Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan profesional sebagai integral dari
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologis, psikologi sosial, dan spiritual
secara komprehensif diajukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat
maupun sakit, mencakup siklus hidup manusia.
Pelayanan keperawatan memiliki satu komponen penting yakni asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan ibaratnya jantung bagi seorang perawat, karena
dari asuhan keperawatan inilah yang menentukan keamanan dan keselamatan klien
yang dihadapi.
Di dalam asuhan keperawatan berisi tahap- tahap berkesinambungan yang
dimulai dari pengkajian, penetapan penyimpangan KDM yang diambil dari data
pengkajian, selanjutnya penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
ditemukan, kemudian menyusun intervensi, berisi hal- hal yang harus direncanakan
yang nantinya dapat menyelesaikan masalah- masalah keperawatan yang dialami
oleh klien, terakhir berisi evaluasi yakni berisi hasil oservasi dan perbandingan
apakah semua proses keperawatan yang kita mulai dari pengkajian sampai ke
implementasinya telah sesuai dan bisa mengatasi masalah klien, dan jika masih
terdapat masalah- masalah yang tak terselesaikan akan kembali ke tahap awal proses
keperawatan. Karena itu sungguh sangat penting bagi seorang perawata, terutama
bagi mahasiswa perawat untuk memahami dengan baik baik itu konsep proses
keperawatan, maupun penerapannya.

Maka dalam makalah ini penulis telah menyusun konsep medis dan konsep
asuhan keperawatan HIV/AIDS yang kini dan nanti akan memiliki manfaat
khususnya bagi mahasiswa keperawatan.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembahasan makalah yaitu:
Dengan adanya konsep keperawatan pada HIV/AIDS ini, mahasiswa akan
ekspert pada penyakit HIV/AIDS serta sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk
mata kuliah Keperawatan dewasa khususnya sistem pernapasan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFENISI
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala
penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, buka penyakit bawaan tetapi di dapat
dari hasil penularan. Penyakit ini di sebabkan oleh human immunodefeciency
virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu
yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melenda
banyak negara. Sampai sekarang belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif
efektif untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan didunia.
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah
satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang
disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan
penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh.
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala
AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
a. HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV
dalam darah
b. Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c. Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
d. Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
a. HIV berkembang biak dalam tubuh
b. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa
sehat

c. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibody terhadap HIV
d. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan
tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
a. Sistem kekebalan tubuh semakin turun
b. Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan
kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
c. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan
tubuhnya.
4. Tahap 4: AIDS
a. Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
b. berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
2. ETIOLOGI
Pada tahun 1986 di afrika ditemukan beberapa tipe HIV, yaitu HIV-1 yang
sering menyerang manusia dan HIV-2 yang ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV
termasuk subfamili lentivirinae dan famili retriviridae.
Asam nukleat dari famili retrovirus adalah RNA yang mampu membentuk
DNA dan RNA. Enzim transkiptase reversi menggunakan RNA virus sebagai
cetakan untuk membentuk DNA. DNA ini bergabung dengan kromosom induk
(sel limfosit T4 dan sel makrofag) yang berfungsi sebagai pengganda virus HIV.
Secara sederhana sel HIV terdiri dari:
1. Inti - RNA dan enzim transkriptase reversi (polimerase), protease, dan
integrase
2. Kapsid antigen p24
3. Sampul (antigen p17) dan tonjolan glikoprotein (gp120 dan gp41)

3. PATOFISIOLOGI
menempel pada limfosit sel induk melalui gp120 sehingga akan terjadi fusi
membran HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke dalam sitoplasma
sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV dan RNA HIV
melalui enzim polimerase. Enzim integrasi kemudian akan membantu DNA HIV
untuk berintegrasi dengan DNA sel induk.
DNA virus yang dianggap oleh tubuh sehingga DNA sel induk, akan
membentuk RNA dengan fasilitas sel induk, sedangkan mRNA dalam sitoplasma
akan dirubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya
mengambil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai virus HIV
lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun (imunosupresi) ini akan
menyebabkan pengurangan dan terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T.
4. PENULARAN
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus ini juga terdapat dalam saliva, air
mata, dan urine (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan
keringat pria yang sudah disunat juga memiliki resiko HIV yang lebih kecil
dibandingkan dengan pria yang belum disunat.
Selain melalui cairan tubuh, HIV juga menular melalui:
1. Ibu hamil
a. Secara intrauterin, intrapartum, dan postpartum (ASI)
b. Angka transmisi mencapai 20-50%
c. Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga

d. Laporan lain yang mengatakan risiko penularan melalui ASI adalah 1129%
e. Sebuah study meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada dua
kelompok ibu, yaitu ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan
kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang masih belum
disusui adalah 14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme
kehamilan dan persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi
29% setelah bayinya disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa
memperoleh antibodi HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.
2. Jarum suntik
A. Prevalensi 5-10%
B. Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena
penyalagunaan obat
C. Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa,
penggunaan obat suntik dijakarta sebanyak 45% terinfeksi HIV, dibogor
25% dan Bali 53%
3. Transfusi darah
a. Resiko penularan sebesar 90%
b. Prevalensi 3-5%
4. Hubungan seksual
a. Prevalensi 70-80%
b. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
c. Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir-akhir ini dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan
kondom maka penularan pada jalur ini cenderung menurun dan digantikan
oleh penularan jalur pengguna narkoba.
5. GEJALA KLINIS
penderita menampakkan gejala yang menyerupai mononukleosis infeksiosa
dalam waktu beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejalanya berupa demam, ruamruam, pembengkakan kelenjar getah bening dan rasa tidak enak badan yang

berlangsung selama 3-14 hari. Sebagian besar gejala akan menghilang, meskipun
kelenjar getah bening tetap membesar.
Selama beberapa tahun, gejala lainnya tidak muncul. Tetapi sejumlah besar
virus segera akan ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, sehingga
penderita bisa menularkan penyakitnya. Dalam waktu beberapa bulan setelah
terinfeksi, penderita bisa mengalami gejala-gejala yang ringn secara berulang yang
belum benar-benar menunjukkan suatu AIDS.
Penderita bisa menunjukkan gejala-gejala infeksi HIV dalam waktu beberapa
tahun

sebelum

terjadinya

infeksi

atau

tumor

yang

khas

untuk

AIDS.

Gejalanya berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

pembengkakan kelenjar getah bening


penurunan berat badan
demam yang hilang-timbul
perasaan tidak enak badan
lelah
diare berulang
anemia
thrush (infeksi jamur di mulut).

Secara definisi, AIDS dimulai dengan rendahnya jumlah limfosit CD4+ (kurang
dari 200 sel/mL darah) atau terjadinya infeksi oportunistik (infeksi oleh organisme
yang pada orang dengan sistem kekebalan yang baik tidak menimbulkan penyakit).
Juga bisa terjadi kanker, seperti sarkoma Kaposi dan limfoma non-Hodgkin.
Gejala-gejala dari AIDS berasal dari infeksi HIVnya sendiri serta infeksi
oportunistik dan kanker. Tetapi hanya sedikit penderita AIDS yang meninggal karena
efek langsung dari infeksi HIV. Biasanya kematian terjadi karena efek kumulatif dari
berbagai infeksi oportunistik atau tumor. Organisme dan penyakit yang dalam
keadaan normal hanya menimbulkan pengaruh yang kecil terhadap orang yang sehat,

pada penderita AIDS bisa dengan segera menyebabkan kematian, terutama jika
jumlah limfosit CD4+ mencapai 50 sel/mL darah.
Beberapa infeksi oportunistik dan kanker merupakan ciri khas dari munculnya AIDS:
1. Thrush.
Pertumbuhan berlebihan jamur Candida di dalam mulut, vagina atau
kerongkongan,

biasanya

merupakan

infeksi

yang

pertama

muncul.

Infeksi jamur vagina berulang yang sulit diobati seringkali merupakan gejala
dini HIV pada wanita. Tapi infeksi seperti ini juga bisa terjadi pada wanita
sehat akibat berbagai faktor seperti pil KB, antibiotik dan perubahan
hormonal.

2. Pneumonia pneumokistik.
Pneumonia

karena

oportunistik

jamur

yang

Pneumocystis

sering

berulang

carinii

merupakan

infeksi

pada

penderita

AIDS.

Infeksi ini seringkali merupakan infeksi oportunistik serius yang pertama kali
muncul dan sebelum ditemukan cara pengobatan dan pencegahannya,
merupakan penyebab tersering dari kematian pada penderita infeksi HIV
3. Toksoplasmosis.
Infeksi kronis oleh Toxoplasma sering terjadi sejak masa kanak-kanak, tapi
gejala

hanya

timbul

pada

sekelompok

kecil

penderita

AIDS.

