Askep Bunuh Diri
Askep Bunuh Diri
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
2. Prevalensi
Dalam tahun tahun terakhir ini, angka bunuh diri di Amerika yang terjadi pada
usia 12 20 tahun mengalami peningkatan dan 12000 anak anak dan remaja tiap
tahunnya dirawat di Rumah Sakit akibat upaya bunuh diri dan metode bunuh diri
yang paling disukai adalah menggunakan senjata api, ada juga dengan gantung
diri dan minum racun, dalam waktu setiap 90 menit seorang anak meninggal
akibat bunuh diri.
Bunuh diri ditemukan dari berbagai kalangan sosial ekonomi, namun paling
dominan kalangan atas. Pada jenis kelamin pria melakukan bunuh diri secara
efektif (tidak mengharapkan hidup lagi), sedangkan pada wanita kesempatan
hidup masih ada (karena wanita memberi peluang untuk diselamatkan). Bahkan di
benua Asia Harakiri dilakukan demi suatu kehormatan.
Di Indonesia bunuh diri, akhir zaman ini menimpa orang dewasa dan anak anak.
Prayitno, kasus bunuh diri di Indonesia (RSCM Jakarta) terdapat 1.119 kasus
bunuh diri tahun 2004 2005 dan 41% dengan cara gantung diri, 23%
menggunakan racun serangga dan overdosis.
WHO: 2003 bahwa satu juta orang bunuh diri tiap tahunnya atau setiap 40 detik,
terutama usia 15 34 tahun. Sumber Baku (IYUS Yosep, 2007).
3. Gambaran Klinis dan Psikodinamika
Dalam mengenali pasien yang cenderung bunuh diri merupakan satu tugas yang
penting namun sulit dilaksanakan. Penelitian menunjukkan bahwa resiko bunuh
diri yang berhasil akan meningkat pada jenis pria berkulit putih, umur lanjut dan
isolasi sosial. Pasien dengan riwayat keluarga percobaan bunuh diri atau bunuh
diri yang berhasil membuat resiko tambah semakin tinggi. 80% pasien yang
melaksanakan bunuh diri dan berhasil, biasanya mengidap gangguan afektif dan
25% bergantung pada alkohol. Bunuh diri merupakan 15% sebab kematian,
kelompok diatas skozofrenia yang jarang terjadi, namun 10% pasien skizofrenik
meninggal akibat bunuh diri (Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat: 433-434).
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
4. Macam Macam Bunuh Diri dan Percobaan Bunuh Diri Emile Derkheim
1) Bunuh Diri Egoistik
Individu itu tidak mampu berintegrasi dengan masyrakat. Hal ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau masyarakat yang menjadikan individu itu seolah
olah tidak berkepribadian.
Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka yang
tidak menikah lebih rentan untuk melakukan bunuh diri daripada mereka yang
sudah menikah. Masyarakat daerah pedesaan mempunyai integrasi sosial yang
lebih baik daripada daerah perkotaan sehingga angka suicide juga lebih
sedikit.
2) Bunuh Diri Altruistik
Individu itu terikat pada tuntutan tradisi ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena identifikasinya terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
bahwa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
Contohnya : Harakiri di Jepang , puputan di Bali beberapa ratus tahun
lalu, dan dibeberapa masyarakat primitif yang lain. Suicide mencari ini
mencari dalam zaman sekarang jarang terjadi.
3) Bunuh Diri Anomik
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma norma
yang kelakuan yang biasa.
Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan, masyarakat atau kelompoknya
tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya karena tidak ada pengaturan dan
pengawasan terhadap kebutuhan kebutuhannya.
Hal ini menerangkan mengapa percobaan bunuh diri pada orang cerai
pernikahan lebih banyak daripada mereka yang tetap dalam pernikahan.
Golongan manusia yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga
lebih mudah melakukan percobaan bunuh diri.
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
Teori Freud
Menafsirkan tingkah laku suicide, bahwa halangan untuk menyatakan amarah
dan permusuhan terhadap seseorang yang dicintai, mungkin memaksakan
seseorang untuk menimpakan impuls impuls agresif yang tidak aseptabel itu
pada dirinya sendiri.
Para psikoanalis biasanya cenderung mengabaikan faktor sosial yang juga
sangat mempengaruhi individu. Mereka lebih menitikberatkan pada dorongan
(drives) pribadi seperti pada keseimbangan antara instink mati dan hidup.
Teori Meninger
Adanya tiga komponen pada orang yang melakukan bunuh diri, yaitu adanya
keinginan untuk menambah dan menyerang, untuk dibunuh dan untuk mati
atau menghukum diri sendiri.
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
ringan sampai berat karena perlu ditolong. Kecuali bunuh diri altruistik tidak
mungkin ditolong kecuali bila kebudayaan dan norma norma masyarakat diubah.
Solomon membagi besarnya resiko bunuh diri adanya tanda tanda resiko berat
dan tanda tanda bahaya yaitu:
1
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
Pengobatan
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian khusus, pertolongan
pertama dilakukan secara darurat di rumah sakit. Kesadaran penderita tidak selalu
menentukan urgensi suatu tindakan medis, penentuan perawatan tidak tergantung
pada faktor sosial, tetapi berhubungan dengan kriteria besarnya kemungkinan
suicide. Pengobatan mentalnya, penderita depresi TX ECT, obat obatan anti
depresi dan psikoterapi (Maramis, 1998: 444).
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
Faktor resiko secara psikososial: putus asa, ras, jenis kelamin, riwayat keluarga
bunuh
diri,
riwayat
keluarga
adiksi
obat,
diagnosa
penyakit
kronis,
penyalahgunaan zat.
2
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
Rentang Respon
Menghargai diri
Merusak diri
RESPON
RESPON ADIKTIF
Menghargai Berani ambil resiko
dalam
Perilaku
MALADAPTIF
Merubah diri
Bunuh
sendiri secara
mengembangkan diri
berlangsung
(Stuart, Sundeen 1987 , Keliat BA 1994)
4
diri
tidak langsung
10
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain, alat medis, obat-obatan dan jenis cairan
medis di lemari dalam keadaan terkunci, ruangan harus ditempatkan di lantai satu
dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan, tata ruangan
menarik dengan menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup
pasien, warna dinding cerah, adanya bacan ringan, lucu dan memotivasi hidup,
hadirkan musik ceria, televisi dan film komedi, adany alemari khusus untuk
menyimpan barang barang pribadi pasien.
Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa
pasien sesering mungkin, memberi penjelasan setiap akan melakukan kegiatan
keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien apa adanya jangan
mnegjek serta merendahkan, meningkatkan harga diri pasien, membantu menilai
dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap, membantu pasien dalam
berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana asuhan
keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama.
5
11
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
Diagnosa Perawatan
Resiko tinggi mutilasi diri/ kekerasan pada diri sendiri dengan takut terhadap
penolakan, alam perasaan yang tertekan, reaksi kemarahan, ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara verbal, ancaman harga diri karena malu
kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
Sasaran jangka pendek: klien akan mencari bantuan staf bila ada perasaan
ingin mencederai diri
Sasaran jangka panjang: klien tidak akan mencederai diri.
Intervensi dan Rasional
Observasi perilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin,
hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien (observasi ketat
dibutuhkan supaya intervensi dapat terjadi jika dibutuhkan untuk memastikan
keamanan klien).
Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan meminta bantuan jika
keinginan untuk bunuh diri dirasakan (mendiskusikan perasaan ingin bunuh
diri dengan orang yang dipercaya memberikan derajat keringanan untuk
klien, sikap penerimaan klien sebagai individu dapat dirasakan).
12
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
Komitmen semua staf untuk memberikan spirit kepada klien (bukti kontrol
terhadap situasi dan memberikan keamanan fisik serta semangat hidup).
Berikan obat obatan sesuai dengan kolaborasi, pantau keefektifan dan efek
samping (obat penenang seperti ansiolotik/ antipsikotik dapat memberikan
efek menenangkan pada klien dan mencegah perilaku agresif).
Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur tetap (bila
klien menolak obat obatan dan situasi darurat restrain diperlukan pada
jam-jam tertentu).
Observasi klien dengan restrain tiap 15 menit/ sesuai prosedur tetap dengan
mempertimbangkan keamanan, sirkulasi darah, kebutuhan dasar (keamanan
klien merupakan prioritas keperawatan).
13
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
14
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008
Tuhan Yang Maha Kuasa. Express feeling sangat penting agar masalah yang
menekan semakin ringan.
5. Lakukan implementasi khusus
Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan non verbal harus ditanggapi
serius oleh perawat. Laporkan sesegera mungkin dan lakukan tindakan
pengamanan.
Jauhkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien.
Jika klien beresiko tinggi untuk bunuh diri, observasi secara ketat di
tempat tidur/ kamar mandi.
Observasi dengan cermat saat klien makan obat, periksa mulut, pastikan
bahwa obat telah ditelan, berikan obat dalam bentuk cair bila
memungkinkan.
Jelaskan semua tindakan pengamanan kepada klien, komunikasikan
perhatian dan kepedulian perawat.
Waspadai bila klien terlihat tenang sebab mungkin saja ia telah selesai
merencanakan bunuh diri.
15
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008