Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Kondiloma Akuminata adalah salah satu jenis penyakit menular seksual (sexually
transmitted disease). Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh negara, termasuk Indonesia. IMS dapat mealui hubungan
seksual (HUS), baik secara genito genital, oro genital maupun ano genital pada
HUS yang berlainan jenis atau sesama jenis.
Kondiloma akuminata merupakan salah satu manifestasi klinis yang disebabkan
oleh infeksi Human Papillomavirus Virus (HPV), paling sering ditemukan di daerah
genital dan jarang di selaput lendir. Sering terkait dengan HPV 6 dan 11 dengan masa
inkubasi 3 minggu sampai 8 bulan. Penyakit ini biasanya asimptomatik dan terdiri
dari papilomatous papula atau nodul pada perineum, genitalia dan anus. Ada dua
bentuk umum Kondiloma Akuminata, yaitu kondiloma akuminata dan gigantea, yang
dikenal sebagai tumor Buschke-Lwenstein.1
Kontak seksual yang terinfeksi HPV pada individu mempunyai peluang 75%
untuk terjadi kondiloma akuminata. Baik laki-laki maupun perempuan rentan untuk
terjadi infeksi.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kondiloma akuminata ialah vegetasi oleh human papilloma virus tipe tertentu,
bertangkai dan permukaannya berjonjot.3

B. Epidemiologi
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS). Frekuensinya
pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit
langsung.3
Prevalensi terbesar adalah pada usia 17-33 tahun, dengan insiden yang
memuncak pada usia 20-24 tahun.4

C. Etiologi
Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV), ialah virus DNA
yang tergolong dalam family virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 60
tipe VPH , namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata.
Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16,18,
30,31, 33,35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, dan 56.3
Pada referensi lain menyebutkan, lebih dari 120 subtipe yang berbeda dari HPV
yang telah diidentifikasi, dengan 40 subtipe yang mampu menginfeksi traktus
anogenital. Jenis ini dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu low risk, intermediate
risk, dan high risk. HPV tipe 6 dan 11 jarang menimbulkan kanker serviks
sehingga disebut subtipe low risk. Infeksi dari genotif ini bertanggung jawab
sekitar 90% pada formasi genital warts. Sebaliknya tipe 16 dan 18 sangat
berhubungan dengan displasia serviks sehingga dianggap high risk, subtipe
2

onkogenik. Penelitian menunjukkan infeksi pada genotif ini adalah sampai 70%
terjadi Squamous Cell Carcinoma (SCC) dari serviks. HPV tipe 31, 33, 45, 51, 52,
56, 58, dan 59 adalah tipe intermediate risk, sering ditemukan pada neoplasma
skuamosa, tetapi jarang dihubungkan dengan SCC serviks. Pasien dengan
kondiloma akuminata dapat terinfeksi stimultan oleh beberapa jenis HPV.2

Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu
tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada
kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering ditemui pada kondiloma
akuminata dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan. 1 kondiloma juga
dapat menjadi koinfeksi yang high risk HPV seperti HPV tipe 16. Merupakan

penyakit menular seksual, dengan transmisi rata-rata 60% di antara partner


seksual.5
I. Faktor Resiko
a. Usia dan jenis kelamin
pakar mengemukakan, usia adalah faktor risiko independen pada kondiloma
akuminata, 80% penderita kondiloma akuminata terjadi pada usia 17-33 tahun,
puncak usia menderita penyakit ini di usaia 20-24 tahun. Pria rata-rata diusia 22
tahun bisa menderita kondiloma akuminata dan wanita 19 tahun, pria wanita
proporsi adalah 11,4.
b. Status perkawinan dan kehamilan
Data menunjukan perceraian, suami istri tidak serumah, janda atau duda, belum
nikah adalah paling mudah menderita kondiloma akuminata, karena keadaan
diatas mudah terjadi perilaku seksual yang berisiko tinggi.
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat
menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan.
Selain itudapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis
laring (kutil padasaluran nafas) pada bayi baru lahir.
c. Fungsi kekebalan tubuh lemah
Kekebalan tubuh lemah individual seperti tumor ganas, kemoterapi
imunosupresif

dan

mengunakan

dexamethasone.

