Jurnal Pengadukan 1 Purwanto
Jurnal Pengadukan 1 Purwanto
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh desain impeller, baffle, dan kecepatan putar
terhadap kuantitas VCO yang dihasilkan. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan cara
mengaduk santan kental pada kecepatan putar dan waktu yang bervariasi. Desain baffle divariasi.
Impeller yang digunakan ada tiga macam, yaitu impeller turbin tegak, impeller turbin miring, dan
impeller baling. Minyak kelapa Murni (VCO) yang muncul setelah proses pengadukan dipisahkan dan
ukur volumenya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa dimensi
perbandingan lebar baffel dengan diameter tangki (J/Dt) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keberhasilan pemisahan minyak kelapa. Semakin besar J/Dt, potensi keberhasilan semakin
besar dan jumlah VCO yang diperoleh semakin banyak. Dari tiga jenis impeller yang digunakan,
impeler turbin tegak, turbin miring, dan baling, ternyata impeller turbin miring yang memberikan hasil
VCO terbesar. Semakin besar kecepatan pengadukan yang dilakukan terhadap santan, tingkat
keberhasilan semakin besar. VCO yang diperoleh juga semakin banyak. Semakin lama pengadukan
yang dilakukan terhadap santan, tingkat keberhasilan semakin besar. VCO yang diperoleh juga
semakin banyak
49
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
Jumlah
atom C
C6
C8
C10
C12
C14
C16
C18
C18:1
C18:2
C18:3
C20
Kandungannya
(%)
0,5
8,0
6,4
48,5
17,6
8,4
2,5
6,1
1,5
-
Minyak kelapa (jawa : klentik) sering digunakan untuk menggoreng atau dikonsumsi bagi ibu
hamil menjelang persalinan agar persalinannya lancar. Minyak kelapa juga digunakan untuk memijat,
mengerik dan melembutkan rambut. Selain itu, minyak kelapa juga sering digunakan sebagai
campuran minyak telon (obat gosok) dan minyak cem-ceman (minyak rambut). Yang paling
menakjubkan, minyak kelapa dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Walaupun peran minyak
kelapa sangat besar dalam kehidupan manusia, tidak semua orang menyukai kehadirannya. Hal ini
dikarenakan isu negatif yang telah banyak beredar bahwa minyak kelapa dapat menyebabkan
kolesterol, jantung, kegemukan dan jerawat. Kandungan asam lemak jenuh yang terdapat pada
minyak kelapa divonis sebagai penyebabnya.
Perlu diketahui bahwa lemak jenuh yang terdapat pada minyak kelapa adalah lemak jenuh
dengan rantai sedang dan pendek. Lemak jenuh rantai sedang dan pendek sangat mudah dicerna
dan diserap tubuh. Justru pada minyak sayur mengandung lemak jenuh dengan rantai panjang
sehingga sulit dipecah. Dengan demikian, menimbulkan penumpukan yang menyebabkan
penyumbatan. Contohnya pada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak jagung.
Minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) adalah suatu produk minyak yang
dihasilkan dari suatu proses tanpa pemanasan dari kelapa tua yang segar dimana munyak kelapa
murni mempunyai kandungan asam laurat yang tinggi ( + 51 %). Di dalam tubuh, asam laurat tersebut
diubah menjadi monolaurin yang dapat mengatasi serangan virus, bakteri maupun protozoa. Virgin
Coconut Oil merupakan minyak yang paling sehat dan aman bila dibandingkan dengan minyak goreng
golongan minyak sayur, seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan
minyak kanola. Virgin Coconut Oil mampu mendukung sistem kekebalan dengan membebaskan
tubuh dari mikroorganisme berbahaya.
Pada dasarnya, santan adalah emulsi antara minyak, protein, dan air. Emulsi dapat diartikan
sebagai campuran dari dua cairan atau lebih yang saling tidak melarutkan, di mana cairan yang satu
terdispersi dalam bentuk globula-globula atau butir-butir kecil dalam cairan lainnya. Kestabilan emulsi
cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi. Pemanasan dilakukan untuk
memecah atau merusak emulsi guna mendapatkan VCO. Metode ini akan menghasilkan minyak,
namun berbau menyengat (gosong) dan warnanya kurang bening (kekuningan). Untuk memperoleh
kualitas VCO yang baik penggunaan panas diminimalkan atau sama sekali dihilangkan. Oleh karena
itu berkembang metode fermentasi dan pemakaian minyak pancingan. Namun prosesnya sulit
dikontrol dan yield minyaknya masih rendah.
Salah satu alternatif metode pemisahan minyak dari santannya adalah proses pengadukan.
Gerakan terinduksi dengan pola sirkulasi tertentu akan memberikan efek sentrifugal sehingga minyak
, air dan protein akan terpisah setelah didiamkan beberapa saat. Pola sirkulasi ini diciptakan
perputaran impeler didalam cairan yang teraduk. Ada dua macam impeler pengaduk : Impeler jenis
pertama disebut impeler aliran aksial (axial flow impeller), impeler jenis ini akan membangkitkan arus
sejajar dengan sumbu poros impeler sedang yang kedua disebut impeller aliran radial (radial flow
impeller) impeller aliran radial akan membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial. Dari segi
bentuknya ada tiga jenis impeler : Propeler (baling-baling), Dayung (Paddle), dan Turbin.
