Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sumber daya alam merupakan semua kekayaan alam yang dapat
dimanfaatkan bagi kesejateraan manusia. Pengolahan sumber daya alam
haruslah diarahkan, tidak saja untuk kepentingan jangka pendek melainkan
untuk kepentingan jangka panjang dalam skala yang lebih luas. Bahan galian
golongan C adalah salah satu dari sumber daya alam yang harus dikelola untuk
dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
Saat ini pembangunan sedang dijalankan dengan titik beratnya pada otonomi
khusus dimana kewenangan daerah lebih luas untuk mengatur dan mengurus
dirinya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang undangan. Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung
jawab yang lebih besar bagi daerah dan rakyat untuk menyelenggarakan
pemerintahan dan mengatur pemanfaatan daerah. Sehubungan dengan
diberikannya otonomi khusus bagi daerah, dalam hal ini daerah Kabupaten
Jayapura sesuai undang undang nomor 21 Tahun 2001 memberikan peluang
untuk pengelolaan sumber daya alam lestari yang berorientasi pada
kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat adat.
Dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, maka saat ini Pemerintah Daerah
(PEMDA) Kabupaten Jayapura mengelola bahan galian golongan C sesuai
Peraturan Daerah (PERDA) No 4 tahun 1998 mengenai Pajak Pengambilan
bahan galian golongan C sebagai salah satu jenis objek pajak untuk
1

peningkatan sumber pendapatan asli daerah yang dilaksanakan oleh Dinas


Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Jayapura. Bahan galian golongan C
yang dikelola antara lain; Pasir, batu kali/gunung, batu ciping/kerikil, pasir
batu/sirtu batu karang dan tanah urukan /timbunan. Disamping itu masyarakat
juga mempunyai hak untuk mengelola dan menikmati sumber daya alam untuk
kepentingan ekonominya, disisi lain mempunyai kewajiban melindungi
lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang undang Nomor 23
tahun 1997 pasal 6 ayat 1. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup. Lokasi penambangan bahan galian golongan C
di Kabupaten Jayapura menyebar pada daerah hak ulayat masyarakat.
Kegiatan penambangan bahan galian golongan C memberikan dampak
terhadap keselamatan manusia dan lingkungan sekitar berupa saat aktifitas
penggalian dan pengangkutan. Dimana pada saat aktifitas penggalian akan
berakibat terjadinya perubahan bentangan alam, penurunan debit air, erosi dan
pelumpuran serta sedimentasi, menurunkan kualitas air, debu penggalian,
kebisingan serta gelombang kejutan saat peledakan. Sedangkan pada aktifitas
pengangkutan bahan galian golongan C dapat mengakibatkan debu dan
kebisingan. Upaya dalam penanggulangan dampak pengambilan bahan galian
golongan C saat ini belum optimal dilakukan oleh berbagai pihak karena
mengalami berbagai kendala yaitu antara lain belum adanya Perda yang
mengatur tentang pembatasan penambangan bahan galian golongan C, hak
ulayat masyarakat yang mana masyarakat adat memiliki hak bersama untuk
mengelola dan menikmati hasil sumber daya alam dan lingkungan hidup yang

ada, dalam hal ini bahan galian golongan C untuk meningkatkan taraf
hidupnya serta kurang adanya kesadaran dari para pengusaha dan masyarakat
mengenai dampak yang akan timbul akibat penambangan yang melebihi batas
dan tidak memperhatikan peraturan yang berlaku mengenai teknik teknik
penambangan yang baik dan terarah.
Di Kabupaten Jayapura terdapat 3 daerah lokasi penambangan bahan
galian golongan C antara lain Distrik Sentani Timur,Distrik Sentani dan Distrik
Sentani Barat. Berdasarkan latar tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian
mengenai Studi kerusakan lingkungan akibat pengambilan bahan galian
golongan C di Kabupaten Jayapura sebagai bahan penulisan tugas akhir.

1.2.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pengambilan
bahan galian golongan C di Kabupaten Jayapura.
2. Bagaimana korelasi antara kerusakan lingkungan dengan volume
pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Jayapura.
3. Bagaimana korelasi antara kerusakan lingkungan dengan pajak
pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Jayapura.

1.3.

Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pengambilan bahan
galian golongan C.
2. Mengetahui korelasi antara kerusakan lingkungan dengan volume
pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Jayapura.
3. Mengetahui

korelasi

antara

kerusakan

lingkungan

dengan

pajak

pengambilan bahan galain golongan C di Kabupaten Jayapura.

