DISUSUN OLEH:
Khoiroh 118260040
JURUSAN SAINS
LAMPUNG SELATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
(Tinospora crispa L.) merupakan salah satu tanaman obat berkhasiat dan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Tanaman ini telah dimanfaatkan secara turun-temurun oleh masyarakat sebagai obat
tradisional karena mudah didapatkan, efektif dapat menyembuhkan penyakit dan harganya
terjangkau (Wijaya dkk, 2019). Ahmad et al., (2016) melaporkan ada lebih dari 65 jenis senyawa
pada T. crispa L. diantaranya alkaloid, flavonoid, flavone glikosida, triterpene, diterpene dan
diterpene glikosida, clerodane-typefurano diterpenoid, lactone, sterol, lignan, dan nukleosida.
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mengetahui efek khasiat yang terkandung
dalam tanaman obat. Secara etnobotani bagian tanaman yang dapat digunakan adalah daun untuk
mengobati rematik; batang digunakan untuk menstimulasi sekresi empedu, diuretik, penyakit
kulit, antidiabetes antipiretik, antimalaria, diare, memperbaiki sistem pencernaan; kombinasi
batang dan akar digunakan untuk penawar racun; buah untuk mengobati penyakit kuning dan
rematik; dan kulit batangnya digunakan untuk antialergi, antispamodik dan antilepra (Choundary
N et al.,2013).
TANAMAN BROTOWALI
Gambar 1. (A) Seluruh tanaman Tinospora crispa (B) Daun Tinospora crispa
(C) Batang kering Tinospora crispa (D) Bunga Tinospora crispa.
Source: (Ahmad, et al., 2016)
Nama Ilmiah : Tinospora crispa (L.) Hook. f. & Thomson (Margarethy,dkk., 2019)
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliphyta
Class : Magnoliopsida
Order : Ranunculales
Family : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Species : crispa
a) Sumatera : Bratawali;
b) Jawa : Andawali (Sunda), Antawali, Daun Gadel, Bratawali, Putrawali (Jawa);
c) Nusa Tenggara: Antawali (Bali)
Air rebusan Daun Brotowali Untuk mencuci luka atau penyakit kulit
seperti kudis dan gatal-gatal.
Air rebusan Daun dan Batang Brotowali Untuk penyakit kencing manis.
(dicampurkan)
a. Empiris
Manfaat/khasiat secara empiris adalah sebagai berikut:
No Negara Bagian Penggunaan
1. Indonesia Batang Pengobatan demam dan malaria;
Pengobatan sakit perut dan penyakit kuning;
Untuk mengobati demam yang disebabkan
oleh cacar dan kolera; Masyarakat Murut
secara tradisional menggunakan T. crispa
untuk mengobati diabetes, hipertensi, sakit
pinggang, obat nifas dan nyeri otot.
2. Thailand Batang, daun, Pengobatan demam, kolera, kencing manis,
akar rematik, dan gigitan ular; Sebagai
vermifuge; Sebagai obat untuk sakit mata
dan luka sipilis; Pengobatan luka gatal dan
peradangan internal; Untuk mengurangi rasa
haus dan menambah nafsu makan.
Biji Keracunan karena obat-obatan atau alkohol.
Batang Antipiretik, makanan pembuka, tonik pahit,
sakit perut, masalah mata dan telinga,
kemacetan lendir, parasit usus; Ambeien.
3. Malaysia Seluruh Masyarakat Kadazan mengobati hipertensi
tumbuhan dan malaria dengan minum rebusan
tanaman
Batang Diabetes mellitus.
4. Bangladesh Batang Praktisi pengobatan tradisional Garo dan
Non-Garo di Bangladesh menggunakannya
untuk pencegahan gangguan usus.
Batang, daun Penyakit kuning dan reumatik; Untuk
meredakan nyeri tubuh; Kelumpuhan, sakit
perut, penyakit kulit, kusta.
5. China Rotan Komunitas Yao di China menggunakannya
untuk patah tulang, memar, digigit ular
beludak, bisul, furunkel, septikemia,
demam, kudis, dan gangguan terkait ulkus
tropis lainnya.
