https://gedangmatikenekvirus.wordpress.com/enzimologi-dasar/
Enzimologi Dasar
menjadi molekul yang berbeda. Enzim tidak memberikan energi pada reakasi selular, namun
mempercepat reaksi dengan merendahkan bukit EA. Tanpa enzim, reaksi metabolic akan
terjadi sangat pelan untuk menjaga kehidupan.
Pada skema 1 bagian kanan, mensimbolkan 2 reaksi kimia yang sama dengan skema bagian
kiri, namun disini dikatalisis oleh enzim. Pengaruh enzim tersebut adalah menurunkan bukit
energi sehingga menyebabkan bola dengan sedikit energy dorongan dapat menyebrang.
Hasilnya, dengan waktu tertentu lebih banyak bola yang menyebrang menjadi produk
daripada tanpa enzim sama sekali.
Pada skema 2, menunjukkan grafik pengaruh enzim pada reaksi yang dikatalisis. Kurva biru
mewakili perjalanan reaksi tanpa enzim. Bukit EA lebih tinggi daripada reaksi yang
dilakukan dengan enzim (kurva merah). Perhatikan bahwa perubahan jaring pada energy
dari awal sampai akhir, analog dengan perbedaan tinggi dua ruang pada model bola
menglinding, sama dengan kedua kurva. Katalis reaksi metabolism dalam sel dengan enzim
adalah isensial bagi sel.
Walaupun ATP dapat menghasilkan penghambatan negative, ketika suplai ATP sel lebih dari
kebutuhan, maka ATP dapat secara nonkompetitif menghambat enzim yang mengkatalis
tahap tertentu pada proses sintesis ATP
Manusia telah mengembangkan dan menggunkan inhibitor enzim baik sebagai agen
konstruksi ataupun destruksi, seperti pestisida dan obat-obatan. Dapat juga sebagai racun
yang mematikan bagi dunia. Ketika inhibitor enzim, terutama yang irreversible, dapat
mencegah enzim untuk katalisis dimana sangat krusial bagi reaksi metabolism (keracunan
organisme).
Sianida merupakan racun yang menghambat enzim yang terlibat dalam produksi ATP selama
respirasi selular. Gas saraf seperti sarin, dimana pernah dilepaskan oleh teroris di Tokyo pada
tahun 1995, merupakan molekul kecil yang berikatan secara kovalen dengan asam amino
pada sisi aktif enzim asetilkolinesterase. Enzim ini sangat vital untuk transmisi impuls saraf
dan penghambatan ini mengakibatkan paralisis fungsi vital dan kematian.
Pestisida seperti malation dan parathion toksik bagi serangga karena secara irreversible
menghambat enzim asetilkolinesterase. Agen ini dapat pula toksik terhadap hewan lainnya,
termasuk manusia (tergantung dosis yang diberikan).
Banyak antibiotic bekerja dengan cara penghambatan enzim. Pada kasus berikut, enzim
sangat isensial untuk bertahan hidup terhadap penyakit yang disebabkan bakteri. Pinicilin
menghambat enzim bakteri yang berfungsi membentuk dinding sel. Karena manusia tidak
memilki enzim ini, maka tidak ada efek bagi tubuh.
Ibuprofen dan aspirin bekerja sebagai inhibitor enzim yang menyebabkan mekanisme
nyeri. Inhibitor protease merupakan obat HIV yang menargetkan pada enzim kunci viral.
Dan banyak obat kanker merupakan inhibitor enzim yang memicu pembelahan sel. Aksi
anti-enzim toksin, pestisida, dan obat memberikan gambaran pentingnya enzim pada
kehidupan sel.
Sumber PPT: http://old.analytical.chem.itb.ac.id/coursesdata/96/Materi_kuliah/Enzimologi-11.pdf
IMOBOLISASI ENZIM: https://khairulanam.files.wordpress.com/2010/08/enzim-imobil-s2revisi.pdf
ANTIBODI MONOKLONAL
Sumber: https://moko31.wordpress.com/2010/06/27/antibodi-monoklonal/
Antibodi Monoklonal
Setelah sekian lama para ilmuwan mengeksplorasi imunoterapi kanker, akhirnya pada dekade
terakhir (menjelang tahun 2000), produk berbasis antibodi di bidang onkologi mulai
digunakan dalam tatalaksana berbagai macam kanker. Terapi antibodi monoklonal merupakan
bentuk pasif dari imunoterapi (imunoterapi pasif), karena antibodi dibuat dalam kuantitas
besar di luar tubuh. Jadi terapi ini tidak membutuhkan sistem imun pasien untuk bersikap
aktif melawan kanker.
