Anda di halaman 1dari 35

Kota Depok adalah sebuah kota di Tatar Pasundan Provinsi Jawa Barat,Indonesia.

Kota ini
terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara Jakarta-Bogor.
Depok dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian
mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan
menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri
atas 11 kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan.
Depok merupakan kota penyangga Jakarta. Ketika menjadi kota administratif pada tahun 1982,
penduduknya hanya 240.000 jiwa, dan ketika menjadi kotamadya pada tahun 1999
penduduknya 1,2 juta jiwa. Universitas Indonesia (kecuali Fakultas Kedokteran, Fakultas
Kedokteran Gigi, dan sebagian Program Pasca Sarjana) berada di wilayah Kota Depok.
Sejak bulan Juni 2012, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail telah menetapkan program One
Day No Car, yaitu program satu hari tanpa mobil bagi pejabat pemerintahan Kotamadya Depok.
Program ini dilakukan setiap hari Selasa. [2]
Pada tahun 2015, Depok merupakan satu dari 10 kota di Indonesia yang
mendapatkan Penghargaan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.[3] Penghargaan ini
diberikan kepada pemerintah daerah yang mampu meningkatkan pendapatan daerah. Setiap
tahun, Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) "disetor" ke Kementerian Dalam
Negeri sebagai indikator tingkat keberhasilan suatu pemerintahan daerah dalam
melaksanakan otonomi daerah.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Etimologi

2 Sejarah
o

2.1 Terbentuknya kecamatan Depok

2.2 Terbentuknya kotamadya Depok

2.3 Pemekaran kecamatan di kota Depok

3 Walikota pertama

4 Walikota Administratif

5 Komunitas warga

6 Kuliner

7 Julukan

8 Pendidikan
o

8.1 Sekolah

8.2 Perguruan tinggi

9 Angkutan umum

10 Perekonomian
o

10.1 Pusat perbelanjaan

11 Rumah sakit

12 Media lokal

13 Lihat pula

14 Referensi

15 Pranala luar

Etimologi[sunting | sunting sumber]


Kata Depok berasal dari bahasa Sunda, yang kemudian berasal dari bahasa Kawi, berarti
pertapaan atau tempat bertapa.[4] Secara tertulis, bukti yang menyebutkan adanya depok
tercantum dalam naskah Belanda yang menyatakan bahwa Cornelis Chastelein membeli tanah
di Depok dari seorang Residen di Cirebon yang bernama Lucas Meur pada 18 Mei 1696.
Kemudian nama depok tercatat kembali dalam ekspedisi Inspektur Jendral VOC, Abraham van
Riebeeck pada tahun 1704 dan 1709, ekspedisi ini merupakan survei wilayah ke pedalaman
Sungai Ciliwung.[5]
Pendapat lain menyebutkan bahwa nama Depok/Depoc melainkan berasal dari akronim
organisasi Kristiani yang didirikan Cornelis Chastelein, De Eerste Protestante Organisatie van
Christenen, yang berarti 'Organisasi Kristen Protestan Pertama'.[6]

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Terbentuknya kecamatan Depok[sunting | sunting sumber]
Berawal pada akhir abad ke 17 seorang saudagar Belanda, eks VOC, bernama Cornelis
Chastelein (1657-1714) membeli tanah di Depok seluas 12,44 km persegi (hanya 6,2% dari luas
kota Depok saat ini yang luasnya 200,29 km persegi) atau kurang dari 4 kali luas
kampus UI Depok. Dengan harga 700 ringgit, dan status tanah itu adalah tanah partikelir atau

terlepas dari kekuasaan Hindia Belanda. Cornelis Chastelein menjadi tuan tanah, yang
kemudian menjadikan Depok memiliki pemerintahan sendiri, lepas dari pengaruh dan campur
tangan dari luar. Daerah otonomi Chastelein ini dikenal dengan sebutan Het Gemeente Bestuur
van Het Particuliere Land Depok. Pada zaman kemerdekaan Depok ini menjadi sebuah
kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah
Parung Kabupaten Bogor.
Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu
Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai
dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan
dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa
yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.
Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri
dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa,
yaitu:
1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok
Jaya, Desa Pancoran Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan
Jaya Baru.
2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu: Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa
Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu: Desa Mekarjaya, Desa Sukma
Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.
Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang pesat baik dibidang
Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua
Desa berganti menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan, sehingga pada akhirnya
Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan, yaitu:
1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu: Kelurahan Depok,
Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Rangkapan Jaya,
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.
2. Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji
Timur, Kelurahan Pondok Cina,Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan,
Kelurahan Tanah Baru.
3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu: Kelurahan Sukmajaya,
Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Mekar Jaya, kelurahan Abadijaya, Kelurahan Bakti

Jaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, KelurahanKalimulya, Kelurahan Cilodong,


Kelurahan Jatimulya, Kelurahan Tirtajaya.

Terbentuknya kotamadya Depok[sunting | sunting sumber]


Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin
mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat menjadi Kotamadya dengan harapan
pelayanan menjadi maksimum. Di sisi lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersamasama
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tesebut, dan mengusulkannya
kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan UndangUndang Nomor 15 Tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April
1999 berbarengan dengan Pelantikan Penjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok
yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai
Walikota Kota Administratif Depok.
Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan pelantikan penjabat
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok dapat dijadikan suatu landasan yang bersejarah
dan tepat untuk dijadikan Hari Jadi Kota Depok.
Berdasarkan UndangUndang Nomor 15 Tahun 1999, wilayah Kota Depok meliputi wilayah
Administratif Kota Depok, terdiri dari 30 (tiga) kecamatan sebagaimana tersebut di atas ditambah
dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu:
1. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) kelurahan dan 12 (dua belas) desa,
yaitu: Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari,
Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju
Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.
2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) desa, yaitu: Desa Sawangan,
Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir,
Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa
Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.
3. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) desa, yaitu: Desa Limo, Desa Meruyung,
Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa
Krukut, Desa Grogol.
4. Dan ditambah 5 (lima) desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu: Desa Cipayung, Desa
Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.

Pemekaran kecamatan di kota Depok[sunting | sunting sumber]


Pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas) kecamatan
merupakan implementasi dari Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kecamatan di Kota Depok, yang diharapkan akan berdampak positif bagi masyarakat. Dengan

bertambahnya jumlah kecamatan tersebut, akan semakin mendekatkan pelayanan sehingga


memudahkan masyarakat dalam mengurus berbagai keperluannya yang membutuhkan layanan
aparatur pemerintah di kecamatan.
Di samping itu, dengan pemekaran ini menjadikan setiap kecamatan hanya akan membawahi
empat hingga tujuh kelurahan saja, di mana sebelumnya 6 hingga 14 Kelurahan, diharapkan
camat dapat lebih intensif untuk berkoordinasi dengan para Lurah dan aparaturnya sehingga
dapat memperkokoh fungsinya dalam mensukseskan program-program yang digulirkan Pemkot
melalui berbagai OPD.
Adapun selengkapnya nama-nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 yang disahkan oleh DPRD Kota Depok, sebagai
berikut:
1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan
Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.
2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan
Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya
Baru, dan Kelurahan Mampang.
3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung
Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok
Jaya.
4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan
Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan
Kelurahan Cisalak.
5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong,
Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung,
Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul,
Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.
8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan
Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti,
dan Kelurahan Curug.