Persentase

menderita

kondiloma akuminata serta persentase kambuh juga tinggi dan jumlah kutil pun
bertambah banyak.
d. Merokok dan minum alkohol
Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh, dan persentase menderita
penyakit ini pun bertambah berdasarkan lama merokok dan jumlah batang
4

rokok yang dihisap per hari. Minum alkohol juga bisa menghambat kekebalan
tubuh. Merokok dan alkohol bisa menghambat sistem saraf tengah, mengurangi
kecemasan, meningkatan libido, resiko seksual pun bertambah, sehingga
meningkatkan kekambuhan akuminata mudah.
e. Hubungan seksual
Berdasarkan hasil penelitian dan statistik menunjukan, penyebab terjadinya
kondiloma akuminata karena memiliki banyak pasangan yang menderita
kondiloma akuminata, dan tingkat kekambuhan lebih tinggi dibandingkan
pasangan seksual tunggal.
f. Pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat
Berdasarkan banyak hasil penelitian menunjukan infeksi HPV bisa dicegah
dimana harus mengunakan alat kontrasepsi. Penelitian lain menunjukan,
penyebab terjadinya kondiloma akuminata dimana wanita yang mengunakan
obat kontrasepsi persentase terjadinya kondiloma akuminata lebih tinggi
dibandingkan tidak memakai obat kontrasepsi.
g. Menderita penyakit lain
penyebab terjadinya kondiloma akuminata ada hubungannya dengan penyakit
menular seksual lainnya seperti alat kelamin, kencing nanah dan AIDS. Banyak
penderita kondiloma akuminata bisa menyebabkan penyakit kelamin lainnya,
dan beberapa patogen penyakit menular seksual merusak mukosa, sehingga
kemampuan tubuh melawan HPV pun menurun.
D. Patofisiologi
Kondiloma akuminata dapat disebabkan kontak dengan penderita yang
terinfeksi HPV. HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada

daerah kelamin dan melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan abrasi
permukaan epitel. Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik; yang sifatnya
mempunyai afinitas tinggi pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada
adanya diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat
ditemukan pada lapisan terbawah dari epitel. Protein kapsid dan virus infeksius
ditemukan pada lapisan superfisial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV dapat masuk
ke lapisan basal, menyebabkan respon radang. Pada wanita menyebabkan
keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang masuk ke lapisan basal sel
epidermis dapat mengambil alih DNA dan mengalami replikasi yang tidak
terkendali. Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan gejala yang
dapat berlangsung sebulan bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi virus
DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi infeksius dari
struktur koilosit atipik dari kondiloma akuminata (morphologic atypical
koilocytosis of condiloma acuminate) berkembang.1,2 Lamanya inkubasi sejak
pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau dapat lebih lama.
HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan
di sekitar genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti
bunga kol. Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme
dan bisa terjadi penularan karena pelepasan virus bersama epitel.6
HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang yang merangsang
pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin yang dapat menstimulasi saraf perifer.
Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia

Hubungan seksual

sepanjang nervus ke dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan


dengan
HPV HPV dapat
sebagai rasa gatal di korteks serebri. Pada Kontak
wanita yang
terinfeksi

menyebabkan keputihan dan disertai infeksi mikroorganisme yang berbau, gatal


PV 6 & 11 masuk melalui mikro lesi

dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman pada saat melakukan hubungan seksual.6
Penetrasi melalui kulit

Ditumpangi oleh patogen

Mikroabrasi permukaan epitel

Keputihan disertai infeksi mikrorganisme


Respon radang

HPV masuk lapisan basal

Mengambil alih DNA


Merangsang mediator kimia: histamin
Bau, berwarna kehijauan
Stimulasi saraf perifer

HPV naik ke epidermis

Gatal dan terasa terbakar


Menghantarkan pesan gatal ke otak Bereplikasi
Tidak terkendali
Tidak nyamanImpuls
saat melakukan
hubungan
elektronikimia
(gatal)seksual
sepanjang nervus ke dorsal spinal cord
Nodul kemerahan di sekitar genitalia
Gangguan pola fungsi seksual Thalamus
Penumpukan nodul merah membentuk seperti
bunga kol
Gangguan
citra diri
Korteks (intensitas) dan lokasi gatal dipersepsikan

Persepsi gatal

Pecah/muncul lesi Gang. Integritas kulit

Gangguan rasa nyaman : Gatal


Lesi terbuka, terpajan mikroorganisme

Pelepasan virus bersama sel epitel


7
Resti penularan

E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan pasien dengan kondiloma akuminata datang dengan keluhan
ringan. Keluhan yang paling sering adalah ada bejolan atau terdapat lesi di
perianal.5
1. Gejala
Kebanyakan pasien hanya mengeluhkan adanya lesi, yang dinyatakan tanpa
gejala. Jarang terdapat gejala seperti gatal, perdarahan, atau dispaurenia. Tetapi
terkadang lesi dapat menimbulkan ketidaknyamanan, rasa panas, dan pruritus.
Lesi yang besar dapat berdarah dan iritasi bila kontak dengan pakaian atau
selama hubungan seksual.5
2. Tanda-Tanda Fisik
Kondiloma biasanya pada jaringan yang lembab pada area anogenital. Lesi
sering ditemukan di daerah yang mengalami trauma selama hubungan seksual.
Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius,
glands penis, muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita di
daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri.
Terkadang dapat berkembang di mulut atau tenggorokam setelah kontak seksual
secara oral yang terinfeksi dari partnernya. Kondiloma akuminata memiliki
bentuk yang sangat bervariasi, mungkin flat (datar), dome-shaped (seperti
8

kubah), cauliflower-shape (kembang kol) atau pedunculated. Kondiloma dapat


bermanifestasi sebagai soliter keratotik papul atau plak. Awalnya dalam bentuk
kecil, ukuran 1-2 mm flesh-colored papule dari kulit dan bentuk ini dapat
bertahan selama infeksi.2
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan
kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot
(papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan
sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi
keabu-abuan dan berbau tidak enak.3

Terdapat lesi pada penis,


gambaran multiple kembang kol pada
batang dan kulit penis.

Kondiloma

Akuminata pada
Vulva. Multiple papuls
pada labia yang berwarna pink-coklat.

Vegetasi yang besar disebut sebagai giant condyloma (Buschke) yang pernah
dilaporkan menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus dilakukan biopsy.
sering terdapat pada gland penis, daerah perianal.3

Giant condyloma dari Buschke-Lowenstein atau Buschke-Loewenstein tumor


(BLT) pertama kali ditemukan oleh Buschke pada tahun 1886. Oleh Buschke dan
Loewenstein tahun 1925, kemudian dinamai oleh Loewenstein carcinoma-like
condyloma acuminata pada penis. Pertumbuhannya sangat lambat tumor
verukosa dan mencapai ukuran besar. Beberapa penulis menyebutkan bahwa
etiologinya adalah HPV low risk yaitu tipe 6 dan 11, sementara yang lain
melaporkan pentingnya munculnya HPV risiko tinggi onkogenik yaitu tipe 16 dan
18. Faktor risikonya adalah kebersihan yang buruk, pasien yang tidak disirkumsisi,
seks bebas, iritasi kronik, imunosupresi karena infeksi virus HIV.7

F.

Diagnosis
10

a. Anamnesis

Partner seksual multipel dan usia coitus yang lebih muda merupakan faktor

risiko kondiloma akuminata.


Umumnya, 2/3 dari individu yang memiliki pasangan kontak seksual

dengan kondiloma akuminata, lesi dapat berkembang dalam waktu 3 bulan.


Keluhan utama biasanya salah satu benjolan nyeri, pruritus atau discharge.

Terlibatnya lebih dari satu area sering terjadi. Riwayat lesi multipel.
Lesi pada mukosa oral, laring atau trakea (tapi jarang) mungkin terjadi

karena kontak oral-genital.


Riwayat hubungan seksual anal baik pada lak-laki maupun perempuan

dapat menyebabkan lesi pada perianal.


Perdarahan uretra atau obstruksi uretra meskipun jarang dapat terjadi, dapat

disebabkan oleh kondiloma yang terdapat di meatus.


Riwayat pasien dengan PMS sebelumnya atau sedang terjadi.
Perdarahan saat koitus dapat terjadi. Perdarahan vagina selama kehamilan

terjadi karena erupsi dari kondiloma.4


b. Pemeriksaan Fisik
Erupsi papular single atau multipel dapat diobservasi. Erupsi mungkin
muncul mutiara, filiform, kembang kol (caulifowler) atau plaquelike.
Semuanya ini dapat secara halus (terutama pada penis), verukosa atau
lobular. Erupsi ini mungkin tidak berbahaya atau dapat mengganggu

penampilan.
Warna erupsi mungkin sama dengan warna kulit atau dapat juga eritema
atau hiperpigmentasi. Periksa ketidakteraturan dalam bentuk, warna yang
mensugesti melanoma atau keganasan.

11

Kecenderungan pada glands penis pada pria dan daerah vulvovagina dan

serviks pada perempuan.


Lesi meatus uretra dan mukosa dapat terjadi.
Mencari adanya klinis dari PMS lainnya (misalnya ulserasi, adenopati,

vesikelm discharge).
Melihat lesi perianal, terutama pada pasien dengan riwayat atau risiko dari

imunosupresi atau hubungan seksual secara anal.4


c. Pemeriksaan Penunjang
Kolposkopi (Stereoskopi Mikroskopik)
Hal ini sangat berguna untuk mengidentifikasi (sebagian besar) lesi pada
serviks, dimana lebih baik mengidentifikasi dengan menggunakan asam
asetat.
Biopsi
Biopsi diindikasikan untuk lesi yang atipikal, rekurent setelah terapi awal
berhasil atau resisten terhadap pengobatan atau pasien dengan risiko tinggi
untuk neoplasia atau imunosupresi. Biopsi tidak diperlukan untuk kutil
anogenital yang khas.
G. Diagnosa Banding
a. Veruka vulgaris
Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau sama
dengan warna kulit. Terutama terdapat pada anal-anak, tetapi dapat juga pada
dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian
ekstensor, walaupun penyebarannya dapat ke tubuh bagian lain termasuk
mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu,
besarnya lentikular, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul
autoinkolusi sepanjang goresan (fenomenan Kobner).3

12

b. Kondiloma latum
Pada sifilis, biasanya dengan permukaan rata dan STS positif, ditemukan
banyak Spirochaeta pallidum dengan mikroskop lapangan gelap.8

c. Karsinoma sel skuamosa


Vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah dan berbau. Karsinoma
sel skuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai beberapa tingkat
kematangan, dapat intraepidermal, dapat pula bersifat invasif dan bermetastasis
jauh. Umur yang paling sering adalah 40-50 tahun (dekade V-VI).3

13

d.

Moluskum Kontagiosum
Penyakit yang disebabkan oleh pox virus, klinis berupa papul-papul, pada
permukaannya terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan
moluskum. Penyakit ini merupakan penyakit akibat hubungan seksual.
Transmisinya melalui kontak kulit langsung. Lokalisasi di daerah muka, badan
dan esktremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia
eksterna.4

H. Pengobatan
Banyak metode pengobatan kondiloma akuminata tetapi secara umum dapat
dibedakan menjadi kemoterapi, dan bedah.
1. Kemoterapi
14

a. Podophyllin
Podophyllin pertama direkomendasikan untuk pengobatan kondiloma
oleh Culp dan Kaplan pada tahun 1942, bahan ini adalah agen sitotoksik
yang berasal dari resin podofilum emodi dan peltatum podofilum yang
mengandung senyawa lignin biologis aktif, termasuk podofilox, yang
merupakan komponen paling aktif terhadap kondiloma akuminata.
Podophyllin memiliki keuntungan menjadi mudah digunakan dan sangat
murah. Yang digunakan iaah tingtura podofilin 25%. Kulit disekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi. Jika belum
ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian
jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala
toksisitas ialah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan
keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum
tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil
sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian fetus.3
Beberapa kelemahan, termasuk keterbatasan penggunaan dan toksisitas
sistemik. Podophyllin harus dicuci setelah 6 jam karena sangat mengiritasi
kulit normal di sekitarnya dan menyebabkan reaksi lokal yang parah
berupa dermatitis, nekrosis, dan jaringan parut. 9
b. Bichloracetic Acid atau Trichloracetic Acid
Bichloracetic Acid adalah keratolitik kuat dan telah berhasil digunakan
untuk terapi kondiloma akuminata. Seperti podophyllin, Bichloracetic
Acid atau Trichloracetic Acid murah dan mudah diterapkan. Namun, juga
dapat menyebabkan iritasi kulit lokal dan seringkali memerlukan
15

