Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

PT. MARTINA BERTO Tbk


ASPEK KESELAMATAN KERJA
Jakarta, 23 April 2015

DI SUSUN OLEH
Kelompok 3 Keselamatan Kerja :
dr. Selamat
dr. Siska Lusiana
dr. Theresia Amelinda
dr. Transiska LB
dr. Tommy Prasetyo Ali
dr. Yosapat F
dr. Willyanto J. Herlington

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya perlindungan tenaga kerja merupakan upaya keselamatan kerja yang harus
diperhatikan oleh setiap tenaga kerja untuk mencapai suatu tingkat produktifitas yang tinggi
dan pekerjaan dapat berjalan dengan aman dan baik. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Sistem manajemen K3 (SMK3) wajib diterapkan oleh perusahaan di Indonesia dan
memiliki landasan hukum yang diatur dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1
tahun 1970, Undang-undang No.13 tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996.
Sistem manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan
tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih, serta perusahaan yang mempunyai potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya
perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka
kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga
berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing secara global.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan
PT. Matina Berto,Tbk pada tanggal 23 April 2015 yang memiliki jenis usaha dalam bidang
produk kosmetik yang berlokasi di kawasan Jl. Pulokambing II no.1, Kawasan Industri
Pulogadung, Jakarta 13930 - Indonesia Melalui laporan ini kami menyampaikan hasil
inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Matina Berto,Tbk beserta hasil analisa data
dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di perusahaan tersebut.

B. Tujuan Kunjungan
Tujuan kunjungan ke PT Martina Berto Tbk, antara lain :
1.
2.
3.
4.

Mendapakan informasi dan data perusahaan


Mengenal sistem manajemen K3 di dalam perusahaan
Menganalisa sistem K3 dengan implementasi dari perusahaan
Mendapatkan informasi yang akurat mengenai sistem K3 perusahaan

C. Profil Perusahaan
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC. Martha Tilaar, (Alm) Pranata
Bernard, dan Theresa Harsini Setiady. Pada tahun 1981, perusahaan mendirikan pabrik
modern pertama di Jl. Pulo Ayang No 3, Pulogadung Industrial Estate, yang memproduksi
kosmetik dan jamu dengan merek "Sariayu Martha Tilaar" untuk pertama kalinya. Pada tahun
1986, Perusahaan mendirikan pabrik modern kedua di Jl. Pulo Kambing, Kawasan Industri
Pulogadung ("Pabrik Pulo Kambing"). Pada tahun 1993, Perusahaan mengakuisisi PT
Cedefindo, mana bidang usaha utama adalah Kontrak Manufaktur (Makloon) dalam produk
kosmetik, sebagai perluasan bisnis perusahaan untuk hulu. Selanjutnya, perusahaan menjual
aset pabrik di Gunung Putri dan kemudian terus menjalankan pabrik jamu dengan perjanjian
sewa sampai akhir 2011. Karena pertumbuhan penjualan yang pesat, pada tahun 1995,
perusahaan mengalihkan produksi herbal untuk Gunung Putri, Bogor. Sementara factory Pulo
Ayang ditransfer ke anak perusahaan, yaitu PT Cempaka Belkosindo Indah. Ini memproduksi
kosmetik dengan merek "Mirabella" dan "Cempaka". Pada tahun 2005, PT Cempaka Indah
Belkosindo digabung dengan perusahaan sehingga merek "Mirabella" dan "Cempaka" juga
dikombinasikan dengan produksi di pabrik Pulo Kambing. Selanjutnya, Pulo Ayang pabrik
dialihkan dan memungkinkan sebagai kantor penjualan samping untuk perusahaan
Distribution Center, yang terletak di Jl. Pulo Ayang No 24-25, Kawasan Industri Pulogadung.
Saat ini PT. Martina Berto Tbk memiliki 2 pabrik dengan lokasi yang berbeda yaitu :
Martina Berto Plant I, terletak di Kawasan Industri Pulogadung Jl.Pulokambing II no 1,
didirikan pada tahun 1986 dengan luas area 10.245 m2, dan Martina Berto Plant II, terletak di
Gunung Putri didirikan pada tahun 1994 dengan luas area 10.629m 2. Berdasarkan pada
rencana pengembang yang telah ditetapkan oleh perusahaan, masing-masing pabrik
mempunyai fokus produksi tertentu. Martina Berto Plant I fokus pada produksi produk
kosmetik, perawatan tubuh, dan kulit.Sedangkan Martina Berto Plant II fokus pada produksi
jamu dan makanankesehatan.Selain 2 pabrik PT. Martina Berto, Tbk juga mempunyai kebun
budidaya tanaman dan penelitian yang terletak di Sawangan dan Cikarang. Kebun koleksi
2