9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung,


Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan
Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
10.Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan
Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan,
Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
11. Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan
Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug,
Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.
Kota Depok selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota
pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan
sebagai kota resapan air.

Walikota pertama[sunting | sunting sumber]


Tahun 1997 seiring dengan pesatnya Depok sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor,
sudah saatnya diarahkan sebagai sebuah kota satelit yang mandiri. Maka dimulailah serangkain
rencana strategis untuk menjadikan Kota Depok sebagai Kota yang mandiri. Untuk mengawal itu
semua, tidak ada pilihan lain, maka Bupati Bogor menunjuk sosok birokrat aktifis yang
berpengalaman, yakni Badrul Kamal sebagai Walikota Administratif Depok.
Tonggak perjuangan dimulai sejak Badrul Kamal, menjadi Walikota Administratif Depok,
serangkaian perencanaan strategis menuju Kota yang mandiri dicanangkan. Akhirnya 3 tahun
kemudian tepatnya tanggal 27 April 1999, berdasarkan Undang-Undang Nomor 15/1999 tentang
Pembentukan Kotamadya Depok dan Cilegon, maka resmilah Depok Menjadi Kota Mandiri, hasil
jerih payah seorang birokrat aktifis Badrul Kamal.

[7]

Berkat perjuangannya yang didukung oleh jajaran birokrasinya, Depok yang masih bayi, pada
tahun 2000 memilih pemimpinnya. Mudah ditebak, masyarakat Depok ingin pengabdian Badrul
Kamal dilanjutkan, maka terpilihnya Badrul Kamal sebagai walikota Depok pertama pada
tahun 2000-2005.
Geliat Bayi Depok menyeruak dan masyarakat guyup bersatu dengan pemimpinnya untuk
membangun. Maka bayi yang baru lahir tersebut dalam rentang waktu lima tahun (thn 20002005) telah menjelma menjadi bayi fenomenal, bahkan saudara kembar, serta Bapak
kandungnya sendiri seolah-olah iri melihat pesatnya Depok sebagai kota yang mandiri.
Sekolah-sekolah dibangun, puskesmas dibangun, jalan-jalan diperbaiki, bahkan Jalan Juanda
yang menjadi kebanggaan hingga kini dibangun pada tahun ke 3 usia pemerintahan Badrul
Kamal, Untuk mengantisipasi pesatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya ekonomi warga,
pada tahun itu pula dicanangkan pembangunan ruas jalan tol. Peruntukan ruas jalan tol inilah

yang direncanakan dalam perencanaan tata ruang wilayah Kota Depok. Untuk mewujudkan
rencana itu kemudian Panitia Khusus RT RW Kota Depok 2000-2010 dibentuk yang di ketuai
oleh Agus Sutondo. Maka melalui RTRW Kota Depok 2000-2010, Akhirnya perencanaan
ruas Jalan Tol Cinere-Jagorawi dan rencana ruas jalan tol Depok-Antasari dapat terwujud yang
nantinya akan menghubungkan wilayah Jakarta, Depok dan Bogor.[8]
Tingkat perekonomian tumbuh diatas rata nasional. Masyarakat hidup dalam alam toleransi.
Kota Depok yang plural bahkan bisa dibilang Indonesia Mini, mendapatkan perlakuan yang
sama. Badrul Kamal sebagai pemimpin berdiri di atas semua golongan. Namun apa daya
waktu lima tahun terlalu cepat untuk mengejar ketertinggalan Depok di wilayah Penyangga
Ibukota ini. Tahun 2005 Badrul Kamal mengakhiri pengabdiannya yang pertama. Depok telah
memilih pemimpinnya yang baru. Dengan segudang harapan dan impian clean government and
good governant[9]

Walikota Administratif[sunting | sunting sumber]


Dari tahun 1982 1999, penyelenggaraan pemerintah Kota Administratif Depok mengalami
pergantian Kepemimpinan sebagai berikut:[10]

Moch. Rukasah Suradimadja (1982-1984)

M. I. Tamdjid (1984-1988)

Abdul Wachyan (1988-1991)

Sofyan Safari Hamim (1992-1996)

Badrul Kamal (1997-2005)

Nur Mahmudi Ismail (2005-sekarang)

Komunitas warga[sunting | sunting sumber]


Berkembangnya Kota Depok menjadi kota dengan populasi hampir 2 juta jiwa. Hal ini
mempengaruhi banyak bermunculannya komunitas di Kota Depok.

Komunitas Cinere

Komunitas Cibubur

Komunitas Cilodong

Komunitas Sawangan

Komunitas Cimanggis

Komunitas Beji Depok

Komunitas Limo Depok

Komunitas Tugu Depok

Komunitas Depok Jaya

Komunitas Serua Depok

Komunitas Depok Timur

Komunitas Tapos Depok

Komunitas Warga Depok

Komunitas Grogol Depok

Komunitas Krukut Depok

Paguyuban Depok Timur

Komunitas Gandul Depok

Komunitas Juanda Depok

Komunitas Cisalak Depok

Komunitas Depok Tengah

Komunitas Lintas Komodo

Komunitas Jatijajar Depok

Komunitas Kalibaru Depok

Komunitas Kukusan Depok

Komunitas Sukatani Depok

Komunitas Bedahan Depok

Komunitas Ratujaya Depok

Komunitas Tirtajaya Depok

Komunitas Cinangka Depok

Komunitas Cipayung Depok

Komunitas Jatimulya Depok

Komunitas Kalimulya Depok

Komunitas Cimpaeun Depok

Komunitas Lintas Margonda

Komunitas Cilangkap Depok

Komunitas Mekarsari Depok

Komunitas Gemstone Depok

Komunitas Meruyung Depok

Komunitas Mampang Depok

Komunitas Sukamaju Depok

Komunitas Beji Timur Depok

Komunitas Bojongsari Depok

Komunitas Harjamukti Depok

Komunitas Pasir Putih Depok

Komunitas Sukmajaya Depok

Komunitas Mekar Jaya Depok

Komunitas Pengasinan Depok

Komunitas Tanah Baru Depok

Komunitas Pondok Petir Depok

Komunitas Kemiri Muka Depok

Komunitas Pondok Jaya Depok

Komunitas Pondok Cina Depok

Komunitas Duren Mekar Depok

Komunitas Pancoran Mas Depok

Komunitas Pangkalan Jati Depok

Komunitas Leuwinanggung Depok

Komunitas Rangkapan Jaya Depok

Kuliner[sunting | sunting sumber]


Belimbing terpilih sebagai ikon kota Depok. Belimbing yang terkenal dari kota Depok adalah
belimbing dewa. Buahnya yang berwarna kuning-orange keemasan, mengandung vitamin C dan
A yang cukup tinggi. Rasa manisnya dipercaya sebagai obat herbal penurun darah
tinggi/hipertensi, kencing manis, nyeri lambung, dan lain-lain. Belimbing sangat prospektif
dikembangkan di kota Depok dan kini telah menjadi buah unggulan kota Depok. Selain itu
belimbing di daerah ini juga sudah dibuat sebagai dodol bersama dengan jambu merah.

Julukan[sunting | sunting sumber]

Kota Belimbing

Belimbing yang terkenal dari kota Depok adalah belimbing dewa. Belimbing sangat Prospektif
dikembangkan di kota Depok dan kini telah menjadi buah unggulan kota Depok.

