Anda di halaman 1dari 2

Nama

NIM

: Dhea Chitarizka
: 132210101102

TUGAS RESUME JURNAL FARMASI FISIK


Ultra fine super self-nanoemulsifying drug delivery system (SNEDDS) enhanced
solubility and dissolution of indomethacin
Indometasin adalah obat antiinflamasi golongan NSAID untuk pengobatan artrhitis dan
gout. Bentuk sediaan yang tersedia berupa oral, topikal dan injeksi. Seperti halnya NSAID
lainnya, indometasin dapat menyebabkan tukak lambung.
Indometasin memiliki kelarutan yang rendah dan permeabilitas tinggi. Jika kelarutan
suatu obat rendah mengakibatkan penyerapan obat rendah sehingga bioavalibilitasnya rendah.
Jadi perlu adanya cara untuk meningkatkan kelarutan indometasin. Untuk meningkatkan
kelarutan maka membuat sediaan nanoemulsi dengan menggunakan metode SNEDDS (SelfNanoemulsifying Drug Delivery System ). Pada penelitian ini menggunakan Ultra fine super
SNEDDS. SNEDDS yang transparan dan berukuran kurang dari 50 nm. Nanoemulsi
mencampurkan minyak, surfaktan dan kosurfaktan dengan air atau cairan grastointestinal
sebagai pengencer. Mikroemulsi, nanoemulsi dan SNEDDS telah diteliti sebagai penghantar
nano untuk banyak obat hidrofobik untuk meningkatkan stabilitas termodinamika, kapasitas
solubilisasi, laju disolusi in vitro, dan bioavailabilitas in vivo. Tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan karakterisasi dan evaluasi dari metode ultra fine super SNEDDS untuk
penghantar oral indometasin untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi sehingga
meningkatkan bioavailibilitas obat.
Metode analisis kelarutan menggunakan fase terbalik kromatografi cair kinerja tinggi
(RP-HPLC) dengan panjang gelombang 318 nm, dilakukan skrinning dari komponen untuk
prparasi ultra fine super SNEDDS, konstruksi peta fase nano dan optimalisasi ultra fine super
SNEDDS untuk mengetahui konsetrasi komponen yang digunakan.
Selanjutnya dilakukan karakterisasi dan optimalisasi dari SNEDDS dengan cara uji
stabilitas termodinamika, ukuran droplet, pengukuran potensi zeta, uji viskositas diukur
dengan Brookfield viskometer pada 25 1 C, pengukuran Indeks bias SNEDDS tanpa
pengenceran menggunakan refraktometer jenis Abbes pada 25 1 C, uji efesiensi selfnanoemulsying standar USP XXII, uji pelepasan obat in vitro dan uji kelarutan indometasin
dalam air suling.
Dari hasil uji di atas formulasi yang diperoleh adalah air suling sebagai pengencer,
labrafil sebagai fase minyak, tween-80 sebagai surfaktan dan transcutol-HP sebagai

kosurfaktan. Rasio surfaktan dan kosurfaktan ( Smix ) yang dipilih adalah 1:1, 2:1, 3:1. Dari
hasil potensial zeta menunjukkan indometasin dibentuk dengan ultra fine super SNEDDS
stabil karena formulasi F1-F9 memiliki ukuran droplet mulai dari 8,7 nm 23,8 nm dapat
dilihat pada tabel 2 ( kurang dari 50 nm ).
Menurut tabel 1 yaitu formulasi obat dari F1-F9 ( menjadi sasaran i vitro ) dengan 25 mg
indometasin dan tabel 2 didapatkan hasil berikut :

Dari hasil tabel di atas dipilih komposisi formulasi F1 (% w/w) yaitu fase minyak 10%, 40%
fase Smix 1:1, dan 50% fase air. F1 dipilih karena setelah dilakukan optimalisasi F1 memiliki
pelepasan obat lebih tinggi 98,4%, ukuran droplet rendah (8,7 nm), nilai PI rendah (0,005),
viskositas terendah (24,52 cp), stabilitas ultra fine super SNEDDS dan obat juga baik.
Jika dlihat dari kelarutannya, indometasin memiliki laju disolusi kurang dari 0,1 mg/ml
yaitu ,009 0,004 mg / ml dalam air suling.
Setelah menggunakan metode Ultra fine
super SNEDDS dengan formulasi F1 maka
laju disolusi meningkat 4573 kali yaitu
41,16 3.14 mg / ml. Peningkatan kelarutan
ini dikarenakan adanya Tween-80 dan
transcutol- HP

Anda mungkin juga menyukai