BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Mengamati pembentukan regenerasi pada tempat sayatan dan mengikuti
perkembangannya sampai tercapai bentuk serupa dengan semula.
1.2 Tinjauan Pustaka
Sepanjang hidup suatu organisme, beberapa bagian-bagian tubuhnya dapat
rusak atau lenyap. Sebagian besar organisme sampai derajat tertentu mempunyai
kemampuan mengganti bagian-bagian yang rusak atau lenyap tersebut. Proses
pergantian ini disebut regenerasi (Kimball, 1983).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan
tertentu yang telah berdiferensiasi, misalnya, epidermis, mensintesis dan
menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis sel-sel muda dari
jaringan yang sama. Zat ini disebut kalona. Dalam stadium-stadium permulaan
dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghamban
pembelahan sel. Ketiga jaringan dari struktur yang telah mengalami regenerasi
berdiferensiasi, mulailah produksi kalona dan agaknya secara berangsur
menghentikan pertumbuhan struktur tersebut (Kimball, 1983).
Dalam banyak hal, proses regenerasi mirip dengan proses perkembangan
embrio. Dari pembelahan yang cepat dari sel-sel yang belum khusus organisasi
yang kompleks dari sel-sel khusus. Ini melibatkan morfogenesis dan diferensiasi
seperti perkembangan embrio. Akan tetapi, paling tidak ada satu cara proses
regenerasi, yang berbeda dari proses perkembangan embrio (Kimball, 1983).
Persamaan regenerasi dengan perkembangan embrio telah menyebabkan
beberapa ahli embriologi mempelajari regenerasi dengan harapan mendapatkan
suatu pengertian bagaimana perkembangan embrio terjadi. Penemuan polaritas
telah memperlihatkan bahwa kekuatan organisasi tertentu, mungkin kimiawi
bekerja pada regenerasi. Belahan tengah planaria akan meregenerasi tempat
kepala mula-mula terdapat. Ekor diregenerasi pada tepi lainnya. Telah ditemukan
38
bahwa sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju metabolik yang lebih tinggi
daripada permukaan ditepi belakang. Tampaknya perbedaan laju metabolisme selsel dari bagian-bagian beregenerasi ialah yang menentukan polaritas. Bila
potongan bagian belakang cacing dibuang dan kepala diperlakukan dengan suatu
cairan yang mengandung penghambat metabolisme, polaritas cacing tersebut
dapat terjadi sebaliknya dan kepala akan terbentuk diujung posterior (Kimball,
1983).
Dalam suau organisme, setidak-setidaknya diantara vertebrata, dengan
meningkatnya umur juga tampak kemampuan regenerasi lenyap secara progresif.
Ketika tungkai pertama-tama terlihat pada kecebong katak, bila lenyap, bagianbagian tersebut dapat diregenerasi dengan mudah. Akan tetapi setelah
metamorfosis, katak secara normal tidak dapat meregenerasi tungkai yang lenyap.
Setiap orang tahu berapa lebih cepat, patah tulang dan luka kulit sembuh pada
anak-anak dari pada orang tua. Pada katak, mungkin daerah amputasi gagal
menerima jumlah yang cukup beberapa zat yang dibebaskan oleh saraf. Bila saraf
ekstra dipindahkan ke ujung tungkai depan tersebut dengan pembedahan,
regenerasi terjadi. Diketahui bahwa rasio jaringan saraf terhadap jaringan lainnya
turun, ketika kecebong tumbuh menjadi kodok. Juga mungkin, merangsang ujung.
Hal ini memberikan suatu penjelasan lainnya (Kimball, 1983).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat
bervariasi dari spesies ke spesies. Spons dapat meregenerasi seluruh organisme
dari hanya dengan konglomerasi sel-selnya. Hal ini juga terjadi pada hidra. Seekor
planaria dapat meregenerasi seluruh organisme dari satu bagian tengah. Bahkan
bintang laut dapat meregenerasi seluruh organisme dari hanya satu tangan dan
cakra tengah. Pada suatu kali seorang petani kerang oister, mengorek-ngorek
bintang laut dari sarang oister, membelahnya dengan harapan mematikannya, dan
kemudian membuang bagian-bagian tersebut kembali ke laut. Mereka segera
mendapatkan kekecewaan terhadap kemampuan regenerasi yang menyolok dari
golongan hewan ini (Kimball, 1983).