6. Kamboja Batang, daun Demam dan reumatik; antidiabetik.
7. Filipina Batang, daun Pengobatan perut kembung, Gangguan
Pencernaan, Diare, dan Reumatik; Untuk
mengobati radang sendi ketika disiapkan
sebagai tapal dengan minyak kelapa
(Ahmad, dkk., 2016)
b. Saintifik
Manfaat/khasiat secara saintifik adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas Antiinflamasi dan Imunomodulator;
2. Aktivitas Antikolinesterase;
3. Aktivitas Antibakteri dan Antifilarial;
4. Aktivitas Antioksidan;
5. Aktivitas Penghambatan Aterosklerosis;
6. Aktivitas Antiparasit (Antimalaria);
7. Aktivitas Sitotoksik;
8. Aktivitas Kardioprotektif;
9. Aktivitas Antinosiseptif;
10. Efek Antidiabetes.
Berikut adalah kandungan kimia dari tanaman brotowali (Chi et al., 2016):
1. Terpenoid
a. Diterpenoid
Diterpenoid merupakan konstituen karakteristik yang mengandung atom 20-C
yang membentuk kerangka bisiklik 6/6. Berdasarkan stereokimia yang berbeda
dari sambungan cincin decalin, jenis struktur ini dikelompokkan menjadi neo-
clerodane, ent-clerodane dan nor-neo-clerodane. Kerangka diterpen tipe neo-
clerodane dan ent-clerodane adalah sama, dengan perbedaan kondiguasi. Lokasi
spasial gugus metil yang terhubung pada C-5, C-8 dan C-9 berbeda. Secara
khusus adalah C-5 (S), C-8 (R) dan C-9 (S) untuk neo-clerodane dan C-5 (R), C-8
(S), dan C-9 (R) untuk ent -clerodane. Nor - neo -clerodane adalah produk
oksidasi neo -clerodane, dan satu lagi cincin lakton tak jenuh beranggota lima
ditambahkan dibandingkan dengan neo –clerodane.
- Diterpen dengan kerangka tipe 1
Senyawa ini sangat banyak ditemukan dalam gugus ini, adapun senyawa yang
terkandung ditemui pada genus T. cordifolia, T. crispa, T. sagittata adalah
terpen tipe clerodane yang ditandai dengan adanya satu atau lebih ikatan
rangkap atau metabolit metil yang melekat pada inti clerodane.
Tinosporaclerodanoid juga terdapat pada gugus ini yang merupakan diterpene
tipe clerodane tertentu tanpa cincin furan pada C-12.
- Diterpen dengan kerangka tipe 2
Senyawa ini merupakan jenis lain dari clerodane diterpene tanpa cincin lakton
penghubung C-8/C-12 yang menghasilkan varian diterpen dengan
persimpangan cincin decain dari stereokimia yang berbeda. Senyawa yang
sudah terindetifikasi berasal dari genus T. cordifolia, T. tuberculate, T.
sagittata var. Yunnanensis dan T. sagittata.
- Diterpen dengan struktur lain
Senyawa ini secara struktural serupa dan terdapat perbedaan antara struktur
dasarnya yaitu derajat oksidasi cincin A. Keragaman diantara cincin laktonnya
dapat menjadi faktor yang menyebabkan senyawa ini menunjukkan berbagai
tingkat aktivitas biologis terhadap sel kanker.
b. Terpenoid lainnya
Pada golongan ini terdapat sikloeukalenol dan sikloeukalenan yang menghasilkan
efek kardiotonik ringan.
2. Alkaloid
a. Alkaloid berberin
Pada senyawa ini umumnya posisi pasti gugus metoksi berada pada C-2, C-3, C-9
dan C-10. Cincin C dan D adalah coplanar satu sama lain dan dalam konjugasi
yang baik, namun cincin A dan B tidak berada pada bidang yang sama karena
karbon jenuh pada C-5 dan C-6. Jika metil yang terikat pada C-2 atau C-3 hilang,
maka senyawa ini tidak akan stabil dengan baikoleh cincin tak jenuh dekat dengan
C.
b. Alkaloid Aporfir
Senyawa pada gambar diatas termasuk kedalam flavonoid yang memiliki aktivitas
antioksidan dari genus Tinospora.
