Anda di halaman 1dari 15

Kegawatdaruratan Psikiatri

Masalah : Bunuh Diri / Percobaan Bunuh Diri / Suicide


1. Definisi
Definisi bunuh diri / suicide (percobaan bunuh diri), dari bahasa latin: tentamen
suicide, dari bahasa Inggris suicide attempt.
Percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan
dirinya sendiri dan dengan disengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya yang mungkin pada waktu sangat singkat. Secara umum didefinisikan
yaitu percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan seseorang yang dapat
mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu yang sangat singkat (Maramis, 1998:
431).
Clinton dalam Mental Health Nursing Practice (1995: 262) menyebutkan suatu
uapaya yang didasari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara
sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati dan perilaku
bunuh diri meliputi isyarat isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.
Taylor dalam Fundamental of Nursing (1997: 790) mengutip dari Ana (1990)
menyebutkan bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri
kehidupan. Bantuan dalam bunuh diri sangat berarti, misalnya menyediakan obat
atau senjata, bunuh diri dibantu (euthanasia pasif) dibedakan dengan euthanasia
aktif . Bunuh diri yang dibantu adalah seseorang membantu mengakhiri hidupnya
tetapi tidak secara langsung menjadi pelaku dalam kematiannya.
Stuart Sundeen dalam Principle Psychiatric Nursing (1995: 866) menyebutkan
bunuh diri adalah menimbulkan kematian sendiri, suicide attempt (upaya bunuh
diri) dengan sengaja melakukan kegiatan tersebut, bila kegiatan tersebut sampai
tuntas akan menyebabkan kematian.
Suicide Gesture (Isyarat Bunuh Diri)
Adalah bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi orang lain.
Suicide Threat (Ancaman Bunuh Diri)
Adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tak langsung, verbal atau non
verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

2. Prevalensi
Dalam tahun tahun terakhir ini, angka bunuh diri di Amerika yang terjadi pada
usia 12 20 tahun mengalami peningkatan dan 12000 anak anak dan remaja tiap
tahunnya dirawat di Rumah Sakit akibat upaya bunuh diri dan metode bunuh diri
yang paling disukai adalah menggunakan senjata api, ada juga dengan gantung
diri dan minum racun, dalam waktu setiap 90 menit seorang anak meninggal
akibat bunuh diri.
Bunuh diri ditemukan dari berbagai kalangan sosial ekonomi, namun paling
dominan kalangan atas. Pada jenis kelamin pria melakukan bunuh diri secara
efektif (tidak mengharapkan hidup lagi), sedangkan pada wanita kesempatan
hidup masih ada (karena wanita memberi peluang untuk diselamatkan). Bahkan di
benua Asia Harakiri dilakukan demi suatu kehormatan.
Di Indonesia bunuh diri, akhir zaman ini menimpa orang dewasa dan anak anak.
Prayitno, kasus bunuh diri di Indonesia (RSCM Jakarta) terdapat 1.119 kasus
bunuh diri tahun 2004 2005 dan 41% dengan cara gantung diri, 23%
menggunakan racun serangga dan overdosis.
WHO: 2003 bahwa satu juta orang bunuh diri tiap tahunnya atau setiap 40 detik,
terutama usia 15 34 tahun. Sumber Baku (IYUS Yosep, 2007).
3. Gambaran Klinis dan Psikodinamika
Dalam mengenali pasien yang cenderung bunuh diri merupakan satu tugas yang
penting namun sulit dilaksanakan. Penelitian menunjukkan bahwa resiko bunuh
diri yang berhasil akan meningkat pada jenis pria berkulit putih, umur lanjut dan
isolasi sosial. Pasien dengan riwayat keluarga percobaan bunuh diri atau bunuh
diri yang berhasil membuat resiko tambah semakin tinggi. 80% pasien yang
melaksanakan bunuh diri dan berhasil, biasanya mengidap gangguan afektif dan
25% bergantung pada alkohol. Bunuh diri merupakan 15% sebab kematian,
kelompok diatas skozofrenia yang jarang terjadi, namun 10% pasien skizofrenik
meninggal akibat bunuh diri (Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat: 433-434).

