meringkas, membandingkan, menjelaskan
dan memaknai serangkaian data dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta
yang ada.
Analisis data bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Analisis data kuantitatif
didasarkan pada parameter numerik yang diproses dengan analisis statistik,
sedangkan analisis data kualitatif tidak memerlukan teknik analisis statistik,
tetapi tetap diperlukan dalam melengkapi rangkuman hasil analisis data. Kedua
pendekatan tersebut saling melengkapi untuk dapat memahami secara utuh suatu
kejadian-penyebab dan solusi potensial di bidang kesehatan.
Ada beberapa tingkatan analisis data yang dibutuhkan dalam proses DTPS 2007:
1. Analisa Situasi
2. Analisis Masalah
3. Penyusunan Prioritas Masalah dan Solusi
4. Menentukan Kegiatan dan Target
5. Penghitungan Anggaran
6. Monitoring dan Evaluasi

Tabel 1A, 1B, 1C dan 1D Berisi Data untuk Digunakan Dalam Analisis
Situasi.
Analisis situasi memetakan situasi masalah yang mencakup besaran, trend, dan
perbedaan (wilayah/kelompok/sosial ekonomi) dalam status kesehatan, prilaku
kesehatan, akses dan kualitas pelayanan serta faktor terkait yang melatar belakangi
masalah kesehatan yang ada.
Proses analisis dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Menggunakan konsep analisis masing masing program KIBBLA.
2. Memanfaatkan data yang relevan dari berbagai sumber sistem informasi yang
ada.
Perlu dipertimbangan Standar Pelayanan Minimun (SPM) yang telah disusun
oleh Depkes untuk menelaah kesenjangan cakupan pelayanan dari data yang
dikumpulkan pada Tabel 1B. SPM merupakan target pelayanan minimum yang
harus dicapai dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di kabupaten/kota yang
dijadikan acuan dalam perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis
pelayanan. SPM mengacu pada, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten/
kota 2006-2010 dan target minimun Indonesia Sehat 2010, lihat lampiran 5:
Daftar Standar Pelayanan Minimal (Draft).

66

DTPS-KIBBLA

Analisis masalah dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan di bawah ini:


Analisis

Panduan Pertanyaan

Besarnya masalah dan


kecenderungan

Masalah kesehatan apa yang sedang kita hadapi?


Seberapa besarnya masalah ini pada wilayah kabupaten/kota?
Apa saja perilaku yang relevan dan bagaimana kualitas aspek
pelayanan di kabupaten tersebut?
Seberapa jauh perbedaannya dibandingkan dengan standar
nasional/propinsi dan standar kabupaten/kota lain?
Apakah kecenderungan dari masalah tersebut naik, tetap atau
turun? Mengapa ?,
Apa saja faktor latar belakangnya?

Distribusi diferensial/
kesenjangan sebuah
masalah

Bagaimana distribusi masalah tersebut berdasarkan aspek


gender, kota pedesaan, tingkat pendidikan?
Apakah ada data terpilah dalam status miskin-tidak miskin di
kabupaten tersebut?
Masalah KIBBLA yang mana yang memiliki kesenjangan
terbesar? Mengapa?
Apa makna kesenjangan tersebut terhadap program?
Apa saja faktor yang mempengaruhi dan latar belakangnya?

Pengertian masalah prioritas adalah kondisi spesifik yang mengancam atau


membahayakan kesehatan seperti penyakit, komplikasi, kecelakaan, polusi dan
lain-lain, yang perlu ditanggulangi (dihilangkan/dikurangi). Masalah prioritas dipilh
dari masalah yang perlu dihilangkan, dikurangi besarannya dan atau dikurangi
fatalitasnya.
Contoh Masalah Prioritas Pada Program KIBBLA
Ibu

Bayi Baru Lahir

Bayi dan Anak

Perdarahan

Berat lahir rendah

ISPA/Pneumonia

Infeksi

Asfiksia

Diare

Eksklampsia

Hipoterma

Gizi

Keluarga Berencana
Kehamilan yang tidak
diinginkan

Aborsi yang tidak aman

Setelah masalah prioritas berhasil diidentifikasi, langkah berikutnya dalam


proses perencanaan adalah mengembangkan solusi. (lihat juga sesi 3).
Untuk mengembangkan solusi yang tepat terhadap masalah yang telah diidentifikasi
digunakan praktek terbaik (best practices) yang disarankan, sebagai hasil dari
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

67

berbagai review, laporan ilmiah yang telah dipublikasi dan direkomendasi oleh
organisasi internasional dan lokal Apabila ada data yang tidak lengkap atau hilang
dalam mendokumentasikan masalah tersebut, maka besaran masalah yang ada
pada daftar intervensi berdasarkan bukti (Evidence Based Intervention) pada
lampiran 2, dapat digunakan.
Diagram berikut adalah contoh urutan seluruh proses DTPS 2007 yang menunjukan
kaitan antara masalah prioritas, intervensi efektif, dan kegiatan terpilih untuk
masalah KIBBLA: Diare.
Tujuan dari diagram ini untuk (1) memberikan ilustrasi dari proses perencanaan
secara sistematik, (2) memberikan informasi pentingnya data yang berkualitas
dalam proses pengambilan keputusan, dan (3) menunjukan hubungan berbagai
komponen yang saling terkait secara bermakna di tingkat kabupaten/kota.

Penyelesaian Masalah Diare Berdasarkan Bukti


Analisa Situasi

Analisa Masalah

Masalah
Prioritas

Solusi
Berdasarkan
Bukti

Ilustrasi Kegiatan

Promosi cuci tangan di


tingkat masyarakat

Kematian Anak
Balita

Kasus Diare/
dehidrasi berat

Air bersih
tidak tersedia
Tidak ASI
(Menyusu dini
dan eksklusif)
Kurangnya
kesadaran
masyarakat
tentang
kebersihan
Tidak
mengenal
tanda bahaya

Mengembangkan PHBS
Mencuci
Tangan
dengan
Sabun
MTBS
ASI (IMD/ASI
Eksklusif)

Pelatihan MTBS:
- Perawatan diare untuk
anak sakit (oralit)
- Pemberian makanan
yang tepat
Kampanye IMD (Inisiasi
Menyusu Dini)
Pelatihan konseling untuk
IMD dan ASI Eksklusif
Advokasi untuk kenaikan
anggaran kesehatan

Untuk melakukan operasionalisasi dari solusi yang dipilih perlu ditetapkan target
kegiatan yang akan dijadikan tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan.
Tahap kritis dalam perencanaan adalah melakukan identifikasi sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan yang diusulkan, yang diterjemahkan
ke dalam usulan anggaran. Para perencana harus mampu menghitung dan
memperkirakan potensi biaya yang ditimbulkan untuk melaksanakan kegiatan yang
direncanakan. Untuk ini perlu diketahui data dan informasi tentang harga satuan
setempat, dan perhitungan anggaran masing program per unit kegiatan. Contoh

68

DTPS-KIBBLA

rencana kegiatan dan anggaran kabupaten dengan kode program dan kegiatan
dapat dilihat pada lampiran 14.
Siklus perencanaan diakhiri dengan melakukan identifikasi indikator pemantauan
dan evaluasi yang akan dibicarakan pada sesi 7, Rencana Pemantauan dan Evaluasi.
Pemantauan merupakan pengukuran benchmark selama pelaksanaan program
dengan indikator proses atau output, sedangkan Evaluasi merupakan penelaahan
luaran atau dampak, menggunakan indikator yang dapat menunjukkan pencapaian
hasil kegiatan di akhir tahun.
Hal ini penting dalam melakukan analisis untuk menjawab pertanyaan apakah telah
terjadi perubahan dalam program KIBBLA sesuai dengan target yang diharapkan?
Karenanya, indikator pemantauan dan evaluasi harus merupakan bagian integral
dari proses perencanaan baik terhadap anggaran maupun hasil kegiatan.
Tabel berikut ini merupakan contoh urutan proses analisa data, identifikasi masalah,
penyebab masalah, solusi, kegiatan beserta kode program dan kegiatannya.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

69

Contoh Program Pelayanan Kesehatan Diare kepada Balita


Data kesehatan ibu
tahun
2005

Uraian data
jumlah balita
jumlah balita dengan diare
jumlah balita dengan
dehidrasi berat
jumlah kematian balita
karena diare dengan
dehidrasi berat
jumlah balita dengan gizi
buruk
jumlah balita dengan gizi
kurang
jumlah balita dengan
pneumonia
jumlah balita dengan
campak
cakupan imunisasi campak

Hasil analisis situasi

tahun
komentar
2006

11562
1271

13445
1479

naik
naik

255

296

naik

12

16

naik

53

67

naik

251

287

naik

176

175

tetap

350
47,5%

400
50%

naik
naik

Jumlah kematian balita akibat diare


dengan dehidrasi berat cukup tinggi.
Kematian tersebut tidak terlepas dengan
keadaan gizi buruk/kurang disertai dengan
kecenderungan kejadian pneumonia dan
campak yang meningkat.

Hasil analisis masalah dan solusi


Masalah
1. kasus diare sangat
tinggi

Penyebab masalah
1. gizi buruk atau
kurang

Faktor yang mempengaruhi

Solusi

tidak dilakukan penimbangan mengaktifkan posyandu


deteksi dini
dengan dukungan
posyandu tidak aktif dengan lintas sektor
kader kesehatan tidak aktif
terkait (kesehatan,
pemberian makanan dengan
aparat desa, dll)
nilai gizi kurang kepada
meningkatkan peranan
balita
kader desa kesehatan
tentang masalah
kesehatan
meningkatkan pola
makanan dengan gizi
cukup kepada balita

2. keadaan lingkungan banyaknya tempat sampah meningkatkan kualitas


kesehatan lingkungan
kotor
yang tidak dikelola dengan
dan kesehatan individu
baik (banyak lalat)
umumnya masyarakat tidak Penyuluhan/sosialisasi
kebersihan lingkungan
mencuci tangan dengan
dan kebersihan individu
sabun, sebelum makan
kesadaran masyarakat
tentang kebersihan kurang
3. balita belum
diimunisasi

70

DTPS-KIBBLA

meningkatkan kualitas
vaksin tidak adekuat
sistem penyimpanan vaksin
penyimpanan vaksin
(cold chain) kurang
dengan pengawasan
yang lebih ketat
petugas imunisasi kurang
meningkatkan kualitas
disiplin
data sasaran imunisasi
tugas imunisasi melalui
kurang tepat
pengawasan yang lebih
seringkali diare disertai
ketat
dengan penyakit
lainnya seperti campak,
pneumonia, dll

4. kesulitan
mendapatkan air
bersih

2. penanganan diare
kurang adekuat

1. ketrampilan petugas kurang tenaga kesehatan


kurang
dengan kompetensinya
belum pernah dilatih
menangani kasus diare
dengan dehidrasi
2. petugas tidak
patuh terhadap
tugas pokok

3. sistem rujukan
tidak efektif

sumber mata air kurang,


hanya mendapatkan
air sumur yang sering
tercemar dan air sungai
kebiasaan minum air yang
belum dimasak

mewajibkan memasak
air sebelum diminum
bagi setiap individu atau
keluarga

meningkatkan kuantitas
dan kualitas tenaga
kesehatan untuk
pelayanan kesehatan

beban ganda dari petugas memperbaiki pengaturan


tugas pelayanan
puskesmas
Puskesmas untuk
supervisi kurang
menghindari beban ganda
tidak ada reward and
meningkatkan
punishment
pengawasan dan
petugas tidak patuh
bimbingan pelaksanaan
terhadap prosedur
tugas
kerja tetap atau belum
mempunyai prosedur kerja meningkatkan
tetap
pelaksanaan prosedur
kepegawaian berkaitan
dengan penilaian
prestasi kerja

