PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat yang mengalami kelainan pada bagian palatalnya, sering
dijumpai saat ini, dimana kelainan ini biasanya terjadi karena bawaan dari
lahir. Salah satu contoh pada kasus bayi yang terdapat kelainan palatal,
sehingga membuat bayi mudah tersedak saat minum susu maupun susah
bernafas. Celah pada palatum yang terjadi akibat kegagalan penyatuan
palatum baik dari jaringan lunak, komponen tulang bagian atas, tulang
alveolar, palatum keras dan lunak biasanya berbentuk celah dan terjadi pada
usia kehamilan 7-12 minggu, karena celah pada garis tengah palatumterjadi
karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu akibat terdapatnya kelainan dalam
perkembangan embriotik (Carpenitto, 1995).Lubang pada palatal dapat
menimbulkan gangguan pada saat berbicara maupun mengunyah makanan.
Dengan adanya kasus defek membutuhkan suatu alat untuk meringankan
defeknya melalui protesa maksilofasial obturator (Razek, 1980).
Defek pada wajah dapat ditangani dengan hasil yang memuaskan bila
ditangani sendini mungkin secara multidisiplin, baik bidang Kedokteran
Umum maupun Kedokteran Gigi. Obturatordapat digunakan untuk menutupi
defek pada rahang atas dansebagai penyekat antara rongga mulut, sinus dan
rongga hidung. Tanpa adanya obturator ini maka makanan dan cairan dapat
masuk ke arah sinus dan rongga hidung sampai ke faring, laring hingga ke
obturator,
ditutup dengan self cured, dan gula dilepas dengan cara direndam dalam air
panas,penanaman dan packing acrylic. Finishing dan polishing (Kumar,
2013)
Proses pembuatan obturator dengan teknik selapis malam, dilakukan
mulai dari pencetakan model kerja,mengambar garis outline pada model
kerja,Block Out, pembuatan cengkeram, pembuatan lempeng dibuat
mengikuti defek yang terdapat pada model kerja, pembuatan galanggang gigi,
penyusunan anasir gigi, pemberian selapis malam merah di atas defek atau
lubang. Pemberian selapis malam merah ini bertujuan untuk memberi
ruangan udara pada obturator. Sebelum melakukan packing, penutupan
dengan self cured. (KayomaS, 2005 : 635 dan Kumar, 2013 : 6).
Prosedur pembuatan hollow dilakukan dengan menggunakan gula dan
selapis malam merah, seperti yang sudah dijelaskan di atas.Pemberian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
protesa
makilofasial
ini
dikenal
dengal
istilah
gigi yang hilang. Biasanya pasien datang dalam keadaan sumbing, sehingga
dibuatkan plat yang menutup permukan palatal dan dapat dilepas jika perlu.
Obturator palatum adalah suatu protesa yang digunakan untuk menutup
jaringan yang terbuka secara kongenital, terutama bagian palatum keras
atau lunak serta struktur alveolar yang berdekatan.Protesa ini digunakan
untuk membantu proses pengucapan, memperbaiki artikulasi yang
diakibatkan oleh kelainan. Protesa ini digunakan dalam keadaan
kekurangan jaringan apabila masih terdapat pembukaan pada bagian
palatum. Protesa ini sangat dibutuhkan pada pasien dengan kelainan cleft
palate atau pada pasien yang mengalami trauma pada bagian palatumnya.
Selain itu, protesa obturator palatum sering digunakan sebagai obturator
interim yaitu suatu protesa sementara sehingga pembukaan pada bagian
palatum tertutup dengan sempurna(Miller, 2013 : 231).
2.3Macam-macam obturator
2.3.1 Obturator Fungsional
2.3.2 Obturator non Fungsional
2.4 Syarat-syarat Ideal Obturator Fungsional
Syarat-syarat obturator fungsional umumnya pada lengkung rahang
atas. Sebuah obturator harus ringan, tidak porus, tidak menyebabkan iritasi,
nyaman, sederhana dalam desain, , stabil, mudah dilepas, dan mampu
memulihkan baik kontur dan fungsi fisiologis, seperti berbicara dan menelan.
Pada setiap prosedur pembuatan obturator memiliki tingkat kegagalan yang
berbeda-beda.obturator yang
paling banyak memenuhi syarat ideal memiliki tingkat kegagalan yang lebih
rendah dibandingkan dengan obturator yang hanya dapat memenuhi sedikit
syarat ideal tersebut (Madhumathi, 2014).
2.3 Proses Pembuatan Obturator Dengan Teknik Gula
2.3.1Pencetakan Model kerja
pencetakan model dari alginat yang mendapatkan cetakan gips
yang digunakan untuk model kerja.pencetakan dilakukan dengan baik
dengan cara diketuk-ketuk disaat memasukan gips agar
tidak terjadi
undercut pada model kerja dengan adukan gips, dibuat merata, rapih dan
haluskan pada daerah yang dianggap memiliki undercut(Kumar, 2013 : 3)
2.3.3 Pembuatan Cengkeram
Cengkeram adalah bagian dari komponen-komponen yang
berhubungan dengan protesa gigi tiruan maupun obturator, biasanya
terbuat dari kawat atau logam tuang yang melingkari serta menyentuh
sebagian besar keliling gigi penjangkaran.Cengkram yang digunakan
dalam pembuatan obturator ini adalah sebagai retensi dan stabilisasi
(Kumar, 2013 : 3)
2.3.4 Pembuatan Pola Malam
1. Model kerja dibasahi agar wax tidak menempel
2. Batas-batas basis dibuat pada model kerja
3. Dua lembar base plate wax untuk basis dilunakkan dengan api spritus
tapi jangan sampai meleleh
4. Setelah wax lunak, diaplikasikan pada model kerja sesuai batas yang
sudah dibuat dan bagian yang berlebih dipotong
5. Model malamnya mengikuti lubang (defek) yang ada
6. Lihat bagian pola malam apakah ketebalannya sudah rata dan tidak
ada bagian pola malam yang terlalu tipis. Jika masih ada bagian yang
terlalu tebal, ambil atau tipiskanlah bagian pola malam tersebut dan
sesuaikan ketebalannya. Jika terlalu tipis, tambahkan lagi pola
malam(Kumar,2013 : 3).
2.3.5
Penyusunan Gigi
Penanaman model kerja di lakukan di artikulator, kemudian dilakukan
penyusunan gigi. Setelah penyusunan elemen gigi rahang atas selesai, cek
terbih dahulu syarat inklinasi mesiodistal dan anterior-posteriornya, serta
dilihat dari bidang oklusal, tepi incisal gigi anterior atas berada di atas linger
rahang dan sesauai lengkung linger rahang. Posisi cengkram dipasang
kembali dengan benar. Guratan-guratan pada permukaan pola malam di
hilangkan dengan cara kapas dibasahi dengan spritus, lalu di gosok,
kemudian dilakukan pemolesan kembali (Kumar, 2013 : 4).
2.3.6 Flasking
1. Model kerja dipoles dengan mengkilat.
2. Permukaan dalam cuvet diolesi vaseline tipis agar model mudah
dikeluarkan dari cuvet pada saat deflasking.
3. Aduklah adonan gips dengan ketentuan pabrik, kemudian letakkan
dicuvet bagian bawah lalu model ditanam dalam cuvet tersebut
4. Permukaan gips dibuat landai dan sisa gips ditepi cuvet harus
dibersihkan. Permukaan gips diolesi dengan vaseline kecuali plat
malam,elemen gigi akrilik, dan cengkram.
5. Cuvet atas dipasang lalu isi dengan adonan gips kedua dan tuangkan
kedalam cuvet sampai penuh sambil diketuk secara perlahan-lahan
agar gips dapat masuk ke daerah yang sempit lalu pres sampai
kelebihan gips keluar metal to metal kontak.
6. Setelah gips mengeras maka siap untuk melakukan presos boiling
out(Kumar, 2013 : 3).
2.3.7Boiling Out
1. Air dipanaskan sampai mendidih lalu cuvet yang telah dipasang di
behel dimasukkan ke dalam panci dan diamkan selama + 5 menit.
Kemudian cuvet diangkat dan dibuka dengan pisau malam lalu sisa wax
disiram dengan air panas agar tidak ada residu.
10
2.3.9Curing
1. Air dipanaskan sampai mendidih lalu cuvet yang telah dipasang pada
behel dimasukkan kedalam panci tersebut dan didiamkan selama 1 jam.
2. Kompor dimatikan, kemudian behel yang brisi cuvet diangkat dan
didiamkan sampai kembali pada suhu kamar(Kumar, 2013 : 4).
11
2.3.10 Deflasking
1. Cuvet dibuka setelah suhu mendingin atau normal.
2. Protesa dipisahkan dari gips dengan menggunakan pisau gips secara
hati-hati agar protesa tidak patah(Kumar, 2013 : 4).
12
13
Penyusunan Gigi
Penanaman model kerjadilakukan di artikulator,kemudian
dilakukan penyusunan gigi. Setelah penyusunan elemen gigi rahang
atas selesai, cek terbih dahulu syarat inklinasi mesiodistal dan
anterior-posteriornya, serta dilihat dari bidang oklusal, tepi incisal
gigi anterior atas berada di atas linger rahang dan sesi lengkung
linger rahang. Posisi cengkram dipasang kembali dengan benar.
14
Packing
15
2.4.9Curing
1. Air dipanaskan sampai mendidih lalu cuvet yang telah dipasang pada
behel dimasukkan kedalam panci tersebut dan didiamkan selama 1 jam.
2. Kompor dimatikan, kemudian behel yang brisi cuvet diangkat dan
didiamkan sampai kembali pada suhu kamar(Kumar, 2013 : 4).
2.4.10 Deflasking
1. Cuvet dibuka setelah suhu mendingin atau normal.
2. Protesa dipisahkan dari gips dengan menggunakan pisau gips secara
hati-hati agar protesa tidak patah(Kumar, 2013 : 4).
16
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang dilakukan adalah penelitian eksperimental
laboratorium, yaitu, meneliti tingkat kegagalan proses pembuatan obturator
fungsional dengan menggunakan tenik gula dan selapis malam merah pada
proses pembuatan hollow, tingkat kegagalan dalam proses pembuatan
obturator fungsional ini berdasarkan syarat-syarat obturator. Obturato yang
memiliki banyak syarat ideal maka memiliki tingkat kegagalan lebih rendah
dibandingkan dengan obturator yang hanya dapat memenuhi sedikit syarat
ideal tersebut.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
18
3.3 Sampel
3.3.1 Kriteria Sampel
Kriteria sampel dan elemen anasirnya disamakan (homogen).
Kelompok sampel yang digunakan adalah proses pembuatan obturator
Fungsional menggunakan gula dan selapis malam merahyang harus
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Sampel yang digunakan adalah dua kelompok sampel obturator
fungsional dengan kelainan claft palate kelas I yaituDefek pada kelas
ini berada disepanjang garis median pada rahangatas dan gigi yang
tersisa hanya pada satu sisi lengkung rahang.
7654321|1234567
19
Gambar 3.1
Defek Rahang Atas Kelas I
20
merupakan
suatu
obturator
yang
proses
21
22
3.7.1
Persiapan Sampel
Prosedur Persiapan Obturator Fungsional
1. Teknik Gula
2. Teknik Selapis Malam Merah
3.7.2
Perkelompokan Sampel
a. Sampel yang menggunakan teknik gula (4 sampel)
b. Sampel yang menggunakn teknik selapis malam merah 4 sampel)
3.7.3 Perbandingan Tingkat Kegagalan
Pada dua kelompok sampel penelitian, dilakukan perbandingan
tingkat
kegagalan
prosedur
pembuatan
obturator
fungsional
23
tersebut dilakukan
obturator.
Gambar 3.2
percetakan model (Kumar, 2013 : 3).
b. block Out
c. Pembuatan Cengkeram
d. Pembuatan Pola Malam
e. Penyusunan Gigi
Gambar 3.3 pola malam dan penyusuan gigi (Madhumathi, 2014 dan Kumar, 2013
:3)
24
f. Flasking
1. Model kerja dipoles dengan mengkilat.
2. Permukaan dalam cuvet diolesi vaseline tipis agar model
mudah dikeluarkan dari cuvet pada saat deflasking.