Antibodi diproduksi secara masal dalam laboratorium dengan menggabungkan sel myeloma
(tipe kanker sumsum tulang) dari sel B mencit yang menghasilkan antibodi spesifik. Sel hasil
penggabungan ini disebut hibridoma. Kombinasi sel B yang bisa mengenali antigen khusus
dan sel myeloma yang hidup akan membuat sel hibridoma menjadi semacam pabrik produksi
antibodi yang tidak ada habisnya. Karena semua antibodi yang dihasilkan identik, berasal dari
satu (mono) sel hibridoma, mereka disebut antibodi monoklonal (disingkat MAb).
Mono: Satu
Antibodi Monoklonal (MAb) adalah antibodi homogen yang dengan spesifitas yang sama
diproduksi dari klon tungal dari sel yang menghailkan antibodi. Klon adalah segolongan sel
yang berasal dari satu sel karena secara gentiknya identik.
tersebut. Jika dilakukan mutasi pada enzim yang terkait sintesis nukleotida, maka kita bisa
memanipulasi sel mamalia tersebut. HGPRT (Hipoxantin-guanin fosforibosil transferase)
merupakan enzim penting dalam jalur salvage. HGPRT mengkatalis pembentukan nukleotida
purin dari ribosa, hipoxantin, dan guanin.
Gambar 2.
Mutasi gen HGPRT bisa diseleksi dengan cara menumbuhkan sel di medium yang
mengandung 8-azoguanin (analog purin). HGPRT akan menganggap 8-azoguanin adalah
substrat dan selankutnya mengubahnya menjadi nukleotida monofosfat. Senyawa ini bersifat
berbahaya, kemudian diproses lebih lanjut dan berikatan dengan DNA dan RNA. Sehingga,
sel yang memiliki enzim HGPRT yang tumbuh pada medium yang mengandung 8-AG akan
mati.
However, enzim HGPRT adalah diperlukan pada jalur salvage (non-esensial), sedangkan jalur
de novo masih ada, jadi sel yang mengalami mutasi gen HGPRT pun tetap tumbuh. Oleh
karena itu, seleksi menggunakan 8-AG akan membunuh sel yang memiliki HGPRT tetapi
tidak akan berefek pada sel mutan HGPRT.
Apa hubungannya dengan produksi antibodi monoklonal? Sel myeloma yang nantinya akan
difusikan dengan sel penghasil antibodi, tidak mensintesis atau mensekresikan imunoglobulin
dan HGPRT. Untuk menyeleksi hibridoma yang cocok, bisa digunakan medium HAT. Obat-
obatan seperti aminopterin akan mengeblok sintesis nukleotida jalur de novo karena
aminopterin adalah analog dengan koenzim f-THFA/formyl tetrahidrofolic acid, yang penting
untuk sintesis nukleotida purin via jalur de novo. Hal ini menyebabkan adanya pengeblokan
pada jalur de novo karena kompetisi ikatan enzim dengan f-THFA. Sehingga sel akan dipaksa
menggunakan jalur salvage untuk sintesis purin.
Namun, sel myeloma sendiri adalah defisiensi enzim HGPRT dan akan mati pada media yang
mengandung aminopterin. Splenosit tidak bisa tumbuh pada medium HAT karena jangka
hidupnya yang pendek sekitar satu minggu. Sehingga, hanya hibridoma yang merupakan fusi
sel dari myeloma dengan splenosit saja yang bisa bertahan hidup pada medium HAT, induk
splenosit akan menyumbangkan enzim HGPRTnya dan sel myeloma memberikan
kemampuan untuk bisa hidup dan berkembang terus.
Dalam jangka waktu 7-10 hari, pada medium akan terdapat banyak sel-sel mati tetapi juga
terdapat beberapa koloni sel yang hidup, yaitu sel hibridoma. Hibridoma yang terbentuk ini
akan terus menerus tumbuh secara in vitro dan mensekresikan antibodi monoklonal.
Berikutnya, penting untuk skrining hibridoma mana yang menghasilkan antibodi dan mana
yang tidak. Skrining ini bisa menggunakan metode ELISA.
Sumber: http://mikrounhas.blogspot.co.id/2012/11/antibodi-monoklonal.html
A. Antibodi Monoklonal
1. Pengertian Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel positif
sejenis. Antibodi inidibuat oleh sel-sel hibridoma (hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel positif limpa dan sel
mieloma) yang dikultur. Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan anti bodiadalah limpa. Fungsi
antara lain diagnosis penyakit dan kehamilan. Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel
gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan. Inia dalah komponen penting dari sistem
kekebalan tubuh. Mereka dapat mengenali dan mengikatke antigen yang spesifik (Anonim, 2012).
Pada teknologi antibodi monklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa henti digabungkan
dengan sel mamalia yang memproduksi antibodi. Hasil penggabungan sel ini adalah hibridoma, yang akan
terus memproduksi antibodi. Antibodi monoklonal mengenali setiap determinan yang antigen (bagian dari
makromolekul yang dikenali oleh sistem kekepalan tubuh / epitope). Mereka menyerang molekul targetnya
dan mereka bisa memilahantara epitope yang sama. Selain sangat spesifik, mereka memberikan landasan
untuk perlindungan melawan patogen.
Antibodi monoklonal sekarang telah digunakan untuk banyak masalah diagnostik seperti
mengidentifikasi agen infeksi, mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi auto, mengukur protein dan level
drug pada serum, mengenali darah dan jaringan,mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam respon
kekebalan dan mengidentifikasi serta mengkuantifikasi hormon. Kemajuan sekarang telah memungkinkan
untuk memproduksi antibodi monoklonal manusia melalui rekayasa genetika dalam jumlah yang besar
untuk digunakan dalam terapi berbagai penyakit.
2. Pembuatan Antibodi Monoklonal
Menurut Radji (2010) bahwa cara pembuatan antibodi monoklonal untuk
mendapatkan antibodi yang homogen dapat dilihat pada Gambar 1 yang pada dasarnya terdiri
dari beberapa tahap, yakni;
a. Imunisasi Mencit
1) Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri atau virus, disuntikkan
secarasubkutan pada beberapa tempat atau secara intra peritoneal.
2) Setelah 23 minggu disusul suntikan antigen secara intravena, mencit yang tanggap kebal
3)
terbaik dipilih.
Pada hari ke-12 hari suntikan terakhir antibodi yang terbentuk pada mencit diperiksa dan
diukurtiter antibodinya.
4) Mencit dimatikan dan limfanya diambil secara aseptis.- Kemudian dibuat suspensi sel limfa
untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi.
Cara imunisasi lain yang sering digunakan adalah imunisasi sekali suntik intralimfa
(Single-Shot Intrasplenic Immunization) Imunisasi cara ini dianggap lebih baik, karena
eliminasi antigen olehtubuh dapat dicegah.
heterokarion.
Pada waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk satu inti yang mengandung kromosom
kedua induk yang disebut sel hibrid.
Frekuensi fusi dipengaruhi bebrapa faktor antara lain jenis medium, perbandingan
jumlah sel limpa dengan sel mieloma, jenis sel mieloma yang digunakan, dan bahan yang
mendorong
c.
timbulnya
fusi
(fusagon).
Penambahan
polietilen
glikol
(PEG)
dan
Frekuensi terjadinya hibrid sel limfa-sel mieloma biasanya rendah, karena itu penting
untukmematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnyaa lebih banyak agar sel hibrid
mempunyaikesempatan untuk tumbuh dengan cara membiakkan sel hibrid dalam media
selektif yang mengandung hyloxanthine, aminopterin, dan thymidine (HAT).
d. Isolasi dan pemilihan klon hibridoma
1) Sel hibrid dikembangbiakkan sedemikian rupa, sehingga tiap sel hibrid aka membentuk
kolonihomogen yang disebut hibridoma.
2) Tiap koloni kemudian dibiakkan terpisah satu sama lain.
3) Hibridoma yang tumbuh diharapkan mensekresi antibodi ke dalam medium, sehingga
antibodiyang terbentuk bisa diisolasi. Pemilihan klon hibridoma dilakukan dua kali, pertama
adalah dilakukan untuk memperolehhibridoma yang dapat menghasilkan antibodi, dan yang
kedua adalah memilih sel hibridomapenghasil antibodi monoklonal yang potensial
menghasilkan antibodi monoklonal yang tinggi dan stabil.
Umumnya untuk menetukan antibodi yang diinginkan dilakukan dengan cara Enzyme
Linked Immunosorbent Assay (ELISA) atau radioimmunoassay (RIA). Pemilihan klon
hibridoma dilakukan dua kali, pertama adalah dilakukan untuk memperoleh hibridoma yang
dapat menghasilkan antibodi; dan yang kedua adalah memilih sel hibridoma penghasil
antibodi monoklonal yang potensial menghasilkan antibodi monoklonal yang tinggi dan
stabil.
3. Antibodi Monoklonal Generasi Baru
Antibodi monoklonal telah banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, baik untuk
diagnostik maupun untuk pengobatan, terutama untuk mengatasi kanker tertentu. Beberapa
antibodi monoklonal yang digunakan untuk pengobatan berasal dari sel mencit atau tikus,
sehingga sering menimbulkan reaksi alergi pada pasien yang menerima terapi antibodi
monoklonal tersebut. Hal ini disebabkan karena protein mencit dikenal sebagai antigen asing
oleh tubuh pasien sehingga menimbulkan reaksi respon imun antara lain berupa alergi,
inflamasi, dan penghancuran atau destruksi dari antibodi monoklonal itu sendiri.
Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa peneliti telah mengembangkan
pembuatan antibodi monoklonal generasi baru, yaitu monoklonal antibodi yang sebagian atau
seluruhnya terdiri dari protein yang berasal dari manusia. Sehingga dapat mengurangi efek
penolakan oleh sistem imun pasien.
Beberapa jenis antibodi monoklonal generasi baru yang telah dikembangkan antara
lain adalah :
a. Murine Monoclonal Antibodies
Antibodi ini murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA) nama akhirannya momab (ibritumomab) (Hanafi dan Syahruddin,
2012).
b. Chimaric Monoclonal Antibodies
Antibodi ini dibuat melalui teknik rekayasa genetika untuk menciptakan suatu mencit
atau tikus yang dapat memproduksi sel hibrid mencit-manusia. Bagian variabel dari molekul
antibodi, termasuk antigen binding site berasal dari mencit, sedangkan bagian lainnya yaitu
bagian yang konstan berasal dari manusia. Salah satu contohnya antibodi monoklonal yang
struktur molekulnya terdiri dari 67% manusia adalah Rifuximab (Radji, 2010).
c.
(Sumber; https://www.google.com/search?
q=Jenis+antibodi+monoklonal&biw=1366&bih=657&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=
0CAYQ_AUoAWoVChMIhe_JmaTJyAIVwSemCh0xcAn0#imgrc=s3X1CWZ4wtrj3M%3A)
4. Mekanisme Kerja Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal menggunakan mekanisme kombinasi untuk meningkatkan efek
sitotoksik sel tumor. Mekanisme komponen sistem imun adalah antibody dependent cellular
cytotoxicity (ADCC), complement dependent cytotoxicity (CDC), mengubah signal transduksi
sel tumor atau menghilangkan sel permukaan antigen. Antibodi dapat digunakan sebagai
target muatan (radioisotop, obat atau toksin) untuk membunuh sel tumor atau mengaktivasi
prodrug di tumor, antibody directed enzyme prodrug therapy (ADEPT). Antibodi monoklonal
digunakan secara sinergis melengkapi mekanisme kerja kemoterapi untuk melawan tumor
(Hanafi dan Syahrudin, 2012).
a. Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC)
Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC) terjadi jika antibodi mengikat antigen
sel tumor dan Fc antibodi melekat dengan reseptor Fc pada permukaan sel imun efektor.
Interaksi Fc reseptor ini berdasarkan kemanjuran antitumor dan sangat penting pada
pemilihan suatu antibodi monoklonal. Sel efektor yang berperan masih belum jelas tapi
diasumsikan sel fagosit mononuklear dan atau natural killer (NK).
Struktur Fc domain dimanipulasi untuk menyesuaikan jarak antibodi dan interaksi dengan
Fc reseptor. Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC) dapat meningkatkan respons
klinis secara langsung menginduksi destruksi tumor melalui presentasi antigen dan
menginduksi respons sel T tumor.