Kota Petir

Kota Depok dijuluki Kota Petir, dikarenakan Kota Depok adalah satu-satunya kota di dunia yang
terdapat petir paling berbahaya di dunia dan paling sering terjadi.

"'Kota Layangan"'

Kota Depok di juluki Kota Layangan, karena di langit Kota Depok di penuhi banyak layangan
yang di terbangakan dari berbagai penjuru Kota Depok.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]


Kota Depok memiliki sekitar 2087 sekolah, 8109 siswa dan 313 guru[11][12].

Sekolah[sunting | sunting sumber]

MI Sirojul Athfal, Sukmajaya

MI Arrahman Durenseribu, Bojongsari

MTs-MA-SMA-SMK YPPD Depok

RA-PAUD AN-Nizhomiyah

TK-SD-SMP Siloam

TK-SDIT-SMPI-Pesantren Al-Hamidiyah

SDIT Al-Muqorobin

TK-SD Islam Terpadu Izzati

TK-SD-SMP Tunas Iblam

TK-SD-SMP-Islam Terpadu Daarul Fikri

SD-SMP-Islam Terpadu AL-Qalam

SD-SMP Holy Faithful Obedient National Plus

PG-TK-SD-SMP-SMA-SMK Cakra buana

TK-SD-SMP-SMA Persatuan Sekolah Kristen Djakarta

SMP-SMA Cornelis Chastelin

TK-SD-SMP-SMA Islam Dian Didaktika

PG-TK-SD-SMP Islam Terpadu Rahmaniyah

TK-SD-SMP Islam Terpadu Darul Abidin

PG-TK-SD-SMP-SMA Islam Terpadu Nurul Fikri

PG-TK-SD-SMP-SMA Katolik Mardi Yuana

PG-TK-SD Tunas Global Nasional Plus

PG-TK-SD Eureka

SD Islam Terpadu Bina Insan Kamil

TK-SD-SMP-SMA Tugu Ibu I & II

TK-SD Pemuda Bangsa

SD-SMP-SMA Katolik Mardi Yuana

TK-SD-SMP Kristen Permata Bunda

TK-SD-SMP Katolik Santa Theresia

PAUD-MI PLUS Al-Islamiyah

MI PLUS- MTS PLUS- SMA PRO An-Nizhomiyah[13]

SD-SMP-SMU Cakra Buana

SD-SMP-SMA Pondok Daun

SD-SMP-SMA Pribadi

PG-TK-SD Bright Kiddie Cimanggis

SMP-SMA Bina Taruna Bangsa

SMP-SMA Labschool Cinere

SMP-SMA-SMK Yadika 12 Limo

SDN Anyelir 1 Depok

SDN Beji 1 Depok

SDN Beji 2 Depok

SDN Beji 4 Depok

SDN Beji 5 Depok

SDN Beji 6 Depok

SDN Beji 7 Depok

SDN Depok Jaya 1

SDN Depok Jaya 2

SDN Depok Jaya 3

SDN Depok Jaya 4

SDN Depok Jaya 5

SDN Depok Jaya 7

SDN Depok Baru 2

SDN Depok Baru 3

SDN Depok Baru 4

SDN Depok Baru 5

SDN Depok Baru 6

SDN Depok Baru 7

SDN Depok Baru 8

SDN RRI Cisalak Sukmajaya

SDN Cisalak 4 Sukmajaya

SDN RRI Nasional Sukmajaya

SDN Limo 1 Depok

SDN Limo 2 Depok

SDN Limo 3 Depok

SDN Cinere 1 Depok

SDN Meruyung Depok

SDN Pancoran Mas 2

SDN Pitara 01

SDN Pitara 02

SDN Ratu Jaya I

SDN Ratu Jaya II

SDN Parung Bingung 1&2 Depok [14]

SDN Cipayung 01

SDN cipayung 02

SDN Cipayung 03

SDN Citayam 4 Cipayung

SMP Fajar Plus Depok

SDN Kemirimuka 1 Depok

SDN Kemirimuka 2 Depok

SDN Pondok Cina 1 Depok

SDN Pondok Cina 2 Depok

SDN Pasir Putih 3 Depok

SDN Kemirimuka 3 Depok

SDN Pondok Cina 3 Depok

SDN Pondok Cina 4 Depok

SDN Pondok Cina 5 Depok

SDN Tanah Baru 1 Depok

SDN Tanah Baru 2 Depok

SDN Tanah Baru 3 Depok

SDN Tanah Baru 4 Depok

SDN Mekarjaya 11 Depok

SDN Mekarjaya 6 Depok

SDN Mekarjaya 15 Depok

SDN Baktijaya 3 Depok

SDN Mekarjaya 27 Depok

SDN Mekarjaya 14 Depok

SDN Mekarjaya 12 Depok

SDN Mekarjaya 30 Depok

SDN Mekarsari 1 Cimanggis Depok

SDN Mekarsari 2 Cimanggis Depok

SDN Mekarsari 3 Cimanggis Depok

SDN Abadijaya 6 Depok

SDN Abadijaya 2 Depok

SDN Mampang 1 Depok

SDN Mampang 2 Depok

SDN Mampang 3 Depok

SMP Negeri 1 Depok

SMP Negeri 2 Depok (RSBI)

SMP Negeri 3 Depok (SSN)

SMP Negeri 4 Depok

SMP Negeri 5 Depok

SMP Negeri 6 Depok

SMP Negeri 7 Depok

SMP Negeri 8 Depok

SMP Negeri 9 Depok

SMP Negeri 10 Depok

SMP Negeri 11 Depok

SMP Negeri 12 Depok

SMP Negeri 13 Depok

SMP Negeri 14 Depok

SMP Negeri 15 Depok

SMP Negeri 16 Depok

SMP Negeri 17 Depok

SMP Negeri 18 Depok

SMP Negeri 19 Depok

SMP Bina Sejahtera

SMP Setia Negara

SMP Prisma Depok

SMK Prisma Depok

SMK Setia Negara

SMP Gelora

SMP Citra Negara

SMP Kesuma Bangsa

SMP Pelita Dua

SMP YAPPA

SMK Bina Rahayu

SMA Negeri 1 Depok (RSBI)

SMA Negeri 2 Depok (RSBI)

SMA Negeri 3 Depok

SMA Negeri 4 Depok

SMA Negeri 5 Depok

SMA Negeri 6 Depok

SMA Negeri 7 Depok

SMA Negeri 8 Depok

SMA Negeri 9 Depok

SMA Negeri 10 Depok

SMA Negeri 11 Depok

SMA Negeri 12 Depok

SMA Negeri 13 Depok

SMA Muhammadiyah

SMA Lazuardi GIS

SMP Budi Bhakti Depok

SMA Budi Bhakti Depok

SMP Ganesa Satria Depok

SMK Ganesa Satria Depok

SD Islam Terpadu Al-Muhajirin

MI Al-Muhajirin

SMP Islam Al-Muhajirin

SMK Islam Al-Muhajirin

SMA Pemuka Depok

SMA Sejahtera 1 Depok

SMK Negeri 1 Depok

SMK Negeri 2 Depok

SMK Ekonomika

SMK Nasional

SMK Fajar Depok

STM Kesuma Bangsa

STM BASKARA Depok

TK-SMP-SMA Yapemri

SMP-SMK-SMA Budi Utomo

SMK Indonesia Global

Yayasan Pendidikan Budaya Indonesia (Paket A, B, C)

