Anda di halaman 1dari 32

DisusunOleh :

Diah Permatasari (406127006)


Andrey Asmaraman (406127008)
Stella Kristianti (406127009)
Agustinus Bayu (406127038)

Pembimbing :
dr. Ira Savitri Tanjung, Sp .KJ(K)KJ(K)

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA DHARMA GRAHA
PERIODE 9 DESEMBER 2013 11 JANUARI 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

DEFINISI

Electroconvulsive Therapy (ECT) adalah suatu


pengobatan untuk penyakit psikiatri berat
dengan menggunakan arus listrik singkat pada
kepala unutk menghasilkan suatu kejang tonik
klonik umum dengan efek terapeutik.

SEJARAH
Paraselsus
(1493
1541)

Kamper oral induksi


kejang

Manfred
Sakel
(1903)

Insulin u/ th Skizofrenia
induksi koma kejang

Ladislaus
von
Meduna
(1934)
Ugo
Cerletti &
Lucio Bini
(1938)

Inj. Kamper IM u/ th. Skizofrenia


Katatonnik Kejang

ECT pertama u/ th
Skizofrenia 11x
respon bagus

SEJARAH
Elektroda ECT paling
sering ditempatkan pada
unilateral kanan.

1970

ECT dan litium samasama efektif untuk


penderita manic disorder

1988

2000

Unilateral dan bilateral sama-sama


efektif, namun unilateral
menimbulkan sedikit kemunduran
daya kognitif

Neuron mempertahankan potensial istirahat


melintasi membran plasma dan mungkin
menyebarkan potensial aksi.
Kejang terjadi ketika sebagian besar neuron
keluar secara bersama-sama.

Perubahan ritmis neuron ekstra seluler


bergerak ke potensial aksi neuron
sebelahnya, menyebabkan aktivitas kejang
diseluruh korteks dan kedalam struktur
yang lebih dalam dan akhirya seluruh otak
mengeluarkan neuron

Pada ECT, kejang dipicu oleh neuron normal


dengan arus listrik melalui kulit kepala.

Induksi kejang umum bilateral pada ECT dapat


menimbulkan efek menguntungkan dan
merugikan
Terapi ECT mempengaruhi mekanisme selular
memori dan peraturan mood, serta meningkatkan
ambang batas kejang.
Pada ECT memiliki efek perbahan dalam sistem
saraf muskarinik, kolinergik dan dopaminergik.
ECT juga telah dilaporkan mempengaruhi kopling
G-protein untuk reseptor, aktivitas adenylcyclase
dan fosfolipase C dan pengaturan masuknya
kalsium kedalam neuron.

INDIKASI
Gg Depresi Mayor
Episode Manik yg berbahaya
Skizofrenia
Lain-lain :
gangguan mood, psikosis episodik, psikosis
atipikal, obsesif-kompulsif, delirium, sindrom
neuroleptik ganas, hypopituarism, intracrable seizure
disorder dan fenomena on-off dari penyakit
Parkinson

KONTRAINDIKASI
Infark miokard
Resiko perdarahan otak :
- CVD
- Aneurisma
Pe TIK

PENEMPATAN ELEKTRODA
Unilateral
Bilateral

STIMULUS LISTRIK

STIMULASI & PEMANTAUAN KEJANG


Fase Tonik (10-20 detik) : ekstensi plantar
Fase Klonik : kontraksi otot menghilang

Pantau : EEG

KEHILANGAN MEMORI
GANGGUAN KONSENTRASI
KEBINGUNGAN
EFEK SAMPING LAINNYA mual, sakit
kepala, muntah, kekakuan pada otot.

Reaksi negatif terhadap anestesi


Perubahan tekanan darah
Komplikasi kardiovaskular
Nyeri dan ketidaknyamanan
Trauma fisik
Kejang berkepanjangan
Komplikasi paru
Luka bakar
Stroke

EFEK SAMPING

SSP :
- sakit kepala
- kebingungan
- delirium
Gg. Memori
Lain-lain :
- mual
- muntah
- nyeri otot
- fraktur

MORTALITAS

Tingkat kematian
dengan ECT adalah
sekitar 0,002 persen
per pengobatan dan
0,01 persen untuk
setiap pasien.

PROSEDUR TATALAKSANA
Dokter perlu menjelaskan tentang keuntungan, kerugian, komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis penyakit. (Inform Consent).

