Anda di halaman 1dari 13

Argentometri

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Adapun yang menjadi tujuan dari percobaan ini adalah
1. Untuk membuat larutan argentum nitrat (AgNO 3) sebagai larutan standard.
2. Untuk membuat larutan natrium klorida (NaCl) 0,01 N.
3. Untuk menstandardisasi larutan NaCl dengan larutan standard AgNO 3.
4. Menetapkan kadar/kemurnian natrium klorida (NaCl) dalam garam dapur kotor
dengan menggunakan metode Mohr.

II.

DASAR TEORI
Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum
nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO 3
digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis
garam ini dengan ion Ag + dari garam standard AgNO 3 dapat memebentuk suatu
endapan atau suatu senyawa kompleks sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
NaX + Ag+

AgX + Na+

KCN + Ag+

AgCN + K+

KCN + AgCN

( X = halida )

K{Ag(CN)2}

Garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga garam tersebut


dapat digunakan sebagai larutan standard primer. Larutan standard AgNO 3 0,1 N dapat
dibuat dengan melarutkan 16,99 gram AgNO 3 dalam 1 liter aquades.
Seperti halnya pada proses titrasi netralisasi, pada proses argentometri pun
dapat digambarkan proses titrasinya meskipun pembuatan kurva ini tidak dimaksudkan
untuk memilih dan menentukan jenis indikator yang akan digunakan untuk menentukan
saat tercapainya titik ekivalen, sehingga untuk pembuatan kurva ini sebagai ordinatnya
bukan lagi besarnya pH larutan melainkan besarnya pAg atau pX dalam larutan.
Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem
pengendapan. Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion
halogen, ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh
larutan standardnya. Dalam titrasi argentometri ini terdapat 4 cara untuk menentukan
titik akhir atau titik ekivalen, yaitu :

1. Dengan cara Liebig


Dalam titrasi argentometri yang disebut dengan titrasi pembentukan kompleks
adalah titrasi terhadap larutan garam sianida. Proses ini mula-mula dikemukakan oleh
Liebig pada tahun 1851, akhirnya dikenal sebagai titrasi argentometri cara Liebig.
Apabila ke dalam larutan garam sianida ditambahkan larutan AgNO 3 mula-mula akan
terjadi endapan putih dari garam AgCN. Tetapi oleh karena di dalam larutan masih
terdapat kelebihan ion sianida maka apabila larutan tersebut digoyang-goyang,
endapan AgCN yang telah terbentuk akan segera larut kembali karena terjadinya garam
kompleks dari logamnya yang cukup stabil, sesuai dengan persamaan reaksi berikut
ini :
KCN + AgNO3
2KCN + AgCN

AgCN + KNO3

K2{Ag(CN)3}

Apabila semua ion CN- dalam larutantelah membentuk ion kompleks {Ag(CN) 2}, kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan sedikit larutan AgNO 3 akan sesgera
terbentuk endapan yang stabil (permanen) dari garam kompleks argentum
disianoargentat (I) sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
K{Ag(CN)2} + AgNO3

Ag{Ag(CN)2} + KNO3

Dalam hal ini jelaslah bahwa pada titrasi argentometri terhadap ion CN -,
tercapai titik ekivalen ditandai dengan terbentuknya endapan (kekeruhan) permanen
dari garam kompleks Ag{Ag(CN)2}.
Titrasi argentometri secara Liebig ini tidak dapat dilakukan dalam suasana
ammoniakal, karena garam kompleks Ag{Ag(CN) 2} dalam larutan ammoniakal akan
larut menjadi ion kompleks diammin.
Ag{Ag(CN)2} + 4NH3

2{Ag(NH3)2}+ + 2CN-

2. Dengan pembentukan endapan berwarna (metode Mohr)


Dalam cara ini, ke dalam larutan yang dititrasi ditambahkan sedikit larutan
kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi
dengan kelebihan ion perak membentuk endapan berwarna merah dari perak kromat,
dengan reaksi :
CrO42- + 2Ag+

Ag2CrO4

Untuk menghindari terjadinya pengendapan perak kromat sebelum


pengendapan perak halida sempurna, maka konsentrasi ion kromat yang ditambahkan
sebagai indikator harus sangat kecil, umumnya konsentrasi ion kromat dalam larutan
berkisar 3.10-3 M hingga 5.10-3 M.

3. Dengan cara pembentukan ion kompleks berwarna (metode Volhard)


Dalam cara ini, larutan standard perak nitrat ditambahkan secara berlebih ke
dalam larutan analit, kemudian kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan standard
amonium atau kalium tiosianat dengan menambahkan ion feri (Fe 3+) sebagai indikator.
Pada akhir titrasi, ion feri akan bereaksi dengan kelebihan ion tiosianat memebentuk
ion kompleks {Fe(SCN)6}3- yang berwarna coklat.
X + Ag+

AgX + Ag+ sisa

Ag+ sisa + SCN-

AgSCN

Fe3+ + 6 SCN-

{Fe(SCN)6}3-

4. Dengan menggunakan indikator adsorpsi (metode Fajans)


Titik akhit titrasi dalam titrasi dengan cara ini ditandai dengan berubahnya
warna endapan AgX sebagai akibat dari adanya adsorpsi endapan AgX terhadap
pereaksi pewarna yang ditambahkan. Indikator yang sering digunakan adalah
fluorescein dan eosin.

III.

ALAT DAN BAHAN


Alat
Labu takar

Ukuran
500 mL

Jumlah
1 buah

Gelas ukur

25 mL

1 buah

Pipet volume

10 mL

1 buah

Buret

50 mL

lengkap

Labu Erlenmeyer

250 mL

3 buah

Gelas kimia

250 mL

1 buah

Neraca analitik

1 buah

Corong

1 buah

Batang pengaduk

1 buah

Botol kosong

3 buah

Bahan
Kristal NaCl

Ukuran
-

Jumlah
0,293 gram

Kristal AgNO3

1,7 gram

Garam dapur kotor

0,2 gram

Larutan K2CrO4

secukupnya

Aquades

secukupnya

IV.

PROSEDUR PERCOBAAN
-

Untuk membuat larutan standart AgNO3 sebanyak 1 L

1. Menimbang dengan tepat AgNO3 sebanyak 1,7 gram di dalam gelas kimia dengan
menggunakan neraca analisis.
2. Menambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia untuk mengencerkan
AgNO3, dan mengaduknya dengan menggunakan pengaduk agar dapat larut
sampai homogen.
3. Memasukkan larutan AgNO3 tersebut ke dalam labu takar 500 mL, kemudian
larutan tersebut diencerkan dengan menambahkan aquades ke dalamnya sampai
tanda batas.
4. Mengocok larutan AgNO3 dalam labu takar sampai bercampur dengan aquades.
5. Memindahkan larutan AgNO3 encer tersebut ke dalam suatu botol bersih.
-

Untuk membuat larutan standart NaCl 0,01 N sebanyak 500 mL

1. Menimbang dengan tepat NaCl sebanyak 0,293 gram di dalam gelas kimia dengan
menggunakan neraca analisis.
2. Menambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia untuk mengencerkan
NaCl, dan mengaduknya dengan menggunakan pengaduk agar dapat larut sampai
homogen.
3. Memasukkan larutan NaCl tersebut ke dalam labu takar 500 mL, kemudian larutan
tersebut diencerkan dengan menambahkan aquades ke dalamnya sampai tanda
batas.
4. Mengocok larutan NaCl tersebut sampai bercampur dengan aquades.
5. Memindahkan larutan NaCl tersebut ke dalam suatu botol bersih.
-

Membuat standarisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3

1. Mengisi buret dengan larutan AgNO3 sampai penuh.


2. Mengukur 10 mL larutan NaCl dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.
3. Menambahkan indikator larutan K 2CrO4 sebanyak 5 tetes ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi larutan NaCl tadi, kemudian mengocoknya agar dapat bercampur.
4. Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut dengan
menggunakan larutan AgNO3 setetes demi setetes melalui buret sampai terjadi
perubahan warna larutan dari kuning menjadi berwarna merah.
5. Melakukan kegiatan percobaan 1-4 sebanyak 3 kali pengulangan, dan mencatat
volume AgNO3 yang diperlukan dari buret.