kunjungan beberapa kali, umumnya pada interval mingguan. Dalam


sebuah studi oleh Swerdlow dan Salvati, bichloracetic acid dan
trichloracetic acid lebih nyaman digunakan oleh pasien dan memiliki
kemungkinan kekambuhan yang minimal dibandingkan yang lain.
Mempunyai efek kaustik dengan menimbulkan koagulasi dan nekrosis
pada jaringan superfisial terutama pada bentuk hiperkeratotik . 9
c. 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim. Bersifat

sebagai

antimetabolit yang dapat mengganggu sintesis DNA , dipakai terutama


pada lesi di meatus uretra. 5-FU krem 1 % digunakan 2 kali sehari secara
periodik selama 2-6 minggu, dan krem 5% digunakan 4 kali sehari secara.
periodik selama 10 minggu. Sebaiknya penderita tidak miksi selam 2 jam
setelah pengobatan.3
2. Bedah Terapi
a. Elektrokauterisasi
Elektrokauterisasi adalah cara yang efektif untuk menghancurkan
kondiloma akuminata di anus internal dan eksternal tetapi teknik ini
memerlukan anestesi lokal dan tergantung pada keterampilan operator
untuk mengontrol kedalaman dan lebar kauterisasi tersebut. Mengontrol
kedalaman luka penting untuk mencegah jaringan parut dan luka pada
sfingter ani mendasarinya. Luka bakar melingkar harus dihindari untuk
mencegah stenosis ani. Jika penyakit ini sangat luas atau melingkar,
upaya-upaya harus dilakukan untuk mempertahankan kontinuitas kulit.9
b. Eksisi bedah

16

Eksisi bedah telah lama digunakan untuk mengobati kondiloma


akuminata dengan tingkat keberhasilan tinggi. Kombinasi eksisi dan
elektrokauter dianggap sebagai gold standard untuk pengobatan
kondiloma akuminata.9
c. Bedah Beku (N2, N2O cair)
Bedah beku merupakan metode pengobatan umum dermatologist,
berbahan dasar nitrogen atau karbondioksida cair, es beku kering
penghancur kulit, penghancur kulit untuk edema lokal, bertujuan untuk
mencapai tujuan pengobatan. Virus kondiloma akuminata menyebabkan
terjadinya hiperplasia prostatik jinak pada kulit dan membran mukosa. Ini
memiliki pembuluh darah lecil dalam jumlah banyak, berproliferasi secara
cepat. Metode dapat menggunakan es beku untuk kondiloma akuminata,
membentuk edema lokal derajat tinggi. Keuntungan yang paling bagus
dari bedah beku ini ialah hanya bersifat lokal tanpa meninggalkan bekas,
tingkat keberhasilan pengobatan kira-kira 70%. Tersedia dalam metode
semprot atau kontak langsung, mampu diaplikasikan pada bentuk kecil.
Dapat digunakan dalam 1 minggu sebanyak 2-3 kali. Bedah beku ini
banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita
hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
3. Terapi Laser
Terapi laser karbon dioksida untuk menghancurkan kondiloma pertama
kali dilaporkan oleh Baggish pada tahun 1980. Sebuah tingkat keberhasilan
keseluruhan dari 88 sampai 95% telah dilaporkan. Ini mirip dengan
17

