Askep Aids Hiv
Askep Aids Hiv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan profesional sebagai integral dari
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologis, psikologi sosial, dan spiritual
secara komprehensif diajukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat
maupun sakit, mencakup siklus hidup manusia.
Pelayanan keperawatan memiliki satu komponen penting yakni asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan ibaratnya jantung bagi seorang perawat, karena
dari asuhan keperawatan inilah yang menentukan keamanan dan keselamatan klien
yang dihadapi.
Di dalam asuhan keperawatan berisi tahap- tahap berkesinambungan yang
dimulai dari pengkajian, penetapan penyimpangan KDM yang diambil dari data
pengkajian, selanjutnya penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
ditemukan, kemudian menyusun intervensi, berisi hal- hal yang harus direncanakan
yang nantinya dapat menyelesaikan masalah- masalah keperawatan yang dialami
oleh klien, terakhir berisi evaluasi yakni berisi hasil oservasi dan perbandingan
apakah semua proses keperawatan yang kita mulai dari pengkajian sampai ke
implementasinya telah sesuai dan bisa mengatasi masalah klien, dan jika masih
terdapat masalah- masalah yang tak terselesaikan akan kembali ke tahap awal proses
keperawatan. Karena itu sungguh sangat penting bagi seorang perawata, terutama
bagi mahasiswa perawat untuk memahami dengan baik baik itu konsep proses
keperawatan, maupun penerapannya.
Maka dalam makalah ini penulis telah menyusun konsep medis dan konsep
asuhan keperawatan HIV/AIDS yang kini dan nanti akan memiliki manfaat
khususnya bagi mahasiswa keperawatan.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembahasan makalah yaitu:
Dengan adanya konsep keperawatan pada HIV/AIDS ini, mahasiswa akan
ekspert pada penyakit HIV/AIDS serta sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk
mata kuliah Keperawatan dewasa khususnya sistem pernapasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFENISI
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala
penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, buka penyakit bawaan tetapi di dapat
dari hasil penularan. Penyakit ini di sebabkan oleh human immunodefeciency
virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu
yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melenda
banyak negara. Sampai sekarang belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif
efektif untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan didunia.
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah
satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang
disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan
penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh.
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala
AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
a. HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV
dalam darah
b. Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c. Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
d. Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
a. HIV berkembang biak dalam tubuh
b. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa
sehat
c. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibody terhadap HIV
d. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan
tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
a. Sistem kekebalan tubuh semakin turun
b. Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan
kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
c. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan
tubuhnya.
4. Tahap 4: AIDS
a. Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
b. berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
2. ETIOLOGI
Pada tahun 1986 di afrika ditemukan beberapa tipe HIV, yaitu HIV-1 yang
sering menyerang manusia dan HIV-2 yang ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV
termasuk subfamili lentivirinae dan famili retriviridae.
Asam nukleat dari famili retrovirus adalah RNA yang mampu membentuk
DNA dan RNA. Enzim transkiptase reversi menggunakan RNA virus sebagai
cetakan untuk membentuk DNA. DNA ini bergabung dengan kromosom induk
(sel limfosit T4 dan sel makrofag) yang berfungsi sebagai pengganda virus HIV.
Secara sederhana sel HIV terdiri dari:
1. Inti - RNA dan enzim transkriptase reversi (polimerase), protease, dan
integrase
2. Kapsid antigen p24
3. Sampul (antigen p17) dan tonjolan glikoprotein (gp120 dan gp41)
3. PATOFISIOLOGI
menempel pada limfosit sel induk melalui gp120 sehingga akan terjadi fusi
membran HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke dalam sitoplasma
sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV dan RNA HIV
melalui enzim polimerase. Enzim integrasi kemudian akan membantu DNA HIV
untuk berintegrasi dengan DNA sel induk.
DNA virus yang dianggap oleh tubuh sehingga DNA sel induk, akan
membentuk RNA dengan fasilitas sel induk, sedangkan mRNA dalam sitoplasma
akan dirubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya
mengambil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai virus HIV
lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun (imunosupresi) ini akan
menyebabkan pengurangan dan terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T.
4. PENULARAN
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus ini juga terdapat dalam saliva, air
mata, dan urine (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan
keringat pria yang sudah disunat juga memiliki resiko HIV yang lebih kecil
dibandingkan dengan pria yang belum disunat.
Selain melalui cairan tubuh, HIV juga menular melalui:
1. Ibu hamil
a. Secara intrauterin, intrapartum, dan postpartum (ASI)
b. Angka transmisi mencapai 20-50%
c. Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
d. Laporan lain yang mengatakan risiko penularan melalui ASI adalah 1129%
e. Sebuah study meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada dua
kelompok ibu, yaitu ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan
kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang masih belum
disusui adalah 14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme
kehamilan dan persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi
29% setelah bayinya disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa
memperoleh antibodi HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.
2. Jarum suntik
A. Prevalensi 5-10%
B. Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena
penyalagunaan obat
C. Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa,
penggunaan obat suntik dijakarta sebanyak 45% terinfeksi HIV, dibogor
25% dan Bali 53%
3. Transfusi darah
a. Resiko penularan sebesar 90%
b. Prevalensi 3-5%
4. Hubungan seksual
a. Prevalensi 70-80%
b. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
c. Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir-akhir ini dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan
kondom maka penularan pada jalur ini cenderung menurun dan digantikan
oleh penularan jalur pengguna narkoba.
5. GEJALA KLINIS
penderita menampakkan gejala yang menyerupai mononukleosis infeksiosa
dalam waktu beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejalanya berupa demam, ruamruam, pembengkakan kelenjar getah bening dan rasa tidak enak badan yang
berlangsung selama 3-14 hari. Sebagian besar gejala akan menghilang, meskipun
kelenjar getah bening tetap membesar.
Selama beberapa tahun, gejala lainnya tidak muncul. Tetapi sejumlah besar
virus segera akan ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, sehingga
penderita bisa menularkan penyakitnya. Dalam waktu beberapa bulan setelah
terinfeksi, penderita bisa mengalami gejala-gejala yang ringn secara berulang yang
belum benar-benar menunjukkan suatu AIDS.
Penderita bisa menunjukkan gejala-gejala infeksi HIV dalam waktu beberapa
tahun
sebelum
terjadinya
infeksi
atau
tumor
yang
khas
untuk
AIDS.
Gejalanya berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Secara definisi, AIDS dimulai dengan rendahnya jumlah limfosit CD4+ (kurang
dari 200 sel/mL darah) atau terjadinya infeksi oportunistik (infeksi oleh organisme
yang pada orang dengan sistem kekebalan yang baik tidak menimbulkan penyakit).
Juga bisa terjadi kanker, seperti sarkoma Kaposi dan limfoma non-Hodgkin.
Gejala-gejala dari AIDS berasal dari infeksi HIVnya sendiri serta infeksi
oportunistik dan kanker. Tetapi hanya sedikit penderita AIDS yang meninggal karena
efek langsung dari infeksi HIV. Biasanya kematian terjadi karena efek kumulatif dari
berbagai infeksi oportunistik atau tumor. Organisme dan penyakit yang dalam
keadaan normal hanya menimbulkan pengaruh yang kecil terhadap orang yang sehat,
pada penderita AIDS bisa dengan segera menyebabkan kematian, terutama jika
jumlah limfosit CD4+ mencapai 50 sel/mL darah.
Beberapa infeksi oportunistik dan kanker merupakan ciri khas dari munculnya AIDS:
1. Thrush.
Pertumbuhan berlebihan jamur Candida di dalam mulut, vagina atau
kerongkongan,
biasanya
merupakan
infeksi
yang
pertama
muncul.
Infeksi jamur vagina berulang yang sulit diobati seringkali merupakan gejala
dini HIV pada wanita. Tapi infeksi seperti ini juga bisa terjadi pada wanita
sehat akibat berbagai faktor seperti pil KB, antibiotik dan perubahan
hormonal.
2. Pneumonia pneumokistik.
Pneumonia
karena
oportunistik
jamur
yang
Pneumocystis
sering
berulang
carinii
merupakan
infeksi
pada
penderita
AIDS.
Infeksi ini seringkali merupakan infeksi oportunistik serius yang pertama kali
muncul dan sebelum ditemukan cara pengobatan dan pencegahannya,
merupakan penyebab tersering dari kematian pada penderita infeksi HIV
3. Toksoplasmosis.
Infeksi kronis oleh Toxoplasma sering terjadi sejak masa kanak-kanak, tapi
gejala
hanya
timbul
pada
sekelompok
kecil
penderita
AIDS.
bisa
mempengaruhi
fungsi
neurologis
penderita.
Gejala awal biasanya berupa hilangnya kekuatan lengan atau tungkai dan
hilangnya koordinasi atau keseimbangan. Dalam beberapa hari atau minggu,
penderita tidak mampu berjalan dan berdiri dan biasanya beberapa bulan
kemudian penderita akan meninggal.
7. Infeksi oleh sitomegalovirus
Infeksi ulangan cenderung terjadi pada stadium lanjut dan seringkali
menyerang
retina
mata,
menyebabkan
kebutaan.
10
Sarkoma Kaposi adalah suatu tumor yang tidak nyeri, berwarna merah
sampai ungu, berupa bercak-bercak yang menonjol di kulit. Tumor ini
terutama sering ditemukan pada pria homoseksual.
9. Kanker
Bisa juga terjadi kanker kelenjar getah bening (limfoma) yang mula-mula
muncul di otak atau organ-organ dalam. Wanita penderita AIDS cenderung
terkena kanker serviks. Pria homoseksual juga mudah terkena kanker rektum.
6. KOMPLIKASI
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Metode yang umum untuk menegakkan diagnosis HIV, meliputi:
1. ELISA (Enzime-linked immunoSorbet Assay)
Sensitivitas tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil
positif 2-3 bulan setelah infeksi. Tes HIV (+) sebanyak 3 kali dengan reagen
yang berlainan merk menunjukkan pasien positif mengidap HIV.
2. Western Blod
Spensifitasnya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaannya cukup sulit,
mahal, dan membutuhkan waktu sebesar 24 jam.
3. PCR (Polimerase Chain Reaction)
Tes ini dugunakan untuk:
a. Tes HIV pada bayi, karena zat antimateral masih ada pada bayi dan masih
dapat menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yang menderita
HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit tersebut. Zat
kekebalan itulah yang diturunkan pada bayi melalui plasenta yang akan
mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-olah sudah ada infeksi pada bayi
tersebut.
b. Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok berisiko
tinggi
c. Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum terjadi serokonversi
d. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas rendah
untuk HIV-2
B. Pemeriksaan Laboraturium ada tiga jenis
11
1. Pencegahan donor darah, dilakukan satu kali oleh PMI, bila positif disebut
reaktif
2. Serosurvei,
untuk
mengetahui
prevalensi
pada
kelompok
beresiko,
12
1.
2.
3.
4.
Pengobatan suportif
Penanggulangan penyakit oportunistik
Pemberian obat anti virus
Penanggulangan dampak psikososial
pertahanan tubuh.
.beberapa ahli mengusulkan penelitian tentang bagaimana agar CD4 tiruan
diserang oleh virus, sehingga CD4 alami tetap normal. Bagian yang diserang
virus HIV adalah sel darah putih terutama sel limfosit pada bagian CD4. CD4
adalah bagian dari limfosit yang menunjukkan seberapa besar fungsi
pertahanan tubuh manusia. Jumlah CD4 yang rendah menunjukkan
pertahanan tubuh yang lemah dan mudah terkena infeksi virus, bakteri dan
jamur.
9. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit HIV/AIDS antara lain:
- Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka
penderita AIDS
13
memerlukan.
- Memastikan sterilitas alat suntik
10. PROGNOSIS
Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal, sekitar 75 % pasien yang di diagnosis
AIDS meninggal tiga tahun kemudian. Penelitian melaporkan ada 5% kasus
pasien terinfeksi HIV yang tetap sehat secara klinis dan imunologis.
B. KONSEP MEDIS
I.
Pengkajian.
1.
2.
3.
4.
14
5.
Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker,
hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6.
7.
Neurologis
:gangguan
refleks
pupil,
nystagmus,
vertigo,
9.
10.
11.
12.
13.
Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
15
Penyimpangan KDM
Virus HIV
Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
monosit, limfosit B
Merusak seluler
HIV- positif ?
Infek
si
Gatal, sepsis,
nyeri
Sensori
Gangguan
penglihatan
dan
pendengaran
Gangguan sensori
Penyakit
anorektal
Disfungsi
biliari
Dermatologi
Hepatitis
Respiratori
Diare
Cairan berkurang
Ensepalopati akut
hipertermi
Aktivitas intolerans
Kompleks
demensia
Gangguan mobilisasi
Cairan berkurang
Lesi mulut
Gastrointestinal
Manifestasi saraf
Manifestasi oral
Reaksi psikologis
Nutrisi inadekuat
Immunocompromise
Nutrisi inadekuat
II.
16
III.
Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi
zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai.
17
IV.
Perencanaan keperawatan.
Diagnosa
Perencanaan Keperawatan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Resiko tinggi infeksi
1.
berhubungan dengan
oportunistik
2.
imunosupresi,
meberikan tindakan.
dan
3.
terpapar
patogen.
atau eksudat.
4.
terhadap
lingkungan
yang
sesuai order.
5.
order
Resiko tinggi infeksi
Infeksi
(kontak
berhubungan dengan
memperhatikan
pasien)
HIV
tidak
1.
universal
2.
Pasien
dan
keluarga
mau
dan
memerlukan
informasikan ini
18
infeksi
kontak
nonopportunisitik
yang
dapat
pasien
dan
tim
ditransmisikan.
seperti TBC.
Intolerans
aktivitas
berhubungan dengan
kegiatan,
kelemahan,
pertukaran
oksigen,
dengan
precaution
bial
merawat
pasien.
1.
kriteria
2.
selama aktivitas.
3.
Jadwalkan
perawatan
pasien
kurang
kebutuhan
nutrisi
Pasien
mempunyai
dari
kalori
dan
tubuh
adekuat
intake
protein
untuk
1.
yang
menurun
dihubungkan
2.
metaboliknya
3.
Mengurangi muntah
4.
Meyakinkan
kebutuhan
dengan
meningkatnya
muntah
kebutuhan metabolic,
mual
dikontrol,
dan
pasien
dengan
nyeri
memenuhi
berhubungan dengan
kriteria
malnutrisi, kelelahan.
Perubahan
bahwa
keinginan pasien
makanan
sesuai
dengan
19
dan
menurunnya
Diare
sebelum sakit.
Pasien merasa nyaman dan
berhubungan
dengan infeksi GI
mengnontrol
1.
diare,
Kaji
konsistensi
dan
frekuensi
2.
3.
4.
1.
keluarga
berhubungan dengan
cemas
tentang
dicintai.
3.
kecemasan
tentang
transmisi
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year
Book, Toronto.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto