2021;11(2):132-141
1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Karanganyar Indonesia
2
Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Wahid Hasyim, Semarang, Indonesia
3
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*E-mail: galuhratnagaluh@gmail.com
Abstrak
Kata kunci:
Asma masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia karena dapat
Antiasmatik;
Antagonis reseptor menyerang segala usia mulai dari anak-anak sampai dewasa. Derajat keparahan asma bervariasi
H1; Relaksan; Sel dari ringan sampai berat, bahkan dapat menimbulkan kematian. Pemanfaatan berbagai jenis
mast tanaman obat sebagai antiasmatik telah sering dilakukan oleh masyarakat. Penelitian ini
dilakukan secara in vitro dan in vivo untuk mengetahui aktivitas ramuan herbal yang terdiri dari
simplisia daun sembung (Blumea balsamifera L.), buah kemukus (Piper cubeba L.), akar teki
(Cyperus rotundus L.), dan herba patikan kebo (Euphorbia hirta L.) dengan perbandingan
tertentu sebagai antiasmatik. Pengujian in vitro dilakukan menggunakan sel otot polos yang
Keywords: diisolasi dari trakea marmut. Histamin diberikan sebagai pemicu kontraksi sel otot polos pada
Antiasthmatic;
H1 Receptor trakea marmut. Pengujian in vivo dilakukan menggunakan marmut yang disensitisasi dengan
Antagonist; ovalbumin dan diberi ramuan herbal antiasmatik. Trakea marmut dibuat preparat histopatologi
Relaxant; Mast cells dengan metode pewarnaan toluidine blue untuk pengamatan terhadap sel mast. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ramuan herbal antiasmatik 1, 2, dan 3 mempunyai aktivitas sebagai
antagonis reseptor H1. Ramuan herbal antiasmatik 1, 2, dan 3 mampu merelaksasi otot polos
trakea marmut yang mengalami kontraksi, namun tidak sekuat teofilin. Ramuan herbal
antiasmatik dalam penelitian ini tidak memiliki aktivitas menghambat degranulasi sel mast.
Received:
22-03-2021
Revised: Abstract
14-08-2021
Asthma is still become a major health problem worldwide, affected all ages from pediatrics to
Accepted:
06-01-2022 adults. The severity of the disease vary from mild to severe and leads to the risk of death. The
uses of medicinal plants as antiasthmatic have often been conducted by the local community.
The present study was conducted in vitro and in vivo to determine the activities of herbs
containing of sembung leaves (Blumea balsamifera L.), kemukus seeds (Piper cubeba L.), teki
rhizome (Cyperus rotundus L.), and patikan kebo herbs (Euphorbia hirta L.) with certain ratio
Jurnal Kefarmasian as an antiasthmatic. The in vitro test was carried out on isolated smooth muscle cells of guinea
Indonesia, pig. Histamine was used to stimulate the contraction of smooth muscle cells of guinea pig
2022:12(1):1-10 trachea. The in vivo test was carried out using guinea pigs which sensitized with ovalbumin
and administered with the herbs formula. The trachea of guinea pigs were prepared for
histopathological examination and stained on toluidine blue. The result revealed that the
antiasthmatic herbs of 1, 2, and 3 showed activities as H1 receptor antagonists. The
antiasthmatic herbs of 1, 2, and 3 were able to relax the smooth muscle of guinea pig’s trachea
DOI:
https://doi.org./10.224 that was experiencing contraction, but in lower level compared to theophylline. The
35/jki.v12i1.4676 antiasthmatic herbs formula in this study did not have the activity to inhibit mast cell
degranulation.
1
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2022;12(1):1-10
2
Aktivitas Ramuan Herbal Sebagai Antagonis Reseptor H1….(Galuh Ratnawati, dkk)
3
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2022;12(1):1-10
4
Aktivitas Ramuan Herbal Sebagai Antagonis Reseptor H1….(Galuh Ratnawati, dkk)
ramuan herbal 1, 2, 3, teofilin, dan dalam pengujian ini dan dibagi menjadi 5
akuades. Otot polos trakea yang sudah kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang
diisolasi dikaitkan pada tuas dan diberi ramuan herbal antiasmatik 1, 2, 3,
transduser, kemudian dilakukan akuades, dan ketotifen. Seluruh marmut
ekuilibrasi. Histamin ditambahkan dalam dilakukan sensitisasi sebelum diberikan
organ bath sekaligus untuk mengkontraksi ramuan herbal, obat, maupun akuades.
