Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
I.

LATAR BELAKANG
Semua hewan vertebrata memiliki jaringan integumen yang terdapat pada tubuh
bagian luar. Sistem integumen vertebrata memiliki fungsi untuk melindungi tubuh hewan
vertebrata dari gangguan eksternal tubuh. Selain sebagai sistem pelindung tubuh , sistem
integumen juga berfungsi sebagai pengatur regulasi suhu tubuh, mencegah masuknya
mikroorganisme, memelihara keseimbangan air dan garam , sebagai tempat respirasi ,
ekskresi, sekresi menerima rangsang dan lain sebagainya .
Sistem integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh terdiri dari kulit dan
beberapa derivat epidermis yang terspesialisasi , antara lain sisik,kuku, rambut, dan
beberapa jenis kelenjar pada hewan vertebrata.Pada reptil memiliki derivat epidermis
khusus berupa sisik , sisik inilah yang menunjang sistem perlindungan tubuh eksternal
hewan reptil.

Setelah mempelajari struktur histologis sistem integumen kami susun

makalah ini dengan harapan untuk memperdalam pengetahuan tentang sistem integumen
vertebrata khususnya pada sistem integumen reptil . Adapun bagian-bagian sistem
integumen reptil ini akan kami bahas di dalam makalah ini.

II.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sistem integumen pada reptil?

III.

TUJUAN
Mengetahui sistem integumen pada reptil

BAB II

ISI
SISTEM INTEGUMEN REPTIL
Integumen atau lapisan terluar dari tubuh, biasanya disebut dengan kulit. Bersama dengan
derivatnya, kulit membentuk sistem integument. Fungsi kulit terutama adalah untuk menutupi
dan melindungi jaringan yang berada di bawahnya, karena ini adalah bagian yang mengalami
kontak langsung dengan lingkungan (Weichert, 1959)
Secara umum, kulit reptile kasar, tebal, kering dan bersisik. Ia hampir tidak mempunyai
kelenjar-kelenjar. Kulit ini cocok untuk lingkungan darat yang mencegah kehilangan air (Jordan,
1983).
Integumen dari reptile terdiri dari dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis
Epidermis mengandung stratum korneum atau lapisan tanduk yang berkembang baik dan
melindungi reptile dari kekeringan (Jordan, 1983). Bercirikan keratin yang menutup secara
sempurna. Keratin adalah bahan yang sama yang menyusun rambut mamalia dan kuku/cakar
mamalia, aves dan reptile dan juga menyusun sisik. Keratin tersebut bisa tebal pada bagian perut
dan ekor, atau tipis, pada lipatan kulit longgar yang tergantung di leher (Kaplan, 2000)
Keratin tersusun dari sel-sel berlapis pipih yang sangat tipis. Semakin dekat dengan permukaan
reptile, semakin rapat dan padat susunan sel-sel tersebut karena mereka tertekan oleh sel keratin
yang baru dibentuk oleh lapisan di bawahnya , yaitu stratum germinativum. Epidermis terbagi
menjadi tiga lapisan, yaitu:
1. Stratum Korneum

: Lapisan luar yang mengalami keratinasi, sel-selnya mati, dan tidak


mengandung sel- sel saraf dan pembuluh darah. Lapisan ini akan
ikut hilang apabila hewan berganti kulit

2. Zona Intermediet

: Disebut juga zona transisi, yaitu wilayah dimana sel-sel berubah


bentuk menjadi pipih

3. Stratum Germinativum

: Lapisan terdalam, mengandung sel-sel kuboid. Pada lapisan ini


sel mengalami mitosis yang membentuk sel-sel baru.

Gambar 1. Lapisan kulit pada tetrapoda (Weichert, 1959)


Pada saat ecdysis (berganti kulit), metabolism kulit aktif dan pada periode ini aktivitas
penyembuhan terjadi. Pada kondisi biasa (tidak sedang berganti kulit) kulit bersifat tidak aktif.
Pada saat ecdysis, mitosis pada stratum germinativum membentuk sel-sel baru (mitosis), selsel yang baru dibentuk tersebut secara bertahap naik ke permukaan, menjadi semakin pipih. Pada
permukaan (stratum korneum/ lapisan bertanduk), sel-sel tersebut mati dan kehilangan
nukleusnya. Ecdysis ini diperlukan untuk menggantikan lapisan kulit yang mati tersebut.
Kulit reptile mengalami penyembuhan lebih lambat daripada kulit mamalia, sering
memakan waktu 6 minggu bagi kulit yang mengalami kerusakan untuk pulih secara total
(Kaplan, 2000)
Pada beberapa jenis reptile, misalnya kadal dan bunglon, di bawah stratum korneum
terdapat lapisan kromatofor. Kromatofor adalah sel-sel yang memberi warna sehingga beberapa
kadal dan ular bisa memiliki warna yang menarik. Mekanisme yang sebenarnya dari
pembentukan pola warna sebenarnya tidak diketahui. Beberapa kadal, misalnya bunglon,
merubah warna mereka sebagai respon atas lingkungan dengan cara mengkonsentrasikan dan

membubarkan granula pigmen. Pewarnaan ini dapat bersifat protektif (kamuflase dan
peringatan), merefleksikan status social, pengenalan seksual, atau mungkin penting untuk
regulasi suhu (Linzey, 2001)

Gambar 2. Warna pada bunglon (Anonim, tanpa tahun)

Gambar 3. Tiga tahap konsentrasi dan disperse dari pigmen kromatopor pada kulit
vertebrata tertentu. A. pigmen terkonsentrasi pada tengah sel. B. Kondisi intermediate. C. pigmen
terdispersi/bubar dari sitoplasma kromatopor (Weichert, 1959)
Dermis
Dermis berada di bawah lapisan epidermis. Dermis merupakan lapisan tebal yang berkembang
dengan baik dan mengandung jaringan ikat,serabut otot, pembuluh darah dan syaraf (Jordan,
1983). Pada beberapa reptile, ada banyak tulang-tulang kecil yang disebut osteoderm. Osteoderm
ini membentuk sisik khas contohnya pada crocodilian (Kaplan, 2000) dan kura-kura (Linzey,
2001)

Derivat kulit
1. Kelenjar
Reptil mempunyai kulit kasar dan bersisik yang teradaptasi untuk hidup di darat. Pada
reptile hampir tidak mempunyai kelenjar-kelenjar integument. Integument pada Reptilia
umumnya tidak mengandung kelenjar keringat Kelenjar integument yang ada pada reptile,
adalah kelenjar bau yang mensekresikan subtansi yang berbau kuat yang mungkin menjijikkan
bagi predator dan berguna untuk pengenalan seksual (feromon) selama berkembang biak
(Linzey, 2001)
2. Sisik epidermis
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota
suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti
halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang dapat kita
amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik tersebut merupakan derivat atau modifikasi dari
lapisan epidermis sehingga sisik pada reptil berbeda dengan sisik pada ikan yang merupakan
struktur dari lapisan dermis dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan
bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm.

Gambar 4. Bagian-bagian kulit reptil yang memperlihatkan sisik epidermis (Hickman, 2001:
564)
Sisik pada reptile dapat dibagi menjadi dua tipe umum:
1. Pada ular dan kadal
Sisik pada ular dan kadal tubuh tertutup oleh sisik yang berkembang dari stratum
korneum (Linzey, 2001). Sisik tersebut saling tumpang tindih (Weichert, 1959). Pada

ular, tubuhnya dilapisi oleh sisik berbentuk seperti wajik kecil pada bagian atas dan
persegi panjang pada bagian bawah.

Gambar 5. Sisik epidermis yang saling tumpang tindih pada ular (Weichert,
1959)
Beberapa ular memiliki sisik pipih yang lebar, yang dikenal sebagai scute, pada
bagian bawah perutnya untuk membantu dalam pergerakan (Linzey, 2001). Scute
membantu ular untuk bergerak dengan mengait pada batu, cabang pohon atau benda lain
di tanah.

Gambar 6. Scute pada ular (Harding, 2000)


Sisik ular dan scute pada ular.

Gambar 7.
(Anonim)

Ular dan kadal secara periodik mengalami ecdysis. Sebelumnya terbentuk sisik
yang baru di bawah sisik yang lama. Lapisan korneal mengelupas seluruhnya dan pada
ular bagian dalam keluar untuk menggantikannya. Frekuensi shedding (pergantian kulit)
bergantung pada faktor misalnya jumlah makanan yang dimakan dan aktivitas kelenjar
tiroid dan lobus anterior dari kelenjar pituitary (Weitcher, 1959)

Gambar 8 Ecdysis pada kadal. Kebanyakan kadal melepaskan kulit mereka


dalam beberapa pecahan/potongan, namun ular yang sehat melepas kulit mereka dalam
satu pecahan
Modifikasi special dari sisik epidermis kadal dan ular termasuk tanduk pada
kadal bertanduk (horned lizard) dan rattle (kerincingan) pada rattlesnake (ular derik),
Rattle terbuat dari rangkaian sisik tua dan kering yang menempel satu sama lain secara
longgar dalam suatu rangkaian (Weitcher, 1959)

Gambar 9. Horned Lizard (Anonim,)

Gambar 10. Ular derik (Anonim)

Gambar 11 Rattle pada ular derik (Anonim) Gambar 12. Rattle diagramatik
(Weichert,1959)
Banyak kadal yang dapat memanjat pada permukaan vertikal menggunakan kuku
mereka yang tajam. Beberapa kadal pemanjat, seperti cicak menggunakan sistem
perlekatan kering pada jari kaki mereka untuk membantu saat memanjat pada
permukaan halus yang curam dan ketika bergantung (Catmill, 1985). Pada bagian bawah
jari kaki, terdapat kira-kira 20 sisik (lamella) lebar yang saling tumpang tindih dan
mengandung banyak bulu (setae) kecil yang terbuat dari keratin (Ruibal dan Ernst, 1965;
Ernst dan Ruibal, 1966). Lebih dari 150.000 setae terdapat dalam permukaan masingmasing lamella. Setae ini sangat kecil sehingga interaksinya dengan permukaan
memungkinkan cicak untuk menempel pada permukaan.

Gambar 13 Modifikasi stratum korneum pada kadal. (a) Jari kaki pada kadal
pemanjat misalnya cicak menggunakan system perlekatan kering untuk membantu
ketika memanjat pada permukaan curam yang licin dan ketika bergantung. (b) Lamela
pada jari kaki yang mengandung banyak setae, yang bagian ujung distalnya
meenghasilkan bulu.
2. Pada kura-kura dan crocodilian
Sisik epidermis kura-kura menutupi plastron dan karapaks. Pada kura-kura,
cangkang pada pelat dermal (gambar a, b) tertutup oleh lapisan bertanduk dan mengalami
keratinasi (yang disebut shields atau pelindung) (gambar c,d)

Gambar 14 Atas: Tulang dermal membentuk karapaks (a) dan plastron (b) pada kurakura. Bawah: Sisik epidermis menutupi karapaks (a) dan plastron (b) pada kura-kura (Linzey,
2001)
Bagian dermis kura-kura merupakan pelat/lempeng tulang dermal (osteoderm).
Lengkungan cangkang pada bagian dorsal disebut karapaks, sedangkang bagian ventral bagian
yang datar disebut plastron. Keduanya disatukan oleh struktur tulang yang disebut jembatan
lateral. (Linzey, 2001)
Pada kura-kura masing-masing sisik epidermis berkembang secara terpisah, jadi
sisik tersebut tidak membentuk lembaran/lapisan yang solid. Jumlah dan aransemen sisik
epidermis pada tubuh biasanya spesifik pada tiap jenis dan digunakan untuk klasifikasi (Linzey,
2001)