Untuk menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr

1. Menimbang dengan tepat garam dapur kotor sebanyak 0,2 gram dalam gelas kimia
dengan menggunakan neraca analitik.
2. Menambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia untuk mengencerkan
garam dapur kotor tersebut, dan mengaduknya dengan menggunakan pengaduk
agar dapat larut sampai homogen.
3. Memasukkan larutan garam dapur kotor tersebut ke dalam labu takar 500 mL,
kemudian larutan tersebut diencerkan dengan menambahkan aquades ke
dalamnya sampai tanda batas.
4. Mengocok larutan garam dapur kotor tersebut sampai bercampur dengan aquades.
5. Memindahkan larutan garam dapur kotor tersebut ke dalam suatu botol bersih.
6. Mengambil 10 mL larutan garam dapur kotor dari sampel yang telah diencerkan
tersebut dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.
7. Menambahkan indikator larutan K 2CrO4 sebanyak 5 tetes ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi larutan tadi, kemudian mengocoknya agar dapat bercampur.
8. Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut dengan
menggunakan larutan AgNO3 setetes demi setetes melalui buret sampai terjadi
perubahan warna larutan dari kuning menjadi berwarna merah.
9. Melakukan kegiatan percobaan 6-8 sebanyak 3 kali pengulangan, dan mencatat
volume AgNO3 yang diperlukan dari buret.

V.

DATA PERCOBAAN
HASIL PENGAMATAN
A. Standardisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO 3
Tbg

Penambahan AgNO3
Sebelum
Setelah
Berwarna merah bata
Berwarna
V AgNO3 = 9,13 mL
kuning
V AgNO3 = 9,10 mL
V AgNO3 = 8,98 mL

Perlakuan
10 mL larutan NaCl +

5 tetes indikator larutan K2CrO4

II
III

B. Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr
Tbg

Penambahan AgNO3
Sebelum
Setelah
Berwarna merah bata

Perlakuan
10 mL larutan NaCl

I
II

(garam dapur kotor) +

Berwarna

5 tetes indikator larutan K2CrO4

kuning

III

VI.

V AgNO3 = 6,53 mL
V AgNO3 = 6,48 mL
V AgNO3 = 6,51 mL

ANALISIS DATA
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh
bahwa :
1. Standarisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO 3.
Sebelum larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes
larutan indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO 3, mula-mulanya larutan NaCl
berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO 3, larutan NaCl akan
berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada
penambahan volume larutan AgNO3 yang sama untuk 3 kali pengulangan.
Diketahui : Volume titrasi

9,13 mL ; 9,10 mL ; 8,98 mL

N NaCl ( N1 )

0,01 N

Volume NaCl ( V1 )

10 mL

Jadi, yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3. Persamaan yang
digunakan adalah :

ek analit

ek titran

ek NaCl

ek AgNO3

N2 . V 2

N1 . V 1

Oleh sebab itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas AgNO 3 dari standarisasi
dengan NaCl.
a. Volume titrasi 9,13 mL
ek NaCl
N1 . V 1
N2

ek AgNO3

N2 . V 2

V1
x N1
V2

10 mL
x 0,01 N 0,01 N
9,13 mL

b. Volume titrasi 9,10 mL


ek NaCl
N1 . V 1
N2

ek AgNO3

N2 . V 2

V1
10 mL
x N1
x 0,01 N 0,01 N
V2
9,10 mL

c. Volume titrasi 8,98 mL


ek NaCl
N1 . V 1
N2

ek AgNO3

N2 . V 2

V1
x N1
V2

10 mL
x 0,01 N 0,01 N
8,98 mL

Dari perhitungan normalitas AgNO3 -nya dapat dicari rerata normalitas


AgNO3 -nya dan standar deviasinya, yaitu :
Rerata Normalitas AgNO3

N1 N 2 N 3
0,01 0,01 0,01
0,03

0,01 N
3
3
3

Standar Deviasi
S

(0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2


3 -1
0 0 0
2

(N i - N) 2
n -1

0
2

2. Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr. Mula-mula larutan garam dapur kotor yang sudah
yang sudah diencerkan diambil sebanyak 10 mL dari sampel larutan garam dapur
kotor tersebut dan ditambahkan dengan larutan indikator K 2CrO4 sebanyak 5 tetes
adalah berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO 3, larutan
garam kotor tersebut akan berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang
berwarna merah bata pada penambahan volume larutan AgNO 3 yang berbeda-beda
untuk 3 kali pengulangan.
Diketahui : Volume titrasi

6,53 mL ; 6,48 mL ; 6,51 mL

BE NaCl dalam garam dapur kotor = Mr = 1 mol/ek . 58,5 g/mol


= 58,5 g/ek
Berat cuplikan

0,293 gram

N AgNO3

0,01 N

Jadi, yang perlu dicari adalah kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam dapur
kotor. Persamaan yang digunakan adalah :
mek analit

mek titran

ek NaCl

ek AgNO3

berat NaCl
500 mL
x
V . N AgNO 3
BE
10 mL

Oleh sebab itu, berikut ini adalah perhitungan kadar/kemurnian dari NaCl dalam
garam dapur kotor.
a. Volume titrasi 6,53 mL = 6,53.10-3 L
ek NaCl

ek AgNO3

berat NaCl (g)


10 mL
x
V . N AgNO 3
BE
500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,53.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,53 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
berat NaCl

6,53 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek


0,02

3,82005.10 -3 g
0,02
0,19 gram

b. Volume titrasi 6,48 mL = 6,48.10-3 L


ek NaCl

ek AgNO3

berat NaCl (g)


10 mL
x
V . N AgNO 3
BE
500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,48.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,48 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
berat NaCl

6,48 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek


0,02

3,7908.10 -3 g
0,02
0,19 gram

c. Volume titrasi 6,51 mL = 6,51.10-3 L


ek NaCl

ek AgNO3

berat NaCl (g)


10 mL
x
V . N AgNO 3
BE
500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,51.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,51 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
berat NaCl

6,51 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek


0,02

3,80835.10 -3 g
0,02
0,19 gram

Dari perhitungan dapat dicari rerata kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam dapur
kotor, yaitu :
Rerata kemurnian kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam dapur kotor.
k

VII.

k1 k 2 k 3
95% 95 % 95%
285%

95%
3
3
3

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Standarisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO 3.
Sebelum larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes
larutan indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3, mula-mulanya larutan NaCl
berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO 3, larutan NaCl akan

berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada
penambahan volume larutan AgNO3 yang sama untuk 3 kali pengulangan, yaitu :
Rerata harga normalitasnya = 0,01 N
Standar deviasinya = 0
2. Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan
menggunakan metode Mohr. Mula-mula larutan garam dapur kotor yang sudah
yang sudah diencerkan diambil sebanyak 10 mL dari sampel larutan garam dapur
kotor tersebut dan ditambahkan dengan larutan indikator K 2CrO4 sebanyak 5 tetes
adalah berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO 3, larutan
garam kotor tersebut akan berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang
berwarna merah bata pada penambahan volume larutan AgNO 3 yang berbeda-beda
untuk 3 kali pengulangan dan memiliki harga kemurnian NaCl yang sama untuk
penambahan volume AgNO3 yang berbeda-beda.
Rerata harga kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor = 95%

VIII. LAMPIRAN
-

Laporan sementara praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Abudarin. 2002. Buku Ajar Kimia Analisis II. Palangkaraya : FKIP,


Jurusan

PMIPA,

Program

Studi

Pendidikan

Kimia

Universitas Palangkaraya.
Anonim. Tanpa tahun. PenuntunPraktikum Kimia Analisis.
Rival,

Harrizul.

1995.

Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta

Universitas Indonesia.
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif
Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

c. Volume titrasi 9,80 mL = 0,0098 L


ek Fe2+

ek K2Cr2O7

berat Fe 2 (g)
10 mL
x
V . N K 2 Cr2 O 7
BE
500 mL
berat Fe 2
x 0,02 0,0098 L . 0,10 ek/L
56 g/ek
0,02 berat Fe 2
56 g/ek

9,8 . 10 - 4 ek

berat Fe 2

9,8 . 10 -4 ek x 56 g/ek
0,02
0,05480 g
2,74 gram
0,02

kemurnian (k) Fe 2 dalam FeSO 4 .7H 2 O

berat Fe 2
x 100%
berat FeSO 4 .7H 2 O

2,74 gram
x 100% 19,71%
13,9 gram

Dari perhitungan dapat dicari rerata kemurnian Fe 2+ dalam FeSO4 . 7H2O, yaitu :
Rerata kemurnian Fe2+
k

k1 k 2 k 3
20,36% 19,78 % 19,71%
59,85%

19,95%
3
3
3

Anda mungkin juga menyukai