1.4.

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pengukuran
kerusakan lingkungan pada Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura dengan
menggunakan standard KepMen LH No : Kep 43/ MenLH/10/1996 tentang
Kriteria Kerusakan Lingkungan

Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan

Bahan Galian Golongan C.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang ingin dicapai dari tujuan penelitian ini adalah :
1. Pengembangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya almamaterKu
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Lingkungan dan Kesehatan
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
2. Masukan kepada Pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Jayapura agar
dapat melihat dampak yang timbul akibat pengambilan bahan galian
golongan C tehadap keselamatan manusia dan lingkungan sekitar

mengingat bahan galian golongan C dibutuhkan dalam jangka waktu yang


sangat panjang bukan hanya dikelola sebagai sumber pendapatan asli
daerah saja tetapi bagaimana supaya bahan galian golongan C dapat
dimanfaatkan secara optimal

sehingga kerusakan lingkungan dapat

diperkecil sedini mungkin dan juga penegakkan hukum lingkungan harus


ditingkatkan dalam hal ini pembuatan Perda yang mengatur tentang
penambangan bahan galian golongan C.
3. Sebagai masukan bagi para pengusaha dan masyarakat yang melakukan
penambangan bahan galian golongan C mengenai dampak yang akan
timbul akibat pengambilan bahan galian golongan C terhadap keselamatan
manusia dan lingkungan sekitar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Bahan Galian
Berdasarkan Undang undang Nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuan
- ketentuan pertambangan bahan galian tambang diklasifikasikan kedalam 3
golongan yakni : golongan bahan galian strategis (A), golongan bahan galian
vital (B) dan golongan bahan galian yang tidak termasuk A dan B atau lebih
dikenal dengan bahan galian golongan C.
Pengusahaan bahan galian adalah semua bahan galian yang terdapat
didalam wilayah hukum pertambangan Indonesia yang merupakan endapan
atau sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah kekayaan nasional Bangsa
Indonesia dan oleh karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh negara untuk
sebesar besarnya kemakmuran rakyat (Undang undang Nomor 11 tahun
1967 pasal 1).
Berdasarkan Undang undang Nomor Republik Indonesia Nomor 23
tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 6 ayat 1 Setiap
orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

2.2

Bahan Galian Golongan C


Bahan galian golongan C adalah Bahan galian yang berupa tanah urug,
pasir,

sirtu

tras

dan

batu

apung

(KepMen

LH

Nomor

Kep.43/MENLH/10/1996).

Bahan galian golongan C adalah Bahan galian golongan C sebagaimana


dimaksud dalam peraturan perundang undangan yang berlaku dan Peraturan
Daerah Nomor 4 tahun 1998) yang meliputi 34 jenis diantaranya yang
terbanyak di Kabupaten Jayapura adalah batu kapur, pasir, kerikil, tanah liat
dan tanah serap.

Jenis Jenis Bahan Galian Golongan C


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah nomor 4 tahun 1998 bahan
galian golongan C terdiri dari : Asbes, Batu tulis, Batu setengah permata,
Batu kapur, Batu apung, Batu permata, Bantonit, Dolomite, Feldspar, Garam
batu (halife), Garfit, Granit, Gips, Kalsit, Kaolin, Leusit, Magnesit, Mika,
Marmer, Nitrat, Opsidient, Oker, Pasir dan Kerikil, Pasir kuarsa, Perlit,
Phospat, Talk, Tanah serap, Tanah diatome, Tanah liat, Tawas (alum), Tras,
Yarosit, Zeolit.
Bahan galian golongan C yang dikelola/ditarik pajak oleh Pemerintah
Daerah Kebupaten Jayapura antara lain : Pasir, batu kali/gunung, pasir
batu/sirtu, batu ciping/kerikil, batu karang, tanah urugkan/timbunan dan tanah
sirap.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1980
bahan galian golongan C terdiri dari : Nitrat, Pospat, Garam Batu, (halife),
Asbes, Talk, Mika, Grafit, Magnesit, Yarosit, Leusit, Tawas, Oker, Batu
permata, Batu setengah permata, Pasir kuarsa, Kaolin, Felspar, Gips, Bentonit,
Batu apung, Tras, Opsidient, Perlit, Tanah diantome, Tanah Serah, Marmer,

Batu Tulis, Batu kapur, Polomit., Kalsit, Granit, Andesit, Basal., Trakhit, Tanah
liat dan Pasir sepanjang tidak mengandung unsur - unsur golongan 2 dan 3.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Konsep dalam penelitian ini didasarkan pada kerangka penelitian yang
dapat dilihat pada Gambar 3.1 :1
Penentuan judul
Studi Pendahuluan/Observasi
Lokasi
- Distrik Sentani
Timur Kabupaten
Jayapura

Pustaka
Penentuan Variabel
Topografi
Tanah
Vegetasi
Pengumpulan data

Analisis Data
Identifikasi Kerusakan
Lingkungan

Nilai korelasi antara kerusakan


lingkungan dengan volume serta
pajak pengambilan bahan galian
golongan C
Kesimpulan

Rekomendasi

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

3.2. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu
suatu cara yang tujuannya semata-mata untuk memberikan gambaran yang tepat dari
suatu gejala dan pokok perhatiannya adalah pengukuran yang cermat dari satu atau
lebih variabel yang terkait dalam suatu kelompok itu.

3.3. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan mulai bulan oktober hingga
bulan Desember 2005 dengan lokasi penelitian dilakukan pada Distrik Sentani
Timur Kabupaten Jayapura yang mengalami kerusakan lingkungan

akibat

pengambilan bahan galian golongan C. Waktu penelitian dan penyusunan


laporan dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No

Kegiatan

Persiapan

Pengumpulan data

Analisa Data

Penyusunan laporan

Waktu Bulan
Oktober
November
Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2
3 4
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

10

3.4

Populasi dan Sampel.

3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah titik titik aktifitas
penggalian bahan galian golongan C yang ada di Distrik Sentani Timur yang
menimbulkan kerusakan lingkungan. Berdasarkan hasil survey lapangan
diperoleh jumlah titik aktifitas penggalian sebanyak 8 (delapan) titik.

3.4.2. Sampel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampling purposive yaitu
sampel yang dipilih sedemikian rupa sehingga relevan dengan tujuan. Dari
jumlah yang ada maka diambil 40 % sebagai sampel yaitu 5 (lima) .

3.5

Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada
pedoman pemantauan dan Kepmen Lingkungan Hidup No. Kep - 43 /
MENLH /10 /1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan

akibat

Pengambilan Bahan Galian Golongan C dengan aspek/sifat fisik dan hayati


lingkungan yang diidentifikasi berupa topografi, tanah, vegetasi dengan
parameter yang diidentifikasi antara lain :
1. Topografi
1.1. Lubang galian : kedalaman, jarak.
1.2. Dasar galian : perbedaan relief dasar galian, kemiringan dasar galian.
1.3. Dinding galian : tebing teras, dasar teras.

11

2. Tanah : tanah yang dikembalikan sebagai tanah penutup.


3. Vegetasi : tutupan tanaman diatasnya

3.6

Instrumen Penelitian
3.6.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Alat ukur (meter)
- Kamera
- Waterpass
- Alat tulis, spidol, dan buku catatan.

3.7

Metode Pengumpulan Data


3.7.1. Pengumpulan data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah meliputi hasil pengukuran
kerusakan lingkungan akibat pengambilan bahan galian golongan C pada
tiap sampel di Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura.
3.7.2. Pengumpulan Data Sekunder.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi
pustaka pada buku-buku dan laporan yang berkaitan serta mendukung
penelitian ini.

12

3.8

Metode Analisa Data


3.8.1

Identifikasi kerusakan lingkungan akibat pengambilan bahan


galian golongan C.
Untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan akibat pengambilan
bahan galian golongan C maka digunakan standart baku Kepmen. LH
No

Kep-43/

MenLH/10/1996

tentang

Kriteria

Kerusakan

Lingkungan Bagi Usaha/atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian


Golongan C sebagai acuan dalam mengidentifikasi kerusakan
lingkungan yang terjadi dengan variabel berupa topografi, tanah dan
vegetasi.(dapat dilihat pada lampiran).
Adapun peruntukan yang dipakai sebagai standard dalam pengukuran
untuk menentukan kerusakan lingkungan yaitu pemukiman dan
daerah industri.Data ini disajikan dalam table dibawah ini :
1. Topografi
1.1 Lubang galian
Bobot

Lokasi sampling

Parameter Kategori
1
< 1m

Baik/memenuhi 1

> 1m

standar
Rusak/tidak

memenuhi
standar
Kedalaman = < 1m diatas air muka tanah

Jarak = < 5m dari batas SIPD


13

Parameter Kategori

Bobot
1

<5m

Baik/memenuhi

> 5m

standar
Rusak/tidak

Lokasi sampling
3
4
5

memenuhi
standar
1.2 Dasar galian
Perbedaan relief dasar galian = > 1m
Parameter Kategori

