Anda di halaman 1dari 3

Mengatasi Demam Berdarah dengan

Tanaman Obat
Selama tahun 1996-2005 tercatat 334.685 kasus demam berdarah
dengan jumlah kematian 3.092 orang. Upaya pencegahan DBD melalui
metode lingkungan, biologis, dan kimiawi kurang berhasil, dan upaya
pengobatan secara formal masih terbatas. Beberapa jenis
tanaman obat seperti daun pepaya, daun jambu biji,
kunyit, temu ireng, dan meniran terbukti
secara empiris dapat mengobati
penyakit DBD.

asus penyakit DBD pertama


kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. Di Indonesia, kasus DBD pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya tahun
1968 dan di Jakarta dengan jumlah
penderita yang meninggal 24
orang. Namun, konfirmasi virologis
baru diperoleh pada tahun 1972.
Sejak itu penyakit DBD menyebar
ke berbagai daerah dan pada tahun
1980 seluruh provinsi di Indonesia
telah terjangkit DBD.
Selama tahun 1996-2005 tercatat 334.685 kasus DBD dengan
jumlah penderita yang meninggal
3.092 orang. Jumlah kasus DBD
menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun, demikian pula
luas wilayah yang terjangkit. Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai cara untuk
mengatasi kasus ini, seperti memberantas nyamuk dewasa melalui
pengasapan serta memberikan larvasida pada tempat penampungan
air yang sulit dibersihkan. Namun,
cara tersebut hingga kini belum
memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Pencegahan
Menurut data dari Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan, keberhasilan
pencegahan penyakit DBD sangat
bergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes
aegypti/Aedes albopictus. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode, seperti metode


lingkungan, biologis, dan kimiawi.
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk A. aegypti
mencakup pemberantasan sarang
nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia, dan perbaikan
desain rumah. Cara lain yang dianggap efektif adalah dengan kombinasi yang disebut dengan 3M
Plus, yaitu menutup, menguras,
menimbun serta melakukan beberapa tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang
kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, dan memeriksa jentik secara berkala sesuai
dengan kondisi setempat.
Pengendalian biologis antara
lain adalah menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-14), serta
menanam tanaman pengusir nyamuk seperti zodia, geranium, lavender, dan rosmeri. Tanaman pengusir
nyamuk dapat ditanam di pekarangan atau di dalam rumah dengan
menggunakan pot.
Cara pengendalian kimiawi antara lain adalah dengan pengasapan, memberikan bubuk abate (temefos), menggunakan lotion antinyamuk, dan memasang aroma
terapi dari minyak atsiri yang berkhasiat sebagai antinyamuk. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) telah memproduksi
aroma terapi antinyamuk.

Pengobatan
Pengobatan yang umum bagi penderita demam berdarah adalah dengan cara penggantian cairan tubuh, yaitu memberikan minum 1,52 liter dalam 24 jam (air teh dan
gula, sirup atau susu) serta pemberian gastroenteritis oral solution
atau kristal diare, yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok
makan setiap 3-5 menit. Pengobatan yang selama ini diberikan
lebih bersifat menjaga dan mencegah kejadian lebih buruk. Untuk
pengobatan kuratif secara formal
masih terbatas.
Tanaman Obat Indonesia
Anti-DBD
Balittro sebagai balai yang memiliki
mandat penelitian tanaman obat
berupaya mencari jenis-jenis tanaman obat yang berkhasiat dalam
mengobati penyakit DBD. Jenis tanaman obat yang terpilih ada lima,
yaitu pepaya gandul, kunyit, temu
ireng, meniran, dan jambu biji. Tanaman tersebut diramu sedemikian
rupa, baik dalam bentuk simplisia
kering, serbuk maupun sirup.
Jenis tanaman tersebut dipilih
berdasarkan manfaatnya dalam
mengatasi penyebab penyakit DBD
dan gejalanya. Tanaman tersebut
sudah digunakan secara empiris
sebagai obat tradisional, diketahui
nama latin dan sistematikanya sehingga tidak salah dalam memilih
jenis tanaman, diketahui kandungan
zat berkhasiat dan golongan senyawa atau zat identitasnya, dan
tanaman diproses sesuai dengan
metode standar.
Meniran biasanya tumbuh liar
di pinggiran kebun, pekarangan/
halaman rumah, atau pinggir jalan,
dan merupakan gulma di lahan pertanian. Kunyit, temu ireng, pepaya, dan jambu biji bisa ditanam di
halaman/pekarangan rumah sebagai tanaman obat keluarga atau
apotik hidup.
Balittro telah mengeluarkan
formula ramuan anti-DBD berupa
simplisia maupun sirup. Ramuan
tersebut terdiri atas daun pepaya

penelitian menunjukkan bahwa meniran berfungsi menghambat DNA


polimerase dari virus hepatitis B
dan virus hepatitis sejenisnya,
menghambat enzim reverse transcriptase dari retrovirus, sebagai
antibakteri, antifungi, antidiare, dan
penyakit gastrointestinal lainnya.
Meniran juga memiliki fungsi meningkatkan ketahanan tubuh penderita dengan cara memacu fagositosis sel makrofag, fungsi proliferatif limfosit T, antibodi IgM dan
IgG, aktivitas hemolitik, sitotoksisitas sel NK, dan khemotaksis
neutrofil dan makrofag.

Bahan dasar formula anti-DBD: daun pepaya, daun jambu biji, meniran
(tanaman), kunyit, dan temu ireng, dan produk anti-DB dalam bentuk simplisia
dan sirup (inzet).

tua 2 lembar, meniran 3-4 tanaman,


daun jambu biji merah 2-3 lembar,
kunyit 2-4 jari, temu ireng 2-3 buah, dan garam secukupnya. Ramuan bisa digunakan dalam bentuk
segar dengan cara ditumbuk atau
diblender kemudian dicampur dengan satu gelas air putih. Ramuan
diminum tiga kali sehari. Dapat pula digunakan dalam bentuk simplisia. Caranya, simplisia direbus dengan enam gelas air sampai menghasilkan tiga gelas, lalu air rebusan
diminum tiga kali sehari, masingmasing satu gelas pada pagi, siang,
dan malam hari. Manfaat dari masing-masing tanaman diuraikan berikut ini.

Daun pepaya sudah digunakan sebagai bahan ramuan obat di 23


negara dan mendapat prioritas sebagai tanaman obat utama menurut
WHO.
Hasil penelitian mengenai khasiat daun pepaya menunjukkan bahwa papain pada daun pepaya memiliki efek terapi pada penderita
inflamasi atau pembengkakan
organ hati, mata, kelamin, dan usus
halus. Pembengkakan organ hati
ditemukan pada penderita demam
berdarah. Di samping itu, daun pepaya juga memiliki aktivitas antioksidan, antikoagulan, serta menyembuhkan luka lambung dan
usus.

Pepaya (Carica papaya)

Meniran (Phyllanthus niruri)

Untuk ramuan DBD, digunakan daun pepaya jantan (pepaya gandul).


Daun pepaya mengandung berbagai enzim seperti papain, karpain,
pseudokarpain, nikotin, kontinin,
miosmin, dan glikosida karposid.
Manfaat empiris daun pepaya
gandul adalah getah daun muda untuk obat pencahar, daunnya merangsang sekresi empedu serta
sebagai obat sakit perut, demam
malaria, dan penyakit cacing serta
membantu proses pencernaan.

Meniran memiliki khasiat sebagai


obat antivirus. Senyawa yang ditemukan pada meniran antara lain
adalah triterpenoid, flavoniod, tanin, alkaloid, dan asam fenolat.
Secara empiris, rebusan daun meniran sering dimanfaatkan sebagai
obat tradisional untuk mengobati
penyakit hati, sebagai diuretik untuk hati dan ginjal, kolik, penyakit
kelamin, obat batuk, ekspektoran,
antidiare, seriawan/panas dalam,
dan sebagai tonik lambung. Hasil

Kunyit (Curcuma domestica)


Kunyit telah lama dimanfaatkan
dalam ramuan obat tradisional untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti
stomakik, stimulan, karminatif,
haematik, hepato-protektor, mengobati luka lambung dan ulser, sebagai pewarna makanan, bumbu,
antispasmodik, antiimflamasi,
gangguan pencernaan, dan sebagai
insektisida, bahan kosmetik, dan
antioksidan. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri (turmeron,
zingiberene) dan zat berkhasiat dari
golongan kurkuminoid (kurkumin I,
II, dan III). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunyit memiliki aktivitas sebagai antimikroba (berspektrum luas), antivirus HIV, antioksidan, antitumor (menginduksi
apostosis), menghambat perkembangan sel tumor payudara, antiinvasi sel kanker, antireumatoid
artritis (rematik), dan untuk mengobati penyakit pencernaan (tukak
lambung).
Temu Ireng (Curcuma aeruginosa)
Temu ireng telah banyak dimanfaatkan secara empiris untuk mengobati sel-sel hati yang rusak. Pada
penderita demam berdarah, terjadi
kerusakan sel-sel hati. Secara empiris temu ireng juga bermanfaat
untuk mengobati kolik, luka lambung dan usus, asma, batuk, menambah nafsu makan, memper-

cepat pengeluaran lokhia setelah


melahirkan, mencegah obesitas,
rematik, anthelmintik, dan sebagai
sumber tepung. Temu ireng mengandung minyak atsiri (turmeron,
zingiberene), kurkuminoid (kurkumin I, II, dan III) serta alkaloid, saponin, pati, damar, dan lemak.
Jambu Biji (Psidium guajava)
Daun jambu biji sudah banyak dimanfaatkan dalam pengobatan
tradisional. Secara empiris, daun
jambu biji bersifat antibiotik dan
telah dimanfaatkan untuk antidiare, sedangkan buahnya untuk
obat pencahar, tanin mempersempit urat darah. Daun jambu biji
mengandung tanin, minyak atsiri,
minyak lemak, dan minyak malat,
sedangkan buahnya mengandung
vitamin C yang tinggi.
8

Hasil penelitian yang dikutip


dari berbagai sumber menunjukkan
daun jambu biji terbukti dapat
menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase dari virus dengue, tanin menghambat enzim
reverse transcriptase maupun DNA
polymerase dari virus serta menghambat pertumbuhan virus yang
berinti DNA maupun RNA. Hasil uji
klinis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kering daun jambu
biji selama 5 hari mempercepat
pencapaian jumlah trombosit
>100.000/l, pemberian ekstrak
kering setiap 4-6 jam meningkatkan
jumlah trombosit >100.000/l
setelah 12-14 jam, tanpa menimbulkan efek samping yang berarti.
Dengan demikian, ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan kuratif demam berdarah.
Beragam tanaman obat dapat
digunakan untuk mengatasi penya-

Salah satu komponen biaya usaha tani yang cukup besar adalah biaya
pestisida. Kebiasaan petani yang boros dalam penyemprotan pestisida
antara lain disebabkan oleh penggunaan cerat yang kurang sesuai.
Penggunaan pestisida dapat lebih dihemat dengan cara memperbaiki
teknik penyemprotan menggunakan cerat kipas. Cerat kipas
dapat menghemat pestisida sampai 33%.

eberhasilan pengendalian hama dan penyakit pada budi daya tanaman ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain pengetahuan
tentang jenis pestisida, hama/penyakit yang menyerang tanaman,
suhu udara, kelembapan, dan kecepatan angin. Penting pula diketahui
tingkat kerusakan tanaman dan
harga jual komoditas yang diusahakan. Dalam menggunakan pestisida, perhitungan untung-rugi perlu
menjadi bahan pertimbangan.
Beberapa laporan menunjukkan, tanaman tanpa perlindungan
pestisida bisa menderita kehilangan
hasil panen sekitar 25-45%. Serangan hama Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella pada

Untuk informasi lebih lanjut


hubungi:
Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik
Jalan Tentara Pelajar No. 3
Bogor 16111
Telepon : (0251) 321879
327010
Faksimile: (0251) 32701
E-mail : balittro@telkom.net

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 6, 2006

Cerat Kipas Menghemat Pestisida

kit demam berdarah, baik berupa


simplisia, serbuk, maupun sirup.
Masih diperlukan penelitian untuk
menghasilkan obat yang teruji
mutu, keamanan, dan khasiatnya
agar bisa dikembangkan sebagai
obat fitofarmaka dan dimanfaatkan
dalam pengobatan formal penyakit
demam berdarah (Nurliani Bermawie).

pertanaman kubis musim kemarau


tanpa perlindungan pestisida mengakibatkan kerusakan hingga 100%.
Demikian pula kerusakan anggrek
Dendrobium dan Phalaenopsis karena serangan kumbang moncong
(Orchidophilus aterrimus) masingmasing mencapai 77% dan 100%.
Pada tanaman krisan, serangan
pengorok daun (Liriomyza sp.) dapat
menurunkan kualitas hasil panen
76-80%. Oleh karena itu, sampai
saat ini pestisida masih menjadi
andalan petani dalam perlindungan
tanaman.
Tingginya penggunaan pestisida dalam pengendalian hama/
penyakit juga karena adanya berbagai kemudahan. Pestisida mudah

diaplikasikan, dapat dibeli di pasar


meskipun dalam jumlah banyak,
aplikasinya memerlukan waktu
yang relatif singkat, serta hasilnya
mudah dilihat.
Resistensi dan Resurjensi Hama
karena Perlakuan Pestisida yang
Berlebihan
Keberhasilan dan keuntungan yang
dapat diperoleh petani dalam penggunaan pestisida menyebabkan
penggunaan pestisida makin meluas. Aplikasinya pun makin intensif dengan meningkatkan dosis dan
memperpendek interval aplikasi.
Namun cara ini menyebabkan produksi makin meningkat tetapi hasil
panen justru menurun. Kasus seperti itu dilaporkan terjadi pada usaha tani kedelai di Danau Tempe
Sulawesi Selatan beberapa waktu
yang lalu.
Pestisida umumnya bersifat
tidak selektif, bukan hanya membunuh organisme sasaran tetapi
juga serangga yang berguna. Populasi serangga hama sasaran pun tidak semuanya mati, dan yang ma-

Anda mungkin juga menyukai