Antibodi monoklonal berikatan dengan antigen permukaan sel tumor melalui Fc reseptor
permukaan sel NK. Hal ini memicu penglepasan perforin dan granzymes untuk
menghancurkan sel tumor (gambar 5a). Sel - sel yang hancur ditangkap antigen presenting
cell (APC) lalu dipresentasikan pada sel B sehingga memicu penglepasan antibodi kemudian
antibodi ini akan berikatan dengan target antigen (gambar 5b-d). Sel cytotoxic T lymphocytes
(CTLs) dapat mengenali dan membunuh sel target antigen (Gambar 3).
antibodi monoklonal memberikan hasil yang baik pada keganasan hematologi dan tumor
soliter walaupun terdapat beberapa rintangan
6. Imunoterapi
Imunoterapi (IT) atau densitisasi atau hiposensitasi adalah pemberian ekstrak alergen
kepada penderita alergi yang jumlahnya secara perlahan ditingkatkan dengan tujuan
menghilangkan gejala yang ditimbulkan pejanan dengan alergen yang merupakan penyebab
penyakit. Pemberian antigen spesifik berulang kepada penderita dengan penyakit alergi
diharapkan akan memberikan proteksi terhadap gejala dan terjadinya inflamasi (Anonim,
2012).
Imunoterapi
yang
merupakan
teknik
pengobatan
baru untuk
kanker, yang
mengerahkan dan lebih mendayagunakan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi kanker.
Karena hampir selalu menggunakan bahan-bahan alami dari makhluk hidup, terutama
manusia, maka imunoterapi sering juga disebut bioterapi atau terapi biologis.
Imunoterapi kanker berupaya membuat sistem kekebalan tubuh mampu mengalahkan
keganasan sel-sel kanker, dengan cara meningkatkan/mengarahkan reaksi kekebalan tubuh
terhadap sel kanker, atau mengembalikan kemampuan tubuh dalam menaklukkan kanker
(body response modifiers BRM). Imunoterapi dapat dilakukan secara aktif atau pasif untuk
menstimulasi respon imun spesifik dan nonspesifik pada penderita kanker.
a. Imunoterapi Pasif
Imunoterapi secara pasif dilakukan dengan cara mentransfer antibodi dan sel-selimun
ke dalam tubuh penderita. Beberapa antibodi spesifik atau antibodi monoklonal yang mampu
bereaksi dengan antigen spesifik berbagai jenis sel kanker dapat digunakan untuk terapi
kanker. Antibodi monoklonal tersebut akan berikatan dengan antigen yang terdapatpada
permukaan sel tumor atau sel kanker dan mengaktifkan sistem komplemen,sehingga
menyebabkan sitolisis. Disamping itu reseptor yang terikat pada bagian Fc dari antibodi dapat
merangsang sel-sel efektorseperti sel NK, makrofag dan granulosit untuk menangkap
kompleks antigen antibodi pada permukaan sel tumor,sehingga dapat membunuh sel tumor
melalui antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity (Radji, 2010).
Berbagai jenis antibodi monoklonal telah dikembangkan beberapa diantaranya telah
disetujui penggunaannya oleh FDA untuk mengobati beberapa jenis kanker, dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa jenis antibodi monoklonal yang digunakan untuk antikanker
Sumber:
https://www.google.com/search?
q=Tabel+Beberapa+jenis+antibodi+monoklonal+yang+digunakan+untuk+antikanker&biw=1
366&bih=657&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAYQ_AUoAWoVChMIkO6w6sDX
yAIVTBiOCh36xAuV#imgrc=TXwk8MZJ2S536M%3A
Walaupun demikian, terdapat beberapa masalah dengan penggunaan imunoterapi
antara lain adalah;
1) Antibodi yang digunakan kurang efisien karena sel tumor terasosiasi dengan MHC kelas 1.
2) Sel tumor dapat menutup antigen sehingga terjadi kompleks antigen antibodi. Dengan
3)
b)
Rituximab, digunakan untuk terapi sel B pada limfoma non-Hodgkin, bereaksi dengan
membantu
tumor
untuk
membangun
jaringan
pembuluh
darah
baru
(angiogenesis). Senyawa ini digunakan bersama-sama dengan kemoterapi untuk terapi kanker
kolorektal metastatik.
2) Conjugated Monoclonal Antibodies (Antibodi monoklonal yang dikombinasi dengan
beberapa senyawa)
Senyawa yang dikombinasikan antara lain kemoterapi, toksin,dan senyawa radioaktif.