3. sering tidak
perencanaan ketersediaan
tersedia oralit dan
oralit dan cairan
cairan infus
infus kurang mantap
yang menyebabkan
ketersediaan dana sangat
terbatas

meningkatkan
perencanaan tahunan
ketersediaan obat dan
bahan habis pakai oleh
Puskesmas kepada
Dinas Kesehatan kab/
kota, yang disampaikan
juga pada Musrenbang
desa dan Musrenbang
kecamatan

1. pengetahuan
informasi tentang bahaya
masyarakat tentang
diare kurang, karena
bahaya diare
penyuluhan/sosialisasi
kurang
kurang

meningkatkan
pemahaman dan
kesadaran masyarakat
tentang bahaya diare

2. tidak ada akses


untuk mendapatkan pelayanan

meningkatkan
kemudahan transportasi
untuk kefasilitas
kesehatan
melengkapi sarana dan
prasarana di Puskesmas
membantu masyarakat
kurang mampu dengan
bantuan Askeskin
dari Pemerintah atau
bantuan dari Pemerintah
Daerah

faktor geografis yang sulit


tidak mampu (miskin)
fasilitas transportasi
kurang
fasilitas pelayanan
kesehatan kurang

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

71

3. menolak dirujuk

4. perilaku masyarakat 1. partisipasi


yang kurang menmasyarakat
dukung
tentang kejadian
diare kurang

2. kebiasaan minum
air belum dimasak

sulit membuat keputusan


untuk dirujuk, karena
pengetahuan masyarakat
tentang bahaya diare
kurang
budaya setempat yang
kurang mendukung,
karena persepsi tentang
sakit tidak sesuai dengan
konsep sakit (masih
tradisional)
rasa kuatir tidak dapat
membiayai pengobatan
rumah sakit atau
Puskesmas

memberikan bantuan
kepada masyarakat
didalam membuat
keputusan untuk
merujuk kasus diare
dengan dehidrasi berat
meningkatkan
pemahaman dan
kesadaran masyarakat
tentang penyakit
termasuk diare dengan
menggunakan cara
budaya masyarakat
setempat
memberikan pengertian
kepada masyarakat
tentang pembebasan
biaya pengobatan bagi
keluarga kurang mampu

jarang dilakukan
meningkatkan
pertemuan rembug desa
kesadaran dan
untuk mendiskusikan
pemahaman untuk
masalah yang timbul
membangun partisipasi
didesa
masyarakat tentang
jarang dilakukan
penanggulangan bahaya
penyuluhan tentang
diare melalui pertemuan
kesehatan oleh petugas
formal dan inform
kesehatan, atau
penyuluhan dilakukan oleh
petugas kesehatan yang
kurang kompeten
pengetahuan masyarakat
tentang air minum yang
dimasak kurang

mewajibkan memasak
air sebelum diminum
bagi setiap keluarga

3. kurangnya
belum mengetahui tentang
sosialisasi tentang
konsep desa siaga sebagai
diare melalui
cara untuk mengubah
pertemuan di desa
perilaku masyarakat

meningkatkan
komunikasi dengan
masyarakat melalui
pertemuan-2 termasuk
sosialisasi desa siaga

4. persepsi masyarakat sikap dan perilaku


tentang pelayanan
pelayanan kesehatan oleh
kesehatan oleh
tenaga kesehatan kurang
Puskesmas atau
sesuai dengan harapan
tenaga kesehatan
masyarakat
kurang
pelayanan kesehatan yang
tidak kontinu, karena
sering tenaga kesehatan
tidak berada ditempat

meningkatkan kinerja
pelayanan tenaga
kesehatan sesuai dengan
etiket pelayanan
meningkatkan
pengawasan pelaksanaan
tugas di Puskesmas oleh
Dinas Kesehatan Kab/
Kota dan masyarakat

5. belum mengetahui kurangnya sosialisasi


meningkatkan
tentang pembebasan biaya sosialisasi Askeskin
tentang kebijakan
kepada masyarakat
pemerintah tentang
pengobatan bagi keluarga
tidak/kurang mampu oleh
pembebasan biaya
untuk mendapatkan aparat pemerintah
pelayanan
kesehatan

72

DTPS-KIBBLA

Usulan kegiatan dan kode program


untuk penganggaran
1. Pelatihan MTBS bagi tenaga kesehatan

2. Penempatan tenaga kesehatan di Puskesmas

Judul program
Program peningkatan pelayanan
kesehatan anak
balita
^^^

Kode program
/kegiatan
1.02.01.29.04
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

3. Pertemuan koordinasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan


Kab/Kota

Monitoring, evaluasi
dan pelaporan

1.02.01.29.07

4. Pertemuan koordinasi dengan lintas sektor tentang


kesehatan

Monitoring, evaluasi
dan pelaporan

1.02.01.29.07

5. Perencanaan tahunan dan penganggaran program


KIBBLA

Program peningkatan
keselamatan ibu
melahirkan dan
anak

1.02.01.32.04

6. Pembentukan desa siaga

Program Upaya
Kesehatan
Masyarakat

1.02.01.16.12

7. Pelatihan kader kesehatan tentang penyakit menular,


gizi dan imunisasi

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit


Menular

1.02.01.22.10

8. Pelayanan imunisasi pada balita

Program peningkatan pelayanan


kesehatan balita,
atau
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular

1.02.01.29.02
atau
1.02.01.22.08

Program Perbaikan
Gizi Masyarakat,
atau
Program Upaya
Kesehatan
Masyarakat, atau
Program Pelayanan
Penduduk Miskin

1.02.01.20.03
atau
1.02.01.16.05
atau
1.02.01.24.08

10. Pemberian makanan tambahan dan vitamin kepada


balita

Program Perbaikan
Gizi Masyarakat

1.02.01.20.02

11. Penyuluhan tentang penyakit menular(diare,campak,


pneumonia) dan kesehatan lingkungan pemukiman
dan kebersihan individu (cuci tangan dengan sabun
dan memasak air bersih untuk diminum) kepada
masyarakat

Program peningkatan pelayanan


kesehatan anak
balita

12. Memperbaiki kualitas air bersih dengan memperbaiki


sumber air sesuai dengan persyaratan yang ada

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

1.02.01.16.14

13. Supervisi fasilitatif kepada Puskesmas dan jaringannya Monitoring, evaluasi dan pelaporan

1.02.01.29.07

9. Pelayanan gizi buruk/kurang pada balita

1.02.01.29.01

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

73

14.Mengembangkan dan pengadaan leaflet - poster


promosi dan informasi sadar hidup sehat (termasuk
diare)

Program Promosi
Kesehatan dan
Pemberdayaan
Masyarakat

1.02.01.19.01

15. Pengadaan oralit dan bahan habis pakai

Program Obat
dan Perbekalan
Kesehatan,atau
Program Upaya
Kesehatan
Masyarakat

1.02.01.15.01
atau
1.02.01.16.07

Program kemitraan peningkatan


pelayanan kesehatan

1.02.01.28.01

16. Sosialisasi Askeskin

74

DTPS-KIBBLA

Lampiran 2

Jadwal Lokakarya Perencanaan DTPS-KIBBLA


WAKTU

HARI 1

HARI 2

HARI 3

HARI 4

08.30 - 09.00 PEMBUKAAN


Pembukaan
Formal

Ulasan dan
Prawacana

Ulasan
dan Prawacana

09.00 - 10.00 Perkenalan


Tujuan dan
Alur Proses
Pertemuan
Norma
pertemuan

Lanjutan
Sesi 2:
Analisis
dan Prioritas
Penyebab
Masalah

Pengantar
Presentasi
Pengantar
Sesi 9:
Sesi 4:
Sesi 6
Penentuan
Pengantar
Rencana Tindak
Prioritas
Sesi 7:
Lanjut
Pemantauan
Kerja Kelompok
Kegiatan dan
Target
dan Penilaian
Kerja Kelompok Kerja Kelompok

10.00 - 10.30 Rehat Teh

Rehat Teh

Rehat Teh

10.30 - 12.00 Penguatan Visi


DTPS

Presentasi Sesi 1 Lanjutan


Lanjutan Sesi 7:
Pemantauan
dan 2
Sesi 4:
dan Penilaian
Penentuan
Prioritas Kegiatan Presentasi
dan Target
Presentasi

Presentasi Sesi
8 dan 9, dan
Simulasi Materi
Advokasi

12.00 - 13.30 ISHOMA

ISHOMA

ISHOMA

Pengantar
13.30 - 15.00 Pengantar
Sesi 3:
Sesi 1:
Analisis Situasi Solusi dan
Kegiatan
dan Masalah
Kerja
Kerja
Kelompok
Kelompok

Ulasan dan
Prawacana

HARI 5

Rehat Teh

ISHOMA

ISHOMA

15.00 - 15.30 Rehat Teh

Rehat Teh

Rehat Teh

Rehat Teh

Lanjutan
Sesi 3:
Solusi dan
Kegiatan

Presentasi
Sesi 5
Pengantar
Sesi 6:
Rencana Usulan
Anggaran
Kerja kelompok

Lanjutan
Sesi 8:
Pembuatan
Dokumen
Perencanaan
dan Anggaran

Umpan Balik
Harian

Umpan Balik
Harian

Umpan Balik
Harian

17.00 - 17.15 Umpan Balik


Harian

Rehat Teh

Evaluasi Akhir
Pengantar
Pengantar
Sesi 5:
Sesi 8:
Penutupan
Rencana Usulan Pembuatan
Kegiatan
Dokumen
Perencanaan
Kerja
Kelompok
dan Anggaran
Kerja Kelompok

15.30 -17.00

Pengantar
Sesi 2:
Analisis
dan Prioritas
Penyebab
Masalah
Kerja
Kelompok

Ulasan dan
Prawacana

Catatan: Jadwal acara dapat disesuaikan dengan keadaan di daerah

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

75

Lampiran 3

Proyeksi Penduduk dan Angka Kelahiran Kasar


Indonesia/Provinsi Tahun 2005 dan 2010


NO

PROVINSI

N.A.D

JUMLAH PENDUDUK*
2005

2010

CBR**
2005

2010

4,031.70

4112.2

21.0

19.8

SUMATERA UTARA

12,452.80

13217.6

21.1

19.6

SUMATERA BARAT

4,402.10

4535.3

19.6

20.3

RIAU

6,108.40

7469.4

24.1

21.7

JAMBI

2,657.30

2911.7

20.8

19.2

SUMATERA SELATAN

6,755.90

7306.3

20.9

19.0

BENGKULU

1,617.40

1784.5

20.4

18.8

LAMPUNG

7,291.30

7843.0

19.7

18.2

KEP. BANGKA BELITUNG

971.50

1044.7

19.4

18.0

10

DKI JAKARTA

8,699.60

8981.2

20.6

19.2

11

JAWA BARAT

39,066.70

42555.3

19.4

18.0

12

JAWA TENGAH

31,887.20

32451.6

17.8

16.8

13

D.I. YOGYAKARTA

3,280.20

3439.0

12.0

11.9

14

JAWA TIMUR

35,550.40

36269.5

14.2

13.3

15

BANTEN

9,309.00

10661.1

22.1

20.5

16

BALI

3,378.50

3596.7

15.9

14.4

17

NTB

4,355.50

4701.1

22.0

20.1

18

NTT

4,127.30

4417.6

21.4

19.8

19

KALIMANTAN BARAT

4,394.30

4771.5

21.3

19.7

20

KALIMANTAN TENGAH

2,137.90

2439.9

18.7

16.8

21

KALIMANTAN SELATAN

3,240.10

3503.3

19.5

18.3

22

KALIMANTAN TIMUR

2,810.90

3191.0

19.9

18.3

23

SULAWESI UTARA

2,141.90

2277.2

15.8

14.8

24

SULAWESI TENGAH

2,404.00

2640.5

20.0

18.7

25

SULAWESI SELATAN

8,493.70

8926.6

19.2

18.2

26

SULAWESI TENGGARA

2,085.90

2363.9

19.6

17.5

27

GORONTALO

872.20

906.9

19.4

18.2

28

MALUKU

1,266.20

1369.5

22.3

21.5

29

MALUKU UTARA

890.20

969.5

23.3

22.2

30

PAPUA

2,518.40

28919.9

22.5

20.1

219,204.70

233477.4

19.5

18.4

INDONESIA

76

Sumber: (BPS, BAPPENAS, UNFPA Tahun 2005)