Cacing tanah, krustasea (udang), ikan, salamander dan kadal tak
mempunyai daya regenerasi demikian, yaitu dapat meregenerasi seluruh
39
organisme. Akan tetapi, mereka dapat meregenerasi bagian dengan cukup kokoh.
Cacing tanah, dapat meregenerasi empat segmen pertama dari lima segmen
kepalanya dan malahan bagian yang bagian yang lebih panjang dari ekornya.
Udang dan salamander dapat meregenerasi satu tungkainya yang lenyap. Banyak
kadal akan melepaskan ekornya bila ditangkap pada ekornya. Mereka kemudian
meregenerasi ekor baru pada waktu senggang. Burung dan mamalia tak dapat
meregenerasi seluruh organ. Akan tetapi, mereka dapat meregenerasi jaringan,
jadi memperbaiki bagian yang rusak atau lenyap. Penyembuhan luka kulit dan
patah tulang adalah satu contoh regenerasi pada manusia. Pergantian yang terusmenerus darah yang rusak, dan sel-sel epitel yang mengelupas merupakan contoh
lainnya. Kelenjar pencernakan, terutama hati dan pankreas, mampu meregenerasi
secara ekstensif setelah rusak (Kimball, 1983).
Pertumbuhan memanjang otot terutama dihasilkan dari produksi sarkomer
baru yang ditambahkan pada daerah dimana otot tersebut berlanjut menjadi tendo.
Selanjutnya suatu pemanjangan tingkat sedang (sekitar 25%) dari masing-masing
sarkomer terjadi selama periode pertumbuhan (Geneser, 1994).
Setelah kerusakan otot-otot skelet, regenerasi dimulai dengan munculnya
mioblas-mioblas ini giat sekali membelah dan menyatu sama lain dengan
membentuk serat-serat otot baru dengan cara yang sama seperti selama
histogenesis. Pada serat-serat yang baru dibentuk kemudian terbentuk miofibrilmiofibril bercorak melintang ketiadaan sel-sel cestelit mungkin menjadi alasan
mengapa beberapa otot tidak mengalami regenerasi. Akan tetapi, cedera yang
lebih besar pada otot digantikan oleh jaringan ikat (Geneser, 1994).
Regenerasi berangsur-angsur dimulai perubahan yang lambat dari
degenerasi keregenerasi akson. Substansi Nissi dan aparatus Golgi kembali
normal dan pembengkakan badan sel berkurang. Lagipula, nukleus kembali
terletak ditengah. Akan tetapi, perbaikan badan sel berlangsung beberapa bulan
(Yatim, 2003).
Bila badan sel memiliki akson perifer yang bertahan hidup, biasanya dapat
terjadi regenerasi. Tanda-tanda awal regenerasi tampak selama seminggu pertama
setelah lesi, bila bulbus retraksi dari segmen proksimal akson membentuk
40
41
Bentuk tubuh berudu berubah secara bertahap, hal ini berlangsung sejak
berudu tersebut berusia 6-9 minggu dengan ditandai munculnya kedua kaki
belakang. Pada mulanya, kedua kaki belakang ini hanya merupakan benjolan.
Kemudian secara bertahap akan menjadi kaki yang dapat digerakkan. Tubuhnya
akan semakin bertambah panjang, sedangkan kepala yang mulai tampak, seiring
dengan ekor yang semakin pendek (Campbell et all, 2004).
Pada saat kedua kaki belakangnya mampu digunakan untuk berenang
dalam air semakin cepat, ia dapat memakan serpihan bangkai yang terdapat
didasar air, seperti serangga air dan hewan-hewan air lainnya. Setelah beberapa
hari kaki bagian depan mulai muncul, pada minggu ke-12, ekor berudu benarbenar tampak pendek, yang tersisa hanyalah benjolan kecil yang makin lama akan
hilang. Hal tersebut mengisyaratkan sdudah waktunya ia harus keluar dari air
(Campbell et all, 2004).
Namun, sebagian besar berudu tidak berhasil mencapai tahapan ini. Akan
tetapi ia akan menjadi mangsa musuh-musuhnya seperti ikan gurame, kura-kura,
ular, burung bangau sawah, burung heron, binatang pengerat, nimfa, dll juga
terdapat binatang amphibia lain yang memangsanya, bahkan kadang induk berudu
juga tega memangsa anaknya sendiri (Campbell et all, 2004).
Apa yang terjadi dalam proses regenerasi? Bila satu tangkai depan
salamander dibuang, proses perbaikan pertama ialah penyembuhan luka dengan
cara menumbuhkan kulit diatas luka tersebut. Kemudian suatu tunas sel-sel yang
belum berdiferensiasi terlihat. Tunas ini mempunyai rupa yang mirip dengan tunas
anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Pembelahan yang cepat dari
sel-sel khusus demikian, sebagai berperan dalam tugas regenerasi. Ketika waktu
berlalu, sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan
berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang dan jaringan lainnya yang
menjadikan kaki/fungsional (Campbell et all, 2004).
42
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat
Steroform
Silet
Gelas aqua
Penggaris
Alat tulis
2.2 Bahan
43
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Tabel Pengamatan Planaria sp.
No.
Perlakuan
H0
2H1
2H2
2H3
2H4
2H5
44
1.
2.
3.
4.
Ekor
0,5 cm 0,3 cm 0,42 cm
Badan
0,62 cm 0,34 cm 0,46 cm
Kepala
0,54 cm 0,38 cm 0,4 cm
Kontrol
1,06 cm 1,16 cm 1,28 cm
Keterangan : H0 = Hari pertama perlakuan
0,32 cm 0,28 cm
0,48 cm 0,4 cm
0,48 cm 0,36 cm
1,16 cm 1,12 cm
0,28 cm
0,38 cm
0,44 cm
1,02 cm
H1 = 2 Hari pertama
H2 = 2 Hari kedua
H3 = 2 Hari ketiga
H4 = 2 Hari keempat
H5 = 2 Hari kelima
3.1.2 Tabel Pengamatan Kecebong
Kaki
belakang
Tanggal
1
Kaki
lengkap
3
Tanpa kaki
0,3
0,3
0,3
0,3
0
0
0
0,5
0,5
0,1
0,6
x
x
x
1,1
1,1
1,3
1,8
1,8
1,9
1,9
1,4
1,4
1,5
1,7
1,6
1,8
1,7
1
1
1,1
1,6
1,6
1,6
1,5
Kontrol
Tanpa
kaki
1,5
1,5
1,5
x
x
x
x
Kaki
lengkap
0,5
0,5
0,1
0
0
0
0
3.2 Pembahasan
Pada kecebong tanpa kaki, pengamatan panjang ekor pada kecebong 1, 2
hari pertama berturut-turut panjangnya tidak mengalami perubahan, tetapi 1,1 cm,
dan pada hari ke-3 panjang ekor bertambah jadi 1,3 cm, dan pada hari ke-4 dan
hari ke-5 panjang ekor tetap sama namun bertambah menjadi 1,8 cm, begitu pula
pada hari ke-6 dan ke-7 panjang ekor sama namun bertambah menjadi 1,9 cm.
pada kecebong 2 dihari pertama dan hari ke-2 sama panjang 1,4 cm tidak
mengalami perubahan. Pada hari ke-3 kecebong 2 ekornya bertambah panjang
menjadi 1,5 cm, dan pada hari ke-4 bertambah menjadi 1,7 cm. bertambah
Kaki
belakang
1,7
1,7
1,6
1,7
1,8
1,8
1,7
45
panjang lagi ekor kecebong 2 pada hari ke-5 dan ke-6 1,8 cm, namun pada hari
ke-7 panjang ekor berkurang menjadi 1,7 cm, pada kecebong 3 dihari pertama dan
hari ke-2 ukuran panjang ekor tetap sama 1 cm, dan hari ke-3 ekor bertambah
menjadi 1,1 cm, dihari ke-4 sampai hari ke-6 panjang ekor sama 1,6 cm dan tidak
mengalami perubahan, namun pada hari ke-7 panjang ekor berkurang menjadi 1,5
cm.