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

4. Macam Macam Bunuh Diri dan Percobaan Bunuh Diri Emile Derkheim
1) Bunuh Diri Egoistik
Individu itu tidak mampu berintegrasi dengan masyrakat. Hal ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau masyarakat yang menjadikan individu itu seolah
olah tidak berkepribadian.
Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka yang
tidak menikah lebih rentan untuk melakukan bunuh diri daripada mereka yang
sudah menikah. Masyarakat daerah pedesaan mempunyai integrasi sosial yang
lebih baik daripada daerah perkotaan sehingga angka suicide juga lebih
sedikit.
2) Bunuh Diri Altruistik
Individu itu terikat pada tuntutan tradisi ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena identifikasinya terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
bahwa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
Contohnya : Harakiri di Jepang , puputan di Bali beberapa ratus tahun
lalu, dan dibeberapa masyarakat primitif yang lain. Suicide mencari ini
mencari dalam zaman sekarang jarang terjadi.
3) Bunuh Diri Anomik
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma norma
yang kelakuan yang biasa.
Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan, masyarakat atau kelompoknya
tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya karena tidak ada pengaturan dan
pengawasan terhadap kebutuhan kebutuhannya.
Hal ini menerangkan mengapa percobaan bunuh diri pada orang cerai
pernikahan lebih banyak daripada mereka yang tetap dalam pernikahan.
Golongan manusia yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga
lebih mudah melakukan percobaan bunuh diri.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Bunuh Diri


1) Faktor Psikologik
1

Teori Freud
Menafsirkan tingkah laku suicide, bahwa halangan untuk menyatakan amarah
dan permusuhan terhadap seseorang yang dicintai, mungkin memaksakan
seseorang untuk menimpakan impuls impuls agresif yang tidak aseptabel itu
pada dirinya sendiri.
Para psikoanalis biasanya cenderung mengabaikan faktor sosial yang juga
sangat mempengaruhi individu. Mereka lebih menitikberatkan pada dorongan
(drives) pribadi seperti pada keseimbangan antara instink mati dan hidup.

Teori Meninger
Adanya tiga komponen pada orang yang melakukan bunuh diri, yaitu adanya
keinginan untuk menambah dan menyerang, untuk dibunuh dan untuk mati
atau menghukum diri sendiri.

Teori Scheidman dan Farberow


Membagi 4 golongan yaitu:
1). Mereka percaya bahwa tindakan bunuh diri itu benar, sebab mereka
memandang bunuh diri sebagai peralihan menuju kehidupan yang lebih
baik atau mempunyai arti untuk menyelamatkan nama baiknya (misal:
Harakiri).
2). Mereka yang sudah tua, hal ini ditemukan pada orang yang kehilangan
anak atau cacat jasmaninya, yang menganggap bunuh diri sebagai suatu
jalan keluar dari keadaan yang tidak menguntungkan bagi mereka.
3). Mereka yang psikotik, dan bunuh diri disini merupakan jawaban terhadap
halusinasinya atau wahamnya.
4). Mereka yang bunuh diri sebagai balas dendam, yang percaya bahwa
karena bunuh diri orang lain akan berduka cita dan mereka sendiri akan
dapat menyaksikan kesusahan orang lain itu.
Menurut Schneidman dan Farberow bunuh diri (suicide) mengandung arti :
1. Ancaman bunuh diri (threatened suicided).
2. Percobaan bunuh diri (attempted suicided).

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

3. Bunuh diri yang telah dilakukan (comitted suicided).


4. Depresi dengan niat hendak bunuh diri.
5. Melukai diri sendiri (self destruction).
2) Faktor Biologik
Kurangnya Seorotin di CSF, para penganut teori nerofisiologik menganggap
bahwa keputusan terakhir untuk melakukan bunuh diri dipengaruhi oleh
kelemahan fungsi serebrohortikal, antara lain karena insomnia dan barbitural serta
alkohol.
3) Faktor Genetik
Riwayat keluarga bunuh diri studi kembar 11,3% versus 1,8%.
4) Faktor Fisik
Korban bunuh diri 25 75% dengan gangguan fisik/ kecacatan (Maramis, 1998:
434 - 436).
6. Pencegahan dan Pengobatan
Yang berhasil bunuh diri tentunya tidak perlu pengorbanan lagi, hanya keluarga
yang ditinggalkan mungkin perlu diperhatikan, karena kejadian ini menimbulkan
stress pada mereka dan ada kecenderungan untuk bunuh diri yang lebih besar
diantara orang orang yang berhubungan dengan orang yang telah melakukan
bunuh diri. Bila ada kesempatan, maka kiranya hal suicide secara umum
sebaiknya dibicarakan dengan mereka.
Untuk yang tidak berhasil, tindakan yang menjadi prioritas dalam pengobatan
tergantung pada berat ringannya keadaan badan dan jiwa atau gejala gejala yang
paling menonjol.
Bagaimana dengan pencegahan, mengapa mencegah orang yang mau bunuh diri?
Manusia berkuasa atas dirinya sendiri? Kalau mau mati boleh asal tidak boleh
merugikan orang lain.
Orang yang akan melakukan bunuh diri egoistik ataupun anomik berada dalam
keadaan patologis, karena mengalami gangguan fungsi mental yang bervariasi,

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

ringan sampai berat karena perlu ditolong. Kecuali bunuh diri altruistik tidak
mungkin ditolong kecuali bila kebudayaan dan norma norma masyarakat diubah.
Solomon membagi besarnya resiko bunuh diri adanya tanda tanda resiko berat
dan tanda tanda bahaya yaitu:
1

Tanda Tanda Resiko Berat ialah:


1). Keinginan mati yang sungguh sungguh, pernyataan yang berulang
ulang, bahwa ia ingin mati (anggapan bahwa orang yang mengatakan
demikian tidak akan berbuatnya ternyata keliru).
2). Adanya depresi, dengan gejala rasa salah dan dosa terutama terhadap
orang orang yang sudah meninggal, rasa putus asa, ingin dihukum, rasa
cemas yang hebat, rasa tidak berharga lagi, adanya gangguan tidur yang
berat.
3). Adanya psikosa, terutama penderita psikosa yang impulsif serta adanya
perasaan curiga, ketakutan dan panik. Keadaan semakin berbahaya bila
penderita mendengar suara suara yang memerintakan membunuh dirinya.

Tanda Tanda Bahaya yaitu:


1). Pernah melakukan percobaan bunuh diri (anggapan bahwa orang yang
pernah mencoba bunuh diri tidak akan berbuat demikian lagi juga keliru).
Jika percobaan bunuh diri dahulu ditempat yang sepi, sehingga kecil sekali
orang yang dapat menghalangi tindakannya, dan bila dilakukan di tempat
ramai mungkin keinginan mati itu kecil.
Cara yang dipakai, bila yang dipilih lebih besar dan lebih menyakitkan
maka makin besar niatnya dengan kemungkinan melakukan suicide.
2). Penyakit menahun: Penderita melakukan bunuh diri karena depresi.
3). Ketergantungan obat dan alkohol karena mempunyai efek melemahkan
kontrol dan mengubah dorongan (impuls) sehingga memudahkan bunuh
diri.
4). Hipokhodriasis: keluhan fisik yang konstan dan bermacam macam tanpa
sebab organis dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

5). Bertambahnya umur: terutama pada pria, bertambahnya umur tanpa


pekerjaan atau kesibukan yang berarti, dapat menambah perasaan bahwa
hidupnya tidak berguna.
6). Pengasingan diri: masyarakat tidak dapat lagi menolong dan mengatasi
depresi berat.
7). Kebangkrutan kekayaan: individu tanpa uang, pekerjaan, teman/ harapan
masa depan, tidak mempunyai gairah untuk hidup.
8). Catatan bunuh diri: setiap catatan bunuh diri harus dianggap sebagai tanda
bahaya.
9). Kesukaran penyesuaian diri yang kronis: hubungan antar individu yang
tidak memuaskan, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan
suicide.
10). Tak jelas adanya keuntungan sekunder, jika ancaman penderita tertuju
pada orang tertentu disekitarnya, maka mungkin percobaan bunuh diri
bertujuan untuk memanipulasi dan mengharapkan pertolongan, maka
resiko kecil. Jika tidak terdapat keuntungan sekunder yang jelas dan
ancamannya betul betul ditujukan pada dirinya, maka resiko jauh lebih
besar (Maramis, 1998: 440 - 441).
7

