Laporan Prak Biokimia Kelompok 5
Laporan Prak Biokimia Kelompok 5
MODUL RESPIRASI
KELOMPOK 5
Afiati
Faizal Rachman
Kiki Rosmayanti
Maya Damayanti
Muhammad Arif Rahman
Muhammad Fahreza Kautsar
Seflan Syahrir Ahliadi
Siti Nashratul Kamila
Tiara Putri Methas
Wulan Roudotul Zanah
DAFTAR ISI
1
Daftar Isi. 2
Praktikum I
Pengukuran Kadar Peroksida Lipid Dalam Cairan Biologis. 3
Praktikum II
Uji Oksihemoglobin & Deoksihemoglobin 6
Praktikum III
Uji Untuk Methemoglobin. 9
Praktikum IV
Hemolisis Sel Darah Merah 13
Praktikum V
Pengaruh Pelarut Organik Terhadap Sel Darah Merah. 17
Praktikum 1
2
A. Tujuan
Menetapkan Kadar Peroksida Lipid Dalam Cairan Biologis
B. Dasar Teori
1. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus, atau molekul yang memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit paling luar, termasuk atom hidrogen,
logam-logam transisi, dan molekul oksigen. Adanya elektron tidak berpasangan ini,
menyebabkan radikal bebas secara kimiawi menjadi sangat aktif. Radikal bebas dapat
bermuatan positif (kation), negatif (anion), atau tidak bermuatan .
Sumber radikal bebas bisa berasal dari proses metabolisme dalam tubuh (internal)
dan dapat berasal dari luar tubuh (eksternal). Dari dalam tubuh mencakup superoksida
(O2*), hidroksil (*OH), peroksil (ROO*), hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen
(O2), oksida nitrit (NO*), dan peroksinitrit (ONOO*). Dari luar tubuh antara lain berasal
dari: asap rokok, polusi, radiasi, sinar UV, obat, pestisida, limbah industri, dan ozon
.Radikal bebas pada umumnya dapat mempunyai efek yang sangat menguntungkan,
seperti membantu destruksi sel-sel mikroorganisme dan kanker. Akan tetapi, produksi
radikal bebas yang berlebihan dan produksi antioksidan yang tidak memadai dapat
menyebabkan kerusakan sel-sel jaringan dan enzimenzim. Kerusakan jaringan dapat
terjadi akibat gangguan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas asam lemak atau
dikenal sebagai peroksidasi lipid.
Aktivitas radikal bebas dapat menjadi penyebab atau mendasari berbagai keadaan
patologis. Di antara senyawa-senyawa oksigen reaktif, radikal hidroksil (OH)
merupakan senyawa yang paling berbahaya karena mempunyai tingkat reaktivitas sangat
tinggi. Radikal hidroksil dapat merusak tiga jenis senyawa yang penting untuk
mempertahankan integritas sel yaitu:
3
(1) Asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran sel
(2) DNA, yang merupakan piranti genetik dari sel.
(3) Protein, yang memegang berbagai peran penting seperti enzim, reseptor, antibodi,
pembentuk matriks, dan sitoskeleton .
Regulasi jumlah radikal bebas secara normal dalam sistem biologis tubuh
dilakukan oleh enzim-enzim antioksidan endogenous seperti enzim SOD, GPx, dan CAT.
Pengukuran radikal bebas di dalam tubuh sangat sulit dilakukan karena radikal bebas
bereaksi sangat cepat sehingga seringkali dilakukan pengukuran tidak langsung melalui
produk turunannya seperti MDA dan 4-hidroksinonenal. Kedua senyawa tersebut sering
digunakan untuk pengukuran reaksi radikal bebas lipid .
2. Malondialdehida (MDA)
MDA merupakan produk enzimatis dan nonenzimatis dari pemecahan
prostaglandin endoperoksida dan produk akhir dari lipid peroksidasi. MDA merupakan
molekul reaktif yang memiliki rumus molekul C3H4O2 dan dikenal sebagai penanda
(marker) peroksidasi lipid.