Senyawa pada gambar diatas termasuk kedalam lignan yang memiliki aktivitas
antioksidan.
4. Steroid
Tanaman Tinospora juga mengandung steroid yang sebagian besar turunan dari β-
sitosterol. Hingga saat ini ada lima belas jenis bahan yang telah diisolasi dan
diidentifikasi, diantaranya yaitu β-sitosterol dan β-sitosterol glukosida.
5. Polisakarida
Pada saat ini, polisakarida dari tanaman Tinospora telah banyak dilakukan penelitian
yang mengklaim memiliki aktivitas sifat terapeutik dan toksisitas yang relatif rendah,
terutama sabagai agen peningkat kekebalan tubuh. Komposisi polisakarida dari
Tinospora cordifolia yaitu glukosa 98,0%, arabinosa 0,5%, xilosa 0,8%, galaktosa 0,3%,
rhamnosa 0,2%, dan manosa 0,2%. Yang kemudian dilakukan analisis menggunakan
instrumen spektrofotometri GC-MS, jenis ikatan monosakarida glukosa, fruktosa dan
arabinosa sebagai unit monomer. Tes fungsi leukosit polimorfonuklear menyimpulkan
bahwa kandungan tersebut merupakan aktivitas untuk meningkatkan kekebalan.
Adapun metabolit sekunder dan aktivitas biologi dari tanaman Tinospora adalah sebagai
berikut (Chi et al., 2016):
1. Aktivitas Antioksidan
Aktivitas antioksidan tanaman Tinospora berasal dari golongan alkaloid yaitu senyawa
N-cis-feruloytyramine, N-trans-feruloytyramine dan Secoisolariciresinol yang di
temukan pada genus T.renyah. Berdasarkan senyawa tersebut terbukti lebih aktif daripada
antioksidan sintetk butilhidroksitoluena (BHT). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa
minyak atsiri yang diperoleh dari daun T. cordifolia menunjukkan aktivitas antioksidan
yang diuji dengan menggunakan DPPH dengan komponen yang terkandung didalamnya
yaitu alkohol (32,1%), fenol (16,6%), aldehid (16,2%), asam lemak (15,7%), alkana
(8,3%), ester (3,2%), tepen (1,2%) dan lainnya (4,8%). Aktivitas antioksidan ini sangat
bermanfaat untuk dikembangkan sebagai sediaan antioksidan yang dapat digunakan
untuk pengobatan maupun pencegahan penyakit.
2. Aktivitas Antidiabetes
Aktivitas antidiabetes tanaman Tinospora berasal dari golongan terpenoid yaitu senyawa
Borapetoside A yang ditemukan pada genus T. crispa dan T. cordifolia menunjukkan
aktivitas antidiabetes yang kuat dan telah digunakan secara luas di Asia dan Afrika
sebagai obat terutama untuk diabetes mellitus tipe 2. Bersarkan penelitian yang telah
dilakukan menjelaskan bahwa Borapetoside A mampu meningkatkan pemanfaatan
glukosa di jaringan perifer, untuk mengurangi glukoneogenesis hati dan untuk
mengaktifkan jalur sinyal insulin. Sedangkan golongan terpenoid lainnya yaitu Borapetol
B yang ditemukan pada genus T. renyah dilakukan pengamatan yang menghasilkan
bahwa kadar glukosa darah dan stimulan sekresi insulin pada kontrol normoglikemik
tikus Eistar menerangkan bahwa pemberian Borapetol B secara oral memiliki sifat
antidiabetik terutama karena stimulasi pelepasn insulin. Tiga alkaloid isoquinoline dari T.
cordifolia yaitu jatrorrhizine, palmatine dan magnoflorine dilaorkan terdapat adanya
potensi antioksidan dalam ekstrak T. cordifolia yang merupakan penyembuh ampuh
dalam memperbaiki kondisi diabetes seperti kerusakan jaringan in vivo.