* Dalam ribuan
** per 1000 penduduk
DTPS-KIBBLA

Lampiran 4

Hubungan Antara Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan


Terampil dengan AKI

Contoh:
Kab.A dengan penduduk 1.500.000, dan cakupan linakes trampil 70%. Tariklah
garis vertikal dari titik 70 pada garis absis yang memotong kurva pada MMR 300,
sehingga diperkirakan terjadi 300 kematian ibu per 100.000 lahir hidup.
Sesuai PWS KIA, menghitung jumlah persalinan dari CBR sebagai berikut:
CBR di Kab A adalah 20,0 berarti terdapat 20 kelahiran per 1000 penduduk per
tahun. Karena jumlah penduduk di Kab A 1.500.000 maka jumlah ibu bersalin
adalah: 20/1000 x 1.05 x 1.500.000 = 31.500. Dengan perkiraan MMR 300/100.000,
maka jumlah kematian ibu maternal di Kab A per tahun, dapat diperkirakan sejumlah:
300/100.000 X31.500 = 94 kematian ibu per tahun atau 7-8 kematian ibu per bulan.
Angka ini dapat digunakan sebagai proxi jumlah kematian ibu sebagai pembanding
terhadap data-data yang terkumpul di fasilitas pelayanan. Perkiraan ini tentu
telah termasuk kematian ibu di fasilitas pemerintah, swasta dan di masyarakat yang
mungkin tidak teridentifikasi sebagai kematian ibu maternal.
Periode kritis risiko kematian ibu
Risiko kematian maternal 100 kali pada hari 1 dan 30 kali pada hari 2 postpartum.
Sebagian besar kematian terjadi pada periode perinatal 14.8%, 43.5% dan 23.7% (1 minggu
sebelum, saat dan 1 minggu setelah persalinan).
Kematian maternal pada trimester pertama 12.1% dan 7.9% dalam masa nifas.
Negara tertentu 50% disebabkan oleh komplikasi abortus (Bangladesh).
Risiko kematian bayi baru lahir 3-5 kali lebih besar pada bayi tanpa ibu.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

77

78

DTPS-KIBBLA

% KEMATIAN
DI INDONESIA

% PENURUNAN
KEMATIAN

INTERVENSI BERDASARKAN FAKTA


(huruf tebal menyatakan intervensi sebelum Persalinan)

INTERVENSI BERDASARKAN FAKTA

24%

11%

5%

Eklampsia

Infeksi

Persalinan macet
10%

13%

7%

60%

Mendeteksi pada waktu yang tepat, merujuk untuk operasi


persalinan, partogram; ekstraksi dengan bantuan alat

Persalinan bersih, antibiotika jika terjadi infeksi; penatalaksanaan syok termasuk transfusi darah, pengeluaran plasenta yang
tertahan, cairan, penatalaksanaan infeksi dengan antibiotik/
TT2

Penatalaksanaan kejang, magnesium sulfat; stabilisasi; rujukan untuk persalinan tepat waktu (cacat saat kehamilan;
suplementasi besi)

AMTSL (penggunaan zat uterotonika; peregangan tali pusat


terkendali; masase fundus) (Suplementasi Besi)

35%
27%

Komplikasi prematuritas/BBLR
(faktor penyerta bukan utama)

Asfiksia dan trauma lahir

5-30%

20-40%

Pertolongan persalinan terampil, stimulasi dan resusitasi

Asuhan kontak kulit-ke-kulit, mengeringkan dan menghangatkan, pemberian ASI dini dan eksklusif, antibiotik (ibu: jarak
kelahiran, gizi, pengendalian malaria). Hanya dengan segera
memberikan ASI saja bisa menurunkan kematian 17-22%.

BAYI BARU LAHIR Di Indonesia, 1 dari 3 persalinan menghadapi peningkatan risiko kematian yang sebetulnya bisa dihindari. Kematian pada masa neonatus merupakan 57% dari semua kematian selama tahun pertama kehidupan bayi. Fakta global menunjukkan
bahwa dua per tiga kematian bayi terjadi dalam waktu satu bulan pertama kehidupannya, dari angka tersebut, dua pertiganya meninggal dalam waktu 24 jam pertama setelah lahir. 70% kematian bayi baru lahir terjadi di rumah tanpa penolong persalinan terampil
(SDKI, BASICS) Tahun 2009 target Depkes adalah menurunkan AKBBL dari 20/1000 menjadi 15/1000, AKB diturunkan dari 35/1000
menjadi 26/1000

28%

Perdarahan

IBU Di Indonesia, sekitar 20.650 ibu dan anak perempuan meninggal setiap tahun karena komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan dan 413.000 hingga 619.000 lainnya menderita karena morbiditas yang berhubungan dengan kehamilan (BASICS).
Perkiraan mortalitas saat kehamilan adalah 10%, selama persalinan 14% dan selama nifas 3,3% dengan variasi cukup besar antara
propinsi. (SKRT 1995). Indonesia sedang berupaya mencapai sasaran MDG untuk menurunkan tiga perempat angka kematian ibu
antara tahun 1990-2015. Tahun 2009 Depkes mentargetkan penurunan AKI dari 307/100.000 menjadi 226/100.000

PENYEBAB KEMATIAN
(dan cacat)

Lampiran 5

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

79

10%

Tetanus
10-20%

10-30%
Asuhan antenatal, pemeriksaan fisik, TT2

Persalinan bersih dan aman, imunisasi tetanus saat hamil,


perawatan tali pusat, perawatan mata, pemberian ASI dini dan
eksklusif

25%
12%
7%
5%

Infeksi Pernafasan Akut (ARI)

Diare

Campak

Malaria
40%

30-86%

40-50%

30-60%

30-50%

Pengobatan antimalaria; MTBS-K

Imunisasi; vitamin A

Praktik pemberian makanan, oralit, zinc, ASI dan meningkatkan asupan cairan untuk anak sakit, cuci tangan dengan
sabun, air minum aman

Antibiotik; pemberian ASI (segera, 6 bulan, sampai 2 tahun);


pelengkap ASI

Intervensi gizi esensial (yodium, pemberian ASI eksklusif dan


pelengkap ASI, perawatan anak sakit dan malnutrisi, vitamin
A, Fe).Hanya ASI eksklusif saja bisa menurunkan mortalitas
10-13%

Sumber: a. UNFPA/Indonesia; b. USAID/CORE Maternal and Newborn Standards and Indicators Compendium; c. Susenas 1998; Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002/2003; d. Surkesnas 2001; e. CAH-WHO 1995, 1999, 2004;
f. Lancet 2005. Sumber lain mencakup Basics II Newborn Health in Indonesia Situation Analysis 2004, Indonesia Sehat
2010 dan Millennium Development Goals.

LINTAS BATAS PEMBERDAYAAN SOSIAL dan KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU


Praktik Kesehatan Reproduksi (asuhan antenatal, penundaan kehamilan pertama, jarak kehamilan, jumlah anggota
keluarga),
Praktik Pemberian Makan Untuk Bayi Dan Anak (ASI, makanan Pelengkap).
Praktik Imunisasi (Rangkaian lengkap untuk bayi, imunisasi bayi sakit, TT2 untuk ibu).
Praktik dan perawatan Kesehatan Di Rumah (kelambu yang diberi insektisida, cuci tangan, air minum, pembuangan
materi fekal, vitamin A, garam beryodium, perawatan selama sakit, oralit, ketepatan pemberian obat).
Praktik Pencarian Pelayanan Kesehatan (mengenali penyakit, mencari perawatan yang tepat)

54%

Malnutrisi
(faktor penyerta bukan utama)

ANAK di bawah 5 tahun Di Indonesia, kematian anak terus menurun. Cakupan imunisasi anak terhadap enam penyakit utama menurun dari 55% pada tahun 1997 menjadi 52% pada tahun 2002-2003 (SDKI). Indonesia berupaya mencapai target MDG dengan menurunkan dua pertiga angka kematian anak di bawah usia 5 tahun antara tahun 1990 sampai 2015. Tahun 2009 target Depkes adalah
menurunkan AKA dari 46/1000 menjadi 33/1000

15%

Infeksi Neonatus

Lampiran 6

No

1
I

80

Jenis
Pelayanan
Dasar

Batas Waktu
Satuan Kerja
Pencapaian
/Lembaga
Keterangan
(Tahun)
Penanggung Jawab

STANDAR PELAYANAN
MINIMAL

2
Pelayanan
kesehatan
dasar

SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/kota

Indikator

Nilai

95%

2015

Dinkes Kab/Kota

2. Ibu hamil, bersalin, nifas 80%


dengan komplikasi
yang ditangani

2015

Dinkes Kab/Kota

1. Cakupan Kunjungan
Ibu Hamil K4

3. Cakupan pertolongan
persalinan oleh
bidan atau tenaga
kesehatan yang
memiliki kompetensi
kebidanan

90 %

2015

Dinkes Kab/Kota

4. Cakupan pelayanan
Ibu Nifas

90%

2015

Dinkes Kab/Kota

5. Cakupan neonatal
dengan komplikasi
yang ditangani

80%

2010

Dinkes Kab/Kota

6. Cakupan kunjungan
bayi

90%

2010

Dinkes Kab/Kota

7. Desa/Kelurahan
Universal Child
Immunization (UCI)

100%

2010

Dinkes Kab/Kota

8. Cakupan pelayanan
anak balita

90%

2010

Dinkes Kab/Kota

9. Cakupan pemberian
100%
makanan pendamping
ASI pada anak usia
6-24 bulan keluarga
miskin

2010

Dinkes Kab/Kota

10.Cakupan Balita gizi


buruk mendapat
perawatan

100%

2010

Dinkes Kab/Kota

11.Penjaringan kesehatan 100%


siswa SD dan setingkat

2010

Dinkes Kab/Kota

12. Cakupan peserta KB


Aktif

70%

2010

Dinkes Kab/Kota

13. Penemuan dan


penanganan penderita
penyakit

100%

2010

Dinkes Kab/Kota

DTPS-KIBBLA

No

II

Jenis
Pelayanan
Dasar
2

Pelayanan
kesehatan
rujukan

Batas Waktu
Satuan Kerja
Pencapaian
/Lembaga
Keterangan
(Tahun)
Penanggung Jawab

STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
Indikator

Nilai

14. Cakupan pelayanan


kesehatan dasar
masyarakat miskin

100%

2015

Dinkes Kab/Kota

15. Cakupan pelayanan


kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin

100%

2015

Dinkes Kab/Kota

16. Pelayanan gawat


darurat level 1 yg harus
diberikan sarana
kesehatan (RS) di
Kab/Kota

90 %

2015

Dinkes Kab/Kota

III

Penyelidikan 17. Desa/Kelurahan


100%
epidemiologi
mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
dan Penangepidemiologi <24 jam
gulangan KLB