Pengobatan
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian khusus, pertolongan
pertama dilakukan secara darurat di rumah sakit. Kesadaran penderita tidak selalu
menentukan urgensi suatu tindakan medis, penentuan perawatan tidak tergantung
pada faktor sosial, tetapi berhubungan dengan kriteria besarnya kemungkinan
suicide. Pengobatan mentalnya, penderita depresi TX ECT, obat obatan anti
depresi dan psikoterapi (Maramis, 1998: 444).

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

B. Mencederai Diri Sendiri (Bunuh Diri)


Seorang anak remaja yang merupakan harapan orang tua dan harapan masa depan
bangsa. Akhir akhir ini penelitian menunjukkan banyak kasus bunuh diri dari
kalangan anak dan remaja.
Kaplan Sadock (1997), seorang anak yang berupaya bunuh diri sangat rentan
terhadap pengaruh stressor sosial, seperti percekcokan keluarga yang kronis,
penyiksaan, penelantaran, kehilangan sesuatu yang dicintai, kegagalan akademik
dan lingkungan yang buruk.
Ciri ciri universal penyebab anak remaja bunuh diri adalah ketidakmampuan
mereka memecahkan masalah dalam menghadapi percekcokan keluarga,
penolakan dan kegagalan karena yang bertanggungjawab dalam trend upaya
bunuh diri pada anak dan remaja di Indonesia adalah keluarga dan lingkungan
terdekat pada anak.
Vigocsky bahwa lingkungan terdekat anak akan berpengaruh dalam membentuk
karakter dan kepribadian anak.
Stuart Sundeen 1995, jenis kepribadian paling serius melakukan bunuh diri adalah
type agresif, bermusuhan, putus asa, harga diri rendah (HDR) dan kepribadian anti
sosial. Anak memiliki resiko besar untuk melakukan bunuh diri berasal dari
keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter untuk keluarga yang pernah
melakukan bunuh diri, gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme.
Faktor yang memegang peranan ialah riwayat psikososial seperti orang tua yang
bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan atau stress multiple seperti
(pindah tempat tinggal, kehilangan, penyakit kronis). Stressor tersebut
mempengaruhi koping yang kurang konstruktif. Anak mudah mengambil jalan
pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberi rasa aman.
Kaplan bahwa gangguan jiwa dan suicide pada anak remaja akan muncul apabila
stressor lingkungan menyebabkan kecemasan meningkat.
1

Stressor Pencetus secara Umum


Stressor pencetus bunuh diri sebagian besar adalah kejadian memalukan, masalah
interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman
penjara dan yang paling penting tahu cara cara bunuh diri.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

Faktor resiko secara psikososial: putus asa, ras, jenis kelamin, riwayat keluarga
bunuh

diri,

riwayat

keluarga

adiksi

obat,

diagnosa

penyakit

kronis,

penyalahgunaan zat.
2

Faktor yang Mempengaruhi Bunuh Diri


1). Faktor mood dan biokimiawi otak
Pencetusnya ialah semua kasus horor tersebut dilandasi pada mood atau
suasana hati sekarang. Ghanshyam Pandey University Chicago menemukaan
bahwa aktifitas enzim didalam pikiran manusia bila mempengaruhi mood yang
memicu keinginan mati bahwa tingkat aktifitas protein kinase C (PKC), pada
otak orang bunuh diri lebih rendah daripada yang mati dengan tidak bunuh
diri.
Benefit, Rooswita, Depresi berat menjadi penyebab utama karena individu
tidak kuat menanggung beban permasalahnnya dan pada akhirnya memicu
keinginan bunuh diri.
2). Faktor riwayat gangguan mental
Depresi, stress pada remaja dan mereka berusia muda cenderung meningkat
dan semakin mengkhawatirkan, 20% orang muda mati bunuh diri karena
faktor neurobilogisnya (serotonin, adrenalin, dopamin), pada kasus bunuh diri
cairan serotonin yang menyebabkan stress dan depresi.
3). Faktor meniru / imitasi pembelajaran
Dalam kasus bunuh diri dikatakan ada proses pembelajaran. Para korban
memiliki pengalaman dari salah satu keluarganya yang pernah melakukan
percobaan bunuh diri atau meninggal karena bunuh diri, bisa juga dari
pembelajaran / pengetahuan (misal: film film, horor / sedih), orang yang
pernah mencoba bunuh diri dengan cara yang halus (minum racun, overdosis
obat) bila tidak berhasil akan mengulangi cara yang lebih halus (gantung diri,
dll).
4). Faktor isolasi sosial

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

Seorang individu merasa terasing (dipinggirkan dan merasa tidak mempunyai


teman sekolah, tingkah laku / perasaan ini menjadi lebih buruk bila ia merasa
tidak dipedulikan kleuarganya).
Mengapa orang memilih bunuh diri?, secara umum stress muncul karena
kegagalan beradaptasi, baik dilingkungan pekerjaan, keluarga, sekolah,
pergaulan dalam masyarakat dan sebagainya.
5). Faktor hubungan perasaan aman dan ancaman kebutuhan dasar
Rasa tidak aman merupakan penyebab terjadinya banyak kasus bunuh diri,
merasa kuatir, takut akan ancaman kebutuhan dasar (makan, tempat tinggal
dan sebagainya) tidak terpenuhi bahkan kehilangan karena adanya peraturan
peraturan yang ada (PHK, penggusuran rumah - rumah).
6). Faktor religius
Dahlikhairi, bunuh diri merupakan cerminan tipisnya iman atau kurang begitu
memahami ilmu agama. Dengan alasan apapun dan diagama manapun bunuh
diri dipandang sebagai dosa besar dan mengingkari kekuasaan Tuhan. Di
negara maju kematian karena bunuh diri menempati urutan ketiga mungkin
disebabkan tidak beriman serta lemahnya pemahaman tentang agama.
Bunuh diri, bisa terjadi pada semua tahap usia, dengan pencetus yang berbeda
beda, sulitnya menghadapi lingkungan, kompetisi, termasuk dalam
pergaulan, bisa memacu stress atau tekanan hidup yang salah satu faktor
penyebab bunuh diri.
3

Rentang Respon

Menghargai diri

Merusak diri
RESPON

RESPON ADIKTIF
Menghargai Berani ambil resiko
dalam

Perilaku

MALADAPTIF
Merubah diri
Bunuh

destruktif diri tak

sendiri secara

mengembangkan diri
berlangsung
(Stuart, Sundeen 1987 , Keliat BA 1994)
4

diri

tidak langsung

Terapi Lingkungan pada Kondisi Khusus Bunuh Diri (Suicide)

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

10
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain, alat medis, obat-obatan dan jenis cairan
medis di lemari dalam keadaan terkunci, ruangan harus ditempatkan di lantai satu
dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan, tata ruangan
menarik dengan menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup
pasien, warna dinding cerah, adanya bacan ringan, lucu dan memotivasi hidup,
hadirkan musik ceria, televisi dan film komedi, adany alemari khusus untuk
menyimpan barang barang pribadi pasien.
Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa
pasien sesering mungkin, memberi penjelasan setiap akan melakukan kegiatan
keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien apa adanya jangan
mnegjek serta merendahkan, meningkatkan harga diri pasien, membantu menilai
dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap, membantu pasien dalam
berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana asuhan
keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama.
5

Peranan Perawat dalam Perilaku Mencederai Diri


Pengkajian
1. Lingkungan dan upaya bunuh diri: perawat perlu mengkaji paristiwa yang
menghina atau menyakitkan, upaya persiapan, ungkapan verbal, catatan,
lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan,
racun.
2. Gejala: perawat mencatat adanya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri,
perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi gelisah,
insomnia menetap, berat badan menurun, bicara lamban, keletihan , withdrawl.
3. Penyakit psikiatrik: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif,
depresi remaja, gangguan mental lansia.
4. Riwayat psikososial: bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan, stress
multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah, krisis
disiplin), penyakit kronik.
5. Faktor kepribadian: impulsif, agresif, bermusuhan, kognisi negatif dan kaku,
putus asa, harga diri rendah, antisosial.
6. Riwayat keluarga: riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

11
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

Diagnosa Perawatan
Resiko tinggi mutilasi diri/ kekerasan pada diri sendiri dengan takut terhadap
penolakan, alam perasaan yang tertekan, reaksi kemarahan, ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara verbal, ancaman harga diri karena malu
kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
Sasaran jangka pendek: klien akan mencari bantuan staf bila ada perasaan
ingin mencederai diri
Sasaran jangka panjang: klien tidak akan mencederai diri.
Intervensi dan Rasional

Observasi perilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin,
hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien (observasi ketat
dibutuhkan supaya intervensi dapat terjadi jika dibutuhkan untuk memastikan
keamanan klien).

Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan meminta bantuan jika
keinginan untuk bunuh diri dirasakan (mendiskusikan perasaan ingin bunuh
diri dengan orang yang dipercaya memberikan derajat keringanan untuk
klien, sikap penerimaan klien sebagai individu dapat dirasakan).

Jika mutilasi diri terjadi,

rawat luka klien dengan tidak mengusik

penyebabnya jangan berikan reinforcement positif untuk perilaku tersebut


(kurangnya perhatian untuk perilaku maladaptif dapat menurunkan
pengulangan mutilasi).

Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimilikinya sebelum


perilaku ini terjadi (agar memecahkan masalah dan memahami faktor
pencetus).

Bertindak sebagai model dalam mengekspresikan amarah yang tepat (perilaku


bunuh diri dipandang sebagai marah yang diarahkan pada diri sendiri).

Singkirkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien (keamanan


klien merupakan prioritas keperawatan).

Arahkan kembali perilaku mutilasi dengan penyaluran fisik (latihan fisik


merupakan cara yang aman untuk menyalurkan ketegangan yang terpendam).

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

12
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

Komitmen semua staf untuk memberikan spirit kepada klien (bukti kontrol
terhadap situasi dan memberikan keamanan fisik serta semangat hidup).

Berikan obat obatan sesuai dengan kolaborasi, pantau keefektifan dan efek
samping (obat penenang seperti ansiolotik/ antipsikotik dapat memberikan
efek menenangkan pada klien dan mencegah perilaku agresif).

Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur tetap (bila
klien menolak obat obatan dan situasi darurat restrain diperlukan pada
jam-jam tertentu).

Observasi klien dengan restrain tiap 15 menit/ sesuai prosedur tetap dengan
mempertimbangkan keamanan, sirkulasi darah, kebutuhan dasar (keamanan
klien merupakan prioritas keperawatan).

Intervensi Klien Bunuh Diri


1. Listening, Kontrak, Kolaborasi dengan Keluarga
Klien bisa ditolong dengan terapi dan bisa hidup lebih baik, jika ia mau
berbicara dan mendengar dalam upaya memecahkan persoalan, serta tidak ada
alasan melalui kesulitan sendirian tanpa bantuan orang lain. Selain itu, bila
mendapati ada orang yang hendak bunuh diri, sebaiknya dengarkan apa yang
dia keluhkan. Berikan dukungan agar dia tabah dan tetap berpandangan bahwa
hidup ini bermanfaat, buat lingkungan tempat dia tinggal aman dengan cara
menjauhkan alat-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Kalau perlu
buatlah semacam kontrak pada dia untuk tidak melakukan bunuh diri, meski
tingkat keberhasilan ini sangat kecil. Kesulitan utama yang dihadapi apabila
orang yang akan melakukan bunuh diri itu tidak menunjukkan gejala-gejala
tersebut. Pada tingkat permukaan dia tampak mengerti dan memahami arti
hidup, serta terkesan tidak akan melakukan bunuh diri, tetapi tiba-tiba sudah
mati bunuh diri. Lingkungan sosial, termasuk keluarga, juga menjadi sarana
yang baik untuk membantu mengurangi atau menghilangkan keinginan orang
untuk bunuh diri.
2. Pahami Persoalan dari Kacamata Mereka
Menghadapi orang yang berniat bunuh diri atau gagal melakukan bunuh diri,
perlu sikap menerima, sabar dan empati. Perawat berupaya agar tidak bersikap
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