Jika terjadi pengaktivan kembali, maka Toxoplasma bisa menyebabkan


infeksi hebat, terutama di otak.
4. Tuberkulosis.
Tuberkulosis pada penderita infeksi HIV, lebih sering terjadi dan bersifat

lebih mematikan. Mikobakterium jenis lain yaitu Mycobacterium avium,


merupakan penyebab dari timbulnya demam, penurunan berat badan dan
diare pada penderita tuberkulosa stadium lanjut. Tuberkulosis bisa diobati dan
dicegah dengan obat-obat anti tuberkulosa yang biasa digunakan.
5. Infeksi saluran pencernaan.
Infeksi saluran pencernaan oleh parasit Cryptosporidium sering ditemukan
pada penderita AIDS. Parasit ini mungkin didapat dari makanan atau air yang
tercemar. Gejalanya berupa diare hebat, nyeri perut dan penurunan berat
badan.

6. Leukoensefalopati multifokal progresif.


Leukoensefalopati multifokal progresif merupakan suatu infeksi virus di otak
yang

bisa

mempengaruhi

fungsi

neurologis

penderita.

Gejala awal biasanya berupa hilangnya kekuatan lengan atau tungkai dan
hilangnya koordinasi atau keseimbangan. Dalam beberapa hari atau minggu,
penderita tidak mampu berjalan dan berdiri dan biasanya beberapa bulan
kemudian penderita akan meninggal.
7. Infeksi oleh sitomegalovirus
Infeksi ulangan cenderung terjadi pada stadium lanjut dan seringkali
menyerang

retina

mata,

menyebabkan

kebutaan.

Pengobatan dengan obat anti-virus bisa mengendalikan sitomegalovirus.


8. Sarkoma Kaposi

10

Sarkoma Kaposi adalah suatu tumor yang tidak nyeri, berwarna merah
sampai ungu, berupa bercak-bercak yang menonjol di kulit. Tumor ini
terutama sering ditemukan pada pria homoseksual.
9. Kanker
Bisa juga terjadi kanker kelenjar getah bening (limfoma) yang mula-mula
muncul di otak atau organ-organ dalam. Wanita penderita AIDS cenderung
terkena kanker serviks. Pria homoseksual juga mudah terkena kanker rektum.
6. KOMPLIKASI
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Metode yang umum untuk menegakkan diagnosis HIV, meliputi:
1. ELISA (Enzime-linked immunoSorbet Assay)
Sensitivitas tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil
positif 2-3 bulan setelah infeksi. Tes HIV (+) sebanyak 3 kali dengan reagen
yang berlainan merk menunjukkan pasien positif mengidap HIV.
2. Western Blod
Spensifitasnya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaannya cukup sulit,
mahal, dan membutuhkan waktu sebesar 24 jam.
3. PCR (Polimerase Chain Reaction)
Tes ini dugunakan untuk:
a. Tes HIV pada bayi, karena zat antimateral masih ada pada bayi dan masih
dapat menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yang menderita
HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit tersebut. Zat
kekebalan itulah yang diturunkan pada bayi melalui plasenta yang akan
mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-olah sudah ada infeksi pada bayi
tersebut.
b. Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok berisiko
tinggi
c. Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum terjadi serokonversi
d. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas rendah
untuk HIV-2
B. Pemeriksaan Laboraturium ada tiga jenis

11

1. Pencegahan donor darah, dilakukan satu kali oleh PMI, bila positif disebut
reaktif
2. Serosurvei,

untuk

mengetahui

prevalensi

pada

kelompok

beresiko,

dilaksanakan dua kali pengujian dengan reagen yang berbeda


3. Diagnosis, untuk menegakkan diagnosis dilakukan 3 kali pegujian sperti yang
sudah diterangkan diatas
WHO kini merekomendasikan pemeriksaan dengan tes rapid test (dipstik) sehingga
hasilnya bisa diketahui.
Untuk mengetahui diagnosis AIDS, minimal dua tanda mayor yang berhubungan
dengan tanda minor tanpa diketahui kasus imunosupresi lain seperti kanker dan
malnutrisi berat atau bila terdapat salah satu saja dari tanda lain.
Ada beberapa gejala dan tanda mayor (menurut WHO), antara lain:
1. Kehilangan berat badan >10%
2. Diare kronik >1 bulan
3. Deman > 1 bulan
Sedangkan tanda minornya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Batuk menetap >1 bulan


Dermatitis pruritis
Herpes zoster berulang
Kandidiasis oropharing
Herpes simpleks yang meluas dan berat
Limfadenopati yang meluas

Tanda lainnya yaitu:


1. Sarkoma kaposi yang meluas
2. Meningitis kriptokokal
8. PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi:

12

1.
2.
3.
4.