otot polos trakea hingga diperoleh respon Sensitisasi marmut dilakukan dengan cara
100%. Otot polos trakea kemudian dicuci menginjeksi marmut secara subkutan
dengan larutan buffer Krebs. Apabila otot dengan suspensi yang mengandung 10 µg
polos trakea sudah stabil, dilakukan ovalbumin dan 1 mg Al(OH)3 dalam 0,5
pemberian histamin kembali hingga mL larutan NaCl 0,9% sebanyak 0,5
diperoleh respon kontraksi 80%. Setelah mL/kgBB. Suspensi diinjeksikan kembali
tercapai respon kontraksi, ramuan herbal pada hari ke-14 sesudah penyuntikan
antiasmatik diberikan sekaligus sebanyak pertama. Pada hari ke-15 dimulai
200 µL (10 µl/mL).14 Dilakukan pengujian pemberian ramuan herbal antiasmatik 1, 2,
efek relaksasi terhadap akuades untuk 3, ketotifen dan akuades sesuai kelompok
kelompok kontrol negatif, sedangkan sampai hari ke-29. Ramuan herbal
sebagai kontrol positif digunakan teofilin antiasmatik 1, 2, dan 3 diberikan pada
3,3×10-2 M sebanyak 200 µL. Pengulangan masing-masing marmut secara per oral
pengujian dilakukan sebanyak 4 kali. dengan dosis 12 mL/kgBB. Ketotifen
Data yang diperoleh adalah tinggi diberikan sebagai kontrol positif dengan
puncak kurva kontraksi karena pemberian dosis 0,16 mg/kgBB dan akuades sebagai
histamin dan penurunannya setelah kontrol negatif.15
pemberian ramuan herbal antiasmatik atau Nebulasi pada marmut dilakukan
teofilin. Kuantifikasi data dilakukan dengan 0,25% ovalbumin dalam NaCl
dengan menghitung % relaksasi sebagai 0,9% selama 10 menit pada hari ke-18, 21,
berikut: 24, dan 29. Dua puluh empat jam setelah
nebulasi hari ke-29, marmut dikorbankan,
% relaksasi = kemudian dilakukan pengecatan sel mast
pada otot polos trakea.
Penentuan penggunaan uji statistik Sel mast pada otot polos trakea marmut
parametrik atau non parametrik didasarkan diwarnai dengan toluidin blue. Otot polos
pada normalitas distribusi dan homogenitas trakea kemudian difiksasi dalam formalin
varian data persen relaksasi. Uji normalitas 10%. Spesimen diwarnai dengan toluidin
distribusi data persen relaksasi dilakukan blue selama 2 - 3 menit yang selanjutnya
dengan uji Shapiro Wilk. Uji homogenitas dibilas dengan akuades dan dehidrasi
varian data persen relaksasi dilakukan secara bertahap dengan serangkaian
dengan test of homogeneity of variance. konsentrasi etanol. Selanjutnya dilakukan
Kebermaknaan perbedaan persen relaksasi penghitungan jumlah sel mast yang
tiap perlakuan dianalisa dengan analisa terdegranulasi dan yang utuh di bawah
non parametrik yaitu uji Kruskall Wallis, mikroskop cahaya, kemudian dihitung %
dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. sel mast yang tidak terdegranulasi.
Taraf kepercayaan pengujian data secara Penghitungan dilakukan dengan pada 5
statistika adalah 95%. Ramuan herbal lapang pandang kemudian dirata-rata
antiasmatik dikatakan beraktivitas relaksan jumlah sel mast terdegranulasi dan sel mast
kontraksi otot polos apabila % relaksasinya tidak terdegranulasi untuk masing-masing
lebih besar secara signifikan dibandingkan preparat.
kontrol negatif.13 Analisa statistika terhadap data % sel
mast yang tidak terdegranulasi terdiri dari
Uji aktivitas sebagai mast cell stabilizer uji normalitas distribusi menggunakan uji
Dua puluh ekor marmut digunakan Shapiro Wilk, uji homogenitas varian
5
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2022;12(1):1-10
Tabel 2. Nilai pD2 pada uji aktivitas antagonis reseptor H1 (rata-rata ± SEM)
Perlakuan pD2 Nilai p (95%)
Histamin 5,82 ± 0,07
Histamin + ramuan herbal antiasmatik 1 4,86 ± 0,20* 0,021
Histamin + ramuan herbal antiasmatik 2 5,27 ± 0,02* 0,021
Histamin + ramuan herbal antiasmatik 3 4,90 ± 0,10* 0,021
Histamin + difenhidramin HCl 4,32 ± 0,06* 0,021
*Berbeda bermakna dengan histamin
6
Aktivitas Ramuan Herbal Sebagai Antagonis Reseptor H1….(Galuh Ratnawati, dkk)
Salah satu simplisia yang digunakan sedangkan sel mast tidak terdegranulasi
dalam ramuan herbal antiasmatik adalah dicat biru dengan warna solid. Sel mast
kemukus. Wahyono dkk melaporkan pada trakea marmut ditunjukkan pada
bahwa ekstrak kemukus yang mengandung Gambar 1. Aktivitas ramuan herbal
dihidrokubebin dapat menurunkan efek antiasmatik ditunjukkan dengan persentase
kontraksi trakea yang diinduksi sel mast yang tidak terdegranulasi (Tabel
metakolin.6 Sementara itu Nugroho dkk 4). Semakin besar persentase sel mast yang
melaporkan bahwa dihidrokubebin dari tidak terdegranulasi, semakin besar
kemukus mampu menghambat pelepasan aktivitas ramuan herbal antiasmatik
histamin dari sel RBL-2H3 yang diinduksi sebagai mast cell stabilizer.
oleh DNP24-BSA, thapsigargin dan Persentase sel mast yang tidak
ionomycin yang diduga melalui mekanisme terdegranulasi pada otot polos trakea
pensinyalan Ca2+ intraseluler.18 Perbedaan marmut yang diberi ramuan herbal
hasil penelitian ini dengan penelitian antiasmatik 1 dan 3 lebih besar
sebelumnya tersebut di atas dimungkinkan dibandingkan kelompok kontrol negatif,
karena kandungan dihidrokubebin dalam namun secara statistik tidak ada perbedaan
ramuan herbal antiasmatik kadarnya yang bermakna (p > 0,05). Otot polos
rendah. Teknik ekstraksi sederhana berupa marmut yang diberi ramuan herbal
infusa dapat menjadi kemungkinan antiasmatik 2, persentase sel mast yang
penyebab rendahnya kadar dihidrokubebin tidak terdegranulasi 0%, namun tidak ada
dalam ramuan herbal antiasmatik. perbedaan yang bermakna dibandingkan
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyono6 kontrol negatif. Ramuan herbal antiasmatik
mengisolasi dihidrokubebin menggunakan 1, 2, dan 3 dinyatakan tidak mempunyai
pelarut non polar yaitu n-heksan. Selain aktivitas sebagai mast cell stabilizer.
itu, penyiapan ramuan herbal antiasmatik Penggunaan marmut yang diberi
menggunakan panas tinggi dalam waktu paparan ovalbumin sebagai model hewan
yang cukup lama memungkinan terjadinya uji asma mempunyai keterbatasan dalam
kerusakan senyawa aktif yang berperan hal respon biologis. Prosedur sensitisasi
sebagai relaksan. dan pemaparan ovalbumin telah dibuat
seragam, namun respon marmut beragam.
Uji aktivitas sebagai mast cell stabilizer Pembuatan marmut sebagai model hewan
Induksi asma dilakukan pada 20 ekor uji asma perlu dimodifikasi dengan
marmut menggunakan ovalbumin yang penambahan parameter yang dapat
diinjeksikan secara subkutan dan nebulasi. menunjukkan tingkat keparahan asma
Pengamatan gambaran mikroskopis seperti pengukuran kadar IgE dalam
pada preparat histopatologi, sel mast darah.19
ditemukan pada tunika submukosa dan
tunika adventisia trakea marmut. Sel mast
terdegranulasi terwarnai biru dengan
sitoplasma yang terlihat lebih transparan,
7
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2022;12(1):1-10
Gambar 1. A. Sel mast terdegranulasi ditemukan pada lapisan submukosa trakea marmut
(tanda panah hitam). B,C. Sel mast ditemukan pada lapisan adventisia trakea marmut; sel mast
terdegranulasi (tanda panah hitam), sel mast tidak terdegranulasi (tanda panah oranye).
Pewarnaan menggunakan toluidine blue dan perbesaran 40x.
8
Aktivitas Ramuan Herbal Sebagai Antagonis Reseptor H1….(Galuh Ratnawati, dkk)
9
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2022;12(1):1-10
pharmacology of bronchodilator
medications. Respir Care.
2018;63(6):641–54.
18. Nugroho AE, Wahyono W, Wahyuono S,
Maeyama K. Effects of dihydrocubebin, a
lignan isolated from Indonesian plant
Piper cubeba, on the histamine release
from rat mast cells. Orient Pharm Exp
Med. 2010;10(3):200–7.
19. Chang HC, Gong CC, Chan CL, Mak OT.
A nebulized complex traditional Chinese
medicine inhibits histamine and IL-4
production by ovalbumin in guinea pigs
and can stabilize mast cells in vitro. BMC
Complement Altern Med [Internet].
2013;13(1):1. Available from: BMC
Complementary and Alternative Medicine
10