Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian


maternal terbanyak. Semua wanita yang sedang hamil 20
minggu memiliki resiko perdarahan post partum dan sekuelenya.
Walaupun angka kematian maternal telah turun secara drastis di
negara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap
merupakan penyebab kematian maternal terbanyak dimanamana.
Kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal
secara langsung di Amerika Serikat diperkirakan 7 10 wanita
tiap 100.000 kelahiran hidup. Data statistik nasional Amerika
Serikat menyebutkan sekitar 8% dari kematian ini disebabkan
oleh perdarahan post partum. Di negara industri, perdarahan
post partum biasanya

terdapat pada

3 peringkat teratas

penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan


hipertensi. Di beberapa negara berkembang angka kematian
maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan
data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal
disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan
100.000 kematian matenal tiap tahunnya.

Definisi perdarahan post partum saat ini belum dapat


ditentukan secara pasti. Perdarahan post partum didefinisikan
sebagai kehilangan darah lebih dari 500 mL setelah persalinan
vaginal atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal.
Perdarahan dalam jumlah ini dalam waktu kurang dari 24 jam
disebut sebagai perdarahan post partum primer, dan apabila
perdarahan ini terjadi lebih dari 24 jam disebut sebagai
perdarahan post partum sekunder
Kompresi Bimanual Internal merupakan tindakan sesudah
plasenta dikeluarkan dan masih terjadi perdarahan karena atonia
uteri. Perdarahan karena anemia perlu dilakukan tindakan
kompresi bimanual sambil mengambil tindakan-tindakan lain
untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki keadaan
penderita.
Sementara Kompresi Bimanual Eksternal memiliki latar
belakang

tersendiri.

Perdarahan

post

partum

merupakan

penyebab kematian maternal terbanyak. Semua wanita yang


sedang hamil 20 minggu memiliki resiko perdarahan post partum
dan sekuelenya. Walaupun angka kematian maternal telah turun
secara drastis di negara-negara berkembang,perdarahan post
partum

tetap

merupakan

terbanyak dimana-mana.

penyebab

kematian

maternal

Peralatan

yang

di

perlukan

untuk

dapat

melakukan

kompresi aorta abdominalis tidak ada, kecuali sedapat mungkin


teknik yang benar, sehingga aorta benar-benar tertutup untuk
sementara waktu sehingga perdarahan karena otonia uteri dapat
di kurangi.Tata cara komperesi aorta abdominalis ada 3 cara ,
Teknik penekanan aorta ada 10 teknik, Ligasi ateria uterine dan
arteri uteroovarium 14 cara, histerektomi 5 cara.

1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai acuan untuk melaksanakan

Asuhan Kebidanan

kepada Ibu bersalin dengan perdarahan sehingga dilakuan


tindakan kompresi manual internal, kompresi manual eksternal
dan kompresi aorta manual plasenta ini.
1.2.2 Tujuan khusus
1.
Mengetahui tata cara melakukan kompresi manual internal,
kompresi manual eksternal dan kompresi aorta manual
2.

plasenta.
Mengetahui

bagaimana

tekhnik

melakukan

kompresi

manual internal, kompresi manual eksternal dan kompresi


aorta manual plasenta.

D. MANFAAT

1. Bagi Penulis

Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai


mahasiswa dapat

meningkatkan pengetahuan dan wawasan

mengenai kompresi aorta abdominalis

serta upaya penurunan

kematian pada ibu.

2. Bagi Institusi/bidan

Diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan


dalam peningkatan pelayanan asuhan kebidanan.

BAB II

PEMBAHASAN

KOMPRESI BIMANUAL
Kompresi uterus secara bimanual merupakan usaha untuk
menyehatkan perdarahan sementara, dengan jalan melipat
uterus yang lembek antara dua tangan ( di dalam) dan tangan
luar yang melipat uterus dari luar pada fundus uteri. Sementara
itu pemasangan infus dan upaya tranfusi tetap di laksanakan.

KOMPRESI BIMANUAL AORTA ABDOMINALIS


Peralatan yang di perlukan untuk dapat melakukan kompresi
aorta abdominalis tidak ada, kecuali sedapat mungkin teknik
yang

benar,

sehingga

aorta

benar-benar

tertutup

untuk

sementara waktu sehingga perdarahan karena otonia uteri dapat


di kurangi.

Tata cara komperesi aorta abdominalis:

1.

Tekanlah aorta abdominalis diatas uterus dengan kuat dan

dapat dibantu dengan tangan kiri selama 5 s/d 7 menit.

2.

Lepaskan tekanan sekitar 30 sampai 60 detik sehingga

bagian lainnya tidak terlalu banyak kekurangan darah.

3.

tekanan aorta abdominalis untuk mengurangi perdarahan

bersifat sementara sehingga tersedia waktu untuk memasang


infus dan memberikan uterotonika secara intravena.

TEKHNIK PENEKANAN AORTA


Berikan tekanan kebawah dengan tekanan tangan diletakan
diatas pers abdominalis aorta melalui dinding abdomen
Titik kompresi tepat diatas umbilikus dan agak kekiri
Denyut aorta dapat diraba dengan mudah melalui dinding
abdomen anterior segera pada periode pascapartum
Dengan tangan yang lain palpasi denyut nadi femoral untuk
memeriksa keadekuatan kompresi
Jika

denyut

nadi

teraba

selama

kompresi

dikeluarkan kepalan tangan tidak adekuat

tekanan

yang

Jika denyut nadi femoral tidak teraba tekanan yang dikeluarakan


kepalan tangan adekuat
Pertahanan kompresi sampai darah terkontrol
Jika pendarahan berlanjut walaupun kompresi telah dilakukan
Lakukan ligasi uteria dan ligasi ateri uteri
Bila tidak berhasil, histerektomi adalah langkah terakhir
Ligasi arteria uterine dan arteri uteroovarium:

Tinjau kembali Indikasi


Tinjau

kembali

prinsip

perawatan

umum,prinsip

perawatan

operasi dan pasang infuse IV


Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksis
Buka abdomen
Tarik uterus untukmembuka bagian bawah ligamentum latum
uteri
Raba denyut arteria uterina di dekat persambungan uterus dan
servik
Dengan menggunakan benang catgut kromik 0 pada jarum
besar,masukkan jarum kesekeliling
arteri dan melalui 2-3 cm miometrium pada tempat dibuatnya
insisi melintang segmen bawah

uterus lalu ikat benang dengan kuat

Buat jahitan sedekat mungkin dengan uterus karena biasanya


ureter berada hanya 1 cm
disamping ateria uterina

Ulangi posisi tersebut pada sisi sebelahnya


Jika arteri robek,pasang klem dan ikat tempat perdarahan
Ikat

arteri

uteroovarium

tepat

dibawah

titik

pertemuan

ligamentum suspensorium ovarii dengan


uterus

Ulangi prosedur tersebut pada sisi sebelahnya


Pantau adanya perdarahan berkelanjutan atau pembentukan
hematoma
Tutup abdomen
Histerektomi:

Tinjau kembali Indikasi


Tinjau

kembali

prinsip

perawatan

umum,prinsip

operasi dan pasang infus IV


Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksis

perawatan

Jika terdapat hemoragi yang tidak dapat terkontrol etelah


pelahiran per vagina, pikirkan bahwa kecepatan tindakan adalah
hal yang sangat penting.
Jika pelahiran dilakukan melalui seksio sesaria, pasang klem
pada area perdarahan di sepanjang insisi uterus
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
kompresi aorta dilakukan untuk menghentikan pendarahan
dilakukan dengan beberapa

cara yaitu Tata cara komperesi

aorta abdominalis:

Tekanlah aorta abdominalis diatas uterus dengan kuat dan dapat


dibantu dengan tangan kiri selama 5 s/d 7 menit. Lepaskan
tekanan sekitar 30 sampai 60 detik sehingga bagian lainnya
tidak

terlalu

banyak

kekurangan

darah.Tekanan

aorta

abdominalis untuk mengurangi perdarahan bersifat sementara


sehingga tersedia waktu untuk memasang infus dan memberikan
uterotonika secara intravena.

B. SARAN

Bagi

petugas

kesehatan

hendaknya

berusaha

semaksimal

mungkin mencegah terjadinya perdarahan post partum dan


mengetahui cara-cara menghentikan perdarahan.

Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com


dikumpulkan oleh RW.Hapsari
hapsar.

2009.

https://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalahkompresi-bimanual-aorta/.

BAB II

PEMBAHASAN

KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA

Pengertian Kompresi Bimanual


Ada beberapa macam pengertian dari kompresi bimanual,antara
lain sebagai berikut:

Kompresi bimanual adalah suatu tindakan untuk mengontrol


dengan

segera

homorrage

postpartum.dinamakan

demikian

karena secara literature melibatkatkan kompresi uterus diantara


dua tangan.(varney,2004)
Menekan

rahim

merangsang

diantara

rahim

untuk

kedua

tangan

berkontraksi

dengan
dan

maksud

mengurangi

perdarahan (depkes RI,1996-1997)


Tindakan

darurat

yang

dilakukan

untuk

perdarahan pasca salin.(depkes RI,1997)


Kompresi bimanual dibagi dalam dua cara yaitu :

Kompresi bimanual eksterna

menghentikan

Kompresi bimanual interna


kompresi bimanual eksterna
kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif
untuk mengendalikan perdarahan misalnya akibat atonia uteri.
Kompresi bimanual ini diteruskan sampai uterus dipastikan
berkontraksi dan perdarahan dapat dihentikan.ini dapat di uji
dengan melepaskan sesaat tekanan pada uterus dan kemudian
mengevaluasi

konsistensi

uterus

dan

jumlah

perdarahan.

Penolong dapat menganjurkan pada keluarga untuk melakukan


kompresi bimanual eksterna sambil penolong melakukan tahapan
selanjutnya untuk penatalaksanaan atonia uteri.

Dalam melakukan kompresi bimanual eksterna ini, waktu sangat


penting, demikian juga kebersihan. sedapat mungkin ,gantillah
sarung tangan atau cucilah tangan sebelum memulai tindakan
ini.

Peralatan

Sarung tangan steril

Cairan infuse

Peralatan infuse

Jarum infuse

Plester

Kateter urin

Prosuder kompresi bimanual eksterna


Bila mungkin mintalah bantuan seseorang
Cobalah massage ringan agar uterus berkontraksi
Periksa apakah kandung kencing penuh.jika kandung kencing
penuh,mintalah

ibu

untuk

buang

air

kecil.bila

tidak

berhasil,pasanglah kateter
Jika perdarahan tidak berhenti, lakukan kompresi bimanual
eksterna.
Ada beberapa

cara dalam melakukan kompresi bimanual

eksterna yaitu:

Cara I

Tangan kiri menggenggam rahimdari luar dan dasar

rahim,

Tangan kanan menggenggam rahim bagian bawah,

Kemudian keduatangan menarik rahim keluar dari rongga

panggul, sedangkan tangan kanan memeras bagian bawah


rahim.

Cara II

Letakansatu tangan pada dinding perut dan usahakan

sedapat mungkin bagian belakang uterus,

Letakan tangan dan lain dalam keadaan terkepal pada

bagian depan kurpus uteri,

Kemudian rapatkan kedua tangan untuk menekan

pembuluh darah ke dinding uterus dengan jalan menjepit uterus


diantara kedua tangan tersebut.

Berikan 10 unit oksitoksin (syntocinon) secara IM atau melalui


infuse jika mungkin, kemudian berikan ergometrin 0,2 mg
(methergin) IM, kecuali jika ibu menderita hipertensi berat. Dapat
juga diberikan 0,5 mg syntometrin IM jika ibu tidak menderita
hipertensi. Jika perdarahan berkurang atau berhenti mintalah ibu
menyusui bayi.

Jika hal ini tidak berhasil menghentikan perdarahan dan uterus


tetap tidak berkontraksi walaupun telah di rangsang dengan
mengusap-usap perut pasanglah infuse.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

Tujuan Umum

Tujuan Khusus

Mampu

melakukan

pengkajian

pada

Ibu

bersalin

dengan

dalam

asuhan

perdarahan .

Mampu

merumuskan

diagnosa

kebidanan

kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan

Mampu menyusun perencanaan yang menyeluruh kepada ibu


bersalin

Mampu menerapkan rencana kebidanan pada

ibu bersalin

dengan perdarahan setelah melahirkan

Mampu

melakukan evaluasi dari tindakan dengan KBI dalam

asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan


saat melahirkan.

D. MANFAAT

Penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita


semua sebagai pertimbangan bagi calon tenaga kesehatan
professional dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan
dalam upaya membantu mengatasi perdarahan saat persalinan
dengan menggunakan tindakan KBI.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kompresi

Bimanual

Interna

adalah

tangan

kiri

penolong

dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan


diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan
pada perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan
telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain di
belakang uterus. Sekarang korpus uteri terpegang antara 2
tangan antara lain, yaitu tangan kanan melaksanakan massage
pada uterus dan sekalian menekannya terhadap tangan kiri.

Kompresi bimanual interna melelahkan penolong sehingga jika


tidak lekas member hasil, perlu diganti dengan perasat yang lain.
Perasat

Dickinson

mudah

diselenggarakan

pada

seorang

multipara dengan dinding perut yang sudah lembek. Tangan


kanan diletakkan melintang pada bagian-bagian uterus, dengan
jari kelingking sedikit di atas simfisis melingkari bagian tersebut
sebanyak mungkin, dan mengangkatnya ke atas. Tangan kiri
memegang

korpus

uteri

dan

sambil

melakukan

massage

menekannya ke bawah ke arah tangan kanan dan ke belakang ke


arah promotorium.

Kompresi bimanual interna dilakukan saat terjadi perdarahan.


Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena
retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan
dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari


500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams,
1998)

HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau


setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah


bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan


dengan komplikasi perdarahan post partum :

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mencegah timbulnya syok.

3. Mengganti darah yang hilang.Frekuensi perdarahan post


partum

4/5-15

dari

seluruh

penyebabnya :

1. Atoni uteri (50-60%).

2. Retensio plasenta (16-17%).

3. Sisa plasenta (23-24%).

persalinan.

Berdasarkan

4. Laserasi jalan lahir (4-5%).

5. Kelainan darah (0,5-0,8%).

ETIOLOGI/PENYEBAB
Tindakan

kompresi

perdarahan

yang

bimanual
disebabkan

interna
karena

ini

akibat

adanya

Penyebab

umum

perdarahan postpartum adalah:

1. Atonia Uteri

2. Sisa Plasenta dan selaput ketuban

Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)

Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)

3.Inversio Uteri

Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik


sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri

C. PATOFISIOLOGI

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar


untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi
uterus

menyebabkan

kontraksi

uterus

menurun

sehingga

pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak


menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus.
Trauma

jalan

lahir

seperti

epiostomi

yang

lebar,

laserasi

perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan


karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu;
misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada
atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah
juga

merupakan

penyebab

dari

perdarahan

postpartum.

Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan


shock hemoragik.

Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan


robekan jalan lahir adalah:

Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).

1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri


masih tinggi.

2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.

3.

Bila

kontraksi

lemah,

setelah

masase atau pemberian

uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.

Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).

1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.

2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini


terus-menerus.

Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.

3.

Setelah

langsung

dilakukan
uterus

masase
mengeras

atau

pemberian

tapi

uterotonika

perdarahan

tidak

berkurang.Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri

Perdarahan

postpartum

dapat

terjadi

karena

terlepasnya

sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena


perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri
merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.

Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama;


pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti
pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering
(multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat
terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat
dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas
dari rahim.

Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera


diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa
disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum
tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia
uteri,

rahim

membesar

dan

lembek.Terapi

terbaik

adalah

pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena


perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu
yang

telah

mengalami

anemia.

Bila

sebelumnya

pernah

mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus


di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar
jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke
bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.

Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya


penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi

akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia


uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam
pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam
waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila
perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan
tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh.
Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan
pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau
pengangkatan rahim.

Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar


karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian
bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi


perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan
terjadi

perdarahan.

Ini

merupakan

indikasi

untuk

segera

mengeluarkannya.Plasenta mungkin pula tidak keluar karena


kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya
harus dikosongkan.

Sehingga untuk mengatasi perdarahan tersebut diatas harus


dilakukan Kompresi Bimanual Interna.

D. MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA


Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea
berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi
syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.

Gejala Klinis berdasarkan penyebab:

a. Atonia Uteri:

Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek


dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum
primer)

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah,


denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual
dan lain-lain)

b. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput


(mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan
segera

Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik


tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

c. Inversio uterus

Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat.

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

E. TINDAKAN KBI
Kompresi bimanual internal :

Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan


lembut memasukan tangan (dengan cara menyatukan kelima
ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.

Periksa vagina dan serviks untuk mengetahui ada tidaknya


selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri yang
memungkinkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, menekan dinding
anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen,
menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan
tangan dalam.
Tekan uterus

dengan kedua

dimaksudkan

untuk

tangan secara

memberikan

tekanan

kuat. Hal ini


langsung

pada

pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang


miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi hasil kompresi bimanual internal:
Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama

2 menit, kemudian perlahan-lahan

keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara


melekat selama kala IV
Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus berlangsung,
periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi di
bagian tersebut, segera lakukan penjahitan bila ditemukan
laserasi.
kontraksi uterus tidak terjadi dalam 5 menit, ajarkan pada
keluarga

untuk

melakukan

kompresi

bimanual

eksternal,

kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan

atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan


rujukan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tindakan Kompresi Bimanual Interna ini dapat di lakukan jika


terjadi perdarahan, yang disebabkan karena adanya atonia uteri,
sisa plasenta yang tertinggal dan inversio uteri.

Tindakan Kompresi Bimanual Interna ini adalah dimana tangan


kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat
kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan
diletakan pada perut penderita dengan memegang fundus uteri
dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jarijari lain di belakang uterus.

Oleh karena itu, Kompresi ini harus dilakuakn dengan segera


agar perdarahan pada ibu bersalin dapat terhentikan dengan
secepat mungkin.

Anda mungkin juga menyukai