1. Propeler / baling
50
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
Propeler merupakan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas rendah.
Propeler kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh, yaitu 1150 atau 1750 putaran/menit,
sedang propeler besar berputar pada 400-800 putaran/menit. Arus yang meninggalkan propeler
mengalir melalui zat cair menurut arah tertentu sampai dibelokkan oleh lantai atau dinding bejana.
Jenis yang paling banyak dipakai adalah propeler kapal berdaun tiga, sedang propeler berdaun
empat, bergigi, atau dengan rancang lain digunakan untuk tujuan-tujuan khusus. Selain itu, kadang
dua atau lebih propeler dipasang pada satu poros, biasanya dengan arah putaran yang sama. Namun
bisa juga dipasang dengan arah yang berlawanan, atau secara tolak/tarik sehingga menciptakan
zone fluida yang sangat turbulen di antara kedua propeler tersebut.
2. Dayung
Untuk tugas-tugas sederhana, impeler yang terdiri dari beberapa dayung datar yang berputar pada
poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif. Desain daun-daunnya bisa dibuat miring, atau
vertikal. Dayung ini berputar di tengah bejana dengan kecepatan rendah sampai sedang, dan
mendorong zat cair secara radial dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada impeler
kecuali bila daunnya agak miring. Arus yang terjadi bergerak keluar kearah dinding lalu membelok ke
atas atau ke bawah. Pada tangki-tangki yang dalam, kadang-kadang dipasang beberapa dayung
pada satu poros. Dalam beberapa rancangan, daunnya disesuaikan dengan bentuk dasar bejana,
yang mungkin bulat atau cekung, sehingga diharapkan dapat mengikis atau menyapu seluruh
permukaan Pada kecepatan yang rendah, dayung memberikan efek pengadukan sedang(medium)
pada bejana tanpa sekat, namun untuk kecepatan yang lebih tinggi diperlukan pemakaian sekat,
sebab jika tidak zat cair akan berputar-putar saja mengelilingi bejana tanpa adanya pencampuran.
3. Turbin
Pada dasarnya, turbin menyerupai dayung berdaun banyak dengan daun-daunnya yang agak pendek,
dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang di pasang di pusat bejana. Daun-daunnya
bisa lurus atau lengkung, bisa bersudut atau vertikal Diameter impelernya biasa lebih kecil dari
diameter dayung, yaitu berkisar antara 30-50% dari diameter bejana. Turbin biasanya efektif untuk
menjangkau viskositas yang cukup luas. Di dekat impeler akan terdapat zone arus deras yang sangat
turbulen dengan geseran yang kuat. Arus utamanya bersifat radial dan tangensial. Komponen
tangensialnya menimbulkan vortex ( cekungan ) dan arus putar, yang harus dihentikan dengan
menggunakan sekat atau diffuser agar impeler itu menjadi sangat efektif.
Gambar 1. Jenis impeler (a) baling (b) turbin (c) disk turbin
Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis impeler, karakteristik
fluida, ukuran dimensi (proporsi) tangki, sekat dan kecepatan putar. Kecepatan fluida pada setiap titik
dalam tangki mempunyai tiga komponen arah dan pola alir keseluruhan didalam tangki itu bergantung
pada variasi dari ketiga komponen arah kecepatan tersebut dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen
kecepatan yang pertama adalah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros
impeler. Komponen kedua ialah komponen longitudinal yang bekerja pada arah pararel dengan poros.
Komponen ketiga adalah komponen tangensial atau rotasional yang bekerja pada arah singgung
terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros. Dalam keadaan biasa, dimana poros impeller terpasang
vertikal, komponen radial dan tangensial berada dalam satu bidang horizontal dan komponen
longitudinalnya vertikal.
51
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
Kelapa yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah pacitan. Kelapa tersebut
diparut dagingnya kemudian diperas dengan perbandingan air dan parutan kelapa 1:1. Santan yang
diperoleh didiamkan sampai terbentuk lapisan kanil (santan kental) 1/3 bagian. Santan kental tersebut
dimasukkan ke tangki pengaduk dan diaduk sesuai kondisi dan variabel yang ada. Setelah
pengadukan, santan didiamkan selama 12 jam sehingga terbentuk lapisan minyak yang bisa disedot
dengan selang untuk memisahkannya. Minyak yang terpisah diukur volumenya dan dianalisa
kandungan di dalamnya. Variabel yang diteliti dalam percobaan adalah kecepatan pengadukan :
4000, 4500, 5000, 5700 rpm; waktu pengadukan : 30, 60, 90 menit; jenis Impeler : baling tiga daun,
turbin tegak enam daun dan turbin miring enam daun; perbandingan lebar baffel dengan diameter
tangki : 1/4, 1/6, 1/12.