tanaman

obat

dan

kosmetika

seluas

0,7

hektar

terletak

di

Sawangan

dan

kebun pengembangan dan produksi tanaman obat dan kosmetik seluas 10 hektar terletak di
Cikarang.
Aktivitas perusahaan utama adalah : memproduksi barang kosmetik dan obat
tradisional (jamu), pemasaran dan niaga kosmetik, perawatan kecantikan dan barang obat
tradisional, selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari kegiatan usaha yang dilakukan
oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang kosmetik manufaktur kontrak atau makloon
dengan kering, semi-padat, cair, dan aerosol. Selain itu, termasuk layanan formulasi,
pendaftaran, pembuatan bahan baku / kemasan, proses produksi, pengemasan, dan satu-stop
layanan logistik untuk internal Martha Tilaar Group dan eksternal kepada perusahaan lain.
Produk kosmetik PT Martina Berto Tbk antara lain :
a. Belia
1) Preparat wangi-wangian : Mist cologne
2) Preparat make-up : lipstik, compact powder
b. Caring Colour
1) Preparat make-up : lip colour, liquid foundation, loose powder, dual actioncake, cheek
cake, lipstik, BB cream
2) Preparat mata : eye shadow,eye candy
c.Biokos, preparat perawatan : skin care for all age
d.Cempaka Kosmetik
1) Skin care : Pelembab, cleansing milk, face tonic, hand & body lotion
2) Make-up base : Alas bedak, krem pemutih, bedak tabur, two way cake UV, whitening,
foundation, bedak padat, compact powder, face powder
3) Decorative : Beauty kit, maskara
e.Dwi Sri Spa
Preparat untuk kebersihan badan : levender oil, green tea & lemon oil,VCO, javanese
rose, dll
f. Mirabella
1)
2)
3)
4)

Preparat make-up : lipstik, lip gloss,lip perfection


Eye maake up :eyeliner & eyebrow pencil,eyeliner liquid, pen,eyeshadow
Make-up base :Cleansing milk, face tonic, foundation stick,blush on
Hair care: Urang-aring lotion

g. PAC
1) Make-up base:make up remover, brush cleaner, lipstick, blush on, foundation, lip
gloss, lipstick pencil, liner, lip color
3

2) Preparat mata :liquid eyeliner, eyeshadow, mascara


h. Sariayu
1) Preparat make-up : lipstik, alas bedak, blush on, lip gloss, bedak tabur,cleansing,
penyegar
2) Preparat mata :eyebrow, eye make-up, eyeshadow
3) Preparat untuk perawatan : facial foam acne, krem masker jerawat,bodylotion
4) Jamu : kaplet jerawat, kaplet susut perut, dan lain-lain
Total jumlah tenaga kerja PT Martina Berto Tbk sekitar 5000 orang, sedangkan di
Kawasan Industri Pulogadung sekitar 2000 orang.
Pada PT Martina Berto Tbk, memiliki organisasi P2K3. Yang memiliki struktur dan
program keselamatan dan kesehatan kerja, yang mengatur Hiperkes dan KK di
perusahaannya.