Pengobatan suportif
Penanggulangan penyakit oportunistik
Pemberian obat anti virus
Penanggulangan dampak psikososial

Obat antivirus HIV/AIDS adalah:


1. Didanosin (ddl)
Dosis 2 x 100 mg, setiap 12 jam (BB <60 kg)
2 x 125 mg, setiap 12 jam (BB > 60 kg)
2. Zidovudin (ZDV)
Dosis: 500-600 mg/hari, pemberian setiap 4 jam sebanyak 100 mg, pada saat
penderita tidak tidur
3. Lamivudin (3TC)
4. Stavudin (d4T)
Obat ARV (antiretrovirus) masih merupakan pilihan karena:
Obat ini bisa memperlambat progrevitas penyakit dan dapat

memperpanjangdaya tahan tubuh


Obat ini aman, mudah, dan tidak mahal. Angka transmisi dapat diturunkan
sampai mendekati nol melalui identifikasi dini ibu hamil dan HIV positif dan

pengelolaan klinis yang agresif


Hasil penelitian hal upaya pencegahan dengan imunisasi belum memuaskan,
hasil penelitian tersebut dilakukan di Uganda dengan menggunakan vaksin
HIV yang disebut ALVAC-HIV dan vektor canarypox recombiant untuk
mewakili selubung dan gen inti HIV-1 sebagai upaya untuk merangsang sel

pertahanan tubuh.
.beberapa ahli mengusulkan penelitian tentang bagaimana agar CD4 tiruan
diserang oleh virus, sehingga CD4 alami tetap normal. Bagian yang diserang
virus HIV adalah sel darah putih terutama sel limfosit pada bagian CD4. CD4
adalah bagian dari limfosit yang menunjukkan seberapa besar fungsi
pertahanan tubuh manusia. Jumlah CD4 yang rendah menunjukkan
pertahanan tubuh yang lemah dan mudah terkena infeksi virus, bakteri dan

jamur.
9. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit HIV/AIDS antara lain:
- Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka
penderita AIDS

13

Mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau atau

dengan orang yang mempunyai banyak pasangan.


Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik.
Melarang orang-orang yang termasuk kedalam kelompok berisiko tinggi

untuk melakukan donor darah.


Memberikan tranfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar

memerlukan.
- Memastikan sterilitas alat suntik
10. PROGNOSIS
Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal, sekitar 75 % pasien yang di diagnosis
AIDS meninggal tiga tahun kemudian. Penelitian melaporkan ada 5% kasus
pasien terinfeksi HIV yang tetap sehat secara klinis dan imunologis.

B. KONSEP MEDIS
I.

Pengkajian.
1.

Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi,


menggunakan obat-obat.

2.

Penampilan umum : pucat, kelaparan.

3.

Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil,


keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun,
nyeri, sulit tidur.

4.

Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola


hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

14

5.

Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker,
hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

6.

HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka,


tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia,
epsitaksis.

7.

Neurologis

:gangguan

refleks

pupil,

nystagmus,

vertigo,

ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.


8.

Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan


ADL.

9.

Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

10.

Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot


Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

11.

GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,


diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

12.

Gu : lesi atau eksudat pada genital,

13.

Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

15

Penyimpangan KDM
Virus HIV

Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
monosit, limfosit B

Merusak seluler

HIV- positif ?

Invasi kuman patogen


Organ target

Infek
si

Gatal, sepsis,
nyeri

Sensori

Gangguan
penglihatan
dan
pendengaran

Gangguan sensori

Penyakit
anorektal

Gangguan body imageapas

Disfungsi
biliari

Dermatologi

Tidak efektif pol napas

Hepatitis

Respiratori

Gangguan pola BAB

Diare

Cairan berkurang

Ensepalopati akut

hipertermi

Aktivitas intolerans

Kompleks
demensia

Gangguan mobilisasi

Cairan berkurang

Lesi mulut

Gastrointestinal

Gangguan rasa nyaman :


nyeri

Manifestasi saraf

Gangguan rasa nyaman :


nyeri

Manifestasi oral

Tidak efektfi bersihan


jalan napas

Reaksi psikologis

Nutrisi inadekuat

Immunocompromise

Flora normal patogen

Nutrisi inadekuat

II.

16

III.

Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi
zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai.

17

IV.

Perencanaan keperawatan.
Diagnosa

Perencanaan Keperawatan
Intervensi

Tujuan dan criteria hasil

Rasional

Keperawatan
Resiko tinggi infeksi

Pasien akan bebas infeksi

1.

Monitor tanda-tanda infeksi baru.