Pengukuran MDA banyak dilakukan oleh para peneliti sebagai indeks tidak
langsung dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid. prinsip
pengukuran MDA adalah rekasi satu molekul MDA dengan dua molekul asam
tiobarbiturat (TBA) membentuk kompleks senyawa MDA-TBA yang berwarna pink dan
kuantitasnya dapat dibaca dengan spektrofotometer.
C. Alat dan Bahan
kit 2 buah
spektofotometer
rak tabung
4
TCA 0,67%
TBA
aquades
D. Cara Kerja
E. Hasil
Bahan
Absorban
Kadar MDA
Blanko
0,023 A
1,5 x 10-7
S1
0,085 A
5,5 x 10-7
S2
0,136
8,8 x 10-7
F. Kesimpulan
Seharusnya nilai MDA normal itu nol. Namun, pada kedua OP yang diuji ternyata
memiliki nilai MDA>0. Karena MDA merupakan salah satu hasil dari reaksi radikal
bebas dengan lipid, berarti terdapat radikal bebas didalam tubuh para OP yang melebihi
kadar antioksidan.
Praktikum II
UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN
A. Tujuan
Membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin
(HbO2) dan dapat terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin.
B. Dasar Teori
Hemoglobin merupakan pembawa 02 yang baik. Hemoglobin merupakan protein
yang tersusun dari empat subunit yang masing-masing berisis heme yang separuhnya
menempel pada rantai polipeptida. Pada orang dewasa yang normal, kebanyakan
hemoglobin berisi dua rantai alfa dan dua rantai beta. Heme merupakan komplek cincin
porfrin yang meliputi satu atom ferrous besi. Masing-masing atom besi tersebut secara
reversible dapat mengikat satu molekul oksigen. Besi tersebut selalu dalam bentuk
ferrous sehingga reaksi tersebut dinamakan oksigenasi. Reaksi hemoglobin dengan
oksigen adalah:
Hb(Fe2+) + O2 Hb(Fe2+)O2
Karena berisi empat deoksihemoglobin, molekul hemoglobin juga dipresentasikan
sebagai Hb4 dan beraksi dengan empat oksigen untuk membentuk Hb 4O8. Reaksinya
berjalan sangat cepat hanya kurg dari 0,01 detik
Hemoglobin berfungsi untuk :
1.Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh
2.Mengikat dan membawa karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru
3.Memberi warna merah pada darah
4.Mempertahankan keseimbangan asam basa dari tubuh
Pengujian kali ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa hemoglobin dapat
mengikat oksigen menjadi HbO2 dan senyawa ini dapat terurai kembali menjadi deoksi
Hb dan O2. Dalam keadaan tereduksi, Fe dalam hemoglobin dapat mengikat O2 menjadi
HbO2. Dan HbO2 akan melepas 02 pada penambahan reaksi stokes.
C. Alat dan Bahan
Darah segar
Pereaksi Stokes
Larutan NH4OH
D. Cara Kerja
OksiHb
1. Ke dalam sebuah tabung reaksi encerkan 1 mL darah dengan 5 ml air suling.
Campur dengan baik dan perhatikan warna merah terang dari oksiHb yang
terbentuk.
2. Bagi 2 isi tabung tersebut sehingga masing masing tabung berisi 3 mL.
Gunakan tabung 1 sebagai control.
Pembentuk deoksiHb
1. Isi tabung ketiga dengan 1 mL pereaksi stokes dan tambahkan NH4OH
secukupnya untuk melarutkan untuk melarutkan endapan yang akan segera
terbentuk. Campuran ini merupakan larutan pereduksi yang kuat.
2. Masukkan beberapa tetes larutan stokes ke dalam tabung 2. Terlihat
perubahan warna karena terbentuknya deoksiHb. Bandingkan dengan tabung
1.
1. Kocok kuat kuat tabung yang berisi deoksiHb, maka akan terjadi kembali
oksigenasidari udara. Perhatikan dan catat warna HbO2 yang kembali terbentuk.
2. Oksigenasi dan deoksigenasi kembali ini dapat dilakukan berulang ulang.
E. Hasil
Hasil
Tabung 1
Tabung 2
Merah terang
Merah gelap
F. Kesimpulan
Hemoglobin dapat mengikat oksigen dalam bentuk oksihemoglobin dan dapat terurai
menjadi deoksihemoglobin
Pertanyaan :
Peristiwa faal apakah yang ditiru dari percobaan ini?
Jawab:
Peristiwa yang ditiru adalah peristiwa pertukaran gas O2 dialveolus di mana
setelah O2 berhasil masuk ke aliran darah akan diikat oleh hemoglobin menjadi
oksihemoglobin dan ketika sampai dijaringan yang membutuhkan O2, ikatan Hb dan O2
dilepas dan akan membentuk deoksihemoglobin.
G. Daftar Pustaka
9
Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. 2010. Ganongs Review of Medical
Physiology: gas Transport dan pH dalam Paru. 23rd. United States: Mc Graw Hill.
Praktikum III
UJI UNTUK METHEMOGLOBIN
A. Tujuan
Memperlihatkan bila besi (Fe2+) dalam molekul hemoglobin dioksidasi menjadi
Fe3+, maka terbentuk metHb yang tidak bisa lagi mengikat oksigen.
B. Dasar Teori
1. Methemoglobin
Pada methemoglobinemia,
methemoglobin tidak dapat mengikat atau mengangkut O2. Secara normal, enzim
methemoglobin reduktase mereduksi Fe3+ methemoglobin menjadi Fe2+. Methemoglobin
dapat terbentuk oleh oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sebagai efek samping obat, seperti
sulfonamide, dari hemoglobin M herediter atau akibat berkurangnya aktivitas enzim
methemoglobin reduktase.
Pada hemoglobin M, histidin F8 (His F8) diganti oleh tirosin. Besi pada HbM
membentuk kompleks ionic ketat dengan anion fenolat tirosin yang menstabilkan bentuk
10
Oksidator
Hb(Fe3+) + K4Fe(CN)6
MetHb
D. Cara Kerja
1. Ambil sample darah sebanyak 1 mL, lalu encerkan dengan menambahkan 9 mL
aquades dalam tabung reaksi.
11
2. Bagilah darah yang telah diencerkan tersebut ke dalam 2 tabung reaksi, masingmasing sebanyak 5 mL. Menjadi tabung A dan tabung B.
3. Salah satu tabung (Tabung A) tambahkan 5 mL dari K 3Fe(CN)6 33% lalu kocok
tabung dengan kuat. Perhatikan dan catat perubahan warna yang terjadi. Lalu
tambahkan peraksi Stokes ke dalam tabung tersebut dan kocok kuat-kuat. Perubahan
yang terjadi diperhatikan dan dicatat.
4. Tabung yang lain (Tabung B) dipanaskan sebentar, lalu tambahkan 5 mL K3Fe(CN)6.
Campurkan dengan membalik-balikkan tabung (tutup tabungnya terlebih dahulu).
Perhatikan perubahan warna yang terjadi dan adakah gelembung- gelembung oksigen
yang terbentuk.
Dipanaskan
E. Hasil
12
Tabung A
Setelah + K3Fe(CN)6
Setelah pengocokkan kuat
Setelah + Stokes
Setelah pengocokkan kuat
Tabung B
Setelah dipanaskan
Setelah + K3Fe(CN)6
Setelah pengocokkan kuat
F. Kesimpulan
Pada percobaan ini, terbentuk methemoglobin akibat oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+
oleh K3Fe(CN)6 dan penambahan stokes karena stokes menghomogenkan pereaksi stokes
dengan darah, sehingga oksigen akan dilepas. Oleh karena telah terbentuk
methemoglobin, maka tidak bias lagi mengikat oksigen. Lepasnya oksigen ini terlihat
dari adanya gelembung-gelembung diatas campuran darah, K3Fe(CN)6, dan pereaksi
stokes.
G. Daftar Pustaka
13
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
14
Praktikum IV
HEMOLISIS SEL DARAH MERAH
A. Tujuan
Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipotonil terhadap membran sel darah
merah.
B. Dasar Teori
Dalam larutan Hipotonis sel darah merah akan menggembung karena cairan dari
luar sel akan masuk ke dalam sel darah merah. Bila pembengkakan SDM akan larut
dalam cairan hipotonik sehingga larutan akan berwarna merah jernih. Di dalam larutan
hipertonik terhadap tekanan osmotik plasma darah maka cairan dari SDM akan keluar
dari sel sehingga SDM akan mengkerut (crenated).