BAB II
TINJAUAN TEORI
4

A. Definisi Keselamatan Kerja


Definisi tentang K3 adalah yang dirumuskan oleh ILO/WHO Joint safety and Health
Committee, yaitu:
a.

Promosi dan memelihara deraja tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.

b.

Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh


kondisi pekerjaan mereka.

c.

Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor
yang dapat mengganggu kesehatan.

d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan
dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.
B. Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan

keselamatan

kerja

adalah

sebagai

berikut:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan

hidup

&

meningkatan

produksi

&

produktivitas

nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.


3. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien
Tujuan keselamatan kerja juga dijelaskan dalam :
- Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja
- Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 pasal 108 mengenai perlindungan atas keselamatan
karyawan
C. Faktor Penyebab Kecelakaan
Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja, antara lain : penyebab
langsung kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar
kecelakaan kerja.
5

1. Termasuk dalam faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak
aman/berbahaya (unsafe condition) dan tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe
action).

Kondisi tidak aman (unsafe condition), antara lain :


-

Tidak dipasang (terpasangnya) pengaman (safeguard) pada bagian mesin


yang berputar, tajam ataupun panas

Terdapat instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas,


tidak rapi)

Alat kerja/ mesin/ kendaraan yang kurang layak pakai

Bising yang ditimbulkan oleh alat kerja/ mesin/ kendaraan

Suasana kerja yang tidak nyaman karena udara panas

Tidak terdapat label pada kemasan bahan (material) berbahaya, dll.

Termasuk dalam tindakan tidak aman (unsafe action,) antara lain :


-

Kecerobohan

Meninggalkan prosedur kerja

Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)

Bekerja tanpa perintah

Mengabaikan instruksi kerja

Tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja

Tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD

Tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan


dengan resiko/bahaya tinggi.

2. Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor
pekerjaan dan faktor pribadi.

Termasuk dalam faktor pekerjaan, antara lain :


-

Pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja

Pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya

Pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada upaya pengendalian di


dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dll.

Termasuk dalam faktor pribadi, antara lain : Mental/kepribadian tenaga kerja


tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai.

3. Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya


manajemen dan pengendalian, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber
daya, kurangnya komitmen, dll.
Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar
penyebab kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia yaitu
sebesar 88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan mesin/ aset/
barang dan 2% faktor lain-lain. Gambar di bawah ialah ilustrasi dari teori domino
effect kecelakaan kerja H.W. Heinrich.
Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja menurut teori efek domino H.W Heinrich

D. Ruang Lingkup Keselamatan Kerja


Ruang lingkup keselamatan kerja antara lain :
1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang didalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
2. Aspek perlindungan hiperkes meliputi :
a) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
b) peralatan dan bahan yang dipergunakan
c) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi maupun social
d) Proses produksi
e) Karakteristik dan sifat pekerja
f) Teknologi dan metodologi kerja
7

3. Penerapan hiperkes dilaksanakan dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan


hingga perolehan hasil dari kegiatan industry barang maupun jasa
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industry / perusahaan ikut bertanggung jawab
atas keberhasilan usaha hiperkes
E. Alat Pelindung Diri
Upaya pengendalian bahaya harus didukung dengan kebijakan perusahaan maupun
program-program K3 lainnya, seperti diadakannya pelatihan, pengawasan, sehingga pekerja
dapat meningkatkan pemakaian alat pelindung diri agar lebih optimal dan terciptanya suasana
kerja yang sehat, aman dan nyaman.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan upaya pengendalian yang banyak
digunakan di industri-industri, namun tidak sedikit industri-industri yang belum
menggunakan alat pelindung diri sebagai salah satu pengendalian bahaya di tempat kerja.
1.
Definisi Alat Pelindung Diri
Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh
atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga
kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut,
namun sebagai usaha akhir.
2.

Dasar Hukum Alat Pelindung Diri


Undang-undang No.1 tahun 1970.
a) Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
untuk memberikan APD.
b) Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada
tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c) Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk memakai APD.
d) Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma - cuma.
Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban
pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan
nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung
diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
8

Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja


yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian
kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan.
3.