Untuk pengobatan dini

berhubungan dengan

oportunistik

2.

gunakan teknik aseptik pada setiap

Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen

imunosupresi,

komplikasinya dengan kriteria

tindakan invasif. Cuci tangan sebelum

malnutrisi dan pola

tak ada tanda-tanda infeksi

meberikan tindakan.

hidup yang beresiko.

baru, lab tidak ada infeksi

dan

3.

Anjurkan pasien metoda mencegah

oportunis, tanda vital dalam

terpapar

batas normal, tidak ada luka

patogen.

atau eksudat.

4.

terhadap

lingkungan

yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi

yang

Kumpulkan spesimen untuk tes lab

Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

sesuai order.
5.

Atur pemberian antiinfeksi sesuai

Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

order
Resiko tinggi infeksi

Infeksi

(kontak

ditransmisikan, tim kesehatan

lainnya metode mencegah transmisi

berhubungan dengan

memperhatikan

HIV dan kuman patogen lainnya.

infeksi HIV, adanya

precautions dengan kriteriaa

pasien)

HIV

tidak

1.

universal
2.

Anjurkan pasien atau orang penting

Gunakan darah dan cairan tubuh

Pasien

dan

keluarga

mau

dan

memerlukan

informasikan ini

Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain

18

infeksi

kontak

nonopportunisitik

kesehatan tidak terpapar HIV,

yang

tidak terinfeksi patogen lain

dapat

pasien

dan

tim

ditransmisikan.

seperti TBC.

Intolerans

Pasien berpartisipasi dalam

aktivitas

berhubungan dengan

kegiatan,

kelemahan,

bebas dyspnea dan takikardi

pertukaran

oksigen,

dengan

precaution

bial

merawat

pasien.

Gunakan masker bila perlu.

1.

kriteria

Monitor respon fisiologis terhadap


aktivitas

2.

selama aktivitas.

Berikan bantuan perawatan yang

3.

Jadwalkan

perawatan

pasien

sehingga tidak mengganggu isitirahat.

kurang
kebutuhan

nutrisi

Pasien

mempunyai

dari

kalori

dan

tubuh

adekuat

intake

protein

untuk

1.

yang

Monitor kemampuan mengunyah


dan menelan.

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan


kebutuhan metabolik
Intake

menurun

dihubungkan

2.

Monitor BB, intake dan ouput

Menentukan data dasar

metaboliknya

3.

Atur antiemetik sesuai order

Mengurangi muntah

4.

Rencanakan diet dengan pasien dan

Meyakinkan

kebutuhan

intake yang kurang,

dengan

meningkatnya

muntah

kebutuhan metabolic,

makan TKTP, serum albumin

mual

dikontrol,

dan

pasien

orang penting lainnya.

dengan

nyeri

tenggorokan dan mulut

memenuhi

berhubungan dengan

kriteria

Mengurangi kebutuhan energi

pasien sendiri tidak mampu

malnutrisi, kelelahan.

Perubahan

Respon bervariasi dari hari ke hari

bahwa

keinginan pasien

makanan

sesuai

dengan

19

dan

menurunnya

dan protein dalam batas n

absorbsi zat gizi.

ormal, BB mendekati seperti

Diare

sebelum sakit.
Pasien merasa nyaman dan

berhubungan

dengan infeksi GI

mengnontrol

1.

diare,

Kaji

konsistensi

dan

frekuensi

Mendeteksi adanya darah dalam feses

feses dan adanya darah.

komplikasi minimal dengan

2.

Auskultasi bunyi usus

Hipermotiliti mumnya dengan diare

kriteria perut lunak, tidak

3.

Atur agen antimotilitas dan psilium

Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk

tegang, feses lunak dan warna

(Metamucil) sesuai order

normal, kram perut hilang,

4.

Berikan ointment A dan D, vaselin

Tidak efektif koping

Keluarga atau orang penting

1.

atau zinc oside


Kaji koping keluarga terhadap sakit

keluarga

lain mempertahankan suport

berhubungan dengan

sistem dan adaptasi terhadap

cemas

tentang

perubahan akan kebutuhannya

keadaan yang orang

dengan kriteria pasien dan

dicintai.

keluarga berinteraksi dengan


cara yang konstruktif

pasein dan perawatannya


2.

Biarkan keluarga mengungkapkana


perasaan secara verbal

3.

Ajarkan kepada keluaraga tentang


penyakit dan transmisinya.

perforasi pada intestinal


Untuk menghilangkan distensi
Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara
konstruktif dengan keluarga.
Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara
secara bebas
Menghilangkan

kecemasan

melalui kontak sederhana.

tentang

transmisi

20

21

DAFTAR PUSTAKA

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year
Book, Toronto.

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St.


Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai