Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Flagellata
Flagellata (dalam bahasa Latin diambil dari kata flagell yang berarti cambuk) atau
Mastigophora (dari bahasa Yunani,mastig yang berarti cambuk, dan phora yang
berarti gerakan), dalam taksonomi kuno Flagellata merupakan salah satu kelas dalam
filum protozoa atau protista yang mirip hewan, namun dalam taksonomi modern
menjadi superkelas yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu fitoflagelata dan zooflagelata.
Alat gerak Flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga merupakan ciri
khasnya, sehingga disebut Flagellata (flagellum = cambuk). Letak flagel berada pada
ujung depan sel (anterior), sehingga saat bergerak seperti mendorong sel tubuhnya,
namun ada juga letak flagel di bagian belakang sel (posterior).
Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagela juga dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai alat indera karena
mengandung sel-sel reseptor di permukaan flagel dan alat bantu untuk menangkap
makanan. Flagellata juga memiliki alat pernapasan yang disebut stigma. Stigma ini
berfungsi sebagai alat respirasi yang dilakukan untuk pembakaran hidrogen yang
terkandung di dalam kornel.
Flagellata meliputi sekitar 1500 jenis Protozoa yang semuanya mempunyai alat
gerak flagela. Flagelata memiliki 1 inti atau lebih dari 1 inti dan alat pergerakan (alat
neuromotor) yang terdiri dari kinetoplas dan flagel. Kinetoplas terdiri dari blefaroplas.
Aksonema merupakan bagian flagel yang terdapat di dalam badan parasit. Kadangkadang ada struktur yang nampak sebagai satu garis mulai dari anterior sampai ke
posterior yang disebut aksostil. Di samping badan parasit terdapat membran
bergelombang dan kosta yang merupakan dasarnya. Beberapa spesies flagelata
mempunyai sitostoma Berdasarkan struktur morfologinya.
2.2 Ciri-ciri Flagellata
1.
2.
3.

Mempunyai alat gerak yaitu flagel (bulu cambuk).


Hidup sebagai parasit atau hidup bebas di habitat air laut dan air tawar.
Permukaan tubuhnya dilapisi oleh kutikula sehingga bentuknya tetap.

4. Bentuk tubuh lebih tetap tanpa rangka luar, tubuhnya dilindungi olah suatu selaput
yang fleksibel yang disebut pellicle, di sebelah luarnya terdapat selaput plasma.).
5. Memiliki dua macam protoplasma, yaitu, ektoplasma (lapisan luar) yang memadat dan
lapisan dalam berupa endoplasma yang berwujud agak encer.
6.
Eukariotik.
7.
Hidup secara soliter dan ada juga yang Uniseluler atau berkoloni.
8.
Bersifat mikroskopis ( hanya bias dilihat dengan mikroskop).
9. Berkembang biak secara seksual dan aseksual, secara seksual di lakukan dengan
konjugasi sedangkan secara aseksual di lakukan dengan pembelahan diri.
10.Bentuk Tubuh Flagellata sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong, menyerupai
bola, memanjang, dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk morfologi).
2.3 Bagian Tubuh Dan Fungsinya
Fitoflagellata mempunyai tubuh yang diselubungi oleh membrane selulosa, misalnya
volvox. ada pula yang memiliki lapisan pelikel, misalnya euglena. Pelikel adalah
lapisan luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein. Bentuk
tubuh zooflagellata mirip dengan sel leher porifera. Zooflagellata mempunyai flagel
yang berfungsi untuk menghasilkan aliran air dengan menggoyangkan flagel. Selain itu,
flagella juga berfungsi sebagai alat gerak. Flagel adalah semacam bulu cambuk. Bulu
cambuk terletak pada bagian depan sel, ada juga yang berada di belakang sel. Bila alat
geraknya berada di depan sel maka saat bergerak seperti menarik sel itu, sedangkan
pada falgellata yang memiliki alat gerak di belakang maka gerakannya seperti
mendorong sel. Flagel tidak hanya sebagai alat gerak tetapi juga sebagai alat pencipta
gelombang di air sehingga makanannya dapat mendekat ke mulutnya dan dapat
dimakan.
Koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel dan diselubungi oleh membrane selulosa.
Salah satu spesies Fitoflagellata yang mudah ditemukan dan diamati morfologinya
yaitu Euglena viridis. Euglena viridis berbentuk seperti gelendong dengan bagian
anterior tubuh tumpul dan bagian posterior meruncing. Struktur tubuh Euglena viridis
terlindungi oleh pelikel dan dilengkapi dengan satu flagel yang terletak dibagian
anterior. Flagel berfungsi sebagai alat gerak untuk berpindah tempat dan berfungsi
untuk mengumpulkan makanan.
Pada ujung anterior tubuh juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah
posterior dan melebar membentuk kantong cadangan atau reservoir. Pada Euglena
terdapat bintik mata atau stigma. Stigma merupakan kumpulan pigmen yang sangat
peka terhadap cahaya, sehingga berfungsi sebagai penentu arah gerak aktif yang
berhubungan dengan intensitas cahaya di lingkungan. Di dalam sitoplasma terdapat

berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola
nonkontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan
air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Bagian yang bernama vakuola
kontraktik, fungsinya sebagai tempat pembuangan zat sisa yang berupa cairan, ada
nukleus atau inti sel, vakuaola makanan, palikel. Berbeda dengan vakuola kontraktik,
vakuola makanan berfungsi sebagai mulut flagellata. Pelikel adalah suatu lapisan luar
flagellata yang terbentuk dari protein.
2.4 Cara Makan
Pada umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum antara 16-25C, sedangkan
pH antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi dengan beberapa cara yaitu bersifat
holozoik (heterotrof), apabila makanannya berupa organisme lain yang berukuran lebih
kecil, bersifat holofilik (autotrof), dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat
organic yang berasal dari lingkungan karena memiliki kloroplas, bersifat saprofitik,
yaitu menggunakan sisa bahan organik dari organisme yang telah mati dan bersifat
parasitik dengan cara menempel pada inang untuk mendapat nutrisi.
Fitoflagellata bersifat aerobik fotosintetik, karena sebagian besar spesies ini
memiliki kloroplas, sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui proses
fotosintesis. Euglena viridis dapat menghasilkan makanan sendiri (holofilik) dan
mencerna organisme lain (holozoik). Euglena dapat menghasilkan makanan sendiri
karena pada lapisan entoplasma terdapat kloroplas yang mengandung klorofil a dan b.
Pada keadaan lingkungan cukup cahaya, terjadi fotosintesis yang menghasilkan zat
tepung (amilum). Amilum ini disimpan didalam sitoplasma dalam bentuk butir-butir
paramilum.
2.5 Habitat Flagellat
Flagellata terdapat dalam berbagai habitat, termasuk lingkungan darat dan perairan
(air tawar dan air laut). Tanah yang ditinggali oleh protozoa telah diketahui dari hampir
setiap jenis tanah dalam setiap lingkungan, dari tanah rawa sampai pasir kering.
Flagellata termasuk protozoa dengan angka keragaman spesies yang dominan.
Densitasnya mencapai 3000 sampai 200.000 per gram tanah. Sejauh ini, telah dipelajari
tentang flagellate dari segi ekologis, yaitu spesies air tawar dan spesies air laut.
Beberapa di antaranya adalah stenohalin (sensitive terhadap tonicity dan membutuhkan
rentang salinitas yang sempit) dan euryhaline (toleran terhadap variasi salinitas).

Flagellata hidup secara komensal atau parasit dengan tumbuhan atau hewan yang
sering membutuhkan lingkungan khusus, sehingga flagellate teradaptasi dalam
lingkungan yang terbatas dari hostnya. Contohnya, flagellate dapat hidup pada
lingkungan anaerob di usus serangga atau invertebrate. Flagellata darat ada yang
autotrof obligat dan memerlukan pencahayaan yang memadai untuk pertumbuhan.
Misalnya Chloromonads yang terhambat pertumbuhannya ketika musim salju. Spesies
air autotrofik terbatas hanya pada zona fotik dimana kualitas cahaya dan intensitas
cahaya berada dalam kisaran kompensasi fotosintesis organisme. Titik kompensasi
fotosintesis adalah tingkat intensitas cahaya di mana fotosintesis hanya cukup untuk
menjaga metabolisme respirasi. Fotoautotrof yang mampu menyesuaikan respirasinya
ke tingkat yang sangat rendah dan sangat efisien menggunakan energi cahaya yang
tersedia, memiliki intensitas cahaya kompensasirendah. Ada banyak variasi
kompenssasi dari Dinoglagellata dengan kisaran < 1 -35 Einsteins/m2/sec. Flagellata
heterotrofik, walaupun kadang-kadang terhambat oleh intensitas cahaya, tetapi sedikit
dipengaruhi oleh variasi cahaya daripada tipe fotoautotrofik. Jadi, flagelata heterotrofik
banyak ditemukan di tempat yang mempunyai sumber karbon organic melimpah dan
tanpa cahaya, meskipun ada beberapa yang dapat tumbuh baik di lokasi dengan
intensitas cahaya rendah. Pertumbuhan pigmen dan warna euglenoid (contohnya,
pigmen Euglena gracilis var bacillaris dan Astasia longa tak berpigmen) terjadi di
tempat yang kurang cahaya daripada di tempat gelap. Beberapa euglenoid (contohnya
E. sanguine dan E. haematodes) berpigmen merah yang bergerak ke permukaan cell
dalam cahaya terang, dan memberi warna merah pada sel, namun warna tersebut akan
memudar jika sedikit cahaya. Beberapa flagelata asetat juga bersifat anaerob fakultatif.
Contohnya Ochromonas malhamensis yang hanya hanya berfotosintesis mingguan dan
bergantung kepada sumber karbon eksternal. Flagelata asetat dapat hidup di lingkungan
yang mempunyai pH rendah yang kaya akan asam aorganik. Mempunyai membrane
yang relative impermeable terhadap asam organic dan menggunakan mekanisme
transport membrane untuk regulasi dalam tubuh. Molekul khusus yang menempel pada
membrane plasma dan membawa molekul asam tersebut ke sitoplasma.

2.6 Reproduksi Flagellata

Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan generatif. Reproduksi
vegetatif dengan cara pembelahan biner secara longitudinal, misalnya pada Euglena.
Reproduksi generatif terjadi karena persatuan antara ovum dan spermatozoid, misalnya
pada Volvox. Reproduksi secara generatif berfungsi untuk memperkaya variasi genetik,
sehingga menghasilkan individu muatan yang lebih tahan terhadap kondisi lingkungan.
Pada Volvox terdapat koloni jantan yang menghasilkan sperma dan koloni betina yang
menghasilkan ovum, namun ada juga koloni yang bersifat hermafrodit yang dapat
menghasilkan sperma serta ovum. Meskipun koloni yang bersifat hermafrodit dapat
menghasilkan sperma dan ovum dalam satu koloni, kematangan sperma dan ovum tidak
pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat terjadi pembuahan diri. Ovum
dihasilkan oleh oogonium, sedangkan Volvox jantan menghasilkan spermatozoid oleh
spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan menghasilkan zigot, zigot akan
menghasilkan empat spora, yang kemudian akan menjadi individu baru.
Penjelasannya:
a) Reproduksi secara vegetatif: pembelahan biner
Pembelahan biner pada flagellata berlangsung secara longitudinal. Menurut Smith
(2010), pembelahan sel dimulai dengan menduplikasi DNA-nya untuk membuat dua set
lengkap. Sel terus tumbuh dan set DNA bergerak ke ujung berlawanan pada sisi sel.
Setelah sel telah mencapai ukuran yang tepat, sel membagi menjadi dua sel anak
dengan DNA yang identik. Fusi biner adalah cara reproduksi klasik yang digunakan
ketika suatu organisme hidup dalam lingkungan yang stabil. Waktu pembelahan biner
ini penting, karena organisme harus melakukannya pada saat yang tepat. Proses ini
sebagian diatur oleh septum cincin, yaitu cincin protein yang terbentuk disekitar
pertengahan sel. Septum cincin ini mendorong sel untuk dibagi secara merata tanpa
merusak DNA atau dinding sel. Kesalahan dalam proses fusi dapat menyebabkan
pembentukan sel anak dengan DNA tidak lengkap, atau salinan tambahan gen tertentu.
Cincin septum dirancang untuk mencegah hal ini.
b) Reproduksi secara generatif: persatuan antara ovum dan spermatozoid
Selain reproduksi secara vegetative (pembelahan biner), kelompok flagellata juga
melakukan perkembangbiakan secara generatif. Reproduksi ini sangat diperlukan untuk
memperkaya variasi genetic, sehingga akan meningkatkan kemampuannya untuk hidup