3. Aktivitas Imunostimulator
Beberapa spesies Tinospora memiliki efek pada imunitas humoral, imunitas seluler, dan
imunitas nonspesifik. Polisakarida, sejenis makromolekul alami, tersebar luar di tubuh
biologis dan memiliki berbagai aktivitas biologis, yang berperan penting dalam mengatur
sistem kekebalan tubuh. Polisakarida yang terdapat di Tinospora mewakili makromolekul
yang beragam secara struktural dan variabilitas struktural ini sangat mempengaruhi
spesifisitas tipe sel dan aktivitas biologisnya dalam sel B. Penelitian sebelumnya
menjelaskan bahwa polisakarida fitogenik dapat mengatur sistem kekebalan, termasuk
merangsang sekresi atau proliferasi makrofag, limfosit T/B, dan pembunuh alami (NK),
memodulasi pelepasan sitokin, meningkatkan produksi antibodi. (1,4)-α-D-Glucan (α-
DG) merupakan senyawa dengan aktivitas imunostimulator yang ditemui pada T.
cordifolia yang menunjukkan kemampuan mengaktifkan makrofag melalui pensinyalan
TLR6 dan mekanisme aktivasi NF- k B, diikuti oleh produksi sitokin dan kemokin. G1-
4A, polisakarida arabinogalactan yang berasal T. cordifolia adalah imunomodulator yang
telah dilakukan uji aik secara in-vivo dan in-vitro. Pemberian (12,5 mg/kg berat badan)
G1-4A pada tikus menyebabkan splenomegali dan peningkatan jumlah sel T, sel B dan
makrofag. Peningkatan seluleritas limpa ini disebabkan oleh proliferasi limfosit dan
peningkatan regulasi gen antiapoptosis. Studi menggunakan LC-MS menunjukkan
senyawa aktif imunomodulator adalag cordioside, quercetin, eicosenoic acid dan boldine.
4. Aktivitas Antitumor
Aktivitas antitumor tanaman Tinospora berasal dari golongan terpenoid yaitu senyawa
Diterpen epoksi clerodane yang berasal dari T. cordifolia yang terbukti berdasarkan
pengujian terhadap karsinoma hepatosit yang diinduksi dietilnitrosamin yang
menghasilkan senyawa tersebut mampu menghentikan aktivitas metabolisme karsinogen
dan meningkatkan detoksifikasi karsinogen. Perlakuan fraksi ektrak heksana T. cordifolia
pada hewan pembawa tumor Ehrlich asites menghasilkan penghambatan pertumbuhan
dan induksi apoptosis. Alkaloid terutama dari T. cordifolia secara signifikan mampu
memperkecil ukuran tumor, jumlah dan aktivitas enzim serum pada tikus kanker kulit.
Polisakarida juga dapat mengaktifkan makrofag, sel NK, APD, limfosit T dan B untuk
meningkatkan kekebalan antitumor terkait dengan sekresi sitokin, aktivitas sistem
kompleme, induksi apoptosis sel tumor, dan transduksi sinyal intraseluler sehingga
mencapai aktivitas penghambatan tumor.
5. Aktivitas Anti-Peradangan dan Antimikroba
Aktivitas anti-peradangan dan antimikroba tanaman Tinospora berasal dari golongan
alkaloid yaitu senyawa Palmatine dan Jatrorrhizine yang ditemukan pada genus T. kapiler
dan T. cordifolia yang telah banyak diteliti memiliki aktivitas penghambay antimikroba
spektrum yang relatif luas dengan masing-masing nilai EC50 berkisar dari 0,0348-0,8356
g/L dan 0,0240-0,8649 g/L.
6. Aktivitas Antiosteoporosis
Esktrak etanol T. cordifolia dengan dosis 25 µg/mL merangsang pertumbuhan osteoblas,
meningkatkan diferensiasi sel menjadi osteoblastik, dan meningkatkan mineralisasi
matriks seperti tulang pada kedua sistem osteoblas. Selain itu ektrask batang T. cordifolia
pada tikus yang diovariiektomi secara signifikan mencegah keropos tulang pada tikus
yang diinduksi oleh ovariektomi tanpa menyebabkan efek proliferatif pada rahim dan
kelenjar susu.