Pemilihan Alat Pelindung Diri


Aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan APD adalah :
Bentuknya cukup menarik
Dapat dipakai secara fleksibel
Tahan untuk pemakaian yang cukup lama
Seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidak nyamanan yang lebih
Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik
yang dihadapi oleh pekerja
Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakaiannya yang dikarenakan
bentuk dan bahayanya tidak tepat atau salah dalam penggunaannya.
Suku cadang mudah diperoleh untuk mempermudah pemeliharaan

4.

Jenis-jenis APD dan Penggunaannya


Alat pelindung Kepala
Alat pelindung kepala (Safety Helmet) melindungi kepala dari benda keras,
pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik. Kemudian melindungi kepala
dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas atau dingin.
Alat Pelindung Mata
Mudah dikenakan cocok untuk kasus berisiko kecil dan menengah. Lemparan
benda benda kecil, pengaruh cahaya dan pengaruh radiasi tertentu. Bahan pembuat
alat pelindung mata dari plastic, ada beberapa jenis tergantung dari bahan dasarnya
seperti selulosa asetat, akrilik, poli karbonat dll.
Alat Pelindung Telinga
Sumbat telinga (ear plug) dapat mengurangi intensitas suara 10 s/d 15 dB dan
tutup telinga (ear muff ) dapat mengurangi intensitas suara 20 s/d 30 dB. Sumbat
telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk
bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.
Alat Pelindung Pernafasan
Memberikan perlindungan

terhadap

sumber-sumber

bahaya

seperti

kekurangan oksigen dan pencemaran oleh partikel debu, kabut, asap dan uap logam
kemudian pencemaran oleh gas atau uap.
Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipergunakan untuk melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat, percikan cairan, dan tertusuk oleh benda-benda tajam.
9

Alat Pelindung Tangan


Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang banyak digunakan,
fungsinya untuk melindungi tangan dari luka lecet, luka teriris, luka terkena bahan
kimia dan terhadap temperature ekstrim.
Pakaian Pelindung
Berdasarkan jenis bahayanya pakaian pelindung terdiri atas :
Flame resistant catton atau duck
Untuk bahaya panas atau percikan api yang sedang.
Special flame- resistant and heat resistant synthetic fabrics
Untuk memadamkan api atau untuk pekerjaan-pekerjaan disekeliling api yang
terbuka.
Rubber, neoprene, vinyl or other protective material
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang basah atau menanggulangi asam, korosi dan

zat-zat kimia.
Pemeliharaan APD
Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan :
- Menyimpan dengan benar alat pelindung diri
- Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama
untuk helm, kaca mata, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung tangan
-

kain/kulit/karet.
Menjemur Di bawah sinar matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada
sepatu dan helm.

Penyimpanan APD
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus
sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang.
Tempat tersebut hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya
Kelemahan Penggunaan APD
Daya lindung tidak sempurna, karena cara pemakaian APD yang salah,
memakai APD tidak tepat dan APD tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan.

10

BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Emergency Response Plan (Penanggulangan Bencana dan Bahaya) dan Jalur


Evakuasi
Penyelenggaraan perencanaan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang bertujuan agar organisasi dapat melakukan tindakan yang efektif dalam situasi darurat,
dan meminimalisir dampak lingkungan yang ditimbulkan saat dan setelah keadaan darurat itu
terjadi. Dibutuhkan penilaian sistematik terhadap risiko dari semua potensi keadaan darurat
yang mungkin terjadi, dan menyusun rencana kesiagaan dan tanggap darurat.
Yang harus diperhatikan pada rencana keadaan darurat antara lain : orang yang
bertanggung jawab pada setiap keadaan darurat, tindakan untuk keadaan darurat, data dan
informasi tentang bahan-bahan berbahaya, dan rencana pelatihan keadaan darurat.
Berdasarkan pengamatan pada PT Martina Berto Tbk, ditemukan :
Perusahaan sudah memiliki P2K3 yang bertanggung jawab dalam keselamatan dan
kesehatan kerja. Sudah ditetapkan orang-orang yang bertanggung jawab dalam keadaan
darurat, dan nama serta nomor telepon penting yang wajib dihubungi dalam keadaan darurat.