pada kondisi lingkungan yang baru. Contoh flagellate yang memiliki proses secara
generative adalah Volvox sp. Volvox merupakan kandidat protozoa yang unik untuk
diteliti. Catatan penting untuk membahas Volvox adalah Volvox merupakan Flagellata
yang berkoloni membentuk suatu bola.
Reproduksi aseksual terjadi pada garis ekuator, sel ini berkembang menjadi germ
cell, kelompok individu jantan dan individu betina terbentuk pada koloni yang
berbeda. Sel-sel germinal betina tidak membagi, melainkan semakin membesar untuk
membentuk sebuah ovum. Pada beberapa spesies koloni Volvox bersifat hermaphroditic,
yaitu dalam satu koloni dapat membentuk sperma serta ovum. Namun kematangan
sperma dan ovum tidak pada saat yang bersamaan, sehingga pembuahan diri (pada satu
koloni) dapat dicegah (Wimvan, 2003).
Reproduksi dimulai dari koloni betina yang menggandung ovum dan koloni jantan
yang mengandung sperma bertemu. Ovum dihasilkan oleh oogonium, sedangkan
Volvox jantan menghasilkan spermatozoid oleh spermatogonium. Setelah terjadi
fertilisasi akan menghasilkan zigot, zigot akan menghasilkan empat spora, yang
kemudian akan menjadi individu baru. Pada Gambar dibawah ini menunjukkan koloni
Volvox jantan dengan paket sel sperma dan Volvox betina dengan ovum. Sel sperma
akan menuju koloni Volvox betina untuk mencari ovum dan terjadi pembuahan.
Beberapa Flagellata memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara tahap proliferatif
(misalnya trophozoites) dan kista aktif. Dalam bentuk kista, Flagellata dapat bertahan
hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar pada suhu yang ekstrem dan bahan kimia
berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka
waktu tertentu. Pada Zooflagellata, menjadi bentukan kista memungkinkan untuk
bertahan hidup di luar tubuh inang, dan memungkinkan terjadinya transmisi dari satu
host ke host yang lain. Ketika dalam bentuk trophozoites (Yunani, tropho=untuk
memberi makan), secara aktif mencari makan dan tumbuh. Proses dimana terjadi
perubahan

menjadi

bentuk

kista

disebut

encystation,

sedangkan

proses

mentransformasikan kembali ke trophozoite disebut excystation.