13
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

memvonis, memojokkan apalagi menghakimi mereka yang punya niat bunuh


diri atau gagal melakukan bunuh diri. Kalau mereka merasa dipojokkan
kemungkinan bunuh diri akan semakin cepat. Yang paling penting disini
adalah mencoba menampung segala keluahnnya dan menjadi pendengar yang
baik. Hindari argumentasi dan nasihat-nasihat. Jangan harap kata-kata Anda
bisa menjadi senjata ajaib untuk menyadarkannya. Pada dasarnya dalam diri
orang yang ingin bunuh diri tersimpan sikap mendua atau ambivalen. Sebagian
dari dirinya ingin tetap hidup, tapi sebagian lagi ingin segera mati untuk
mengakhiri penderitaannya. Karena sedang menderita itulah, sebenarnya ia
sangat membutuhkan bantuan orang lain. Ia butuh ventilasi untuk mengalirkan
masalah dan perasaannya. Namun, orang yang berniat bunuh diri biasanya
takut untuk mencoba pertolongan. Ia takut usaha itu justru akan menambah
beban deritanya karena bisa saja ia akan dibilang bodoh, sinting, berdosa, atau
diberi cap negatif lainnya.
3. Pentingnya Partisipasi Masyarakat
Gangguan kejiwaan sebenarnya bisa sembuh hanya perlu terus dievaluasi
karena bisa sewaktu-waktu kambuh. Masih banyak stigma atau penilaian
negatif di masyarakat kepada klien gangguan kejiwaan. Namun, bila
dibandingkan dulu stigma sekarang sudah mulai menurun. Bahkan stigma
membuat pihak keluarga klien juga tidak memahami karakter keluarganya
yang menderita gangguan jiwa. Keluarga jadi bersikap apatis dan sering
mengelak bila diajak konsultasi ke psikiatri. Padahal, dukungan keluarga
sangat penting untuk upaya penyembuhan klien gangguan kejiwaan. Keluarga
perlu didukung masyarakat sekitarnya agar klien gangguan jiwa dianggap
sama dengan penyakit-penyakit fisik lain seperti Decomp, DM, Hepatitis dan
sebagainya. Yang membutuhkan perawatan dan tenaga ahli serta dianggap
sebagai cobaan yang bisa menimpa siapa saja.
4. Express Feeling
Perlu ada dukungan dari lingkungan. Istilah ngetopnya sharing atau curhat,
sehingga membantu meringankan beban yang menerpa. Salah satu solusi yang
akan ditawarkan, selain mengpontrol emosi, lebih mwndekatkan diri kepada
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

14
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

Tuhan Yang Maha Kuasa. Express feeling sangat penting agar masalah yang
menekan semakin ringan.
5. Lakukan implementasi khusus
Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan non verbal harus ditanggapi
serius oleh perawat. Laporkan sesegera mungkin dan lakukan tindakan
pengamanan.
Jauhkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien.
Jika klien beresiko tinggi untuk bunuh diri, observasi secara ketat di
tempat tidur/ kamar mandi.
Observasi dengan cermat saat klien makan obat, periksa mulut, pastikan
bahwa obat telah ditelan, berikan obat dalam bentuk cair bila
memungkinkan.
Jelaskan semua tindakan pengamanan kepada klien, komunikasikan
perhatian dan kepedulian perawat.
Waspadai bila klien terlihat tenang sebab mungkin saja ia telah selesai
merencanakan bunuh diri.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri

15
By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang 2008

Anda mungkin juga menyukai