SDN Sukamaju 4 Kecamatan Tapos

SLB Pondok Daun Kecamatan Cimanggis

SMK Tritura

Perguruan tinggi[sunting | sunting sumber]

Universitas Indonesia

Universitas Gunadarma

Universitas Mercu Buana

Universitas Pancasila

Politeknik Negeri Jakarta

Politeknik LP3I

STIAMI A.R.H

Bina Sarana Informatika (BSI)

STAI Madinatul Ilmi

STKIP Panca Sakti

STIE GICI

STEI SEBI

Angkutan umum[sunting | sunting sumber]

D01: Terminal Depok Depok Dalam PP

D02: Terminal Depok Depok II Tengah/Timur PP

D03: Terminal Depok Sawangan PP

D04: Terminal Depok Beji - Kukusan PP

D05: Terminal Depok Citayam - Bojong Gede PP

D06: Terminal Depok Pasar Cisalak PP

D07: Terminal Depok Rawa Denok PP

D07A: Terminal Depok Pitara - Citayam PP

D08: Terminal Depok BBM - Kalimulya PP

D09: Terminal Depok Studio Alam - Kalimulya PP

D10: Terminal Depok Parung Serab - Kalimulya PP

D11: Terminal Depok Kelapa Dua - Palsigunung PP

110: Terminal Depok - Cinere PP

S16: Terminal Depok - Pondok Labu PP

D15: Terminal Depok Simpangan Limo PP

M03: Terminal Depok - Pasar Minggu

Kopaja 63: Terminal Depok - Blok M

Patas AC 18: Terminal Depok - Pulo Gadung via Bogor Raya - Ps. Rebo - UKI - Bypass Cempaka Mas

Patas AC 80: Terminal Depok - Tj. Priok

Patas AC 81: Terminal Depok - Kalideres

Patas AC 84: Terminal Depok - Pulo Gadung

Patas AC 134: Terminal Depok - Ps. Senen

112: Terminal Depok - Kampung Rambutan

Deborah mini: Terminal Depok - Lebak Bulus

Deborah besar: Terminal Depok - Kali Deres

P54 : Terminal Depok - Grogol

D21: Sawangan - Bedahan Duren Seribu PP

D25: Sawangan - Curug Pondok Petir PP

D26: Sawangan Citayam PP

D27: Perum Komp. Arco-Sawangan Cinangka PP

114: Grogol - Ciputat PP

102: Parung bingung - Pondok labu

105: Terminal Depok - Tanah Baru - Pondok labu

61: Cakra - Pasar Minggu

M04: Depok Timur - Pasar Minggu

Mekarjaya: Depok timur - Kp.Rambutan

D17: Terminal jati jajar - Tapos - Cibubur Junction via tol Cibubur - Leuwinanggung PP

35 : Cisalak - RTM - Akses UI Palsigunung PP

37 : Simpangan - Kp.Rambutan

69 : Cisalak - Pekapuran Leuwinanggung PP

79 : Cisalak - auri - Leuwinanggung

97 : Cisalak - Cibubur

107: Cisalak -Gas Alam Leuwinanggung PP

P01: Cisalak - Cileungsi

129: Mekarsari - Pasar Minggu

T11: Mekarsari - Cililitan

72 : Kalimulya - Cibinong

62 : Leuwinaggung - Cibinong

83 : Tanah baru - Lenteng agung

D.18: Jl.Bakti Abri-Gg.Nangka PP

Hiba Utama Bandara: Depok -Bandara Soekarno-Hatta

Medal Jaya: Depok-Sukabumi

41: Cisalak-Cibinong

Perekonomian[sunting | sunting sumber]


Perkembangan Kota Depok dari aspek geografis, demografis maupun sumber pendapatan
begitu pesat, terutama di bidang administrator pembangunan.
Ada beberapa indikator yang dapat dipergunakan sebagai acuan tentang pertumbuhan ekonomi
di Kota Depok. Pertama, Indeks daya beli masyarakat Depok semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Sisi daya beli terjadi peningkatan indeks daya beli dari 576,76 pada tahun 2006 menjadi
586,49 pada tahun 2009.
Kedua, capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Depok pada tahun tahun 2009: 6,22%.
Kontribusi paling dominan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan LPE, dari
subsektor perdagangan dan jasa.
Ketiga, terjadi peningkatan dari tahun ke tahun pada peranan sektor tersier, yaitu dari 50,42%
pada tahun 2006 menjadi 52,77% pada tahun 2009. Indikasi tersebut menandakan bahwa
masyarakat Depok sudah dapat memenuhi kebutuhan sektor primer maupun sekunder.
Laju ekonomi yang meningkat tersebut, telah menjadikan Depok sebagai kota jasa dan
perdagangan. Hal itu terlihat secara nyata dengan semakin banyaknya layanan sektor jasa dan
perdagangan yang bermunculan di Kota Depok, seperti restauran, Mall, tempat-tempat usaha
dan layanan jasa lainnya[15].
Pada tahun 2011, perekonomian Depok dijadikan percontohan oleh Timor Leste dengan
hadirnya Menteri Ekonomi dan Pembanguna Timore Leste, Joe Mendes Gonzales[16].

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2012 pertumbuhan perekonomian Kota Depok
mencapai 7,1%. Angka tersebut jauh melebihi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat sebesar
6,2%[17]. Usaha jasa perorangan di Depok turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi sekitar
10,56 persen. Layanan jasa yang menyokong perekonomian Depok antara lain dari jasa
pencucian baju (laundry), servis motor, salon dan guru privat. Usaha-usaha itu berada di tengahtengah pemukiman masyarakat[18].

Pusat perbelanjaan[sunting | sunting sumber]

Plaza Depok

D'Mall

Depok Town Square

MargoCity

Gramedia Depok

ITC Depok

Depok Town Centre, Sawangan

TIP TOP

Carrefour Dewi Sartika

Giant Cimanggis

Pasar Tugu

Cimanggis Square

Mal Cinere

Cinere Square

Pasar Agung

Pasar Segar

Pasar Musi

Pasar Mini

Pasadena Rumah Belanja Keluarga

Pasadena Factory Outlet

Giant Tole Iskandar

Salladin Square

Cimanggis Mall

Rumah sakit[sunting | sunting sumber]

RSUD Depok

RS Hermina

RS Bunda

RS Bhayangkara Brimob

RS Tugu Ibu

RS Sentra Medika

RS Puri Cinere

RS Bhakti Yudha

RSIA Hasanah Graha Afiah

RSIA Tumbuh Kembang

RSIA Graha Permata Ibu[1]

RS Mitra Keluarga

RS Harapan

RS Bersalin Sumber Bahagia

RS Meilia

Media lokal[sunting | sunting sumber]

DepokInfo.com - Untuk Informasi dan Sarana Publikasi Warga Kota Depok

DepokShop - Iklan Baris Online Kota Depok

Depoklik.com

DepokOnTime.net

Monitor Depok

Media Depok

Margonda TV

Radio ZFM Depok

Radar Depok

Cakra Buana TV (21 UHF)

Depok TV (62 UHF)

Radio Thomson Depok[19]

Radio ZFM Depok

Harian Depok

Radio Swara Mitra 88.5 MHz

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Nursi Arsyirawati

One Day No Rice

Hari Jadi Kota Depok

DPRD Kota Depok

RTRW Kota Depok

Referensi[sunting | sunting sumber]


1.