Gambar 15. Aransemen sisik pada karapaks kura-kura kayu (Weichert, 2001)
Pada beberapa kura-kura, sisik tua mengalami pengelupasan, namun pada jenis yang lain,
sisik tersebut tetap ada dan memberi cangkang tekstur yang kasar (Linzey, 2001).
Pada crocodilian, sisik epidermisnya menutupi seluruh tubuh pada sisi lateral, ventral,
dan ekor. Pada crocodilian, lapisan dermis tebal dan lembut kecuali pada bagian dorsal dan
tenggorokan dimana ada lempeng tulang (osteoderm) di bawah sisik epidermis. Lempeng dermal
kecil dan tidak bergabung satu sama lain. Lempeng dermal kecil juga nampak pada beberapa
kadal dan ular. (Weichert, 1959)

Gambar 16. Aransemen sisik pada leher dan area bahu dari alligator (Weichert, 1959)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara umum, kulit reptile kasar, tebal, kering dan bersisik. Ia hampir tidak mempunyai
kelenjar-kelenjar. Kulit ini cocok untuk lingkungan darat yang mencegah kehilangan air..
Integumen dari reptile terdiri dari dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
terdiri dari stratum korneum, daerah transisi dan stratum germinativum. Reptil mengalami
ecdysis atau pergantian kulit, dimana sel-sel yang dibentuk pada stratum germinativum
menggantikan sel-sel stratum korneum yang mati. Dermis pada reptile mengandung jaringan
ikat, otot, pembuluh darah dan syaraf. Selain itu, pada dermis reptile juga ada kromatofor yang
membuat warna lebih menarik dan lempeng dermal (osteoderm) pada beberapa jenis reptile
misalnya pada kura-kura dan crocodilian.
Pada reptile terdapat derivate yaitu kelenjar dan sisik. Reptil hampir tidak memiliki
kelenjar, kelanjar yang ada hanya kelenjar bau yang melindunginya dari predator dan untuk
pengenalan seksual (feromon). Sisik pada reptile dapat dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu yang
nampak pada kadal dan ular, berupa modifikasi dari stratum korneum yang saling tumpang tindih
satu sama lain. Pada kadal terdapat modifikasi khusus yaitu kaki untuk memanjat pada kadal
pemanjat misalnya cicak dan tanduk pada kadal bertanduk (horned lizard), sedangkan modifikasi
khusus pada ular misalnya rattle pada ekor ular derik. Tipe kedua adalah sisik pada kura-kura dan
crocodilian. Keduanya mempunyai lempeng dermal (osteoderm) pada lapisan dermis dan sisik
epidermis yang menutupi seluruh tubuh.

DAFTAR RUJUKAN
Anonim. Reptilia (online) Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari
http://fitrianiulfatus.files.wordpress.com
Anonim 2013. Sistem Integumen. (online) Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari
himbiounpad.files.wordpress.com
Anonim. Snakes. (online) Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari http://dnr.wi.gov
Anonim. Horn Toad Face. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari www.kingsnake.com
Harding, J.H. 2000. Amphibians and Reptile of the Great Lakes Region. University of Michigan
Press, Ann Arbor. (online) Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 dari
www.michherp.org
Jordan, E.L dan Verma P.S. Chordate Zoology and Animal Physiology. New Delhi: S. Chand
and Company Ltd
Kaplan, Melissa. 2000. Reptile Skin Basics: Construction, Infection, and Color. (online)
Diakses pada 9 Maret 2014 dari http://www.anapsid.org/basicdermatology.html
Linzey, Donald. 2001. Vertebrata Biology. Singapura: McGraw-Hill Higher Education.
Weichert, Charles K. 1959. Elements of Chordate Anatomy. New York, Toronto, London:
McGraw-Hill Book Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai