Anda di halaman 1dari 5

INFEKSI JAMUR KETOCONAZOLE

Oleh
KELOMPOK 3
1. KADEK DWI MELANIE RAHAYU (183212874)
2. NI KADEK RISKI DWIYANTI (183212883)
3. NI KETUT PUTRI WULANDARI (183212886)
4. NI LU ERINA (183212892)
5. YUNDA CHANDRA DEWI (183212901)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019
KETOKONAZOL

Ketokonazol merupakan turunan imidazol dan klotrimazol. Obat ini bersifat dalam air
pada PH asam. Ketokonazol aktif sebagai anti jamur baik sistemik  maupun
nonsistemik efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus
neoformans, H. Capsulatum, B. Dermatitidis , Aspergillus dan Sporothrix spp.

1. Patofisiologi
Infeksi jamur diawali dengan masuknya spora jamur ke dalam tubuh atau
melekatnya spora tersebut pada kulit. Infeksi sistemik umumnya diawali dengan
terhirupnya spora ke dalam paru-paru atau pada candidiasis vulvovaginal infeksi
dapat terjadi karena spora masuk melalui lubang vagina karena kurangnya
kebersihan. Sebenarnya tubuh memiliki proses pertahanan terhadap infeksi
jamur, akan tetapi kekuatannya sangat bervariasi antar individu tergantung
tingkat dayatahannya. Pada pasien dengan kondisi immunocompromised infeksi
jamur bahkan yang sifatnya oportunistik sangat mudah terjadi. Setelah spora
masuk dan melewati lini pertahanan tubuh, dengan kondisi tertentu spora dapat
berkembang menjadi jamur dan membentuk koloni di dalam tubuh atau pada
jaringan superfisial. Hal tersebut akan kembali menimbulkan gejala lokal
maupun sistemik

2. Farmakokinetik
Ketokonazol merupakan anti jamur sistemik per oral yang penyerapannya
bervariasi  antar individu , obat ini menghasilkan  kadar plasma yang cukup
untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur penyerapan melalui  saluran cerna
akan berkurang pada pasien dengan pH lambung yang tinggi. Pada pemberiaan
bersama antagonis H2 atau bersamaan antasida. Obat ini ditemukan dalam urin,
kelenjar lemak, liur, juga pada kulit yang mengalami infeksi, dan cairan vagina,
Kadar Ketokonazol dalam cairan otak  sangat kecil, Dalam
plasma 84%, ketokonazol berikatan dengan protein plasma terutama albumin,
Berikatan dengan eritrosit 15%, dalam bentuk bebas 1%. Metabolis lintas
utama, dan sebagian besar Ketokonazol Diekskresikan bersama cairan empedu
ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja Dikeluarkan   bersama Urin.
Farmakokinetik ketoconazole berupa aspek absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasinya.
a. Absorpsi
Ketoconazole memiliki kemampuan rendah untuk larut dalam air. Penyerapan
ke dalam darah sangat bervariasi bergantung pada kadar keasaman (semakin
asam semakin baik penyerapannya dalam darah) sehingga penyerapan akan
lebih baik bersamaan dengan makan. Rata-rata konsentrasi ketoconazole
dalam darah 3.5 ug/mL dalam waktu 1 hingga 2 jam. Rasio konsentrasi antara
CSF (Cerebro Spinal Fluid) dibanding serum kurang dari 0,1.
b. Distribusi
Ketoconazole dapat didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh melalui ikatan
albumin, namun rendah dalam CSF. Setelah diabsorsi, ketoconazole tablet
dikonversi menjadi metabolit inaktif.
c. Metabolisme
Metabolisme ketoconazole terjadi di liver menjadi bentuk metabolit
inaktifnya. Beberapa penelitian mengemukakan adanya keterlibatan pada
sitokrom isoenzim P450 dan beberapa transporter seperti CYP3A4, CYP2C9,
CYP2C19, P-gp, UGT1A1, dan UGT2B7. Ketoconazole adalah salah satu zat
yang menghambat kerja CYP3A4.
d. Eliminasi
Ketoconazole dieliminasi di hepar dengan melakukan oksidasi, dealkilasi dan
hidroksilasi aromatik pada cincin imidazole dan piperazine dengan
menggunakan enzim microsomal dari hepar. Ketoconazole memiliki waktu
paruh (t ½) 7 hingga 10 jam. Secara oral, ketoconazole akan mencapai dosisi
maksimum di serum sekitar 4.2- 6.2 µg/mL pada dewasa dalam keadaan
sehat. Secara topikal, ketoconazole akan mencapai kadar sekitar 0 – 20.7
ng/mL.
Rata-rata, 13% dari dosis yang diminum akan dieksresikan ke urin.
Sedangkan eksresi terbesar adalah melalui cairan empedu yang dialirkan ke
intestinal lalu sebanyak 57% dibuang ke feses. Sisa dari ketoconazole di
dalam tubuh tidak mengalami perubahan dan tetap di dalam tubuh.

3. Farmakodinamik
Ketokonazol aktif sebagai anti jamur baik sistemik maupun nonsistemik
efektif terhadap Candida, Coccidiodes immitis, Cryptococcus neoformans,
H.capsulatum, B.dermatitis, Aspergillus dan Sporothrix spp.

4. Dosis Ketoconazole
Sediaan Ketoconazole sendiri terdiri tablet oral, salep kulit serta sampo.
Pengobatan menggunakan Ketoconazole sangat tergantung spesies jamur serta
tempat predileksi lesi pada bagian tubuhnya.
Infeksi jamur (oral)
a. Anak   : ≥ 2th ; 3.3 – 6.6 mg/kg sekali sehari selama 1-4 minggu terapi,
bahkan sampai 6 bulan untuk mikosis sistemik
b. Lansia : disamakan dengan dewasa
c. Dewasa : 2% salep kulit digunakan 1-2 kali sehari dioleskan merata pada
bagian lesi infeksi.

5. Interaksi Obat
a. Dengan Obat Lain
Pemberian Ketokonazol bersamaan dengan obat yang menginduksi enzim
mikrosom hati ( rimfampisin, isoniazid, fenitoin ) dapat menurunkan kadar
ketokonazol. Sebaliknya ketokonazol dapat meningkatkan kadar obat yang
dimetabolisme oleh enzim CYP3A4 sitokrom P450 ( siklosporin, warfarin,
midazolam, indinavir ).
b. Dengan Makanan
Pemberian bersama makanan tidak berpengaruh terhadap penyerapan
ketokonazol.

Anda mungkin juga menyukai