2.7 KLASIFIKASI FLAGELLATA
Berdasarkan struktur morfologinya, Flagellata dibedakan menjadi dua kelompok
besar, yaitu Fitoflagellata dan Zooflagellata. Fitoflagellata merupakan kelompok

flagellata yang memiliki ciri seperti tumbuhan, sedangkan Zooflagellata merupakan


kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti hewan (Roger, 1988).
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki
plastida, sehingga dapat melakukan fotosintesis (Roger, 1988
Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 8
ordo,

yaitu:

Kriptomonadida,

Euglenoida,

Dinoflagellata,

Krisomonadida,

Prymnesiida, Volvocida, Prasinomonadida, dan Silicoflagellida (Roger, 1988).


a) Kriptomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo ini memiliki ciri-ciri: tubuh kecil,
berbentuk bulat telur, agak pipih pada salah satu sisi tubuhnya, permukaan selnya
licin dan dilapisi dengan periplas, bentuk plastida memanjang mirip seperti perahu,
memiliki dua buah flagella didaerah apikal dekat lubang mulut. Kedua flagella ini
memiliki rambut-rambut yang tersusun dari protein filamen. Chroomonas
mesostigmatica merupakan salah satu contoh yang representatif dari ordo ini.
b) Euglenoida
Ciri-ciri organisme yang termasuk ordo ini adalah memiliki bentuk tubuh
menggelendong dengan ujung berbentuk meruncing, tubuhnya dilapisi dengan
pelikel, memiliki dua buah atau lebih flagel (satu bulu cambuk panjang dan satu bulu
cambuk pendek) yang muncul dari bagian lubang apikal, plastida berbentuk pipih
dan seperti pita, dan memiliki stigma yang tampak jelas (bintik mata berwarna
merah) yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang (Roger, 1988).
Beberapa contoh dari ordo Euglenoida yaitu Euglena gracilis, Euglena acus, dan
Euglena viridis.
Menurut Verda (2010), Euglena viridis dapat bersifat holofitrik dan holozoik.
Bersifat holofitrik karena memiliki kloroplas yang mengandung klorofil, sehingga
dapat membuat makanannya sendiri dengan cara melakukan fotosintesis. Bersifat
holozoik yaitu dengan cara memasukkan makanannnya yang berupa organisme
berukuran lebih kecil melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat inilah
makanan dicerna.

c) Dinoflagellata
Organisme yang termasuk kedalam ordo Dinoflagellata banyak ditemukan di air
tawar maupun air laut, dan merupakan sumber makanan penting bagi organisme
kecil lainnya. Kelompok Dinoflagellata ini memiliki ciri-ciri: bentuk selnya
biconical (seperti katup), memiliki alur spiral yang disebut cingulum dan celah
longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk plastid yang bulat memanjang
(Roger, 1988).
Dinoflagellata memiliki 2 flagela. Kedua flagella muncul dari satu lubang pada
persimpangan antara cingulum dan sulcus. Dinoflagellata mampu bereproduksi
secara aseksual dan seksual. Secara Aseksual biasanya melalui pembelahan mitosis
khususnya pada dinoflagellata oseanik. Secara seksual melalui meiosis atau bila
kondisi lingkungan memburuk akan berkembang menjadi kista istirahat dengan
dinding sel yang tebal.
Contoh dari dinoflagellata antara lain Noctiluca miliaris dan Gymnodinium breve.
Gymnodinium breve memiliki bentuk mirip seperti kunci gembok. Tubuhnya
organisme ini dikelilingi oleh selulosa. Noctiluca miliaris kebanyakan hidup di air
laut. Noctiluca miliaris dapat memancarkan sinar (bioluminense) apabila tubuhnya
terkena rangsangan mekanik (Irfani, 2011).
d) Krisomonadida
Bentuk tubuh dari kelompok Krisomonadida ini oval (bulat memanjang) atau
seperti bentukan daun, kadang beberapa sel membentuk koloni dalam sebuah
selubung gelatin. Krisomonas memiliki plastid yang berbentuk pipih melengkung.
Memiliki sepasang flagel yang terdapat pada daerah posterior tubuhnya, salah satu
dari flagel memanjang.
e) Prymnesiida
Coccoliths merupakan salah satu contoh yang representatif dari ordo
Prymnesiida. Coccoliths adalah kalsifikasi yang terbentuk dari sel coccolithophores,
yang merupakan fitoplankton laut. Cincin coccolith terdiri dari sekitar dua puluh unit
kristal kalsit. Bentuk dari sel ini pipih-oval atau melengkung (mirip seperti pelana
kuda). Kloroplasnya terletak agak menonjol pada sel dan memiliki bentukan seperti