Variasi dosis ekstrak batang brotowali mampu menurunkan kadar glukosa darah. Pada
perbaikan profil lipid semua variasi dosis ekstrak juga mampu memperbaiki profil lipid, akan
tetapi dosis 400 mg ekstrak untuk dosis yang paling efektif dalam menurunkan kadar LDL,
meningkatkan kadar HDL dan menurunan kadar trigliserida. Pada perbaikan profil histopatologi
pankreas dan hati menunjukkan bahwa dengan pemberian variasi ekstrak mampu memperbaiki
organ pankreas dan hati (Wijaya dkk, 2019).
Brotowali dibuat atau digunakan dengan cara menyiapkan 2 ruas batang brotowali dengan
ukuran 20 cm, dibersihkan batang dan daun menggunakan air mengair setelah bersih kemudian
digeprek bagian batang brotowali, dipanaskan 2 gelas air (300 ml) pada penangas air hingga
mendidih, kemudian dimasukkan batang kedalam air mendidih sembari terus dipanaskan, tunggu
hingga ada perubahan warna air pada rebusan dan ditunggu hingga konsentrasi menjadi
separuhnya, setalah itu didinginkan, disaring dan siap untuk diminum (Kemenkes, 2017 &
Maylina, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, W. et al. (2016). Tinospora crispa (L.) Hook. f. & Thomson: A Review of Its
Ethnobotanical, Phytochemical, and Pharmacological Aspects. Frontier of
Pharmacology,
Chi, Sensen., She, Gaimei., Han., Wang, Weihua., Liu, Zhao., dan Liu, Bin. (2016). Genus
Tinospora : Ethnopharmacology, Phytochemistry, and Pharmacology. Hindawi
Publishing Corporation Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Vol.
2016, 1-32. https://doi.org/10.1155/2016/9232593
Margarethy, I., Yahya, dan Salim, M. (2019). Kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan
untuk mengatasi malaria oleh pengobat tradisional di Sumatera Selatan . Journal of
Health Epidemiology and Communicable Diseases, 40-48.
Sumarmin, R. Efek Toksit Dan Teratogenik Ekstrak Brotowali (Tinospora Crispa L.) Terhadap
Sistem Reproduksi Dan Embrio Mencit (Mus Musculus L. Swiss Webster). Jurnal
BioConcetta, 2(1), 1-11.
Maylina, Alivia. (2019, September 29). Studi Katalitik Hrbal Pemanfaatan Tanaman Brotowali
(Tinospora Cordifolia) sebagai Obat Penurun Kadar Glukosa Darah (Diabetes Mellitus).
Wijaya, H. M., Widodo, G. P., & Herowati, R. (2019). EFEK EKSTRAK BATANG
BROTOWALI (Tinospora Crispa L. Miers) PADA MODEL UJI TIKUS
HIPERGLIKEMIA KOMORBID HIPERLIPIDEMIA. Jurnal Farmasi & Sains
Indonesia, 2(2), 29-35
2.11 Pembagian tugas kelompok
Sumarmin, R. Efek Toksit Dan Teratogenik Ekstrak Brotowali (Tinospora Crispa L.) Terhadap
Sistem Reproduksi Dan Embrio Mencit (Mus Musculus L. Swiss Webster). Jurnal
BioConcetta, 2(1), 1-11.
3. Khoiroh 118260040
Tugas :
Dosis
Pustaka (menyatukan file dan mengedit)
Membuat pendahuluan
Wijaya, H. M., Widodo, G. P., & Herowati, R. (2019). EFEK EKSTRAK BATANG
BROTOWALI (Tinospora Crispa L. Miers) PADA MODEL UJI TIKUS
Tugas :
Interaksi
Manfaat khasiat
Margarethy, I., Yahya, dan Salim, M. (2019). Kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan
untuk mengatasi malaria oleh pengobat tradisional di Sumatera Selatan . Journal of Health
Epidemiology and Communicable Diseases, 40-48.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Brotowali merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang memiliki banyak manfaat
dan khasiat serta kandungan kimia yang terkandung didalam. Tumbuhan ini sangat berpotensial
dikembang menjadi sediaan obat-obatan sebagai penyembuh maupun pencegahan penyakit.
Penelitian butuh terus dilakukan guna menggali manfaat baik lainnya dari tanaman ini, serta
mengetahui efek samping dan interaksi yang ditimbulkan.