11

Tindakan untuk keadaan darurat :


Menyediakan Alat Pemadam Kebakaran yang diletakan di seluruh ruangan maupun
selasar, pada tempat yang mudah dilihat, mudah dijangkau, dan diberi tanda pemasangan.
Alat pemadam kebakaran dalam posisi digantung dengan ketinggian kira-kira 120 cm dari
atas lantai. Berada dalam kondisi baik, tidak bolong maupun berkarat. Didapatkan 19
Hydrant dan 25 APAR. Pada alat pemadam kebakaran terdapat lembar kontrol, yang
menyatakan alat pemadam kebakaran di kontrol setiap 4-6 bulan sekali, namun tanggal
pengecekan tidak teratur. Pada beberapa alat, terdapat petunjuk pemakaian. Namun, sebagian
besar tidak disertai petunjuk pemakaian. Petunjuk pemakaian justru diletakan di dinding
selasar, bersama dengan denah APAR dan denah evakuasi.

12

Dibuat jalur evakuasi, dan denah evakuasi diletakan di setiap selasar.

13

Dilakukan pelatihan tanggap darurat berkala, dan latihan bahaya kebakaran yang
bekerja sama dengan pemadam kebakaran setiap 1 tahun sekali dengan subjek pelatihan
petugas keamanan. Kendalanya adalah petugas keamanan yang telah dilatih berhenti bekerja.
Jalur Evakuasi

14

Didapatkan 4 jalur evakuasi dan 4 tangga darurat di setiap lantai dan bagian kerja. Jalur
evakuasi ini mengarah ke 3 titik berkumpul. Terdapat juga peta jalur evakuasi yang
menerangkan posisi dan arah menuju tangga darurat dan titik berkumpul.

B. Intalasi Listrik
Secara umum, instalasi listrik pada pabrik sudah baik.

C. Struktur Konstruksi
PT. Martina Berto adalah perusahaan yang bergerak dibidang kosmetika dan obat
tradisional (jamu). PT Martina Berto memiliki lima titik lokasi di kawasan industri Pulo
Gadung yang berdiri sejak 25 tahun dan secara umum bisa digambarkan sebagai berikut:

PT. Martina Berto tediri dari beberapa gedung yang berfungsi sebagai pusat kantor,

manufacturing dan etalase penjualan.


Terdapat akses pada ruang kerja dan antar gedung yang cukup baik.
Penerangan pada ruang kerja cukup baik.
Kondisi lantai ruang produksi berupa keramik, tidak licin, tidak retak dan terdapat

karpet tangga di kantor utama.


Terdapat garis-garis pembatas berwarna kuning di halaman sebagai jalur untuk
pejalan kaki untuk menghindari terjadinya kecelakaan, namun masih terlihat jalur ini

terhalang kendaraan di beberapa tempat.


Dinding ruang produksi berwarna putih cerah sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI no. 26/Menkes/SK/II/1998.
15

Tinggi gedung melebihi dari 10 meter sudah dilengkapi dengan penangkal petir
Untuk sanitasi terdapat WC (toilet) dan tempat cuci tangan disetiap lantai tempat

produksi.
Kebersihan, kerapihan, tata ruang tidak berantakan dan tidak merintangi akses lalu

lalang.
Terdapat tanda peringatan dan pengamanan pada lantai, tangga yang berpotensi

bahaya.
Di sekeliling perusahaan tepatnya sepanjang genteng teras dipasang jaring pengaman

untuk menghindari jatuhnya genteng saat terjadi hujan atau angin kencang.
Terdapat in house klinik di antara ruang kantor dan manufacturing.
Terdapat tanda yang menunjukan tempat parkir forklift

