Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PERORANGAN (Nilai 20%)

MANAJEMEN KINERJA DAN DISIPLIN


Budi Purnomo memperkirakan bahwa ia akan mengahadapi hari-hari
yang sulit di kantornya. Ia mencoba mencari bagaimana ia harus menangani
pertemuan evaluasi kinerja dengan anak buahnya, Pringgo Pada tahun yang lalu,
kinerja Pringgo benar-benar di bawah standar, bahkan telah menarik perhatian
para eksekutif di lantai atas. Baru kemarin Wakil Direktur Utama, Tn. Indarto
memanggil Budi Purnomo untuk membicarakan hal itu, dan jelas bahwa ia
mengharapkan Budi segera melakukan sesuatu.
Beri dia waktu sebulan untuk memperbaiki kinerjanya, Budi , katanya, dan
kalau dia tidak berubah juga, pecat saja. Kamu harus bisa menegakkan disiplin
dalam hal ini.
Dalam perjalanannya ke kantor, Budi Purnomo tidak dapat menyingkirkan
pikiran akan rencana pertemuan itu dengan Pringgo. Budi berpikir, Wah, aku
diam saja tentang hal ini, dengan harapan Pringgo akan berubah menjadi lebih
baik. Sekarang, celaka ............ minggu ini saja sudah dua pelanggan hilang. Apa
yang harus kulakukan sekarang? Aku sungguh benci pekerjaan ini.
Anda barangkali dapat memahami perasaan khawatir yang dialami Budi
Purnomo. Menjatuhkan tindakan disipliner kepada seorang karyawan merupakan
hal terberat yang harus dilakukan seorang Manajer. Tetapi bagaimanapun ini
merupakan salah satu tanggungjawab manajemen.
Soalnya adalah, sebagai berikut:
Bagaimana kita menggunakan manajemen kinerja untuk melakukan
tindakan disipliner, sehingga tindakan tersebut dapat menghasilkan sesuatu
yang positif.
Marilah kita kembali pada kasus di atas tentang Budi Purnomo sebagai
atasan Pringgo di Divisi Marketing, dan Pringgo bawahannya, serta Tn. Indarto
Wakil Dirut yang menugasi Budi untuk melakukan tindakan disipliner.
Apakah anda pikir pertemuan disipliner antara Budi dengan Pringgo
akan berhasil ? Jawabannya adalah Kemungkinannya kecil. Mengapa....?
Pertama,
sebelumnya
tidak
pernah
ada
komunikasi
yang
berkesinambungan antara Budi dengan Pringgo. Kelihatannya, Budi , selalu berusaha menghindar saat permasalahan itu masih kecil. Dan sekarang ia menangani
masalah itu semata-mata karena atasannya menekan dirinya untuk melakukan
sesuatu. Sangat sulit bekerjasama dengan Pringgo dalam situasi seperti ini.
Kedua, saat ini masalah tindakan menegakkan disiplin sebagai sesuatu
yang akan dilakukan terhadap Pringgo. Dan itu dilakukan tanpa menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan lain atau mengidentifikasikan apa yang kira-kira
menyebabkan timbulnya permasalahan. Mereka (baik Wakil Dirut maupun Budi
sendiri) membiarkan hal itu berlangsung terlalu lama dan menyudutkan diri
mereka sendiri.

Pertanyaannya , adalah sebagai berikut :


1. Apa yang seharusnya terjadi untuk menghindari hal situasi seperti itu ?
2. Apakah perintah Wakil Dirut untuk memberikan ancaman dengan
menetapkan dan menjatuhkan konsekuensi-konsekuensi yang keras
tanpa mencoba kemungkinan-kemungkinan lain kepada Pringgo,
merupakan hal yang terbaik bagi kepentingan perusahaan, Budi
Purnomo, maupun bagi Pringgo ?
3. Apa yang sebaiknya dilakukan Budi Purnomo ? Bagaimana
penanganannya.
Perhatikan fokus penanganan seperti ini :
Budi bekerja sama dengan Pringgo sebagai bagian dari proses Manajemen
Kinerja, ia meminta Pringgo untuk memikirkan penurunan kinerjanya selama ini,
sepanjang minggu berikutnya. Menetapkan tanggal pertemuan berarti memberikan
solusi bagi proses perbaikan. Tidak ada paksaan atau ancaman dalam hal ini. Pada
pertemuan berikutnya Budi mengajukan beberapa pertanyaan kepada Pringgo
untuk mengidentifikasikan penyebab permasalahan kinerjanya.
Begini pak Budi , Bapak terlalu banyak memberikan tanggung jawab
terlalu banyak kepada saya, dan tentu saja tidak semua bisa saya kerjakan. Saya
punya banyak sekali tugas adminstrasi, surat-menyurat dan lain-lain. Sedangkan
saya tidak punya Sekretaris seperti Bapak. Inilah yang menghambat pekerjaan
saya selama ini. Demikian Pringgo memberikan argumentasinya.
Tentu saja Budi kesal mendengar jawaban seperti itu. Memangnya dia ini
siapa ? lagi pula beberapa klien telah menghubunginya bahwa mereka meminta
agar dilayani oleh orang lain selain Pringgo. Budi curiga mungkin Pringgo tidak
memperlakukan para kliennya dengan perhatian dan keramahan. Ia pun
menjawab : Pringgo, mungkin saja tugas administrasi serta tugas yang lain
menghambat pekerjaanmu. Tapi, beberapa klien mengatakan kepada saya bahwa
mereka tidak mau bekerja sama dengan kamu lagi. Apakah mungkin kamu kurang
disukai orang ?
Sampai di sini Budi memutuskan untuk memberikan peluang dengan
memberikan kepercayaan dan menanyakan kepada Pringgo apa saja yang dapat
ia lakukan. Pringgo mengajukan beberapa saran yang dapat dilakukannya dalam
jangka pendek; bantuan tambahan tenaga administrasi dan pembebasan dirinya
menangani proyek yang dianggap kurang potensial.
Budi menyetujui saran ini. Kemudian ia menutup pertemuan itu dengan
komentar: Pringgo, kita perlu mengawasi hal ini dengan ketat, sebab sebelum
tahun berakhir, kamu harus berhasil mencapai targetmu. Untuk memastikan
bahwa kita sudah saling mengerti, saya akan mengatur apa yang kamu perlukan
dapat tersedia, tetapi kita perlu bertemu lagi sebulan medatang untuk melihat
apakah ini sudah sudah dapat memecahkan masalah. Kita perlu melihat adanya
kemajuan dalam empat minggu ke depan. Saya akan membuat memo singkat,
hanya untuk kita berdua saja, yang merangkum pertemuan kita ini, sehinga nanti
tidak akan ada salah pengertian. Kalau kamu bersedia, saya minta kamu
menandatangani salinannya
Selama sebulan itu, Budi berbicara dengan beberapa klien untuk
mendapatkan informasi detail dari permasalahan itu. Hasilnya, diperoleh

informasi bahwa Pringgo bekerja secara lamban, sering membuat kesalahan.


Kadang-kadang dia emosional, bersungut-sungut, dan tidak mau disalahkan.
Pada pertemuan berikutnya, meskipun ada peningkatan namun Budi yakin
bahwa target sangat tidak mungkin dapat dicapai Pringgo. Budi memutuskan
untuk bertindak lebih tegas.
Pringgo. katanya, saya melihat bahwa sepertinya kita belum dapat
memecahkan masalah. Tapi saya masih mau menunggu sebulan lagi, jika kamu
yakin akan mampu meningkatkan angka-angka ini. Kalau masih juga belum ada
perubahan pada akhir bulan, saya akan meminta kamu untuk mengikuti seminar
tentang pengelolaan waktu, dan seminar tentang komunikasi antar pribadi,
barangkali hal itu bisa membantu. Sementara itu kita akan bertemu setiap minggu
untuk membicarakan kemajuan kita, oke
Pringgo menjawab dengan ketus agak defensif, karena ia enggan
menyetujui hasil pengamatan itu.
Ketika pertemuan berakhir untuk keduakalinya Budi meminta Pringgo
menanda tangani memo hasil rangkuman pembicaraan mereka. Pringgo malah
tersinggung dan tidak mau menandatangani salinan memo itu. Dan pada
pertemuan mingguan berikutnya Pringgo justru menunjukkan ketidakramahannya.
Budi Purnomo menyadari bahwa jika tidak ada peningkatan juga sebelum
pertemuan bulan berikutnya, ia terpaksa harus menjatuhkan konsekuensi lebih
serius lagi.
Pertemuan berikutnya Budi Purnomo tidak menemukan adanya
peningkatan. Konsekuensi ringan sudah dijatuhkan, namun tak berubah juga,
berbagai upaya sangsi telah jatuh, namun kinerja Pringgo justru makin menurun
tajam, padahal enam orang staf lain dengan pekerjaan yang sama semuanya
mencapai bahkan ada tiga orang yang melebihi target.
Selanjutnya apa yang harus dilakukan Budi Purnomo, bagaimana ia
menghadapi atasannya jika hal ini iapun tidak mampu melakukan
penyelesaian permasalahan yang dilakukan anak buahnya (Pringgo). Silakan
buat komentar dalam sebuah makalah secara perorangan..

Selamat Bekerja !

Anda mungkin juga menyukai