elektrokauter, namun ablasi laser memiliki tingkat kekambuhan tinggi dan


menimbulkan nyeri pasca operasi, keuntunganya luka lebih cepat sembuh, dan
meninggalkan sedikit jaringan parut.3,9
4. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m atau intralesi) dan topikal
(krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU. i.m 3 kali seminggu
selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m selama 6 minggu. Interferon
beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m selama 10 hari berturut-turut.3
Interferon tidak direkomendasikan sebagai modalitas pengobatan utama.
Diproduksi secara alami oleh protein dengan antivirus, antitumor dan
immunomodulatory actions.
5. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat
diberikan pengobatan bersama imunostimulator.3
I. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Tidak ada medikasi yang efektif 100%. Vaksin HPV dapat dilakukan dan telah
disetejui oleh FDA. The Advisory Committee on Immunization Practice (ACIP)
merekomendasikan vaksinasi rutin untuk perempuan usia 11-12 tahun dan
vaksinasi catch-up untuk perempuan usia 13-26 tahun.
Sexual abstinence
Kondom dapat mencegah terjadinya penularan. 4
J. Komplikasi
Transformasi untuk keganasan genitourinaria pada laki-laki maupun perempuan
Penularan pada neonatus
Kondiloma akuminata yang berulang. 4
Pre-cancer dan cancer
Pre-malignant (vulva, anal, penile intra-epithelial neoplasia) atau lesi invasif
(vulva, anal dan kanker penis) dapat muncul bersamaan dengan kondiloma.

18

Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi coklat kemerahan yang dihubungkan


dengan tipe HPV yang onkogenik dan merupakan bagian dari spektrum klinis
neoplasia intraepithelial anogenital. Biopsi dapat dilakukan. Varian lain yang
jarang adalah HPV tipe 6/11 yaitu penyakit kondiloma raksasa atau BuschkeLowenstein tumor. Ini merupakan karsinoma verukosa, ditandai dengan
infiltrasi lokal yang agresig sampai ke struktur dermal.5
K. Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisinya
dicari, misalnya higiene, adanya flour albus, atau kelembaban pada pria akibat
tidak disirkumsisi.3
Banyak pasien baik itu gagal untuk merespon pengobatan atau rekuren. Tingkat
kekambuhan lebih dari 50% setelah 1 tahun dihubungkan dengan:
Infeksi berulang dari kontak seksual
Masa inkubasi yang panjang dari HPV
Lokasi virus pada lapisan kulit superfisial
Virus yang persisten di kulit, folikel rambut
Lesi yang dalam
Lesi subklinik
Anunderlying immunosuppression. 4

19

BAB III
KESIMPULAN

Kondiloma akuminata merupakan penyakit menular seksual yang umum


terdapat dimasyarakat. Penyebabnya adala human papilloma virus (HPV). Sekitar
90% kondiloma akuminata berhubungan denga subtipe HPV 6 dan 11, yang memiliki
potensial yang rendah menimbulkan keganasan. Namun, apabila terkait dengan HPV
tipe 16 dan 18 cenderung untuk transformasi onkogenik. Terapi yang diberikan
terdapat beberapa macam yaitu kemoterapi (podophyllin, asam trikloroasetat, 5florourasil), terapi bedah (bedah eksisi, electrosurgery, laser theraphy), imunoterapi,
dan interferon. Vaksinasi HPV mungkin secara signifikan dapat mengurangi beban
penyakit dengan mencegah infeksi dan penularan virus.2, 3, 9

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Bakardzhiev I, Pehlivanov G, Stransky D, Gonevski M. Treatment of


Candylomata Acuminata and Bowenoid Papulosis With CO2 Laser and
Imiquimod. J of IMAB- Annual Procceding (Scientific Papers). 2012;18:246-9.
2. Valarie, Yanofsky, Patel, & Goldenberg. Genital Warts: A Comprehensive
Review. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. June 2012: Vol 5:61.
3. Djuanda A. Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2009.
4. Ghadishah,Delaram.Reference:Condyloma-Acuminata.
http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview.
5. Lacey, Woodhall, Wikstrom, Ross. European Guideline for the Management of
Anogenital Warts. 2011: 130911.
6. Djuanda A. Penyakit Virus. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010. p. 112-4.
7. Braga, Stiepcich, Muller, Nadal, Valeria.

Buschke-Loewenstein tumor:

Identification of HPV type 6 and 11. Anais Brasileiros de Dermatologia.


2012;87(1):131-134.
8. Siregar, R.S. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005. p. 90-91.
9. Chang GJ, Welton M. Human Papilloma Virus, Condylonata Acuminata, and
Anal Naoplasia. Clinic in Colon and Rectal Surgery. 2004., 17(4), p. 221-230

21

Anda mungkin juga menyukai