Pada kecebong berkaki belakang, pengamatan panjang ekor pada
kecebong 1, 3 hari berturut-turut panjang ekor tidak berubah 1,5 cm, pada hari ke4 panjang ekor bertambah 1,7 cm, namun pada hari ke-5 panjang ekor berkurang
menjadi 1,6 cm, dan berkurang lagi pada hari ke-6 dan hari ke-7 panjang ekor
hanya 1,4 cm.pada kecebong 2 dihari pertama dan hari ke-2 panjang ekor sama
1,5 cm, dan pada hari ke-3 panjang ekor berkurang menjadi 0,2 cm, dan
berkurang drastis pada hari ke-4 ekor tidak ada atau 0 cm, dan pada hari ke-5
sampai hari ke-7 tidak ada data karna kecebong hilang. Pada kecebong 3 dihari
pertama dank e-2 panjang ekor sama 1,7 cm dan tidak mengalami perubahan,
namun pada hari ke-3 panjang ekor berkurang menjadi 1,4 cm dan pada hari ke-4
panjang ekor bertambah lagi menjadi 1,7 cm. dan pada hari ke-5 sampai hari ke-7
kecebong mati sehingga tidak ada data dihari tersebut.
Pada kecebong berkaki lengkap, pengamatan panjang ekor pada kecebong
1 dihari pertama dan hari ke-2 sama tidak mengalami perubahan tetap 0,3 cm
panjang ekornya, namun dihari ke-3 panjang ekor berkurang menjadi 0,2 cm, dan
dihari ke-4 sampai hari ke-7 kecebong mati, sehingga tidak ada data yang didapat.
Pada kecebong 2selama 4 hari berturut-turut panjang ekor kecebong sama 0,3 cm
dan tidak mengalami perubahan, namun pada hari ke-5 sampai hari ke-7 ekor
kecebong tidak ada karena kecebong sudah jadi katak. Pada kecebong 3 dihari
pertama dan ke-2 panjang ekor sama 0,5 cm dan pada hari ke-3 panjang ekor
berkurang menjadi 0,1 cm, dan pada hari ke-4 panjang ekor bertambah lagi
menjadi 0,6 cm, sedang dihari ke-5 sampai hari ke-7 kecebong mati.
Pada kecebong kontrol, pengamatan pada kecebong tanpa kaki tiga hari
berturut-turut panjang ekor sama 1,5 cm dan pada hari ke-4 sampai hari ke-7
kecebong mati hingga tidak didapatkan data. Pada kecebong berkaki belakang
46
dihari pertama dan ke-2 panjang ekor sama 1,7 cm dan panjang ekor berkurang
dihari ke-3 menjadi 1,6, dan pada hari ke-4 bertambah panjang lagi menjadi 1,7
cm. pada hari ke-5 dan ke-6 panjang ekor sama bertambah menjadi 1,8 cm dan
berkurang lagi pada hari ke-7 menjadi 1,7 cm. pada kecebong kaki lengkap dihari
pertama dan hari ke-2 panjang ekor sama 0,5 cm, namun panjang ekor berkurang
dihari ke-3 menjadi 0,1 cm, dan pada hari ke-4 sampai hari ke-7 ekor hilang
karena kecebong sudah menjadi katak.
Pada planaria, pengamatan pada ekor dihari pertama perlakuan 0,5 cm, dan
pada 2 hari pertama (2H1) ukuran berkurang menjadi 0,3 cm, dan pada 2 hari
kedua (2H2) ukuran ekor bertambah menjadi 0,42 cm, namun berkurang lagi
pengukuran pada 2 hari ketiga (2H3) menjadi 0,32 cm, begitu juga pada 2 hari
keempat (2H4) pengukuran berkurang menjadi 0,28 cm dan ukuran tetap sama
pada 2 hari kelima (2H5) 0,28 cm. Pada pengamatan badan planaria dipengukuran
hari pertama perlakuan ukuran 0,62 cm, namun berkurang ukuran pada 2 hari
pertama (2H1) menjadi 0,34 cm, dan pada 2 hari kedua (2H2) pengukuran
bertambah lagi menjadi 0,46 cm dan terus bertambah pada 2 hari ketiga (2H 3)
menjadi 0,48 cm, dan ketika pada pengukuran 2 hari keempat (2H4) menurun
drastis menjadi 0,4 cm, tetapi pada pengukuran selanjutnya 2 hari kelima (2H 5)
pengukuran bertambah lagi menjadi 0,38 cm. pada pengamatan kepala di hari
pertama perlakuan ukuran 0,54 cm dan pada 2 hari pertama (2H1) berkurang
menjadi 0,38 cm dan berkurang lagi pada pengukuran 2 hari kedua (2H 2) menjadi
0,4 cm, tetapi terjadi pertambahan ukuran pada 2 hari ketiga (2H3) menjadi 0,48
cm dan pengukuran berkurang lagi pada 2 hari keempat (2H 4) menjadi 0,36 cm,
namun bertambah pada 2 hari kelima (2H5) menjadi 0,44 cm. pada planaria
kontrol dihari pertama perlakuan ukuran 1,06 cm dan pada pengukuran 2 hari
kedua (2H2) juga bertambah menjadi 1,28 cm, lalu mengalami penurunan ukuran
pada 2 hari ketiga (2H3) menjadi 1,16 cm, dan begitu pula pengukuran 2 hari
keempat (2H4) berkurang ,menjadi 1,12 cm dan pada 2 hari kelima (2H 5)
berkurang juga menjadi 1.02 cm.
Regenerasi adalah proses yang mempunyai kemampuan mengganti
bagian-bagian tubuh yang rusak atau lenyap. Umumnya pada tumbuhan maupun
47
hewan mempunyai daya regenerasi yang besar. Dapat banyak cabang-cabang dan
daun-daun
pada
tumbuhan,
kadang-kadang
semuanya
dibuang
dengan
pemangkasan. Jika system akar sehat, maka kuncup segera terlihat pada dahan
atau batangnya. Kuncup berkembang menjadi cabang-cabang baru, daun dan
bunga. Kenyataannya banyak kayu keras dapat dipotong tepat setinggi tanah, dan
pertunasan pada tepi dari tonggak tersebut akan segera menghasilkan batang baru
dan daun. Begitu pula pada hewan, kemampuan hewan untuk meregenerasi
bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies ke spesies. Seekor
planaria dapat meregenerasi seluruh organisme dari hanya satu bagian tengah.
Bahkan bintang laut dapat meregenerasi seluruh organisme dari hanya satu tangan
dan cakra tengah.
Didalam ada beberapa factor kesalahan, diantaranya pada kecebong
banyak data yang tidak didapat karena kecebong hilang dan mati, hal ini karena
kesalahan bahwa seharusnya pada bagian atas gelas aqua diberi penutup, agar
kecebong-kecebong yang sudah menjadi katak pada masa pengamatan tidak
loncat keluar gelas aqua sehingga menyebabkan mereka hilang, begitu pula pada
kecebong yang mati seharusnya mereka diberi makan dengan hydrilla dan jiak
airnya kotor diganti, namun selama pengamatan air kecebong tidak pernah diganti
sehingga menyebabkan kecebong-kecebong ini mati. Untuk pada planaria factor
kesalahannya hanya tidak memberi makan dan airnya sangat sedikit bahkan ada
yang kering sehingga planarianya beberapa ada yang mati, namun diganti dengan
yang baru.
Pada planaria yang paling cepat penambahan bagian tumbuhnya adalah
bagian badan. Karena pada potongan badan ia akan menumbuhkan bagian kepala
dan ekor bersamaan sehingga proses untuk mencapai kesempurnaan seperti
semula lebih cepat dan mudah. Berbeda dengan bagian kepala yang meregenerasi
karena ia akan memerlukan waktu yang agak lama untuk sempurna kembali
karena harus menumbuhkan badan dulu, baru kemudian bagian ekor. Begitupun
sebaliknya pada ekor, ia akan menumbuhkan kepala dulu, baru bagian kepala
meregenerasi menumbuhkan badan.
48
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Proses regenerasi ada beberapa tahapan. Yaitu penyembuhan luka,
perombakan jaringan, pembentukan blantula, dan morfologi dan redeferensiasi.
4.2 Saran
50
DAFTAR PUTAKA
Campbell, N.A. J.B. Reece, L.G, Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Erlangga : Jakarta.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 1. Binarupa Aksara : Jakarta Barat.
Kimball, J. W. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Yatim, W. 1996. Biologi Modern Biologi Sel. Tarsito : Bandung.
51