^ "Population Census 2010 Province West Java". BPS. Diakses tanggal 2012-02-29.

2.

^ Sehari Tanpa Mobil, Hemat Energi ala Depok. KOMPAS, Rabu 17 Juli 2013, hal 27.

3.

^ http://news.liputan6.com/read/2221078/menteri-tjahjo-beri-penghargaan-kepada-3provinsi-ini

4.

^ Winter dan Rangga Warsita, 1990

5.

^ Depok: Perdebatan Sebuah Nama

6.

^ The Forgotten Bule Depok

7.

^ Walikota Depok Badrul Kamal, Bertekad Memajukan Kota Depok pelita.or.id

8.

^ Jalan Tol Depok-Antasari Segera Dibangunmetropolitan.inilah.com, Diakses 8 mei 2014

9.

^ Menkimpraswil Resmikan Jalan Ir.H.Juanda di Kota Depok pu.go.id, 3 Desember 2003

10.

^ Daftar Walikota Administratif Depok

11.

^ Situs resmi Dinas Pendidikan Kota Depok

12.

^ Daftar sekolah di situs web resmi Dinas Pendidikan Kota Depok

13.

^ An-Nizhomiyah

14.

^ Daposik Depok

15.

^ Perkembangan Ekonomi Kota Depok

16.

^ "Hah? Timor Leste Mau Belajar Ekonomi ke Kota Depok?"

17.

^ "Ekonomi Depok Balap Pertumbuhan Ekonomi Nasional"

18.

^ "Perekonomian Depok Tumbuh dari Jasa Perseorangan"

19.

^ Empty citation (bantuan)

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

(Indonesia) Situs web resmi Kota Depok

(Indonesia) Sejarah kota Depok


[tampilkan]

Kota Depok, Jawa Barat


[tampilkan]

Daerah Khusus Ibukota Jakarta


[tampilkan]

Jawa Barat

Kota-kota besar di Indonesia

Kota

Provinsi

Populasi

Kota

Provinsi

Populasi

Jakarta

DKI
Jakarta

9.989.55
0

Palemban
g

Sumater
a Selatan

1.763.47
5

Surabaya

Jawa
Timur

2.885.38
5

Depok

Jawa
Barat

1.738.57
0

Bandung

Jawa
Barat

2.536.64
9

Semarang

Jawa
Tengah

1.555.98
4

Bekasi

Jawa
Barat

2.098.80
5

10 Makassar

Sulawesi
Selatan

1.338.66
3

Medan

Sumatera
Utara

2.097.61
0

Tangeran
g

Banten

1.798.60
1

Koordinat:

Kategori:

62221S 1064939E

Kota Depok
11

Tangerang
Banten
Selatan

1.290.32
2

12

Bandar
Lampung

1.167.10
1

Lampun
g

Coordinates on Wikidata

Kota Depok

Kota di Jawa Barat

Kota di Indonesia

Sejarah Indonesia
Negara

Indonesia

Provinsi

Jawa Barat

Hari jadi

27 April 1999

Dasar

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999

hukum
Ibu kota

Depok Jaya

Koordinat

LS 6 22' 21 BT 106 49' 39

Pemerintahan
Wali Kota

Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, M.Sc.

Wakil Wali

K.H. Dr. Idris Abdul Shomad, M.A.

Kota
Area
Total

200,29 km2 (7,733 mil)

Peringkat

33

luas
Populasi (2010)[1]
Total

1.738.570

Peringkat

Kepadatan

8.746/km2 (22.65/sq mi)

Peringkat

18

Demografi

Suku

Betawi (36,7%), Jawa(33,07%), Sunda (16,5%),Batak (2,91%), Minangkabau(2,66%)

bangsa
Agama

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha

Bahasa

Indonesia, dll

Zona waktu

WIB (UTC+7)

Kode telepo

021

0251

Kecamatan

11

Kelurahan

63

Situs web

www.depok.go.id

TINJAUAN PENATAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DEPOK


Arie Iskandar & Syarifah Aini
A. LATAR BELAKANG
Masalah transportasi di wilayah Kota Depok saat ini menjadi semakin
kompleks baik dari segi kualitas maupun kuantitas, terlebih dengan pertumbuhan
penduduk Kota Depok yang cenderung meningkat secara pesat. Tingginya
pertumbuhan penduduk ini berimplikasi dengan pesatnya tingkat pertumbuhan
kendaraan, pembangunan berbagai gedung, permukiman, pertokoan, dan bangunan
lainnya. Namun, dalam realisasinya, pembangunan permukiman itu tidak diimbangi
dengan pembangunan jaringan jalan yang terintegrasi, justru sangat bergantung
sepenuhnya pada jaringan jalan yang sudah ada dan terbatas itu. Dampak lain dari
pembangunan permukiman adalah meningkatnya mobilitas dan perjalanan harian
penduduk serta pergerakan arus lalu-lintas yang sudah pasti akan memberikan
tekanan yang sangat berat terhadap sistem transportasi perkotaan, dan pada
akhirnya akan mengakibatkan tingginya tingkat kemacetan lalu-lintas serta semakin
lama dan melelahkannya waktu tempuh (travel time) perjalanan di beberapa ruas
jalan. Konflik lalu lintas berupa kemacetan yang berlarut akan menurunkan
produktifitas kota. Kemacetan yang terjadi mengindikasikan suatu kondisi dimana
tingkat pelayanan suatu jalan semakin menurun dan jauh dari ideal, sehingga
kapasitas jalan tersebut sudah tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang
lewat. Tingkat kemacetan lalu-lintas yang terjadi umumnya ditandai dengan nilai V/C
ratio atau ratio volume per kapasitas, dimana semakin tinggi ratio ini maka semakin
buruk kondisi lalu-lintas yang ada.
Terdapat beberapa strategi guna mengurangi kemacetan lalu-lintas yang
selama ini melanda Jakarta dan sekitarnya, termasuk kota Depok, yakni dengan
mendayagunakan jaringan jalan yang ada, perbaikan sistem perencanaan jaringan
jalan yang ada, termasuk jaringan jalan kereta api, jalan raya bus, mass rapid transit
dalam usaha menunjang Sistem Angkutan Umum Transportasi Darat Terpadu.

Namun, sebelum dapat menentukan strategi apa yang tepat guna diterapkan dalam
rangka peningkatan maupun perbaikan kinerja ruas jalan tentunya perlu dilakukan
suatu kajian yang bertujuan untuk mengidentifikasi atau mengukur kondisi kinerja
eksisting dari ruas jalan tersebut, baik Q/C ratio (perbandingan volume per
kapasitas), kecepatan, dan waktu tempuh perjalanannya. Proses analisis sangat
penting untuk dilakukan guna mengetahui permasalahan transportasi apa yang
sebenarnya terjadi pada ruas jalan tersebut. Sehingga pada akhirnya strategistrategi perbaikan kinerja ruas jalan yang direkomendasikan dapat lebih efektif dan
efisien (tepat sasaran).
Permasalahan
Saat ini, volume jalan dan jumlah kendaraan yang melintas dinilai tidak
memadai sehingga kemacetan selalu saja terjadi. Diharapkan dengan adanya perda
mengenai transportasi lokal ini akan mampu mengurai kemacetan serta
permasalahan transportasi lainnya. Rumusan Permasalahan yaitu:
" Sejauh mana Pemkot mengelola Angkutan Kota di Kota Depok yang pada saat ini
sudah melampaui kebutuhan ? "
B. DEMOGRAFI KOTA DEPOK
Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2012 mencapai 1.898.567Juta jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk Kota Depok mencapai 3,54 %. Kecamatan Sukmajaya
merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 13.433
jiwa/Km, sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah
Kecamatan Sawangan 4.977 jiwa/Km.
C.TOPOGRAFI WILAYAH
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o1900 - 6o2800 Lintang
Selatan dan 106o4300- 106o5530 Bujur Timur, dengan luas wilayah 200,29 Ha.
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan
Ciputat, Kabupaten Tangerang;
2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede
dan Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor;
3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur
dan Parung, Kabupaten Bogor;
4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor dan Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten
Bekasi.
Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di
wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian
40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2 - 15 %.
D. SOSIAL - EKONOMI
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011, diperoleh gambaran bahwa
penduduk Kota Depok yang bekerja 50,02 % sedangkan yang menganggur sekitar
4,48 % sisanya pelajar. Sebagian besar penduduk kota Depok bekerja di Jakarta, di
Depok hanya sebagai tempat tinggal.