3. Aduklah adonan gips dengan ketentuan pabrik, kemudian
letakkan dicuvet bagian bawah lalu model ditanam dalam cuvet
tersebut
4. Permukaan gips dibuat landai dan sisa gips ditepi cuvet harus
dibersihkan. Permukaan gips diolesi dengan vaseline kecuali
plat malam,elemen gigi akrilik, dan cengkram.
5. Cuvet atas dipasang lalu isi dengan adonan gips kedua dan
tuangkan kedalam cuvet sampai penuh sambil diketuk secara
perlahan-lahan agar gips dapat masuk ke daerah yang sempit
lalu pres sampai kelebihan gips keluar metal to metal kontak.
6. Setelah gips mengeras maka siap untuk melakukan presos
boiling out(Kumar, 2013 : 3).
g. Boilling Out
25
26
27
j. Deflasking
1. Cuvet dibuka setelah suhu mendingin atau normal.
2. Protesa dipisahkan dari gips dengan menggunakan pisau gips
secara hati-hati agar protesa tidak patah
28
29
30
Gambar 3.13 pola malam dan penyusuan gigi (Madhumathi, 2014 dan Kumar,
2013 : 3 )
c. Flasking
1. Model kerja dipoles dengan mengkilat.
2. Permukaan dalam cuvet diolesi vaseline tipis agar model mudah
dikeluarkan dari cuvet pada saat deflasking.
3. Aduklah adonan gips dengan ketentuan pabrik, kemudian letakkan
dicuvet bagian bawah lalu model ditanam dalam cuvet tersebut
4. Permukaan gips dibuat landai dan sisa gips ditepi cuvet harus
dibersihkan. Permukaan gips diolesi dengan vaseline kecuali plat
malam,elemen gigi akrilik, dan cengkram.
5. Cuvet atas dipasang lalu isi dengan adonan gips kedua dan tuangkan
kedalam cuvet sampai penuh sambil diketuk secara perlahan-lahan
agar gips dapat masuk ke daerah yang sempit lalu pres sampai
kelebihan gips keluar metal to metal kontak.
6. Setelah gips mengeras maka siap untuk melakukan presos boiling
out(Kumar, 2013 : 3).
31
32
33
Gambar 3.17Curing/
penggodokan akrilik
g. Deflasking
1. Cuvet
dibuka
setelah
suhu
34
CaCO3.
7. Protesa dibersihkan dari sisa bahan poles.
8. Protesa dikembalikan ke dokter ggi untuk melakukan insersi.
yang
dilakukan
adalah
penelitian
dengan
jumlah
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian di laboratorium Teknik Gigi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
36
Nilai skor
Nilai skor
sampel
Teknik Gula
1
2
3
4
Nilai rata-
3
4
3
4
3,5
2
1
1
2
1,5
rata
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas didapatkan hasil pada
proses pembuatan obturator menggunakan teknik gula yaitu stabil, tidak porus,
ringan, mudah dilepas, di bandinkang dengan teknik yang menggunakan selapis
malam merah. Hal ini dikarenakan gula lebih cepat meleleh pada saat disiram air
37
panas dan mudah keluar. Sedangkan teknik yang menggunakan selapis malam
merah lebih berat, hal ini dikarenakan malam merah tidak bisa meleleh saat
disiram air panas. Malam merah yang digunakan untuk menupi defek sebelum di
tutupi dengan self cured tidak bisa keluar dari defek, sehingga dapat memberikan
beban untuk obturator dan obturator bisa menjadi berat.
Pada setiap prosedur pembuatan obturator memiliki tingkat kegagalan
yang berbeda. Obturator yang paling banyak memenuhi syarat ideal memiliki
tingkat kegagalan yang lebih rendah dibandingkan dengan obturator yang hanya
dapat memenuhi syarat ideal tersebut. Maka pada penelitian ini yang banyak
memenuhi syarat ideal dengan memiliki tingkat kegagalan yang lebih rendah yaitu
obturator non fungsional dengan menggunakan teknik gula untuk prosedur
pembuatan hollow dapat disarankan teknisi gigi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikkut :
a.
38
39