2015

Dinkes Kab/Kota

IV

Promosi
kesehatan
dan pemberdayaan
masyarakat

2015

Dinkes Kab/Kota

18. Desa Siaga Aktif

80 %

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

81

82

DTPS-KIBBLA

Luaran 1 a:
Pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir di Polindes
maupun di Puskesmas

STRATEGI & LUARAN

Lampiran 7

INDIKATOR

PEDOMAN / MODUL

Supervisi fasilitatif pasca pelatihan klinis pelayanan


kesehatan ibu dan KB
Pengadaan buku pedoman : BP3K, Kajian Mandiri,
supervisi fasilitatif, analisis situasi, AMP-KB
Pengadaan sarana transportasi untuk operasional upaya
percepatan penurunan AKI dan AKB (roda 2 dan roda 4)
Lokakarya jaminan ketersediaan komoditas dan obat
KIBBLA
Pelayanan ANC yang terfokus di fasilitas kes dan dirumah

Supervisi fasilitatif pelayanan Kes Ibu dan KB


Supervisi manajemen program kesehatan ibu dan KB

Peraturan Pengadaan Sarana


Peraturan Pengadaan Sarana
Peraturan Pengadaan Sarana
Pedoman ANC

% sarana yg tersedia thd baku kebutuhan


% sarana yg tersedia thd baku kebutuhan
% komoditas yg ada thd baku kebutuhan
% ibu yang mendapat ANC

Manajemen Program Kes Ibu & KB


Supervisi Fasilitatif dan Q&A

Paket Kualifikasi dan Akreditasi


SPK
Advokasi Inisiasi Menyusu Dini/
APN
Supervisi Fasilitatif

Paket Pelatihan PPGDON, PONED

Paket Pelatihan APN

% petugas/fasilitas yg mendapat SF
% jumlah dan target supervisi perbaikan
manajemen
% petugas kompeten dan akreditasi faskes
dari total yg dilatih

% pemenuhan terhadap kebutuhan tenaga


terampil di Polindes/Puskesmas
Penyediaan sarana dan peralatan pelayanan kebidanan
% ketersediaan terhadap kebutuhan sarana
dan peralatan
Penyediaan obat dan alat bahan habis pakai
% ketersediaan terhadap kebutuhan obat dan
bahan habis pakai
Penyediaan pelayanan dan biaya operasional APN/PPGDON % penyediaan jenis pelayanan dan biaya
terhadap standar APN/PPGDON
Penyediaan pelayanan dan biaya operasional PONED
% penyediaan jenis pelayanan dan biaya
terhadap standar PONED
Pelatihan APN (Polindes/Puskesmas)
% petugas mampu laksana APN di Polindes/
Puskesmas
Pelatihan PPGDON (Polindes)
% petugas mampu laksana PPGDON di
Polindes/Puskesmas
Pelatihan Tim Klinik PONED (Puskesmas)
% realisasi PKM PONED dgn target kabupaten/kota
Kualifikasi Petugas dan Akreditasi Teknis Fasilitas Kes- % petugas kompeten dan fasilitas yang
ehatan Pascapelatihan APN/PPGDON/PONED/PONEK
terakreditasi
Orientasi Standar Pelayanan Kebidanan
% petugas yang memahami SPK
Pelatihan promosi ASI eksklusif
% petugas mampu laksana promosi IMD

Penempatan tenaga bidan terampil APN/PPGDON

Pertolongan pertama obstetri pada semua Polindes dan


Puskesmas tanpa tempat tidur:

Strategi 1: Meningkatkan akses, cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan bukti ilmiah

KEGIATAN

Tabel Strategi, Luaran, dan Kegiatan


Program Ibu dan Bayi Baru Lahir
PEN
JAWAB

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

83

Pelayanan rujukan ke rumah sakit


Pelayanan ibu hamil KEP dan KEK
Pelayanan kunjungan ibu nifas dan neonatal
Pemetaan sasaran bumil
Pengadaan sarana kontrasepsi kit
Pelatihan konseling ABPK-KB
Pelacakan unmet need KB
Sosialisasi standar pelayanan KB (BP3K)
Pelaksanaan Audit Medik Pelayanan KB (AMP KB)
tingkat kab/kota
Audit Maternal dan Perinatal (AMP)
Penjaringan ibu hamil dengan resiko tinggi dengan 5 T
Pertemuan PWS KIA
Pengadaan buku kohort KIA
Penyuluhan PMS and HIV/AIDS di faskes
Pelaksanaan PMTCT
Pelatihan kapasitas dan operasional kemitraan bidan
dukun
Sosialisasi kemitraan bidan dan dukun (pengembangan
kapasitas dan operasional)
Monitoring dan evaluasi kegiatan kemitraan bidan dukun
di berbagai jenjang.
Magang dukun dirumah bidan/polindes
Pertemuan koordinasi bagi akses pelayanan bumil/bulin/
bufas dan bayi baru lahir melalui GSI/P4K (Pedoman
Perencanaan Persalinan dan Pecegahan Komplikasi)

KEGIATAN

Pelatihan klinik PONED


Magang PONED bagi Tim Medik Puskesmas
Pengadaan peralatan PONED
Bimbingan teknis pelayanan KIBBLA Puskesmas oleh
SpOG dan SpA
Supervisi fasilitatif pascapelatihan klinis pelayanan
KIBBLA

Luaran 1 b:
Pelayanan obstetri dan neonatal Pertemuan pengkajian, seleksi dan pengembangan
emergensi dasar (PONED)
Puskesmas PONED
Penempatan tenaga PONED di Puskesmas

STRATEGI & LUARAN

KIP/K dan ABPK KB


Manajemen Program KB

Pedoman Rujukan
SPK ibu hamil dengan gangguan gizi
Pedoman KN
Juklak Pemetaan Bumil
Peraturan Pengadaan Sarana

PEDOMAN / MODUL

Pedoman Kemitraan
Bidan-Dukun
Program GSI/P4K

% monev kemitraan Bidan-Dukun


% Dukun yang magang di Polindes
% Pemenuhan akses yankes melalui GSI/P4K

% SF pascapelatihan KIBBLA

% PKM PONED yang mendapat Bintek

% Petugas terlatih PONED


% Petugas magang PONED
% Pemenuhan alat terhadap standar kebutuhan

Pedoman Bintek Yan KIBBLA


SpOG/SpA
Supervisi Fasilitatif

Pedoman Manajemen PKM PONED


Peraturan pengangkatan dan penempatan pegawai
Paket Pelatihan PONED
Peraturan Pengadaan Sarana

Monev Kemitraan Bidan-Dukun

% pemahaman ttg kemitraan Dukun - Bidan

% PKM yang terseleksi utk PONED


% Penempatan nakes di PKM PONED

PWS KIA
Peraturan Pengadaan Sarana
Pedoman Penyuluhan
Pedoman PMTCT
Pedoman Kemitraan Dukun-Bidan

% kegiatan AMP thd target AMP Kab/Kota


% penjaringan ibu hamil risti dan pendataan
sasaran
% pengadaan thd baku kebutuhan
% kegiatan penyuluhan thd target
% upaya PMTCT thd target program
% kemitraan thd target program

Pedoman AMP

% kegiatan Audit terhadap target program KB Pedoman Audit Medik

% kasus rujukan yg dapat dirujuk


% cakupan Bumil KEP/KEK
% pelayanan KN terhadap target
% upaya pemetaan Bumil terhadap target
% sarana kontrasepsi thd baku kebutuhan
% petugas mampu KIP/K dan ABPK KB
% Unmet need KB
% petugas yg paham baku pelayanan KB

INDIKATOR

PEN
JAWAB

84

DTPS-KIBBLA
Penempatan tenaga kesehatan penyelenggara PONEK
Pengadaan peralatan PONEK
Pengadaan obat dan bahan habis pakai
Pelatihan PONEK bagi tenaga RS
Pencegahan dan penanggulangan infeksi
Jaminan fungsi unit bank darah RS
Pengadaan peralatan bank darah
Penyediaan tenaga laboratorium bank darah
Pelatihan teknis bagi petugas bank darah

KEGIATAN

Lokakarya Perencanaan berbasis kinerja DTPS-KIBBLA


Evaluasi pelaksanaan program KIBBLA (evaluasi paruh
tahun dan akhir tahun)

Pertemuan analisis data dan manajemen KIBBLA

Luaran 2:
Pelayanan kehamilan, per Pertemuan evaluasi kinerja bidan dalam pelayanan KIBBLA
salinan dan nifas oleh petugas Pertemuan kajian kebutuhan pelatihan tenaga kesehatan
kesehatan
KIBBLA
Pertemuan kajian kebutuhan tenaga untuk pelayanan
KIBBLA
Pengumpulan dan analisis data KIBBLA
Pertemuan pembahasan PWS KIA

Luaran 1 c:
Pelayanan Obetetri Neonatal
Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit
kabupaten/kota

STRATEGI & LUARAN

% perbaikan dan kelangsungan program


KIBBLA melalui kegiatan evaluasi

% Pengumpulan & analisis data thd target


% pertemuan yang berdampak pada kualitas
PWS KIA
% pertemuan yg berdampak pada perbaikan
manajemen KIBBLA
% penyelesaian RK DTPS-KIBBLA Kab/Kota

% Kajian & rencana pelatihan dan kebutuhan


tenaga KIBBLA

% Bidan dgn kinerja standar KIBBLA

% Penempatan nakes PONEK thd kebutuhan


% pengadaan thd kebutuhan alat/obat
% Nakes mampu PONEK thd standar kebutuhan
% Infeksi yang dapat dicegah/tanggulangi
% RS Kab/Kota dgn Bank Darah yg aktif

INDIKATOR

Pedoman DTPS-KIBBLA

Pedoman PWS KIA


Pedoman Analisis Data KIBBLA

Pedoman Analisis Data KIBBLA

Pemantauan Kinerja Bidan

Peraturan pengangkatan dan penempatan pegawai


Peraturan Pengadaan Sarana
Paket Pelatihan PONEK
Pedoman Pencegahan Infeksi
Manlak Bank Darah

PEDOMAN / MODUL

PEN
JAWAB

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

85

KEGIATAN

INDIKATOR

PEDOMAN / MODUL

PEN
JAWAB

Luaran 2:
Kerjasama dengan BKKBN

Pembinaan tokoh dan kader masyarakat tentang program KB

Pelatihan peningkatan manajemen pelayanan KB di


fasilitas pelayanan kesehatan kabupaten/kota
Pembentukan tim fasilitator kabupaten/kota untuk penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan KB (ABPK)
Pelatihan petugas untuk penggunaan ABPK.

Penyediaan tenaga konselor KB


Kerjasama lintas sektor dalam penyediaan tenaga
pelayanan KB
Kajian mandiri terhadap kualitas pelayanan KB

Penanganan Bumil KEK


Pelayanan ANC dengan menerapkan buku pedoman
ANC berkualitas (ANC+PMTCT, malaria, TBC)
Penanganan kasus malaria
Penanganan kasus TBC
Imunisasi TT
Penyuluhan PMS and HIV/AIDS oleh tenaga kesehatan

Pelatihan advokasi program KIBBLA dan penganggarannya


Advokasi kepada stakeholder tentang program kesehatan
ibu dan bayi baru lahir untuk mendapatkan prioritas di
kabupaten/kota

Membentuk P2KP
Pelatihan SDM kesehatan tentang Contraceptive Technology Update (CTU)

Review pelaksanaan program KIBBLA kabupaten/kota

Luaran 1:
Kemitraan perencanaan
Sosialisasi program KIBBLA multipihak.
pelaksanaan program KIBBLA
Pertemuan koordinasi MPS di kabupaten

Pedoman Perbaikan Gizi Ibu Hamil


Pedoman ANC Terfokus

% konselor KB thd jumlah petugas KB


% pemenuhan kebutuhan tenaga pelaksana
KB secara LP/LS
% perbaikan kualitas pelayanan KB melalui
upaya kajian mandiri
% petugas mampu laksana manajemen
pelayanan KB
% fasilitator ABPK KB thd std kebutuhan di
kabupaten/Kota
% kondelor mampu laksana ABPK dlm satu
kelompok pst plthn
% Toma dan Kader sebagai advokator KB

KIP/K KB
Peraturan Pengadaan tenaga
pelaksana KB
Pedoman Baku Klinik KB
Standar Manajemen Pelayanan KB
Paket Pelatihan Fasilitator ABPK
Paket Pelatihan Konselor utk ABPK
Materi Program KB bagi Toma dan
Kader

Penanganan terpadu Bumil (KEK,


% pencegahan dan penanganan Bumil dengan Malaria, TBC, PMS & HIV/AIDS
dan imunisasi)
masalah melalui upaya LP/LS

% strakeholder kab/ kota yang memprioritaskan KIBBLA


% perbaikan Bumil KEK melalui upaya penjaringan risti bumil dengan LILA.
% cakupan ANC terfokus melalui upaya LP

Pedoman Advokasi KIBBLA


% petugas mampu CTU terhadap jumlah
petugas unit KB
% petugas mampu adovaksi prog. & anggaran
KIBBLA thd jumlah staf sungram

% LP/LS/mitra yang memahami program


KIBBLA
% tingkat kordinasi LS/LP/mitra upaya KIBBLA Strategi Nasional MPS
melalui MPS
% keberhasilan pelaksanaan kegiatan KIBBLA Panduan Pembentukan P2KP/S
terhadap perencanaan.
Paket Pelatihan KB (CTU Update)
% P2KP aktif terhadap jumlah kabupaten

Strategi 2: Membangun kemitraan dan kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra terkait lainnya untuk advokasi koordinasi perencanaan dan kegiatan program MPS
serta meningkatkan sumberdaya yang tersedia

STRATEGI & LUARAN

86

DTPS-KIBBLA

Luaran 6:
Kerjasama dengan Palang
Merah Indonesia

Luaran 5:
Kemitraan dengan organisasi
profesi

Luaran 4:
Kemitraan dengan sektor
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Luaran 3:
Kerjasama dengan dukun
bayi:

STRATEGI & LUARAN

% keluarga/ibu yg mengerti kehamilan Risti

% desa yg memiliki ambulans desa


% desa yg memiliki Perdes KIBBLA

% Bidan & Dukun yg memahami konsep


kemitraan
% Dukun yg paham konsep Dasa Wisma
% Dukun yg paham program KIBBLA,
termasuk masalah dan alur rujukan

INDIKATOR

Membentuk/memfungsikan Unit Transfusi Darah dan


Bank Darah
Membuat Prosedur Kerja Tetap (protap) pengelolaan
darah dan produk darah
Penyediaan peralatan transfusi darah
Identifikasi golangan darah ibu hamil
Identifikasi calon donor bagi ibu hamil bersalin yang
membutuhkan

% UTD dan Bank Darah yang berfungsi sbg


hasil kerjasama dgn PMI
% penyelesaian Protap pengelolaan darah dan
produknya
% kelengkapan peralatan transfusi
% identifikasi gol. darah Bumil di desa
% identifikasi gol. darah donor di desa

Pembentukan Pusat Pelatihan Klinik Sekunder (Provinsi) % pembentukan P2KS/P sebagai hasil kerjasama dgn Org. Profesi
dan Primer (Kabupaten)
Kemitraan jaringan pelayanan KIBBLA dengan Bidan Delima % peningkatan akses dan kualitas KIBBLA
hasil kemitraan dengan BD
Pertemuan berkala KIBBLA dengan organisasi profesi di
% perencanaan dan pelaksanaan prog. KIBtingkat kabupaten/kota
BLA

Pembentukan ambulans desa melalui pertemuan desa


Membuat peraturan desa tentang KIBBLA (termasuk
komite kesehatan desa, tabulin, dasolin, dsb)
Penyuluhan kehamilan risiko tinggi (termasuk PMS dan
HIV/AIDS)

Sosialisasi kegiatan dasa wisma bagi dukun


Penyuluhan peran dukun bayi dalam KIBBLA terutama
pengenalan masalah dan alur rujukan

Orientasi kemitraan dukun-bidan dalam KIBBLA

KEGIATAN

Pedoman Kerja UTD dan Bank


Darah
Pedoman Pedoman P4K

Pedoman Pembentukan P2KS/P


Petunjuk Penyediaan Pelayanan
melalui MekanismeKemitraan
MANLAK STRATEGI PROGRAM
KIBBLA
Program KIBBLA

Pedoman Pembentukan Ambulans


Desa
Pedoman Penyusunan Perdes
Materi Penyuluhan Kehamilan Risti

Pedoman Kemitraan Bidan-Dukun


Pedoman Kegiatan Dasa Wisma
Materi Penyuluhan Program KIBBLA

PEDOMAN / MODUL

PEN
JAWAB

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

87

KEGIATAN

INDIKATOR

PEDOMAN / MODUL

PEN
JAWAB

Penyuluhan tentang budaya hidup sehat dan pelayanan


berkualitas bagi keluarga
Penyuluhan kesehatan ibu hamil dari keluarga kurang
mampu

% perempuan dlm wilayah tertentu yg memahami hak reproduksi


% org. wanita dlm suatu wilayah yang memahami hak reproduksi
% keluarga di dalam suatu wilayah paham
nutrisi dan tumbuh kembang melalui
pelayanan bermutu
% pelayanan KIBBLA berkualitas di faskes
dlm suatu wilayah

% akses pelayanan adekuat yg didukung


Askeskin

% keluarga paham kualitas pelayanan

Materi Hak Reproduksi


Materi Nutrisi dan Tumbuh Kembang
Materi Program KIBBLA & Kualitas Pelayanan

Pedoman Pemberdayaan Keluarga


Pedoman Askeskin

Pedoman Pedoman P4K


Pedoman Promkes MPS
Pedoman MPR-MPS
% akurasi pesan MPS dalam leaflet
Pedoman Deteksi Tanda Bahaya
% mitra/masyarakat yg memahami MPS
bagi Masyarakat
% mitra/masyarakat yg memahami GDON
% Buku Kepemilikan Buku KIA pada Bumil / Buku KIA
Buku KIP/K & KIA
Bulin/Bufas
% petugas mampu laksana KIP/K dan Peren- Pedoman Penyuluhan PMS HIV/
AIDS
canaan Persalinan
Pedoman P4K dan Suami Siaga
% pemahaman suami ttg PMS HIV/AIDS
% kesiapan dana dan tanggap gawat-darurat
bagi ibu dari suami/keluarga

% suami yg paham perannya dlm KIBBLA

Pelatihan KIP/K dan Perencanaan Persalinan untuk


optimalisasi penggunaan buku KIA
Penyuluhann tentang PMS HIV/AIDS
Penyuluhan tentang pentingnya dukungan (termasuk
ketersediaan dana dan tanggap gawatdarurat) dari suami/
keluarga selama kehamilan, persalinan dan nifas
Penyuluhan peran suami di dalam program KB, termasuk % dukungan suami dalam program KB dlm
sewilayah
KB pascapersalinan dan pascakeguguran

Penyuluhan Suami Siaga dan P4K di dalam pesan


MPS kepada masyarakat
Membuat leaflet poster tentang pesan MPS
Sosialisasi MPR-MPS
Penyuluhan pengenalan tanda bahaya obstetri & neonatal
Sosialisasi buku KIA (buku JICA)

Luaran 3:
Pemantauan kualitas pe Penyuluhan hak perempuan dalam reproduksi
layanan kesehatan ibu dan
Penyuluhan pemahaman kesehatan ibu dan bayi baru
bayi baru lahir oleh kelompok lahir kepada organisasi wanita
wanita
Penyuluhan ASI Eksklusif dan Nutrisi Tumbuh Kembang melalui pelayanan bermutu bagi perempuan dan
keluarga
Meningkatkan kualitas pelayanan KIBBLA berkualitas
melalui sistem pelayanan kesehatan

Luaran 2:
Peran aktif keluarga dalam
menjamin pelayanan yang
adekuat

Luaran 1:
Keterlibatan suami siaga

Strategi 3: Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perwujudan perilaku sehat dan pemanfaaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi

STRATEGI & LUARAN

88

DTPS-KIBBLA

KEGIATAN

INDIKATOR

PEDOMAN / MODUL

Pertemuan koordinasi dan monitoring pelaksanaan P4K


tingkat kecamatan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit
(PKMRS)
Pendaftaran calon donor darah
Pertemuan Komite Kesehatan Kabupaten/Kota tentang
perlindungan konsumen dan petugas kesehatan
Pertemuan musyawarah desa untuk meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan KIBBLA di tingkat desa
Pertemuan lintas sektor (persyaratan pelayanan bagi
masyarakat miskin)

Penyuluhan tentang tanggung-jawab masyarakat dalam


pencegahan kematian pada ibu, BBL dan Anak Balita
Membuat leaflet tentang penyebab dan upaya menanggulangi kematian ibu, BBL dan Anak Balita
Pembentukan dan pelaksanaan Kelompok Peminat KIBBLA dan Kelompok Kerja P4K
Pertemuan koordinasi dan monitoring pelaksanaan P4K
tingkat kabupaten
Pertemuan sosialisasi P4K tingkat kecamatan

Membuat/membangun Rumah Tunggu Sayang Ibu untuk


daerah terpencil
Pembentukan kelompok pemerhati dan pemberdayaan
perempuan dan keluarga
Penyuluhan kesehatan ibu dan bayi baru lahir kepada
tokoh dan kader kesehatan
Penyuluhan tentang pentingnya tabulin dalam mengatasi
biaya pelayanan
Pelatihan fasilitator - bidan dalam pelaksanaan P4K
Pertemuan tentang operasional P4K mendukung dalam
terbentuknya Tabulin, Ambulans Desa, calon donor darah
(minimal 4 kali setahun)

Pertemuan evaluasi penyuluhan MPS melalui GSI atau


Pedoman P4K
Membuat leaflet tentang 4 Terlalu dan 3 Terlambat
Penyuluhan tentang 4 Terlalu dan 3 Terlambat

% keluarga/pasien yang mendapat penyuluhan KIBBLA di Rumah Sakit


% anggota masy. yg mendaftar sbg donor
% penanggulangan keluhan konsumen dan
petugas terkait KIBBLA
% peningkatan akses dan kualitas yankes hsl
musyawarah desa
% masy/keluarga yg paham syarat bantuan
pelayanan bagi masyarakat miskin

% kelompok peminat KIBBLA dan Pokja


P4K
% evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan
P4K di kab/kota
% pehamanan Staf Kecamatan & Kades ttg
P4K
% evaluasi dan rekomendasi plksn P4K di kec

kematian ibu/BBL/Anak Anak Balita

% peran serta masy. dlm upaya pencegahan


kematian ibu/BBL/Anak Balita
% akurasi pesan upaya pencegahan

% bidan fasilitator P4K di desa/kab/kota


% Tabulin, Ambulans Desa, Donor Darah dsb
dr hsl pertemuan operasional P4K

% desa dengan tabulin/dasolin

% kelompok pemerhati dan pemberdayaan


perempuan di suatu wilayah
% Toma dan Kader yg paham KIBBLA

% masyarakat yang memahami dan berperan


dalam MPS
% akurasi pesan 4T dan 3 T dlm leaflet
% masyarakat dlm suatu wilayah yang paham
4T dan 3T
% Rumah Tunggu SI di daerah terpencil

Pedoman P4K
Pedoman Pemantauan dan Penyeliaan Program Kesehatan Ibu dan
Bayi Baru Lahir
Pedoman PKMRS
Pedoman P4K
Pedoman P4K
Pedoman Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Manlak
Jamkesmas)

Manlak Strategi Program KIBBLA(* MPS-SIG)


Pedoman P4K
MPR-MPS
Promkes MPS
Pedoman Rumah Tunggu
Hak Reproduksi
Manlak Strategi Program KIBBLA
Pedoman P4K

Strategi 4: Mendorong keterlibatan masyarakat dan menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi

Luaran 2:
Tanggung jawab masyarakat
tentang KIBBLA

Luaran 1:
Gerakan Sayang Ibu

STRATEGI & LUARAN

PEN
JAWAB

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

89

Luaran 4:
Asesmen kegiatan terbaik dikab/kota oleh GSI/
Masyarakat SiAGa

Luaran 3:
Pemantauan pelayanan KIBBLA oleh masyarakat
% kerjasama dalam pemantauan kualitas
pelayanan
% masy/keluarga yg paham manfaat AMP

Rencana pengembangan manfaat GSI/Masyarakat SiAGa % desa/kab/kota baru dgn GSI/P4K


ke kabupaten/kota lainnya
% rencana KIBBLA yg menyentuh masy.
Merencanakan program KIBBLA tingkat kecamatan
terpencil dan miskin tingkat kecamatan
desa prioritas, terutama masyarakat miskin
dan desa

Pertemuan kerjasama dalam pemantauan kualitas pelayanan oleh masyarakat


Sosialisasi AMP kepada kelompok masyarakat
Pedoman GSI/P4K
Manlak Strategi Program KIBBLA

Manlak Strategi Program KIBBLA


Pedoman AMP

90

DTPS-KIBBLA
2
Linakes
Bayi mendapat ASI segera(IMD)
Bayi diimunisasi HBO
Bayi diberi Vit K injeksi.
Bayi asfiksia yang dirawat sesuai
standar

%
%
%
%
%
% KN1 dan % KN2
% Bayi diimunisasi BCG
% Bayi sakit dirujuk

1. Penerapan Asuhan Persalinan Normal Inisiasi


Menyusu Dini (IMD), imunisasi, manajemen asfiksia mengeringkan dan menghangatkan, asuhan
kontak kulit ke kulit,dan kegiatan berkaitan dengan
pertolongan persalinan terampil

2. Kunjungan Neonatal 1 (KN1) dan 2 (KN2) serta rujukan bayi sakit

% anak dengan keterlambatan


perkembangan
% balita yang mendapatkan pengobatan kecacingan
% desa yang mencapai UCI
% anak < 1 tahun sudah imunisasi
campak

5. Kunjungan (pelayanan) petugas Puskesmas ke


lapangan untuk melaksanakan Stimulasi,Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita

6. Pengobatan rutin kecacingan

7. Pelayanan imunisasi lengkap pada bayi dan anak


balita

8. Pelayanan kesehatan akibat lumpuh layu*

% bayi dan anak Balita yang mendapatkan kunjungan pelayanan


minimal 4 kali /tahun
% bayi mendapat ASI eksklusif

4. Kunjungan (pelayanan) bayi dan anak balita dengan


resiko tinggi, penyakit kronis, penyakit akut berulang dan kurang atau tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan

3. Pelayanan dengan menerapkan Manajemen Terpadu % bayi BBLR yang dirawat sesuai
standar
Balita Sakit (MTBS) : BBLR, pelayanan pencegahan
dan penanganan penyakit infeksi(diare, ISPA, demam berdarah, malaria, dll .

Indikator

Penemuan kasus AFP 2 /


100.000 penduduk <15th

MTBS
Buku registrasi desa

Dokter Puskesmas

Petugas imunisasi
Bidan didesa
Bidan Praktek Swasta

Dokter Puskesmas

Perawat Puskesmas
Bidan Puskesmas

Dokter Puskesmas
Perawat Puskesmas

MTBM-MTBS
PWS KIA
Form penjaringan Resti
Latihan manajemen laktasi
(40 jam)
SDIDTK

Dokter Puskesmas

Bidan Puskesmas
Bidan di desa
Bidan Praktek Swasta

Ka. Puskesmas / Bidan


Puskesmas / desa

Penanggung jawab

MTBM MTBS
Manajemen BBLR untuk
bidan desa
PONED
PONEK

Pedoman Teknis Neonatal


Esensial

APN
Pedoman Teknis pemberian
Vitamin K1
Manajemen Asfiksia BBL
untuk bidan desa

Pedoman /Modul

Luaran : Meningkatnya akses pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Strategi 1: Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Tabel Strategi, Luaran, Kegiatan, Indikator untuk Program Kesehatan


Bayi dan Anak Balita

Kegiatan

Lampiran 8

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

91

% jumlah tenaga yang telah dilatih


% jumlah tenaga yang telah dilatih
Setiap Puskesmas mempunyai
tenaga pengelola vaksin minimal
2 orang

3. Pelatihan tenaga vaksinator

4. Pelatihan tenaga pengelola vaksin

% jumlah tenaga yang telah dilatih

2. Pelatihan Pojok Gizi tenaga Puskesmas

1. Pelatihan dan pemantauan pasca pelatihan bagi


para petugas kesehatan :
APN
Manajemen Asfiksia
Manajemen BBLR
Stardardisasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS)
SDIDTK
Tata laksana gizi buruk
Pelatihan manajemen laktasi

APN
MTBM
MTBS
Manajemen Asfiksia BBL
untuk bidan desa
Manajemen BBLR untuk
bidan desa

Luaran: Meningkatnya kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Strategi 2: Meningkatkan Kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita

16. Pelaksanaan pemantauan status gizi (PSG) berdasar- Tersedia data mengenai status gizi
kan BB/U dikab/kota
balita.

% bayi yang dirujuk yang mendapat Jamkesmas/ Askeskin


bantuan biaya

15. Rujukan neonatus, bayi dan anak balita sakit bantuan biaya ke rumah sakit

Subdin PP PL

Subdin PP PL

Subdinkes KIA

Kepala Dinas Kesehatan

Staf keuangan Puskesmas

Dokter Puskesmas
Petugas gizi Puskesmas

% kasus gizi buruk yang dirujuk

14. Rujukan kasus gizi buruk ke rumah sakit*

Jamkesmas/ Askeskin

Petugas gizi Puskesmas

13. Pemberian tambahan makan dan vitamin untuk


% balita mendapatkan PMT
kasus kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi,
gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vit.
A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya

% balita yang naik berat badannya

Petugas gizi Puskesmas

Petugas gizi Puskesmas

12. Pemberian MP ASI 90 hari bagi balita Gakin 6 24


bulan yang berat badannya tidak naik 1 kali di desa

Pedoman distribusi Vit A

Petugas gisi Puskesmas

Dokter Puskesmas

Cakupan vit A

10. Penyelenggaraan suplementasi zat gizi mikro di


Puskesmas, Posyandu, Polindes, Poskesdes dan
Poskestren

SDIDTK
Manajemen laktasi (40 jam)
PONED/K

11. Pelayanan perawatan gizi buruk di Puskesmas Rawat % bayi gizi buruk yang dirawat
Inap*

% balita dengan gizi buruk

9. Pelacakan balita gizi buruk

92

DTPS-KIBBLA
% tenaga yang telah dilatih

% bidan dan perawat yang telah


dilatih
Jumlah fasilitator yang telah dilatih
pada setiap kabupaten/kota
Jumlah fasilitator yang telah dilatih
pada setiap kabupaten/kota

6. Pelatihan tenaga pelaksana asuhan gizi Puskesmas


dan Poskesdes dalam memberikan pelayanan gizi
yang meliputi tata laksana gizi buruk dan konseling
menyusui

7. Kalakarya MTBM- MTBS bagi bidan dan perawat yang


belum dilatih MTBM- MTBS

8. Pelatihan calon fasilitator/ToT MTBS

9. Pelatihan calon fasilitator SDIDTTK / ToT SDIDTK

MTBS

MTBS

APN
Manajemen laktasi (40 jam)

Format pengumpulan data


untuk DTPS-2007
PWS KIA
PWS Gizi

Dokumen perencanaan dan penganggaran program KIBBLA ( hasil


DTPS 2007)
Jumlah pertemuan dengan stakeholder
Jumlah pertemuan kerja sama

% kematian Anak Balita


Tersedianya data untuk penentuan
kebijakan / perencanaan ( DTPS
2007)
Tersedianya hasil pelacakan kesakitan dan kematian balita

3. Pertemuan penyusunan perencanaan dan penganggaran program KIBBLA

4. Sosialisasi dan advokasi masalah / program KIBBLA


.

5. Pertemuan dalam kerjasama dengan Diknas dan


BKKBN dan lintas program terkait dalam penerapan
pengembangan dan pendidikan anak usia dini

6. Audit kematian Bayi / Anak Balita

7. Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan yang


komprehensif dan terpadu.

8. Meningkatkan sistem pelacakan, pencatatan dan


pelaporan kesakitan dan kematian pada neonatus,
bayi dan anak balita (otopsi verbal dan registrasi
kematian)

Kuesioner autopsi verbal


Anak Balita

Penguatan kapasitaas Advokasi dalam issue KIBBLA.

% tenaga Puskesmas yang telah


dilatih

2. Pelatihan autopsi verbal dan audit kematian balita

DTPS-2007
Pedoman fasilitator

% tenaga Puskesmas yang telah


dilatih PUGS pada setiap kabupaten/kota

1. Pelatihan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Luaran: Meningkatnya manajemen program kesehtan bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Strategi 3: meningkatkan pengelolaan program kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita

% Bidan Puskesmas dan Bidan


didesa terlatih sebagai konselor
ASI eksklusif, menyusu dini

5. Pelatihan konselor ASI eksklusif dan menysu dini

Subdin KIA Petugas gizi


Puskesmas. Imunisasi

Subdin Perencanaan

Subdin KIA

Kepala Dinkes

Kepala Dinkes

Kepala Dinkes

Subdin KIA

Subdin KIA

Subdin Kesga

Subdinkes Yankes

Kepala Dinas Kes.

Subdinkes berkaitan dengan gizi

Subdin KIA

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

93

Tersedianya hasil evaluasi pelaksanaan program KIBBLA


% kuantitas dan kualitas obat yang
telah disediakan
Tersedianya vaksin / perlengkapan
imunisasi di fasilitas pelayanan

10. Monitoring dan evaluasi program KIBBLA

11. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan bayi


baru lahir, bayi dan Anak Balita *

12. Pengadaan alat imunisasi dan vaksin penyakit


menular

Supervisi fasilitatif

Subdin PP PL

GFK

Kepala Dinas
Subdin KIA

Subdin KIA

% kader kesehatan yang telah


dilatih
% posyandu yang telah dilaksanakan revitalisasi
Jumlah buku KIA yang dibagkan
% ibu hamil yang menerima buku
KIA
% jumlah kemitraan perawatan bayi
baru lahir

2. 2. Pelatihan kader dalam pemantauan pertumbuhan


dan pendampingan kasus gizi kurang/buruk dan
kadarsi didesa siaga di Puskesmas

3. Revitalisasi posyandu

4. Sosialisasi buku KIA bagi keluarga dan masyarakat

5. Kemitraan bidan dan dukun dalam meningkatkan


akses perawatan bayi baru lahir

Jumlah desa Siap Antar jaga


yang terbentuk

8. Pengembangan desa Siap Antar Jaga (P4K)

Kepala Puskesmas

Bidan Puskesmas

Subdin KIA

Petugas gizi Puskesmas

Bidan Puskesmas

Kit Desa Siap Antar Jaga

Kepala Dinkes
Kepala Puskesmas
Kepala Desa

Buku KIA
Bidan Puskesmas
Buku saku Kadarzi
Petugas gisi Puskesmas
Pelatihan Komunikasi Peruba- Bidan di desa
han Perilaku
Modul cuci tangan untuk
masyarakat.

Buku KIA

Pedoman revitalisasi Pos


Yandu

Bahan Kadarzi

Buku KIA

Catatan:
1. Kegiatan dengan tanda * adalah kegiatan yang tercantum pada lampiran Permendagri No. 13 tahun 2006
2. Kegiatan dengan huruf tebal dan miring adalah kegiatan yang berkaitan dengan Evidence Based Intervention (EBI)

Jumlah penyuluhan tentang : IMD /


ASI eksklusif, Buku KIA, Imunisasi,
cuci tangan dengan sabun, manfaat
oralit

7. Penyuluhan /KIE Program KIBBLA


Inisiasi Menyusu Dini / ASI eksklusif
Buku KIA
Manfaat Imunisasi
Cuci tangan dengan sabun
Manfaat oralit
Air minum aman

6. Pelaksanaan SMD dan MMD Kadarsi di desa siaga

% kader kesehatan yang telah


dilatih

1. Pelatihan buku KIA bagi kader kesehatan

Luaran: Meningkatnya kemitraan dengan stakeholder dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan tanda bahaya pada
bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Strategi 4: Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita

Tersedianya rekomendasi hasil supervisi minimal 4 kali pertahun

9. Supervisi fasilitatif pelayanan kesehatan bayi dan


Anak Balita di Puskesmas

Lampiran 9

Alur Proses Perencanaan APBD

94

DTPS-KIBBLA

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

95

Lobby Panitia Anggaran dan DPRD

September
Keputusan Ranperda
Ka.Daerah/ DPRD

Desember
Perda APBD

Dinkes menyusun draft Petunjuk


Operasional

Dinkes menyelesaikan format RKA


SKPD terutama format 2.2.1 sebagai
bahan untuk Ranperda APBD dan
bahan untuk Petunjuk Operasional

Lobby Panitia Anggaran dan DPRD agar Renja RKPD dan


program kesehatan (termasuk KIBBLA) RKPD
mendapatkan prioritas penganggaran

Juni
Penyampaian Rancangan
KUA / PPAS

Agustus
Pengisian format anggaran
RKA SKPD termasuk 2.2.1

Dokumen
Musrenbang
sektor kesehatan
dan sektor terkait

Pasca Musrenbang
Pastikan agar program kesehatan
mendapatkan prioritas di RKPD

Mei (Penetapan program


kesehatan mendapatkan
prioritas pada RKPD)

2.

Dokumen DTPS

1. Sebelum Musrenbang:
menggabungkan hasil DTPS ke
Renja SKPD
2. Saat Musrenbang:
Sosialisasikan program kesehatan
agar menjadi prioritas

Maret April
(Musrenbang kabupaten/
kota)

RKA-SKPD

Kompilasi RKASKPD (format


anggaran)

Format RKA-SKPD
(2.2.1) Format
RKA-SKPD (2.2.1)

Dokumen

Kegiatan

Jadwal
5

Hasil Kegiatan

Checklist Monitoring Penganggaran DTPS


Tahun Anggaran: _____________
Kabupaten/Kota: _____________

No

Lampiran 10

Tindak koreksi
(bila diperlukan)

Penanggung
Jawab

96

DTPS-KIBBLA

Juli-Agustus
P-APBD tahun berjalan

Jadwal

Masukkan kegiatan :
hasil perencanaan ( DTPS ) tahun
lalu yang belum tertampung atau
hasil perencanaan ( DTPS ) tahun
lalu yang belum tertampung atau
kegiatan yang direncanakan
DTPS tahun ini bila persiapannya
memungkinkan

Kegiatan

Dokumen DTPS
tahun lalu

Dokumen
5

Hasil Kegiatan
6

Tindak koreksi
(bila diperlukan)
7

Penanggung
Jawab

Keterangan:
Sebelum Musrenbang tingkat kabupaten, tim DTPS sudah menghasilkan dokumen akhir untuk digabungkan dalam
Renja SKPD bersama program kesehatan lain.
Dinkes harus mengawal agar Renja SKPD mendapatkan prioritas program pada RKPD.
Pada bulan Juni ditentukan pagu sementara dimana umumnya nilai berubah. Apabila terjadi penurunan nilai
anggaran dibanding dengan pagu sementara, maka Dinkes harus menyesuaikan dengan pemangkasan terhadap
volume kegiatan maupun anggarannya. Hasil pemangkasan ini sebagai bahan untuk menyelesaikan pengisian RKASKPD 2.2.1.
Tim advokasi perlu melakukan audiensi, lobby, pertemuan formal/ informal pada Panitia Anggaran dan anggota
DPRD komisi bidang kesehatan untuk menginformasikan issue program KIBBLA yang terakhir.
Tim advokasi memantau agar kegiatan untuk program KIBBLA tidak dihapus dari RKA-SKPD.
Dinas kesehatan (pengelola program) mulai menyiapkan draft petunjuk operasional kegiatan agar dana bisa
dilaksanakan segera diawal tahun anggaran.
P-APBD (Perubahan APBD): Check agar tidak terjadi duplikasi kegiatan dengan rencana kerja tahun datang.

No

Lampiran 11

Kode dan Daftar Program dan Kegiatan Menurut Urusan Pemerintah


Daerah yang Dapat Digunakan untuk Penyusunan Program KIA

KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN


URUSAN WAJIB

Kesehatan

02

02

xx

15

02

xx

15

01

Pengadaaan obat dan perbekalan kesehatan

02

xx

15

02

Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

02

xx

15

03

Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan


terutama untuk penduduk miskin

02

xx

15

04

Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

02

xx

15

05

Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

02

xx

15

06

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

15

07

dan seterusnya

02

xx

16

02

xx

16

01

Pelayanan kesehatan penduduk miskin dipuskesmas dan jaringannya

02

xx

16

02

Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan

02

xx

16

03

Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana


puskesmas dan jaringannya

02

xx

16

04

Penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah

02

xx

16

05

Perbaikan gizi mayarakat

02

xx

16

06

Revitalisasi sitem kesehatan

02

xx

16

07

Pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan

02

xx

16

08

Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat


generik esensial

02

xx

16

09

Peningkatan kesehatan masyarakat

02

xx

16

12

Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan

02

xx

16

13

Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

02

xx

16

14

Penyelenggaraan penyehatan lingkungan

02

xx

16

15

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

16

16

dan seterusnya

02

xx

19

02

xx

19

01

Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat

02

xx

19

02

Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

02

xx

19

02

Peningkatan pemanfaatna sarana kesehatan

Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

97

98

02

xx

19

03

Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan

02

xx

19

04

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

19

05

dan seterusnya

02

xx

20

02

xx

20

01

Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi

02

xx

20

02

Pemberian tambahan makanan dan vitamin

02

xx

20

03

Peanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya

02

xx

20

04

Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

02

xx

20

06

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

20

07

dan seterusnya

02

xx

21

02

xx

21

01

Pengkajian pengembangan lingkungan sehat

02

xx

21

02

Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat

02

xx

21

03

Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat

02

xx

21

04

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

21

05

dan seterusnya

02

xx

22

02

xx

22

08

Peningkatan Imunisasi

02

xx

22

09

Peningkatan surveillance epideminologi dan penaggulangan wabah

02

xx

22

10

Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (kie) pencegahan


dan pemberantasan penyakit

02

xx

22

11

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

22

12

dan seterusnya

02

xx

23

02

xx

23

01

Penyusunan standar kesehatan

02

xx

23

02

Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesahatan

02

xx

23

03

Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan


kesehatan

02

xx

23

04

Penyusunan naskah akademis standar pelayanan kesehatan

02

xx

23

05

Penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan

02

xx

23

06

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

23

07

dan seterusnya

02

xx

24

02

xx

24

05

Penanggulangan ISPA

02

xx

24

06

Penanggulangan penyakit cacingan

02

xx

24

08

Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk/busung lapar

02

xx

24

10

Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk/busung lapar

DTPS-KIBBLA

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Program Pengembangan Lingkungan Sehat

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

02

xx

24

11

dan seterusnya

02

xx

29

02

xx

29

01

Penyuluhan kesehatan anak balita

02

xx

29

02

Imunisasi bagi anak balita

02

xx

29

03

Rekrutmen tenaga pelayanan kesehatan anak balita

02

xx

29

04

Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita

02

xx

29

05

Pembangunan sarana dan prasarana khusus pelayanan perawatan


anak balita

02

xx

29

07

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

29

08

dan seterusnya

02

xx

32

02

xx

32

01

Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu

02

xx

32

02

Perawatan berkala bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu

02

xx

32

03

Pertolongan persalinan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu

02

xx

32

04

dan seterusnya

10

Kependudukan dan Catatan Sipil

12

keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

12

xx

15

12

xx

15

01

Penyediaan Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi bagi Keluarga


Miskin

12

xx

15

05

Pembinaan Keluarga Berencana

12

xx

15

07

dan seterusnya

Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

Program Keluarga Berencana

Program pelayanan kontrasepsi

12

xx

17

12

xx

17

01

Pelayanan konseling KB

12

xx

17

02

Pelayanan pemasangan kontrasepsi KB

12

xx

17

03

Pengadaan alat kontrasepsi

12

xx

17

04

Pelayanan KB medis operasi

12

xx

17

05

dan seterusnya

12

xx

18

12

xx

18

01

Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat peduli KB

12

xx

18

02

dan seterusnya

12

xx

19

12

xx

19

01

Penyuluhan kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan di masyarakat

12

xx

19

02

dan seterusnya

Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/


KR yang madiri

Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok


kegiatan di masyarakat

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

99

Contoh Pengembangan Program Dan Atau Kegiatan Sesuai Lampiran


A.VII.A Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor: 59 Tahun 2007 Tertanggal: 26 Oktober 2007
Pemerintah daerah dapat mengembangkan program dan kegiatan beserta kode
rekeningnya sesuai kebutuhan obyektif, nyata dan sesuai karakteristik daerah.
Urutan kode rekening tersebut mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Kode Urusan
Wajib/Pilihan

Kolom 1

Kode Urusan

Kolom 2
Kolom 3

Kode Organisasi
Kode Program

Kolom 4
Kolom 5

Kode Kegiatan

Daftar program dan kegiatan dibagi menjadi 2 pengelompokkan kode sebagai


berikut:
1. Program yang diberi kode 114 untuk menampung program-program yang
bersifat umum dan terdapat di setiap SKPD.
2. Program yang diberi kode 15dan seterusnya untuk menampung programprogram yang bersifat spesifik untuk setiap urusan.

Contoh 1:

Dinas Kesehatan merencanakan program Pelayanan Administrasi Perkantoran dan


kegiatan Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik sebagai kegiatan
pertama di program tersebut. Maka, penomoran kode rekening dilakukan sebagai
berikut:
PROGRAM:
1 02

01

01

KEGIATAN:
1
02
01
01
01

100

DTPS-KIBBLA

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Kegiatan Penyediaan jasa komunikasi, sumber


daya air dan listrik

Contoh 2:
Dinas Kesehatan merencanakan program Penanganan ibu hamil dengan komplikasi
sebagai program yang belum tercantum pada lampiran A.VII Permendagri No.
13 tahun 2006. Program tersebut dapat dibuat kode baru dan kegiatannya sesuai
dengan lampiran A.VII Permendagri No. 13 tahun 2006. Maka, penomoran kode
program dan kegiatannya dilakukan dengan contoh sebagai berikut:
PROGRAM:
1 02 01
33

Program rujukan KIBBLA yang mengalami


komplikasi

KEGIATAN:
1 02 01
33 01

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar


(PONED)

Contoh program dan kegiatan lainnya masih dapat menggunakan Lampiran A.VII
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, disesuaikan dengan
kebutuhan obyektif, nyata dan karakteristik daerah.

Keterangan:

1. Kode dan daftar program serta kegiatannya lampiran A.VII Permendagri no. 13
tahun 2006 masih dapat digunakan pada penyusunan APBD.
2. Apabila ada pengembangan program dan atau kegiatannya, maka Pemerintah
Daerah dapat mengembangkannya sesuai dengan lampiran A.VIIa Permendagri
No. 59 tahun 2007 seperti terlampir. Pengembangan program dan kegiatan
berikut kodenya dapat dilaporkan ke Pemerintah Daerah Provinsi (cq Bappeda
Provinsi) untuk proses selanjutnya.

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

101

Kode Rekening Belanja Daerah


5

01

01

01

Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan

01

02

Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa

01

06

Belanja bahan bakan minyak/gas

02

02

01

Honorarium tenaga ahli/instruktur/narasumber

02

02

Honorarium pegawai honorer/tidak tetap

01

01

01

Belanja alat tulis kantor

01

06

Belanja bahan bakanr minyak/gas

02

04

Belanja bahan obat-obatan

01

06

Belanja pengisian tabung gas (oksigen)

06

06

01

Belanja cetak

06

02

Belanja penggandaan

07

07

02

Belanja sewa gedung/kantor/tempat

07

03

Belanja sewa ruang rapat/pertemuan

11

11

02

Belanja makanan dan minuman rapat

11

03

Belanja makanan dan minuman tamu

15

15

01

Belanja perjalanan dinas dalam daerah

15

02

Belanja perjalanan dinas luar daerah

102

Belanja langsung

DTPS-KIBBLA

Belanja pegawai :
Honorarium PNS

Honorarium non PNS

Belanja barang dan jasa


Belanja bahan pakai habis

Belanja cetak dan penggandaan

Belanja sewa rumah/gedung/gudang/parkir

Belanja makan dan minuman

Belanja perjalanan dinas

Lampiran 12

Daftar Kode Klasifikasi Fungsi - Subfungsi dan Klasifikasi


Belanja Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21
Tahun 2004 yang Dapat Digunakan untuk Penyusunan Program
KIBBLA
KODE

FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN KEGIATAN

07

Kesehatan

07

01

Obat dan perbekalan kesehatan

07

01

07

02

Pelayanan Kesehatan Perorangan

07

03

Pelayanan Kesehatan Masyarakat

07

03

02

07

03

02

01

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


2816

Pengembangan Promosi Kesehatan & Teknologi Komunikasi,Informasi dan


Edukasi

07

03

02

2817 Pengembangan Upaya Kesehatan bersumber masyarakat

07

03

02

2818 Peningkatan Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat

07

03

03

07

03

03

2819 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya

07

03

03

2820

07

03

03

2821 Peningkatan Kesehatan Masyarakat

07

03

03

2822 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar

07

03

03

2846 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu

Program Upaya Kesehatan Masyarakat


Pemenuhan & peningkatan fasilitas sarana dan prasarana Puskesmas dan
jaringannya

07

03

03

2847 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak

07

03

03

2850 Peningkatan Kesehatan Komunitas

07

03

04

07

03

04

2823 Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

07

03

04

2824 Peningkatan imunisasi

07

03

04

2826 Penemuan dan tatalaksana penderita

07

03

04

2827

07

03

04

2904 Penanggulangan penyakit menular

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

07

04

Keluarga Berencana

07

05

Litbang Kesehatan

07

90

Kesehatan lainnya

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

103

KODE
0002
0005
0012
0050
0051
0065
0084
0085
0088
0143
0160
0232
0260
0274
0275
0277
0474
0578
0590
0656
0657
0890
0967
1029
1037
1040
1175

SUB KEGIATAN
Administrasi kesehatan
Pembuatan leaflet/poster
Pendidikan dan pelatihan teknis
Penyusunan/pengumpulan/pengolahan/updating/analisa data dan statistik
Penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program
Penyuluhan dan penyebaran informasi
Eavaluasi/laportan kegiatan
Penyelenggaraan ceramah/diskusi/seminar/sarasehan
Rapat-rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan kelompok kerja/konsultasi
Survei kesehatan
Pengadaan obat-obatan dan bahan habis pakai
Pelayanan kesehatan/perbaikan gizi ibu/anak dan KB
Pemetaan
Pengadaan alat pendidikan
Pengadaan alat kedokteran, kesehatn dan KB
Pengadaan alat pengolah data
Pencetakan/penerbitan/penggandaan/laminasi
Peningkatan kemampuan SDM
Advokasi
Pengembangan sistem informasi
Pemantauan dan evaluasi
Peningkatan kesehatan masyarakat dan reproduksi remaja
Monitoring dann evaluasi
Pembuatan juknis/juklak
Sosialisasi dan koordinasi upaya kesehatan
Pengadaan bahan makanan tambahan pengganti ASI, bahan gizi dan sejenisnya
Penyusunan program dan rencana kerja RKA-AKL

Catatan: Setiap program mempunyai nomor kode kegiatan yang sama seperti pada tabel
kegiatan ini.

104

DTPS-KIBBLA

Klasifikasi Belanja
Belanja pegawai

51
51

51

Honorarium, vakasi, lembur dan lain-lain


1

12

Belanja honor tidak tetap, dapat digunakan untuk :


^ honor panitian pelaksana kegiatan
^ honor nara sumber/instruktir/pengajar/pelatih/tenaga ahli
^ honor atasan langsung
^ honor PUMK
^ honor staf kegiatan
^ honor klinik
Belanja barang

52
52

Belanja barang

52

52

52

11

Belanja keperluan kantor sehari-hari perkantoran

52

12

Belanja barang inventaris kantor

52

13

Belanja pengadaan bahan makanan

52

19

Belanja barang operasional lainnya

52

52

52

11

Belanja barang operasional


Belanja barang operasional

Belanja barang non operasional

Belanja barang non operasional


Belanja bahan, dapat digunakan untuk :
^ ATK
^ pengadaan modul
^ pengadaan stiker
^ pengadaan format

52

19

Belanja barang non operasional lainnya, dapat digunakan untuk :


^ penyelnggaraan pertemuan
^ fotokopi
^ akomodasi dan konsumsi
^ penggandaan dan laporan
^ pembukaan dan penutupan pertemuan
^ dokumentasi
^ magang peserta
^ spanduk

52

52

52

Belanja jasa
Belanja jasa
1

Belanja jasa

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

105

52

15

Belanja jasa konsultan

52

16

Belanja sewa, dapat digunakan untuk :

^ sewa ruang kelas


^ sewa komputer dan LCD
^ sewa mobil

52

52

Belanja perjalanan

52

Belanja perjalanan

19

Belanja jasa lainnya

52

52

11

Belanja perjalanan biasa

52

12

Belanja perjalanan tetap

52

19

Belanja perjalanan lainnya, dapat digunakan untuk :

Belanja perjalanan

^ biaya transport peserta


^ biaya transport petugas
^ biaya transport lokal panitia
^ biaya transport narasumber
^ lumpsum peserta (termasuk akomodasi)
^ uang harian narasumber
^ akomodasi narasumber

106

DTPS-KIBBLA

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

107

Pelatihan penyuluhan mencuci tangan dengan sabun dan


KIA untuk bidan desa dengan
metoda partisipatif

perdiem peserta

5210101

OH

OT

OH

paket

OH

hari

Satuan

TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN

20

20

biaya transport
peserta

5221501

20
2

ATK

5220101

20

honor

konsumsi

5221102

Vol

5210101

4
sewa gedung

Uraian
Komponen
Belanja

5229703

Kode
rekening

250,000

200,000

500,000

50,000

35,000

1,000,000

Harga
satuan

25,000,000

4,000,000

1,000,000

1,000,000

3,500,000

5,000,000

Jumlah

39,500,000

Total

18

18

18

18

10

Vol

18,000,000

3,600,000

1,000,000

900,000

2,520,000

4,000,000

12

Jumlah

TOTAL DANA YANG


DIBUTUHKAN

250,000

200,000

500,000

50,000

35,000

1,000,000

11

Harga
satuan

30,020,000

13

Total

Rincian perhitungan ada pagu sementara

Rincian perhitungan sebelum ada pagu sementara

Catatan:
Kolom B adalah bahan untuk pengisian pada form. RKA SKPD lampiran Permendagri No. 13 tahun 2006.
Contoh diatas penyesuaian setelah adanya pagu sementara (PPAS).
Angka pada kolom B sebagai bahan untuk mengisi format RKA-SKPD.

Kegiatan

B. Perhitungan untuk bahan


RKA SKPD

A. Perhitungan untuk bahan RKPD

Kabupaten/Kota: _________________________

Contoh Uraian Perhitungan APBD Sesudah Ditetapkan Pagu Sementara

No

Lampiran 13

Lampiran 14

Rencana Kegiatan dan Anggaran


Satuan Kerja Perangkat Daerah
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir
RKA - SKPD

Provinsi/Kabupaten A

2.2.1

Tahun Anggaran 2007


UrusanPemerintahan

: 1. 02.

Kesehatan

Organisasi

: 1. 02 01.

Dinas Kesehatan

Program

: 1. 02 01. 32

Program peningkatan keselamatan


ibu melahirkan dan anak

Kegiatan

: 1. 02. 01. 32. 04

Pelatihan penyuluhan mencuci


tangan dengan sabun

Lokasi kegiatan

: Malang
Rp 27.000.000,- (dua puluh tujuh juta rupiah)

Jumlah Tahun n-1


Jumlah Tahun n

Rp 29.500.000,- (dua puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah)

Jumlah Tahun n+1

Rp 30.020.000,- (tiga puluh juta dua puluh ribu rupiah)


Indikator dan Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung

Indikator
Capaian Program
Masukan
Keluaran
Hasil
Kelompok Sasaran Kegiatan:
Bidan atau Bidan Desa

108

DTPS-KIBBLA

Tolok Ukur Kinerja

Target Kinerja

Rincian Anggaran Belanja Langsung


Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kode
Rekening

Uraian

07

11

Belanja sewa ruang per03 temuan


Belanja makanan dan
02 minuman rapat

01

01

01

15

01

Belanja alat tulis kantor


01 Honorarium panitia
01 pelaksana kegiatan
Belanja perjalanan dinas
dalam daerah
01 Honor peserta

Rincian Penghitungan
Volume

Satuan

Harga satuan

Jumlah

hari

1.000.000

4.000.000

18

OH

35.000

2.520.000

18

paket

50.000

900.000

OH

500.000

1.000.000

18

OH

200.000

3.600.000

18

OH

250.000

18.000.000

Jumlah

30.020.000

Kab. A,tanggal 19 Agustus 2007


Kepala SKPD
(tanda tangan)
(Dr. Abunawas)
NIP. 140096811
Keterangan

Tanggal Pembahasan

Catatan Hasil Pembahasan :

1.
2.
Dan seterusnya ....
Tim Anggaran Pemerintah Daerah:
No

Nama

Sumanto SH

Drs. Purnomo

NIP

Jabatan

dst

PEDOMAN PROSES PERENCANAAN

109

Anda mungkin juga menyukai