E.KONDISI TATA GUNA LAHAN


Ditinjau dari penyebaran lokasi kegiatannya, kegiatan industri sebagian besar
berkembang di Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya (wilayah kota bagian timur),
yaitu sepanjang Jalan Raya Bogor. Kondisi pembangunan perumahan dan
permukiman di Kota Depok mencapai 10.968 ha (54,76 %) dari keseluruhan luas
wilayah di Depok 20.029 ha, hal ini mengakibatkan meningkatkan tuntutan
kebutuhan fasilitas dan utilitas perumahan dan permukiman, dimana kondisi
lingkungan dan perumahan yang ada belum tertata dengan baik. Hanya 40 % yang
sudah tertata dengan baik sedangkan 60 % belum tertata dengan baik. Kawasan
permukiman terbesar terdapat di Sawangan.
F.GAMBARAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA DEPOK
Beberapa ruas jalan raya utama menuju pusat kota Depok, diketahui bahwa
berdasarkan klasifikasi kelas fungsi jalan, sebagian besar ruas jalan tersebut
termasuk kelas fungsi kolektor primer dengan status jalan provinsi. Namun
berdasarkan klasifikasi tipe jalan, empat (4) dari tujuh (7) ruas jalan yang disurvei
merupakan ruas jalan dengan tipe 2/2 UD, artinya ruas jalan dengan dua (2) lajur
dan dua (2) arah, tanpa median pemisah. Dalam pembahasan selanjutnya, tipe jalan
ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja ruas jalan, selain
volume lalu lintas.
Secara umum, klasifikasi fungsional atau peran jalan dibagi ke dalam tiga(3)
kelas peran jalan yaitu, Jalan Arteri, Jalan Kolektor dan Jalan Lokal. Ke tiga kelas
fungsional tersebut berturut-turut tersusun secara hierarki baik untuk Sistem
Jaringan Jalan Primer, maupun Sistem Jaringan Jalan Sekunder. Dasar
pertimbangan yang dipergunakan bahwa suatu jalan perlu diklasifikasi atas dasar
kelas fungsinya adalah karena adanya pelayanan jarak jauh dan jarak pendek dan
besarnya volume lalu lintas yang harus dilayani serta kecepatan gerak yang
dibutuhkan. Untuk itu, setiap fungsi setiap ruas jalan mempunyai kriteria yang
berbeda antara satu dengan lainnya, terutama yang berkaitan dengan mobilitas,
dan jumlah jalan masuk (access) yang dibutuhkan.
Dalam suatu sistem jaringan jalan, Jalan Arteri mempunyai fungsi melayani
lalu lintas utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi dan secara
fisik jumlah akses atau jalan masuknya dibatasi. Sedangkan untuk Jalan Kolektor,
sesuai dengan namanya, berperan sebagai pengumpul (collector) dan sebagai
pendistribusi (distributor) arus lalu lintas dari dan ke Jalan Arteri atau dari dan ke
Jalan Lokal. Jalan Kolektor mempunyai ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah akses dibatasi secara efisien. Jalan Lokal mempunyai
urutan klasifikasi fungsional yang ketiga. Jalan ini berperan melayani arus lalu lintas
lokal, dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah dan akses ke jalan
lokal tersebut tidak dibatasi. Klasifikasi yang kedua yaitu berdasarkan status.
Klasifikasi ini ditujukan terhadap wewenang penyelenggaraan jalan seperti
pengaturan, pembinaan, pembangunan serta pengawasan. Status jalan di Indonesia
dibagi ke dalam Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan
Desa.
Berdasarkan hasil survei volume lalu-lintas, jam puncak pada beberapa ruas
jalan raya utama menuju pusat kota Depok terjadi antara pk 06.00 08.00 (pagi
hari) dan pk 17.00 19.00 (sore hari). seperti jalan raya Margonda, jalan Akses UI,

jalan Ir. H. Juanda, jalan Tole Iskandar, jalan raya Citayam, jalan raya Sawangan dan
jalan Tanah Baru. Hal ini mengindikasikan, adanya perjalanan internal-eksternal
yang dilakukan penduduk kota Depok, baik itu untuk tujuan bekerja, sekolah, dan
lainnya di pagi hari. Sebaliknya dari data fluktuasi lalu lintas yang pada sore hari,
mengindikasikan adanya perjalanan eksternal-internal yaitu dari luar pusat kota
Depok (seperti Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi) menuju pusat kota Depok
yang mayoritas dilakukan oleh penduduk kota Depok untuk tujuan pulang ke rumah
mereka masing-masing.

Jalan Raya Margonda


( image 30/11/2012)
G. ANALISA KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DEPOK
Saat ini, volume jalan dan jumlah kendaraan yang melintas dinilai tidak
memadai sehingga kemacetan selalu saja terjadi. Diharapkan dengan adanya perda
mengenai transpotasi lokal ini akan mampu mengurai kemacetan serta
permasalahan transportasi lainnya. Jumlah angkot di kota Depok sudah terlalu
banyak, hal seperti ini kadang kerap menimbulkan masalah. Pada jam-jam tertentu,
angkot sering menjadi biang kemacetan, sementara dari sisi lain, dari sisi angkot
sendiri, jumlah yang terlalu banyak tersebut seringkali membuat persaingan tidak
sehat, atau bahkan banyak angkot yang kosong atau terisi hanya satu atau dua
orang. Sedangkan jumlah angkutan kota menurut trayek yang terdaftar sebanyak
2.880 angkutan kota.

Tapi bagaimanapun keberadaan angkot sendiri bagi kota seperti Depok ini
sangat dibutuhkan. Angkot menyediakan akses transportasi yang murah bagi
masyarakat, angkot menyerap cukup banyak tenaga kerja, baik langsung maupun
tidak langsung, mulai dari sopir, calo, tukang bensin, montir, petugas terminal dan
lain sebagainya. Angkot juga memberikan kontribusi langsung bagi penerimaan
pendapatan pemerintah, paling tidak setiap kali masuk terminal, mereka membayar
retribusi Rp 200,- . Di samping itu, angkot juga menjadi pendorong bagi kemajuan
suatu wilayah, kawasan yang dilalui angkot biasanya lebih maju dari yang tidak.
Yang mungkin dibutuhkan saat ini adalah kemauan dan kesediaan semua pihak
untuk mau menata dan ditata, bagaimana agar keberadaan angkot di Depok ini
semakin memberi nilai tambah bagi semua pihak, baik untuk kemajuan ekonomi,
untuk kebersihan dan keindahan kota serta untuk kenyamanan bagi para pengguna.
Lalu siapa pihak-pihak itu ? Ya kita semua, baik investor, operator, regulator, aparat
keamanan dan lain-lainnya, termasuk kita sebagai user. Keberadaan moda
transportasi massal di kota berpenduduk > 1.2 juta ini sangat perlu diperhatikan,
mulai dari infrastruktur pendukung, berupa jalan, yang dapat menghubungkan
kawasan-kawasan di Depok sehingga memudahkan aktivitas warga.
Depok berkembang sebagai kawasan didalam wilayah Kabupaten Bogor
sampai pada tahun 1999 memisahkan diri menjadi Kota Depok. Kemudian Kota
Depok mengambil wilayah - wilayah Kabupaten Bogor seperti kecamatan Limo,
Sawangan, Cimanggis, dan Bojonggede, yang sebelumnya telah menjadi
kecamatan yang berkembang sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan pembangunan di
Kota Depok tidak sentris, seolah olah Depok tidak memiliki downtown/ pusat kota.
Kembali lagi ke masalah transportasi, Jaringan jalan raya di Depok
nampaknya masih sangat sedikit, untuk menghubungkan Sawangan (Pusat
pertumbuhan ekonomi baru di Depok) dengan Margonda hanya ada jalan raya
Sawangan yang selalu macet di sepanjang ruas. Oleh karena itu prioritas untuk
memperbaiki sistem transportasi di Depok adalah :
1. Memperbaiki jaringan jalan. Bukan hanya berdampak pada
lancarnya transportasi, tapi juga membuka daerah pembangunan
baru di kota Depok.
2. Moda transportasi di Depok pun harus diganti menjadi bus
angkutan dalam kota yang dikelola oleh pemerintah (semacam
Damri atau Busway), karena dapat mengurangi volume kendaraan
yang melaju di jalan serta mengurangi volume gas buangan. Akan
lebih bagus lagi jika dibuat KRL Komuter di Depok, yang
menghubungkan seluruh kecamatan di Depok.
3. Penertiban PKL dan Gepeng serta preman juga perlu. Karena
sepertinya jumlahnya selalu bertambah setiap tahun. Depok harus
tegas terhadap pendatang yang tidak memberikan kontribusi bagi
kota dan justru merepotkan, seperti gelandangan, penjual kios liar,
preman, dan sebagainya. Hal ini mengganggu kenyamanan warga
yang bertransportasi, khususnya angkot, dan kereta KRL.
Kemacetan yang terjadi bukan hanya di jalan utama, tetapi juga di jalan-jalan kecil.
Kemacetan ini terjadi karena banyak faktor, di antaranya adalah ketidakdisiplinan
para pengemudi angkutan umum dan keadaan jalan yang kurang baik. Para
pengemudi angkutan umum, atau biasa disebut angkot, sering melakukan hal yang
sangat mencerminkan ketidakdisiplinan mereka, seperti ngetem di pinggir jalan

untuk menunggu penumpang, para sopir angkot itu suka memberhentikan mobilnya
di pinggir jalan dalam waktu yang lama dan akan membuat barisan angkot yang
panjang, panjang, panjang, dan pada akhirnya akan membuat lebih banyak lagi
deretan mobil yang berhenti, ini sudah pasti akan menjadi sebuah kemacetan.
Faktor penyebab kemacetan lainnya adalah struktur jalan yang kurang baik. Kini, di
beberapa pelosok kota Depok banyak terlihat jalan berlubang dalam yang dapat
membahayakan pengguna jalan tersebut. Biasanya lubang-lubang di jalan ini
muncul disebabkan awalnya oleh aspal yang mengelupas karena suhu jalan yang
sangat panas pada siang hari dan air hujan secara bergilir, kemudian muncul
lubang-lubang kecil pada jalan tersebut, dan karena jalan tersebut terus dilalui oleh
berbagai macam kendaraan berukuran besar yang berat, maka lubang kecil pada
aspal itu akhirnya membesar.
Jika semua masalah transportasi di kota Depok teratasi maka akan menjadi nyaman
dan tidak ada masalah lagi. Depok akan menjadi kota yang bebas macet dan
memiliki jalan yang mulus. Tapi sayangnya, dengan banyaknya jalan-jalan seperti ini,
pemerintah Kota Depok kurang tanggap mengatasi masalah ini. Banyak keluhan
tentang masalah jalan ini, tetapi pemerintah tidak langsung menindaklanjutinya,
sekedar meninjau pun tidak. Seharusnya, pemerintah kota Depok lebih
memperhatikan masalah ini, jika ada keluhan dari warga, sebaiknya langsung
ditinjau ke tempat yang dikeluhkan, setidaknya sekedar untuk melihat dan mendata,
baru kemudian data tersebut diajukan dan ditindaklanjuti. Selanjutnya, kesadaran
para pengelola angkutan umum tentunya, baik itu sopir, pemilik, serta
manajemennya itu sendiri, perlu kerjasama dengan pemerintah.
Bagi warga yang tinggal di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Bodetabek) yang akan ke
Jakarta, kemacetan lalu lintas sudah menjadi sesuatu yang menjengkelkan. Berangkat pagi disergap
kemacetan. Pulang menjelang tengah malam pun jalan tetap padat. Jakarta Outer Ring Road II
diharapkan jadi solusi.
Berita akan dibangunnya jalan tol yang menghubungkan kawasan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
dan Jakarta menjadi berita menarik.
James, warga Villa Inti Persada Pamulang, Tangerang, misalnya, mengurungkan menjual rumahnya
karena setelah melihat rencana peta Tol Cinere-Serpong sepanjang 10,14 km, ternyata salah satu
simpang susun akan dibangun di titik Jalan Cinangka Raya-Jalan RE Martadinata.
Dalam benaknya, jika jalan tol rampung dan beroperasi, aksesnya ke kantor di Jakarta Pusat akan
lebih cepat dan mudah. Selain itu, kehadiran tol di dekat rumahnya diyakini akan meningkatkan nilai
jual rumahnya dua-tiga kali lipat.
Mereka yang bertahun-tahun tinggal di pinggiran Jakarta dan jalan akses menuju Jakarta selalu
disergap kemacetan pasti sudah lelah dengan kondisi ini.
Kehadiran Jakarta Outer Ring Road (JORR) II atau Jalan Lingkar Luar Jakarta II memang sudah
ditunggu. Departemen Pekerjaan Umum berencana membangun proyek JORR II dengan tujuh ruas
jalan tol.
Ruas Cinere-Cimanggis-Jagorawi sepanjang 14,7 km, Depok-Antasari (21,7 km), Cinere-Serpong
(10,14 km), Serpong-Tangerang (11,19 km), Tangerang-Bandara Soekarno-Hatta (55,73 km),
Jagorawi-Cibitung/Tol Jakarta-Cikampek (25,21 km), dan Cikarang-Tanjung Priok (34 km). Tol ini akan
menyambung menjadi satu sehingga memudahkan warga di pinggiran Jakarta untuk bepergian tanpa
melintas dalam kota Jakarta lagi.