Antibodi monoklonal jenis ini akan beredar ke seluruh bagian tubuh sampai ia berhasil
menemukan sel kanker yang mempunyai antigen spesifik yang dikenali oleh antibodi
monoklonal. Obat ini hanya berperan sebagai wahana yang akan mengantarkan substansisubstansi obat, racun dan materi radioaktif, menuju langsung ke sasaran yakni sel-sel kanker,
namun hebatnya, ia bisa meminimalkan dosis pada sel normal untuk menghindari kerusakan
di seluruh bagian tubuh. Conjugated MAbs kadang dikenal juga sebagai "tagged," "labeled,"
atau "loaded" antibodies.
a) Chemolabeled
Chemolabeled adalah antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan obat
kemoterapi. Satu-satunya chemolabeled yang telah disetujui FDA untuk terapi kanker adalah
Brentuximab vedotin(Adcetris, dulu dikenal dengan nama SGN-35). Obat ini terdiri dari
antibodi yang mempunyai target antigen CD30 yang terikat kepada obat kemoterapi yang
bernama monomethyl auristatin E. Digunakan untuk terapi Hodgkin lymphoma dan
anaplasticlarge cell lymphoma yang tidak merespon terapi lain.
b) Radioimmunotherapy
Radioimmunotherapy adalah antibodi monoklonal dikombinasikan dengan senyawa
radioaktif. FDA menyetujui radioimmunotherapy pertama yang boleh digunakan adalah
Ibritumomabtiuxetan digunakan untuk terapi kanker B cell non-Hodgkin lymphoma yang
tidak berhasil dengan terapi standar. Radioimmunotherapy yang kedua adalah Tositumomab
adalah
antibodi
monoklonal
dikonjugasikan
dengan
racun.
Imunotoksin dibuat dengan menempelkan racun yang berasal dari tanaman maupun bakteri
pada antibodi monoklonal. Berbagai racun dibuat untuk ditempelkan pada antibodi
monoklonal seperti toksin difteri, eksotoksin pseudomonas (PE40), atau yang dibuat dari
tanaman, yakni risin A dari Ricinus communis atau saporin dari Saponaria officinalis.
Salah satu imunotoksin yang mendapat persetujuan FDA untuk terapi kanker adalah
Gemtuzumab ozogamicin (Mylotarg). Obat ini mengandung racun calicheamicin. Racun ini
melekat pada antibodiyang langsung menuju sasaranantigen CD33, yang terdapat
padasebagian besar sel leukimia. Saat ini Gemtuzumab ozogamicin digunakan untuk terapi
acute myelogenous leukimia (AML)yang sudah menjalani kemoterapiatau tidak memenuhi
syarat untuk kemoterapi.
b. Imunoterapi Aktif
Imunoterapi
Secara
Aktif dilakukan
dengan
cara
memberikan
senyawa
Produk
Efek utama
BCG, P. Acnes, muramil Mengaktifkan makrofag
dipeptida,
trehalosa dan
sel
NK
Molekul sintetik
dimikolat
Piran, pirimidin
Sitokin
interferon
Interferon alfa, beta dan Mengaktifkan makrofag
gama IL-2 dan TNF
sitokin)
Menginduksi
(melalui
dan sel NK
produksi
Interleukin-2
Mengaktifkan sel T dan sel NK
Digunakan untukmengobatikarsinoma renal dan melanoma
(ii) Interferon alfa dan beta
Menginduksiekspresi MHCpada sel tumor
Digunakan untukmengobati leukimia
(iii) Interferon gama
Meningkatkanekspresi MHCkelas II
Digunakan untuk kanker rahim
(iv) Tumor necrocis factor-alpha(TNF-alfa)
Meningkatkanaktifitasmakrofag dansel-sel limfosit
Digunakan untukmembunuh sel-sel tumor
Gambar 3.
Apakah tujuan penggunaan antibodi monoklonal? Antibodi monoklonal dapat digunakan
untuk tiga tujuan berikut:
1. pemurnian reagen untuk tes atau penelitian
2. sebagai penanda pada deteksi assay
3. untuk eksperimental terapi
Toksin yang biasa dikonjugasikan dengan antibodi monoklonal persiapan untuk penggunaan
klinik sebagai agen antikanker:
1. ricin
2. pokeweed
3. gelonin
4. Pseudomonas endotoksin
5. Diptheria toksin
6. abrin
7. protein antiviral
Rituxan, Herceptin, Campath, Zevalin tiuxetan, Mylotarg are full prescribing Information
Antibodi monoklonal pada B-Cell Lymphomas