mangkuk. Memiliki dua flagel pada daerah lateral tubuhnya, diantara flagel ini
terdapat bentukan unik yang disebut haptonema.
f) Volvocida
Bentuk tubuh organisme yang termasuk ordo Volvocida umumnya bulat dan
berdinding tebal. Setiap spesie memiliki satu plastida dengan bentuk yang
bermacam-macam, tetapi umumnya berbentuk melengkung seperti cangkir.
Flagellata yang dimiliki umumnya 2 atau 4. Struktur flagella halus, tetapi
padabeberapa spesies flagella berkaitan dengan papilla. Organisme ini umumnya
hidup berkoloni. Permukaan koloni halus karena dilapisi oleh gelatin. Contoh dari
ordo Volvocida antara lain: Volvox globator, Clamydomonas sp, dan Polytomela
caeca. Ciri-ciri dari Volvox antara lain hidup secara berkoloni, koloni Volvox dapat
terdiri dari ribuan sel yang masing-masing sel memiliki dua flagella. Setiap sel
memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas.
g) Prasinomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Prasinomonadida, umumnya memiliki
ciri-ciri: sel berbentuk oval-pipih dan diselubungi oleh 1 atau lebih lapisan, memiliki
satu plastida tipis yang berbentuk seperti cangkir, dan memiliki 1, 2, 4 atau 8 flagel
yang muncul dari cekungan permukaan tubuhnya. Contoh spesies yang termasuk
kedalam ordo Prasinomonadida adalah Tetraselmis convolutae.
h) Silicoflagellida
Silicoflagellata tersebar secara luas di seluruh dunia, hidup pada zona neritik dan
juga perairan dingin. Silicoflagellata adalah plankton laut yang mampu memperoleh
energi baik sesara autotrof maupun heterotrof. Silicoflagellata merupakan
fitoplankton yang berukuran sangat kecil yakni 6-20m. Tubuh organisme ini
berbentuk seperti lempeng bintang dengan pseudopodia yang muncul dari
permukaan tubuhnya dan membentuk duri. Selnya memiliki banyak plastida kecil
yang berbentuk bulat (Roger, 1988). Pergerakan tubuhnya dilakukan dengan bantuan
salah satu flagella yang panjang. Flagella terletak didekat salah satu duri pada
permukaan tubuhnya. Duri pada kerangka pada organisme ini berfungsi untuk
mengapung diperairan. Kerangka Silicoflagellata biasanya terdiri 1-2% dari
komponen mengandung silika sedimen laut.

2. Zooflagellata
Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak berkloroplas dan
bersifat heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas, bersimbiosis dengan organisme
lain, namun kebanyakan bersifat parasit pada organisme lain. Berdasarkan ciri-ciri
morfologinya, Zooflagellata diklasifikasikan menjadi 8 ordo, yaitu: Choanoflagellida,
Cercomonadida, Pteromonadida, Trichomonadida, Diplomonadida, Hypermastigida,
Kinetoplastida, dan Opalinida (Roger, 1988).
a)

Choanoflagellida
Choanoflagellata banyak ditemukan di laut atau air payau. Kelompok

Choanoflagellata merupakan contoh yang sangat representative untuk menggambarkan


Zooflagellata yang hidup bebas dan memiliki struktur yang unik dalam mendapatkan
makanan. Flagellata ini memiliki kumpulan mikrovilli pada bagian apikal yang
berfungsi untuk menangkap mangsanya. Pada fase dewasa organisme ini hidup sesil
dengan menempelkan bagian tangkainya pada substrat. Salah satu contoh spesies yang
termasuk kedalam ordo ini adalah Monosiga ovata.
b) Cercomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida, umumnya memiliki
ciri-ciri: bentuk sel pyriform atau silindris, dapat melakukan gerakan amoeboid pada
bagian posterior tubuh guna untuk menangkap mangsa, nukleus besar dan terletak pada
bagian anterior, memiliki dua flagellata yang tidak simetris (yang 1 menjulur panjang,
sedangkan yang lain pendek).
c) Proteromonadida
Memiliki penjuluran flagella yang panjang adalah salah satu kharakteristik dari
ordo Proteromonadida. Organisme ini memiliki dua buah flagel. Flagellata ini
merupakan flagellata parasit pada amfibi dan reptile. Nucleus pada organisme ini
tampak jelas pada bagian anterior, didekat nucleus ini tampak mitokondria yang
berbentuk melengkung.
d) Diplomonadida

Beberapa Diplomonas hidup didalam sisitem pencernaan inang, beberapa


merupakan parasit pada manusia. Diplomonas yang hidup bebas umumnya berada di
perairan yang kaya akan bahan organik. Organisme yang termasuk kedalam ordo
Diplomonadida, umumnya memiliki sel memiliki bentukan simetri antara nukleus dan
sistem flagella. Flagella yang dimiliki oleh organisme ini 1 sampai 4 buah. Flagella
berada dalam alur longitudinal. Nucleus pada sel ini memiliki 2 nukleus yang tampak
seperti bentukan mata (Roger, 1988). Organisme ini tidak memiliki mitokondria dan
aparatus Golgi, namun memiliki relik mitokondria yang disebut mitosomes.
Trepomonas sp dan Hexamita sp merupakan contoh Diplomonas yang hidup bebas.
Giardia lamblia merupakan contoh Diplomonas yang hidup sebagai parasit pada
manusia (Tovar et al., 2003).
e) Trichomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida, umumnya memiliki
ciri-ciri: bentuk sel pyriform atau oval, beberapa spesies dapat melakukan gerakan
amoboid, nukleusnya terdapat pada bagian anterior tubuhnya, memiliki bentukan
membrane bergelombang, jumlah flagelnya antara 4 hingga 6 buah. Nukleus pada
organisme ini berikatan dengan pelta (bagian yang melengkung) pada axostyle. Salah
satu contoh spesies yang termasuk ordo Trichomonadida adalah Tritricomonas foetus
(Roger, 1988).
f) Hypermastigida
Metacoronympha merupakan genus terbesar pada ordo Hypermastigida.
Organisme ini hidup didalam usus pada rayap dan kecoa. Ciri khas dari organisme yang
termasuk kedalam ordo ini adalah bentuk sel pyriform dengan flagel yang tersusun
mengerucut pada bagian apikal. Organisme ini memiliki satu nukleus.
g) Kinetoplastida
Ordo ini diberi nama Kinetoplastida karena spesies-spesiesnya memiliki organ
khusus, kinetoplas. Anggota dari ordo kinetoplastida ada yang hidup bebas dan ada
yang hidup sebagai parasit. Spesies yang hidup bebas di alam, umumnya hidup di
lingkungan perairan yang mengandung banyak senyawa organik. Organisme parasitik
pada ordo ini dibedakan menjadi 2 genus, yaitu: Leishmania dan Trypanosoma yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Dua contoh spesies yang paling

representatif untuk mewakili anggota ordo Kinetoplastida yang hidup bebas adalah
Bodo saltans dan Chynchomonas nasuta. Bodo saltans merupakan flagellata aquatik
yang memiliki flagella yang panjang untuk membantunya meluncur (bergerak). Spesies
ini banyak ditemukan di air tawar yang banyak mengandung bakteri atau air payau
yang tinggi akan kandungan senyawa organik. Chynchomonas nasuta merupakan
spesies bacterivorus dengan 1 flagella panjang dan 1 flagella anterior pendek yang
muncul dari daerah sitofaring.
Pada genus Leishmania ada tiga spesies yang paling sering menjadi parasit pada
manusia, yaitu: Leishmania donovani yang menyebabkan leismaniasis viseral atau kala
azar, Leishmania tropica yang menyebabkan leismaniasis kulit atau oriental sore, dan
Leishmania bransiliensis yang menyebabkan leismeniasis mukokutis atau Espundia.
Pada genus Trypanosoma terdapat tiga spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, yaitu Trypanosoma brucei, Trypanosoma gambiense, dan Trypanosoma cruzi.
Penyakit yang disebabkan oleh spesies tersebut disebut tripanosomiasis (Gandahusada
dkk., 1998). Gambar spesies Trypanosoma gambiense disajikan pada Gambar 4.22.
h) Opalinata
Opalinata merupakan kelompok organisme yang memiliki multiflagel. Organisme
memiliki cirri-ciri: berbentuk pipih, silindris, atau mirip sepertibentukan daun, bagian
permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan flagella (flagella tampak seperti silia),
memiliki 1 atau banyak nukleus, tidak memiliki cytopharing, dan sistem pencernaanya
termodifikasi menjadi pinositosis. Umumnya Opalinida hidup berkomensalisme
didalam sistem pencernaan amfibi atau ikan.

2.8 PERANAN FLAGELLATA


Trichonympha dan Myxotricha
Trichonympha dan Myxotricha hidup di dalam usus rayap yang membantu rayap untuk
mencerna kayu karena dapat mengeluarkan enzim selulosa. Enzim
ini membuat partikel kayu tersebut menjadi lebih lunak.

Trypanosoma gambiense
Trypanosoma gambiense penyebab penyakit tidur. Penyakit ini pernah menyerang
orang Afrika bagian barat dengan gejala awal si penderita suka tidur dan dikenal
dengan penyakit tidur. Trypanosoma gambiense hidup di dalam kelenjar ludah lalat
Tsetse (Glossina palpalis). Pada saat menusuk kelenjar yang mengandung parasit
tersebut masuk ke dalam darah manusia yang menyerang getah bening (kelenjar limfa)
dan akibatnya kelenjar limfa si penderita membengkak/membesar dan terasa nyeri
disertai demam tinggi
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis menimbulkan satu tipe penyakit vaginitis, yaitu merupakan
peradangan pada vagina yang ditandai dengan
keluarnya cairan dan disertai rasa panas seperti terbakar dan rasa gatal.
Giardia lamblia
Giardia Lmblia merupakan satu-satunya Protozoa usus yang menimbulkan penyakit
disentri/diare dan kejang-kejang di bagian perut. Protozoa ini ditemukan
dalam duodenum/usus dua belas jari
Leishmania donovani
Leishmania donavani menimbulkan penyakit pada anjing dan dapat ditularkan
pada manusia. Penyakit ini menyebabkan perbesaran limpa, hati,
kelenjar limfa, anemia sehingga dapat menimbulkan kematian. Inang perantaranya
sejenis lalat pasir (Phlebotomus).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tripanosoma lewisi parasit pada darah tikus


Tripanosoma cruci penyebab penyakit cagas (anemia anak)
Tripanosoma evansi sakit sura (malas) pada ternak, vector lalat tabanidae
Tripanosoma brucei penyakit nagano pada ternak
Tripanosoma gabiense sakit tidur, vektor lalat tsetse
Tripanosoma rhodosiense sakit tidur, vektor lalat tsetse
Tripanosoma vaginalis keputihan pada vagina
Leishmania donovani penyebab sakit kalaazar (demam dan anemia)
Leishmania tropika penyakit kulit

Anda mungkin juga menyukai