Dari jadwalnya, proyek JORR II dimulai tahun ini dengan pembebasan lahan. Pembangunan
konstruksi diharapkan selesai tahun 2009. Jadi, tiga tahun lagi sejak sekarang, direncanakan jalan
lingkar luar Jakarta ini bakal beroperasi.
Gusur ratusan rumah

Proyek ini bakal menggusur ratusan rumah di sejumlah kawasan permukiman. Di Depok misalnya,
sebagian rumah di kawasan elite Raffles Hills Cibubur pasti tergusur untuk pembangunan jalan
simpang susun ke Tol Jagorawi dan ke Jakarta.
Para pemilik rumah Raffles Hills resah dengan kabar ini. Ny Rini (30) dan Cherry (32), pramugari
Garuda, warga Blok EE, misalnya, minta pengembang merelokasi rumahnya.
Namun, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail menegaskan pemilik rumah yang terkena proyek tol
diminta merelakan rumah mereka. Ia menjanjikan tak ada warga yang dirugikan dalam pembayaran
ganti untung.
Ketua RT setempat, Rufus, memperkirakan sedikitnya 80 rumah di Blok EE bakal tergusur proyek Tol
Cinere-Jagorawi. Bayangkan, jika harga satu rumah rata-rata Rp 250 juta-Rp 300 juta, berapa nilai
ganti rugi yang harus dikeluarkan konsorsium investor swasta.
Itu baru rumah-rumah di Raffles Hills Cibubur. Belum lagi rumah di kompleks Harapan Baru Taman
Bunga, Taman Duta, Pelni, lahan kosong di Pesona Khayangan (utara) dan di kampus Universitas
Indonesia (selatan), serta sebagian rumah Wismamas Cinere.
Jalan Tol Cinere-Jagorawi akan memiliki pintu masuk-keluar di Cibubur (Raffles Hills), Jalan Raya
Bogor, Jalan Margonda Raya, dan simpang susun Krukut.
Jalan Tol Depok-Antasari menghubungkan kawasan Bojonggede (Kabupaten Bogor), Sawangan,
Krukut, Gandul (Depok), dan Cilandak (Jakarta Selatan). Dua jalan tol Depok ini akan bertemu di
daerah Krukut di Kecamatan Limo (Depok).
Jalan Tol Cinere-Jagorawi akan bersambung ke sebelah barat dengan wilayah Tangerang. Tol CinereSerpong sepanjang 10,14 km akan menggusur pula sejumlah rumah di Griya Cinere dan Wisma
Cakra Indah (Depok), Bukit Pamulang Indah, Serua Permai, Bukit Indah, hingga Bukit Nusa Indah
(Tangerang). Tol ini punya dua simpang susun, Cinangka dan Meruyung.
Jalan tol ini bersambung ke barat lagi, Serpong-Tangerang (11,19 km), melintasi lahan Nusaloka
BSD, Graha Bintaro, Regensi Melati Mas, Alam Sutera, Pinang, dan Kunciran Mas Permai. Simpang
susun dibangun di Jalan Bhayangkara/Alam Sutera, Tol BSD-Bintaro, dan Tol Jakarta-Tangerang.
Proyek JORR II dilanjutkan dari simpang susun di Kunciran ke Bandara Soekarno-Hatta Tangerang
(55,73 km). Jika tol ini beroperasi, akses ke bandara akan makin cepat dan mudah karena tak perlu
lagi masuk ke dalam kota Jakarta.
Di sebelah timur, Tol Cinere-Jagorawi akan bersambung dengan Tol Jagorawi-Cibitung (Tol JakartaCikampek) sepanjang 25,21 km. Bila tol ini beroperasi, akses ke pantura Jawa maupun ke Bandung
via Cipularang pun akan lebih cepat.
Di Jakarta, ruas Tol Cikarang-Tanjung Priok (34 km) lebih banyak untuk kepentingan industri agar
akses ke pelabuhan lebih cepat.
Revisi RUTR

Untuk mengantisipasi pembangunan tol dan perkembangan kota, Pemkot Depok melakukan revisi
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) kota.

RRTR dijabarkan lagi ke Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan atau Rencana Teknik Ruang
Kota, kemudian dipaparkan lebih rinci ke siteplan, yang biasanya diberikan ke pengembang. Ini
penting karena jadi acuan bagi siapa saja yang membangun usaha, kata Kepala Dinas Tata Kota dan
Bangunan Depok Ir Utuh Karang Topanesa, Selasa (1/8).
Depok yang sebelumnya memiliki enam subpusat pembangunan kota (Margonda, Cinere, Sawangan,
Citayam, Cimanggis, dan Cisalak), bertambah tiga lagi, yaitu Tapos, Bojongsari, dan Krukut.
Bojongsari diproyeksikan jadi pusat perdagangan dan jasa, kawasan pendidikan dan subterminal,
mengantisipasi Tol Depok-Antasari, kata Kepala Bidang Tata Kota, Dinas Tata Kota dan Bangunan
Depok, Ir D Irwanto.
Krukut mengantisipasi kehadiran Tol Cinere-Jagorawi. Pertemuan dua tol Depok ada di Krukut
sehingga di masa depan, kawasan ini memiliki masa depan usaha yang baik. Sementara Tapos
mengantisipasi pembangunan Terminal Jatijajar, ucapnya.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail berharap proses pembebasan lahan untuk pembangunan dua
jalan tol di wilayahnya berjalan baik.
Jika dua jalan tol beroperasi, pertumbuhan ekonomi Kota Depok akan berkembang pesat, dan pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan asli daerah dan menyejahterakan warga kota, kata Nur
Mahmudi yang akan memimpin Panitia Pengadaan Tanah Depok.
Nilai properti tinggi

Kehadiran jalan tol di mana pun diyakini akan membawa dampak besar bagi dunia properti.
Jalan tol mendorong nilai properti menjadi tinggi. Biasanya pengembang yang cerdas akan melihat
peluang emas ini. Informasi yang disampaikan Kompas soal jalan tol akan dicari banyak pihak, kata
Ketua Real Estat Indonesia (REI) Kompartemen Prasarana Kota Ir Dhony Rahajoe.
Dalam teori properti, lokasi menjadi acuan utama. Yang hitam akan jadi putih, yang putih akan jadi
warna-warni, kata Dhony. Ia memberi contoh, ketika Tol TB Simatupang beroperasi, daerah selatan
jadi pilihan. Gedung perkantoran, apartemen, dan tempat usaha bermunculan.
Contoh lain, ketika Jalan Tol BSD-Bintaro-Pondok Indah menyambung ke Tol TB Simatupang, nilai
jual rumah di BSD dan Bintaro, bahkan rumah di sekitarnya melonjak dua hingga tiga kali lipat.
Pertumbuhan ekonomi dan tingkat hunian di BSD meningkat tajam, ujarnya.
Namun, ia berharap RUTR kota dan kabupaten dapat menjadi acuan pengembang sehingga tidak
perlu ada penggusuran rumah di kawasan hunian yang sudah jadi seperti Raffles Hills.
Jalan tol boleh saja direncanakan, tetapi yang harus diingat, pemkot atau pemkab jangan lupa
membangun infrastruktur pendukung. Kalau masuk atau keluar tol tetap macet, berarti ada yang
salah dalam perencanaan.
Kita tunggu realisasi JORR II ini! Jangan sampai jadi pelesetan jalan ora rampung-rampung jilid
kedua!

Anda mungkin juga menyukai