Bobot
1

> 1m

Baik/memenuhi

< 1m

standar
Rusak/tidak

Lokasi sampling
2
3
4

memenuhi
standar
Kemiringan dasar galian = > 8%
Parameter Kategori

Bobot
1

>8%

Baik/memenuhi

<8%

standar
Rusak/tidak

Lokasi sampling
3
4
5

memenuhi
standar

1.3 Dinding galian


Tebing teras = tinggi > 3m
Parameter Kategori

Bobot
1

Lokasi sampling
3
4
5

14

>3m

Baik/memenuhi

<3m

standar
Rusak/tidak

memenuhi
standar
Dasar teras = lebar < 6m

Parameter Kategori

Bobot
1

<6m

Baik/memenuhi 1

>6m

standar
Rusak/tidak

Lokasi sampling
3
4
5

memenuhi
standar
2. Tanah
Tanah yang dikembalikan sebagai tanah penutup = < 25cm
Parameter Kategori

Bobot
1

< 25 cm Baik/memenuhi

standar
> 25 cm Rusak/tidak

Lokasi sampling
2
3
4

memenuhi
standar
3.

Vegetasi
Tutupan tanaman budidaya = < 20%

Parameter Kategori

Bobot
1

< 20 %

Baik/memenuhi 1

> 20 %

standar
Rusak/tidak
memenuhi
standar

Lokasi sampling
3
4
5

15

3.8.2. Analisis korelasi antara kerusakan lingkungan dengan volume


pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Jayapura.
Untuk mengetahui korelasi antara kerusakan lingkungan yang terjadi
dengan volume pengambilan bahan galian golongan C maka
digunakan

metode

analisa

korelasi

linier

sederhana

dengan

menggunakan rumus :

1. Menghitung kerusakan lingkungan


KL = (P + Q + R)
Keterangan :
KL = Kerusakan Lingkungan

= Jumlah

P = Bobot untuk variabel topografi


Q = Bobot untuk variabel tanah
R = Bobot untuk variabel vegetasi
Dari rumus diatas maka kriteria kerusakan lingkungan dapat di
kategorikan menjadi 2 yaitu :

Rusak ringan dengan range antara 5,5 - 8

Rusak berat dengan range antara 0 - 5,5


16

2. Menghitung volume pengambilan bahan galian golongan C


V = Ax B
Keterangan :
V

= Volume pengambilan bahan galian golongan C

A = Jumlah angkutan yang mengambil bahan galian golongan C


B

= Kapasitas angkutan ( 1 truk = 1 ret = 3 m)

3. Menghitung korelasi linier sederhana


r=

X . Y - X . Y /n
{ X - ( X) } { Y - ( Y) /n

Keterangan :
r

= Koefisien korelasi

X = Volume pengambilan bahan galian pada tiap sampel.


Y = Kerusakan lingkungan
n

= Jumlah sampel

Dalam

analisis

korelasi

akan

menghasilkan

nilai

yang

mengandung dua aspek yaitu, jika :


r 1 maka memiliki korelasi
r 0 maka tidak memiliki korelasi

3.8.3. Analisis korelasi antara kerusakan lingkungan dengan pajak


pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Jayapura.

17

Untuk mengetahui korelai antara kerusakan lingkungan dengan pajak


pengambilan bahan galian golongan C maka digunakan metode
analisa korelasi linier sederhana dengan menggunakan rumus :
1. Menghitung kerusakan lingkungan
KL = (P + Q + R)

2. Menghitung pajak pengambilan bahan galian golongan C


Np = K . C

C = V . B

Keterangan :
Np

= Pajak pengambilan bahan galian golongan C

= Tarif pajak pengambilan bahan galian golongan C yang


ditetapkan dalam PERDA (20 %)

= Nilai jual hasil pengambilan bahan galian golongan C

V = Volume pengambilan bahan galian golongan C


B

= Nilai pasar (harga standart yang ditetapkan sesuai PERDA)

3. Menghitung korelasi linier sederhana


r=

X . Y - X . Y /n
{ X - ( X) } { Y - ( Y) /n

Keterangan :
r

= Koefisien korelasi

= Volume pengambilan bahan galian pada tiap sampel.

= Kerusakan lingkungan

18

= Jumlah sampel

19

Anda mungkin juga menyukai