PENDAHULUAN
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Aplasia sel leydig adalah tidak berkembangnya sel leydig yang
mempengaruhi perkembangan seksual laki-laki. Hal itu ditandai dengan tidak
berkembangnya sel leydig di dalam testis. Selleydig mensekresi hormon seks
pria (androgen) yang penting untuk perkembangan seksual laki-laki normal
sebelum lahir dan selama pubertas.
Apalsia sel leydig menyebabkan pola kromosom pria yang khas yaitu
46,XY dan mungkin mempunyai beberapa keabnormalan genital. Keparahan
dari gejala aplasia sel leydig yang menentukan tipe dari kelainan tersebut.
Aplasia sel leydig tipe 1 lebih berat daripada tipe 2. Pada tipe 1, dimana
seseorang tersebut berjenis kelamin pria tetapi berkembang organ genitalia
eksternal dan sifat-sifat perempuan.
2.2 Etilogi
Mutasi genetik
2.3 Manifestasi Klinis
Tipe 1
Tipe 2
Terjemah:
Terjemah:
Defisiensi androgen
Penis kecil
Hipospadia
Hipogonadisme
Defisiensi androgen
fenotipe Perempuan
Hipospadia
Hipogonadisme
Amenore primer
masalah Kesuburan
Penis kecil
2.5 Phatway
Mutasi genetik
Sel leydig tidak tumbuh
Aplasia sel leydig
Testosteron
Mikropenis
Infertilitas
Disfungsi seksual
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
5
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama
Umur
:-
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
:-
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
biasanya klien
mengeluh
organ
genitalia
eksternalnya
tidak
: 24 x/menit
: 36,70C
No.
tgl/h
DX
Intervensi
Rasional
ari
1
Tujuan: setelah
dilakukan tindakan
kemampuan
perlu diciptakan
pasien secara
padakeadaan
individual.
tertentu
untuk
memfasilitasi
kebutuhan akan
masa
menyatakan
(keinginan
pemahaman
untuk
perubahan anatomi /
fungsi seksual
2. Klien
melakukan
mau
mendiskusikan
masalah
intimasi
hubungan
2.Anjurkan
tentang
pasangan
untuk
seksual,
hasrat
memperlihatka
seksual
pasangan
n penerimaan/
atau
perhatiannya.
seksual)
dan
kedekatan.
2.Seseorang dengan
gangguan
kognitif
biasanya
tidak
kehilangan
memenuhi kebutuhan
kebutuhan
dasarnya
pada
afektif,
rasa
Klien
tidak
berperilaku
yang
3.Berikan jaminan
tidak tepat
terhadap
privasi.
cinta, perasaan
diterima,
dan
ekspresi
seksual.
3.Tingkah
laku
ekspresi seksual
mungkin
berbeda. Privasi
memungkinkan
4.Berikan
yang
waktu
seseorang untuk
cukup
mengekspresika
untuk
menjelaskan/
seksualnya
mendiskusikan
tanpa hambatan
perhatian dari
orang terdekat
keinginan
orang lain.
4.Mungkin
memerlukan
informasi
dan/
konselingmenge
nai
alternatif
tertentu
dalam
melakukan
aktivitas/ agresi
2
seksual.
Tujuan: setelah dilakkan 1.Catat pemikiran 1.Mugnkin mereka
tindakan keperawatan
pasien/ orang-
mempunyai
orang
pandangan
mampu melakukan
berpengaruh
bahwa
bagi
keterbatasan
terbatas.
KH:
1. Klien
memperoleh
pengethuan
dan
pemahaman
tentang
yang
pasien
mengenai
kondisi/
seksualitas.
lingkungan
akan
berpengaruh
pada
keterbatasan seksual,
kesulitan
atau
fungsi/
kemampuan
2.Evaluasai
perubahan-perubahan
yang telah terjadi.
2. Klien
menerima
keadaan dirinya yang
10
seksualtetapi
faktor-faktor
budaya
dan
religius/ nilai
mereka
takut
untuk
menanyakannya
infertil
3. Klien
dan
mampu
mendemonstrasikan
konflik
yang
muncul
3.Berikan suasana
peningkatan
kemampuan
komunikasi
konflik-
yang
dan
terbuka
dalam diskusi
persahabatan.
secara langsung.
2.Mempengaruhi
persepsi pasien
terhadap
masalah seksual
yang muncul
mengenai
masalah
3.Apabila masalah-
seksualitas.
4.Tingkatkan
masalah
diidentifikasi
keleluasaan
diri
bagi
pasien
dan
orang-orang
yang
penting
bagi pasien.
dan
didiskusikan,
maka
pemecahan
masalah
dapat
ditemukan.
4.Perlihatkan
penerimaan
akan kebutuhan
keintiman
dan
tingkatkan
makna terhadap
pola
interaksi
yang
telah
dibina.
Mungkin
membutuhkan
bantuan
tambahan untuk
mengatasi
3
Tujuan: setelah
1.Dorong
11
masalah
1.Memberikan
dilakukan tindakan
pengungkapan
kesempatan
mengenai
untuk
klien mampu
masalah
mengidentifikas
menerima keadaan
tentang proses
penyakit,
kesalahan
harapan masa
konsep
depan.
menghadapinya
dirinya.
KH:
1. Klien
mengungkapkan
persepsi
untuk menghadapi
pasien
penyakit,
bagaimana
perubahan
gaya
hidup,
dalam
orang
terdekat
mempunyai
pengaruh mayor
keterbatasan.
keterbatasan.
Klien mampu menyusun
tujuan/ rencana realistis
verbal
dapat
menerima
kemungkinan
dan
non
orang terdekat
dan
takut/
secara langsung.
2.Isyarat
verbal/
rasa
pada bagaimana
pasien
memandang
3.Perhatikan
dirinya sendiri.
3.Dapat
perilaku
menarik
diri,
menunjukkan
penyangkalan
emosional
atau
ataupun metode
terlalu
memperhatika
koping
maladaptif,
tubuh/
perubahan.
membutuhkan
intervensi lebih
lanjut/
4.Susun
batasan
pada perilaku
maladaptif.
Bantu
untuk
12
pasien
dukungan
psikologis.
4.Membantu pasien
untuk
mempertahanka
mengidentifik
n kontrol diri,
asi
yang
perilaku
positif
yang
dapat
meningkatkan
dapat
perasaan harga
membantu
diri.
koping.
5.Ikut
sertakan
pasien
dalam
merencanakan
perawatan dan
membuat
5.Meningkatkan
perasaan
kompetensi/
jadwal
harga
aktivitas.
diri,
mendorong
kemandirian,
6.Bantu
degan
kebutuhan
partisipasi
perawatan
dalam terapi.
6.Mempertahankan
yang
diperlukan.
7.Berikan bantuan
positif
dan mendorong
bila
perlu.
penampilan
yang
dapat
meningkatkan
citra diri
7.Memungkinkan
pasien
untuk
merasa
senang
terhadap dirinya
sendiri.
Menguatkan
8.Kolaborasikan
dengan
psikiatri.
ahli
perilaku positif.
Meningkatkan
rasa
diri.
13
percaya
8.Pasien/
orang
terdekat
Kolaborasikan
mungkinmembu
pemberian
tuhkan
obat-obatan
dukungan
sesuai
selama
petunjuk
berhadapan
misalnya obat
dengan
antiansietas
jangka panjang/
dan obat-
ketidakmampua
obatan
peningkat
alam perasaan.
proses
n.
Mungkin
dibutuhkan
pada saat
munculnyadepr
esi hebat sampai
pasien
mengembangka
n kemampuan
koping yang
lebih efektif.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aplasia sel
leydig
adalah
tidak
berkembangnya
sel
leydig
yang
14
15