D. Kecelakaan Kerja
Seluruh tenaga kerja diberikan safety induction terlebih dahulu oleh P2K3 sebelum
memulai pekerjaan. Safety induction yang diberikan berupa cara penggunaan mesin dan
pemakaian alat pelindung diri. Seluruh pekerja juga mengikuti pelatihan mengenai area-area
bahaya dan sumber potensi berbahaya saat pertama kali masuk kerja, dilakukan refreshing
setiap 1 tahun sekali.
Dilakukan simulasi untuk bagian tertentu yang dinilai memiliki risiko bahaya besar
setiap 3-6 bulan sekali khusus untuk bagiannya masing-masing sejak 3 tahun yang lalu.
Dilakukan juga sosialisasi oleh kepala bagian mengenai modul pencegahan
kecelakaan kerja setiap bulannya dan ditandatangani oleh setiap karyawan yang telah
mengikuti sosialisasi tersebut.
16

PT. Martina Berto mencapai zero accident sejak tahun 2003. Kejadian kecelakaan
akibat kerja relative menurun dari tahun-tahun sebelumnya dan bukan merupakan kasus yang
fatal. Untuk jenis kecelakaan menurut sumber dalam perusahaan, kecelakaan yang sering
terjadi adalah kecelakaan akibat kelalaian dimana tangan pekerja terkena cutter sehingga
luka, namun tidak fatal.
E. Alat Pelindung Diri
Pekerja lalai dalam menggunakan APD, misalnya pada penggunaan alat pelindung
pernafasan yang tidak maksimal yaitu dengan salah satu lubang baik itu hidung ataupun
mulut yang tampak tidak terlindungi serta penggunaaan jenis alat pelindung pernafasan yang
tidak efektif dan efisien. Selain itu penggunaan alat pelindung kaki tampak tidak diterapkan
secara maksimal, hal ini ditandai dengan masih ditemukannya karyawan yang tidak memakai
sepatu yang telah disediakan.
F. Landasan Kerja, SOP Kerja
Pembahasan terkait landasan kerja maupun SOP kerja tidak memungkinkan untuk
dilampirkan dalam laporan ini, dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh.
G. Personel Keselamatan Kerja
Sebagai salah satu upaya pelaksanaan program K3, dalam hal ini adalah pelayanan
kuratif untuk seluruh tenaga kerja, PT. Martina Berto telah menyediakan poliklinik yang
terdiri dari 3 dokter dan 1 perawat, dengan shift kerja sebagai berikut :
-

Jadwal dokter setiap 4 jam, yaitu 08.00 WIB - 12.00 WIB dan 12.00 WIB

16.00 WIB
Jadawal perawat yaitu jam 08.00 WIB 16.00 WIB

17

18

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
PT Martina Berto Tbk sudah menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
perusahaannya, dengan membentuk tim P2K3
Tim P2K3 sudah menyusun berbagai program untuk menjamin keselamatan kerja di
lingkungannya antara lain: pembentukan tim keadaan darurat, persiapan alat di
keadaan darurat (APAR, jalur evakuasi, dll), peletakan tanda bahaya pada alat dan
bahan produksi, serta dilakukan pelatihan tanggap darurat dan latihan bahaya
kebakaran secara berkala.
Posisi APAR dan kondisinya sudah dalam keadaan baik, namun pentunjuk pemakaian
APAR ada yang diletakan tidak pada tempatnya.
Pada alat dan bahan produksi diletakan tanda dan potensi bahaya.
Masih adanya sikap acuh dari pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri
Saran

Petunjuk pemakaian APAR sebaiknya dipasang di samping APAR agar mudah


digunakan dalam keadaan darurat

Lebih tegas dalam menegakan peraturan dalam perusahaan, seperti melarang


kendaraan yang parkir menutupi jalur pejalan kaki.

Perlu dilakukan sosialisasi alat pelindung diri kepada pekerja

Pertahankan program-program rutin yang ada

19

Anda mungkin juga menyukai