Kelapa tua
Diparut
Air
Diperas
Ampas
Air
Krim
tanpa minyak/
+ minyak
pancingan
Didiamkan selama 24
jam
Dipisahkan
NaCl
Minyak
Blondo
Disaring
NaCl
Air
VCO
Uji
analisa
Pembahasan
Kelapa yang dipakai dalam penelitian ini didatangkan dari Pacitan dikarenakan kelapa
pacitan dagingnya lebih tebal dan keras serta banyak digunakan oleh industri penghasil VCO di
Surabaya. Dari segi umur kelapa, peneliti tidak bisa memastikan bahwa kelapa yang digunakan
52
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
adalah kelapa yang tua di pohon dan umurnya seragam. Peneliti hanya mendapatkan informasi dari
penjual kelapa bahwa kelapa yang dipakai dalam penelitaian ini kelapa yang sudah cukup tua untuk
diambil minyaknya. Selain itu, peneliti juga sulit untuk menyeragamkan hasil santan yang diperoleh
dari parutan kelapa karena proses pemerasan masih dilakukan secara manual. Sehingga dari 20 kg
parutan kelapa yang ditambah 20 lt air diperoleh santan sekitar 30 ml. Untuk menyeragamkan
kualitas dan kuantitas santan, maka basis percobaan didasarkan pada jumlah kanil yang diperoleh
dari pendiaman santan, yaitu 10 lt kanil untuk setiap percobaan.
1200
1000
800
baling
turbin tegak
600
turbin miring
400
200
0
3500
4000
4500
5000
5500
6000
Gambar 3. Grafik hubungan kecepatan putar dengan volume VCO pada jenis impeller (pengadukan
90 menit)
53
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
1000
900
rpm 4500
800
rpm 5000
rpm 5700
700
600
500
400
300
0.1
0.2
0.3
Gambar 4. Grafik hubungan perbandingan lebar baflle dengan volume VCO pada berbagai kecepatan
putar (pengadukan 60 menit)
1100
1000
900
rpm 4000
800
rpm 4500
rpm 5000
700
rpm 5700
600
500
400
300
0
0.1
0.2
0.3
Gambar 5. Grafik hubungan perbandingan lebar baflle dengan volume VCO pada berbagai kecepatan
putar (pengadukan 90 menit)
1. Pengaruh Perbandingan Lebar Baffel dengan diameter tangki
Baffel atau penyekat yang ada pada tangki pengaduk berfungsi sebagai pemecah vortek atau
pusaran air oleh pengadukan. Baffel yang digunakan pada penelitian berjumlah empat yang dipasang
di dinding secara tegak lurus. Dengan adanya Baffel ini putaran air yang disebabkan oleh pergerakan
54
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
impeler akan menabrak sisi baffel dan pecah sehingga menimbulkan pergolakan atau turbulensi. Dari
hasil pengamatan secara visual, pergolakan semakin besar saat ukuran baffel diperbesar. Semakin
besar pergolakan tersebut, busa atau gelembung udara yang muncul dipermukaan juga semakin
banyak. Benturan arus pengadukan dengan baffel ini juga menyebabkan cairan sampai tumpah dari
wadah. Dengan kondisi pengadukan tersebut, maka selama pengadukan berlangsung banyak
gelembung udara yang bercampur dengan santan sehingga saat proses pengadukan dihentikan,
terdapat gelembung-gelembung udara yang terjebak di dalam cairan santan. Ketika santan hasil
pengadukan didiamkan, lama-kelamaan viskositasnya akan naik dan mulai memadat. Saat terjadi
pemadatan santan, emulsi santan mulai pecah. Minyak, air, dan protein akan terpisah. Minyak yang
terpisah mula-mula akan menempati gelembung udara yang terjebak didalam santan. Proses
pemisahan tersebut terjadi secara difusi yang disebabkan karena perbedaan konsentarasi di dalam
santan dan gelembung udara. Karena begitu banyaknya gelembung udara yang berisi minyak, maka
lapisan padatan protein yang disebut blondo akhirnya terpecah dan muncullah 4 lapisan, yaitu lapisan
blondo atas, lapisan minyak, lapisan blondo bawah, dan lapisan air. Pada proses pemecahan emulsi
melalui pengadukan, pengadukan yang berlebih menyebabkan molekul minyak terpecah menjadi
semakin kecil dan permukaan minyak akan semakin besar, sehingga protein yang ada tidak cukup
untuk menyelubungi semua molekul minyak. Molekul minyak yang tidak terselubungi protein akan
keluar dari emulsi dan terpisah. Namun jika proses pengadukannya tidak maksimal, minyak hanya
keluar di antara permukaan blondo dan tidak terkumpul dalam satu lapisan tersendiri. Dengan kata
lain, minyak masih tercampur dengan blondo dan sulit sekali dipisahkan secara fisik.
2.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan,
yaitu:
a. Dimensi tangki pengaduk cukup berpengaruh terutama pada Perbandingan lebar baffel dengan
diameter tangki (J/Dt). Semakin besar J/Dt, potensi keberhasilan semakin besar dan jumlah VCO
yang diperoleh semakin banyak.
55