EVALUASI PRE-ECT
Mencakup :
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan neurologis
Preanesthesia
Riwayat medis
Pemeriksaan laboratorium (kimia darah dan urin,
thoraks X-ray, dan elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan gigi menilai keadaan gigi pasien
X-ray tulang belakang ada gangguan tulang
belakang
CT atau MRI curiga adanya gangguan kejang
atau space-occupying lesion.

INTERAKSI OBAT

Obat yang boleh dikonsumsi selama ECT

Obat trisiklik dan tetrasiklik


Monoamine Oxidase Inhibitors
Antipsikotik

Obat yang tidak boleh dikonsumsi selama ECT

Lithium (Eskalith) peningkatan delirium postictal dan memperpanjang


aktivitas kejang
Benzodiazepine aktivitas antikonvulsan
Clozapine (Clozaril) pemunculan kejang yang terlambat
Bupropion (Wellbutrin) pemunculan kejang yang terlambat
Lidocaine (Xylocaine) meningkatkan ambang kejang
Teofilin (Theo-Dur) meningkatkan durasi kejang
Reserpin (Serpasil) terkait sistem pernapasan dan kardiovaskular

PREMEDIKASI, ANESTESI DAN RELAKSAN OTOT

Pasien tidak boleh diberikan apapun secara oral selama 6 jam


sebelum pengobatan.

Tepat sebelum prosedur, mulut pasien harus diperiksa untuk gigi


palsu dan benda asing lainnya

Infus intravena (IV) harus dipasang

Sebuah blok gigitan dimasukkan ke dalam mulut sebelum


pengobatan yang dilakukan untuk melindungi gigi dan lidah
pasien selama kejang.

Kecuali untuk interval singkat stimulasi listrik, oksigen 100 persen


diberikan pada tingkat 5 L permenit selama prosedur sampai
respirasi spontan kembali.

Peralatan kedaruratan harus segera tersedia dalam kasus itu


diperlukan untuk membangun jalan napas.

Diberikan sebelum ECT untuk


meminimalkan sekresi oral dan pernapasan
dan untuk memblokir bradikardi dan asistol,
kecuali jika denyut jantung dalam keadaan
istirahat diatas 90x/menit.
Obat yang biasa digunakan adalah atropin
yg diberikan 0,3-0,6 mg IM/ SC 30-60 menit
sebelum anestesi atau 0,4-1mg IV 2/3 menit
sebelum anestesi.

PERSIAPAN ALAT
Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
Tounge spatel atau karet dibungkus kain
Kain kassa + Cairan NaCl secukupnya
Spuit disposibel
Obat SA injeksi 1 ampul
Tensimeter
Stetoskop
Slim siger

PROSEDUR

Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan pasien ke tempat


dengan permukaan rata dan cukup keras. Posisikan
hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian dikendorkan,
seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian kepala.
Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik
barbiturat ini dipakai untuk menghasilkan koma ringan.
Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV)
untuk menghindari kemungkinan kejang umum.
Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol
untuk tempat elektrode menempel.
Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan
kassa yang dibasahi cairan NaCl.

6. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang


spatel/karet yang dibungkus kain dimasukkan dan
pasien diminta menggigit.
7.

Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka


lebar saat kejang dengan dilapisi kain.

8.

Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan


selama kejang dengan mengikuti gerak kejang.

9.

Pasang elektroda di pelipis yang telah ditutupi dengan


kain kassa basah kemudian tekan tombol sampai timer
berhenti dan dilepas.

10. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan


mengikuti gerakan kejang (menahan tidak boleh dengan
kuat).
11. Bila nafas terhenti berikan bantuan nafas dengan
rangsangan menekan diafragma, bila banyak lendir,
dibersihkan dengan slim siger
12. Kepala dimiringkan
13. Observasi sampai pasien sadar.
14. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan
keperawatan

Antipsychotic algorithm for schizophrenia.


ECT = electroconvulsive therapy.

ECT berkembang dari tahun ke tahun


ECT efektif dalam penanganan pasien
dengan gangguan depresi berat, dimana
perbaikan terlihat hampir pada 80-90%
kasus. Pemakaian untuk pasien skizofrenia
dan gangguan manik juga memberikan
perbaikan walaupun masih ada
pertentangan berbagai pihak.

Anda mungkin juga menyukai