Darah segar
Larutan NaCl 2%
15
D. Cara Kerja
1. Ke dalam 10 tabung reaksi isikan campuran berikut :
Tabung
Air (ml)
NaCl 2% (ml)
% NaCl
Teori
Praktikum
10
100
0,2
90
0,4
80
7,5
2,5
0,5
75
0,6
70
6,5
3,5
0,7
65
0,8
60
5,5
4,5
0,9
55
1,0
50
10
4,5
5,5
1,1
45
E. Hasil
Tabung
%NaCl
Hemolisis
Tabung
%NaCl
Hemolisis
0,7
0,2
0,8
+
16
0,4
0,9
0,5
0,6
10
1,1
Pembahasan
Dari data yang tertera pada tabel diatas dapat diketahui bahwa beberapa tanbung
telah terjadi hemolisis. Dengan dibuktikan adanya larutan yang berwarna lebih merah
dari yang lainnya, hal tersebut terjadi karena hemoglobin yang ada pada eritrosit tersebut
keluar ke media disekelilingnya yang diakibatkan pecahnya plasma darah, hal tersebut
akibat pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain
penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena
ketuaan dalam sirkulasi darah dll.
17
dalam
sel,maka
sel
darah
merah
akan
bertambah
volumenya
hingga
F. Kesimpulan
18
Peristiwa hemolisis terjadi pada larutan yang hipotonis, yaitu air hingga larutan
NaCl 0,8 % . Adanya hemolisis menyebabkan cairan dan zat-zat lain dalam sel darah
merah akan keluar menuju larutan sehingga larutan akan berwarna keruh.
Praktikum V
PENGARUH PELARUT ORGANIK TERHADAP SEL DARAH MERAH
A. Tujuan
Memperlihatkan bahwa membran sel darah merah dapat mengalami lisis
dalam pelarut organik tertentu.
B. Dasar Teori
Membran SDM antara lain mengandung lipid. Pelarut organik tertentu yang
bersifat melarutkan lemak anak menyebabkan lipid membran larut sehingga
terjadi hemolisis.
Dinding sel darah merah adalah suatu lipoprotein. Lemak merupakan pelarut
organik. Dalam pelarut lemak, dinding ini akan larut, sehingga bila sel darah
merah dimasukkan dalam pelarut lemak akan terjadi hemolisis. Oleh karena itu,
lemak termasuk larutan hipotonis karena dapat membuat sel darah merah menjadi
lisis.
Tabung reaksi
Pipet
Darah segar
Larutan NaCl 0,9%
Kloroform
Eter
Aseton
Alkohol
Toluen
D. Cara Kerja
1. Ke dalam 5 tabung reaksi, masukkan setiap 10ml larutan NaCl 0,9%.
2. Tambahkan setiap 2 tetes klororfom (tabung 1), eter (tabung 2), aseton
(tabung 3), toluen (tabung 4) dan alkohol (tabung 5) secara berurutan
3. Tambahkan ke dalam tiap tabung 2 tetes suspensi darah, biarkan selama
setengah jam (30 menit)
4. Perhatikan warna yang terbentuk dan bandingkan dengan tabung lainnya
E. Hasil
Nomor tabung
1
2
3
4
5
Pelarut
Kloroform
Eter
Aseton
Toluen
Alkohol
Hemolisis
+
+
+
+
+
20
1. Pada hasil percobaan ini didapatkan bawah larutan yang terdapat didalam
tabung yang awalnya berwarna merah, lama kelamaan berubah menjadi
pucat perlahan-lahan mulai dari bagian atasnya
2. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh kadar zat pelarut organik yang
diberikan ke dalam larutan
3. Pada percobaan yang ini, zat pelarut organik yang diberikan sedikit,
sehingga efek hemolisis yang muncul pun juga sedikit
F. Kesimpulan
Sel darah merah akan mengalami lisis jika bereaksi dengan zat pelarut organik,
yang bersifat melarutkan lemak.
G. Daftar Pustaka
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
21