Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR)

A.

PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat

lahir kurang dari 2500 gr ( sampai dengan 2499 gr ). Berkaitan dengan penangananya
dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan menjad: :
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500 2500 gr
Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir - < 1500 gr
Bayi berat lahir ekstrem rendah ( BBLER ), berat lahir- < 1000 gr
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama
dengan 2500 gr ( Surasmi, 2003 : 30 )
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr tanpa
memperhatikan umur kehamilan ( Mansjoer, 2003 : 326 )
BBLR adalah bayi dengan berat badanya 2500 gr atau kurang saat lahir dianggap
mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan intrauterin yang kurang
dari yang diharapkan atau keduanya (Sacharin, 1956: 172)
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) menurut Surasmi dapat dikelompokan menjadi :
1.Prematuritas murni
Yaitu bayi dengan masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk usia kahamilan ( berat terletak antara persentil ke -10 sampai
persentil ke 90 pada intrauterus grwoth curve, atau disebut Neonatus Kurang Bulan
Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB - SMK), Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan (NCB - SMK), Neonatus Lebih Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NLB - SMK)

2.

Dismaturitas

Yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badannya yang seharusnya untuk usia
kehamilan. Ini menunjukan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin,dismatur
dapat terjadi dalam preterm, term, post term. Dismatur ini dapat juga : Neonatus
kurang Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan (NKBKMK),

Klasifikasi klinik nilai APGAR SCOR


1.Klasifikasi Asfiksia
a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena
selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4
ml per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena
umbilikalis.
b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.
c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah
lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat. Pediatric.com
B.

ETIOLOGI

Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur :


1.

Faktor ibu

Riwayat kesehatan prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan


uterus, hidramnion, penyakit jantung / penyakit kronik lainya, hipertensi, umur ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan terlalu dekat, infeksi
dan trauma serta diabetes mellitus.
2.

Faktor janin

Bakat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini


3.

Keadaan sosial ekonomi yang rendah

4.

Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok, alcohol.

5.

Faktor Lingkungan : temat tinggal d dataran tinggi radiasi dan zat zat beracun.

Penyebab BBLR:
1.
a.)

Penyebab kelahiran prematur


Faktor ibu

Toksemia gravidarum yaitu preeklamsia atau eklamsia

Kelainan bentuk uterus ( misalnya uterus bikamis, inkompeten serviks )

Tumor ( misalnya mioma uteri, sistoma )

Ibu yang menderita penyakit antara lain :


o

Akut dengan gejala panas tinggi ( misalnya tifus abdominalis, malaria )

Kronis ( misalnya TBC, penyakit jantung )

Trauma pada masa kehamilan yaitu :


o

Fisik (misalnya jatuh)

Psikologis ( misalnya strees )

Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Plasenta antara lain plasenta previa, solusio plasenta

b.) Faktor janin


-

Kehamilan ganda

Hidramnion

Ketuban pecah dini

Cacat bawaan

Infeksi ( misal : rubela, sifilis, toksoplasmolisis )

Insufisiensi plasenta

Inkomtabilitas darah ibu dan janin ( faktor resus, golongan darah ABO )

c.

Faktor plasenta

Plasenta previa

Solusio plasenta

2.
a.

Penyebab kelahiran dismatur


Faktor janin

Kelainan kromosom

Infeksi janin kronis

Distonomia kamilial

Retardasi kehamilan ganda

Aplasia pankreas

b.

Faktor plasenta

Berat plasenta kurang / plasenta berongga atau keduanya, luas permukaan kurang,
plasentatis virus, infark, tumor, plasenta yang lepas, sindrom transfusi bayi kembar.
c.

Faktor ibu

Toksemia

Hipertensi

Penyakit ginjal (nefritis akut)

Hipotermi ( penyakit jantung sianotik, penyakit paru )

Malnutrisi

Anemia sel sabit

Ketergantungan obat, narkotik, alkohol, rokok

Faktor faktor yang mempengaruhi BBLR menurut


a)

Status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan

b)

Perioda gestasi paling sedikit 8 bulan, jarak paling ideal anatara 18 36 bulan, jika

pernah terjadi komplikasi.


c)

Umur ibu, antara 20 35 tahun adalah umur-umur paling baik untuk kehamilan

d)

Jumlah kehamilan dimana paling ideal adalah kurang dari 4

e)

Pemeriksaan kehamilan, paling sedikit 3 kali kunjungan. Kunjungan pertama segera

setelah diketahui adanya kehamilan.


C.

MANIFESTASI KLINIS

1.

Tanda dan gejala bayi prematur adalah :


-

Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr

Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya

Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas

Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

Rambut lanugo masih banyak

Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga seolah

olah tidak teraba tulang rawan daun telinga


-

Tumit mengkilap, telapak kaki halus

Alat kelamin : pada bayi laki laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,

testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora tertutup oleh labia mayora.
-

Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah

Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,

menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
-

Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak masih

kurang
-

Verniks tidak ada atau kurang

jaringan lemak bawah kulit sedikit

tulang tengkorak lunak, mudah bergerak

muka seperti boneka

abdomen buncit

tali pusat tebal dan segar

menangis lemah

kulit tipis, merah dan transparan

2.
-

Tanda dan gejala bayi dismatur menurut adalah :


Bayi dismatur praterm : terlihat gejala fisik prematur ditambah dengan gejala

retardasi pertumbuhan dan pelisatan


-

Bayi dismatur aterm dan posterm : terlihat pelisatan

Gejala insufisiensi plasenta tergantung pada saat dan lamanya bayi menderita

defisit, retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit berlangsung lama ( kronis )
1.

Stadium bayi dismature :


Stadium pertama

Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang

Kulitnya longgar, kering seperti permanen tetapi belum terdapat noda mekonium

2.

Stadium kedua

Terdapat tanda stadium pertama

Warna kehijauan pada kulit plasenta dan umbilikus ( karena mekonium tercampur ),

amnion mengendap di kulit, umbilikus dan plasenta akibat anoreksia intrauteri


3.

Stadium ketiga

Terdapat tanda stadium ketiga

Kulit, kuku, tali pusat berwarna kuning

Ditemukan tanda anoreksia intra uterin yang lama.

D.

PATOFISIOLOGI

1.

Pengendalian suhu
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini disebabakan oleh

produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan panas. Kegagalan untuk
menghasilkan panas yang adekuat disebabakan tidak adanya jaringan adiposa coklat
( yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi ), pernapasan yang lemah dengan
pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang rendah.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh yang relatif besar dan
tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan
oleh panas immature dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk
memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh
mekanisme keringat yang cacat, demikian juga tidak adanya lemak subkutan. Pada minggu
pertama dari kehidupan, bayi preterm memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh
dan hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.

2.

Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil / lemah refleks menghisap dan

menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum secara efektif, regurgitasi
merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme
penutupan spingter pilorus yang secara relatif kuat.
Pencernaan tergantuang dari perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang
bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula
sekretoris, demikian juga otot kurang berkembang. Perototan usus yang lemah mengarah
pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang dicerna. Hepar relatif besar, tetapi
kurang berkembang, terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi
terjadinya ikterus akibat adanya ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin
yaitu keadaan tidak larut dan eksistensinya ke dalam empedu tidak mungkin.
Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi preterm yang terkecil sekalipun.
Protein baik dari tipe manusia dan hewani tampaknya dapat ditoleransi dan diabsorbsi.
Absorbsi lemak tampaknaya merupakan masalah, kendatipun sudah dapat enzim pemecah
lemak. Hal ini berakibat dengan kekurangan ASI, karbohidrat bentuk glukosa,
karbohidrat yang mudah diserap.
3.

Sistem pernapasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru paru pada

bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh
darah yang mengelilingi stroma seluler. Semakin mature bayi dan lebih berat badanya
maka akan semakin besar alveoli. Pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot
pernapasan bayi lemah dan pusat pernapasan kurang berkenbang. Terdapat juga
kekurangan lipoprotein paru paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan
permukaan pada paru paru. Surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan
alveoli yang kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali ditemukan apnea,
dalam keadaan ini maka hal ini harus di hitung selama 1 menit untuk perhitungan yang
tepat. Pada bayi preterm yang terkecil batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada
timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang serius.
Saluran hidung sangat kecil dan mengalami cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi,
hal ini penting diingat untuk memasukkan tabung nasogastrik atau endotrakeal melalui
hidung.
Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm. Pada bayi
neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan pernapasan dapat 60 80 kali / menit
berangsur angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 36 kali
/ menit.
4.

Sistem sirkulasi

Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya
lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar pada atau
segara setalah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa jantung fetus menutup secara
berangsur angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh darah
intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan
intrakranial yang terlihat pada bayi preterm.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm. Tekanan menurun dengan
menurunya berat badan. Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi
preterm 45 60 mmHg. Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari
30 45 mmHg. Nadi bervariasi antara 100 160 kali / menit cenderung ditemukan
aritmia, dan untuk memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada
debaran apeks dengan menggunakan stetoskop.
5.

Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan, fungsi

ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerolus yang menurun, klirens urea
dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk
mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan
elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan adanya tubulus yang kurang berkembang.
6.

Sistem persyarafan
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas,

pusat pengendali fungsi fital, misalnya pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang
berkembang. Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan pada bayi prematur normal,
tetapi refleks tendon bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang buruk, maka
bayi terkecil pada khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai
tangisan yang lemah
7.

Sistem genital
Genital kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora hingga aterm.

Pada laki laki testis terdapat dalam abdomen kanalis inguinalis atau skrotum.
8.

Sistem Pengindraan (Penglihatan)


Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34 minggu, terdapat adanya 2 stadium

perkembangan yang dapat diketahui yaitu immature dan transisional

( peralihan )

yang terjadi antara 24 dan 33 34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa
menjadi buta jika diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang
lama.

E. PATHWAY

Faktor
IBU: penyakit,usia
<16 th atau>35 th
sosek rendah,kebiasa
an
ibu(perokok, pecandu)

janin:hidramnion/
polihidramnion,ke
hamilan ganda dan
kelainan
kromosom.

Faktor lingkunga
n:tempat
tinggaldataran
tinggi,radiasi
danzat-zat racun

Komplikasi
obstetrik:multiple
gestation,incompe
tence PRO
dankorionitis,
PIH plasenta
previa,riwayat
kelahiran prematur

,dll

Komplikasi
medis:
diabetes
maternal,hiper
tensikronis
daninfeksi
traktus
urinarius

BBLR, BBLSR, BBLER

Prematuritas murni

Dismaturitas

Hipoglikemia
simtomatik ,Penyakit
membran
hialin,Hiperbilirubinemia
,Asfiksia neonatorum,
HipotermiaSindrom
,Aspirasi Mekonium

Medikamentosa
:Vit. K

Diatetik :

suportif :

Pemantauan :

ASI,cairan

Bersihkan jalan nafas,

terapidan tumbuh

IV

jagakehangatan,
inkubator, jaga

kembang

kebersihan,
suportmental keluarga

F.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).


2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus

otot dan reflek).


3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik/
5. Pemeriksaan fungsi paru/
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1.

Hipotermia

Tanda klinis hipoternia antara lain :


-

Suhu tubuh di bawah normal

Kulit dingin

Akral dingin

Sianosis

2.

Sindrom gawat napas

Tanda klinis sindrom gawat napas :


-

Pernapasan cepat

Sianosis perioral

Merintih waktu ekspirasi

Retraksi substernal dan interkosta

3.

Hipoglikemia

Tanda klinis hipoglikemia antara lain :


-

Gemetar atau tremor

Cianosis

Apatis

Kejang

Apnea intermiten

Tangisan lemah atau melengkung

Kelumpuhan atau letargi

Terdapat gerakan pusat mata

Keringat dingin

Hipotermia

Gagal jantung dan henti jantung

( Sering berbagai gejala muncul bersama sama )


4.

Perdarahan intra kranial

Tanda dan gejala klinis perdarahan intrakranial :


-

Kegagalan umum untuk bergerak normal

Reflek moro menurun atau tidak ada

Tonus otot menurun atau tidak ada

Pucat dan cianosis

Apnea

Kegagalan menetek dengan baik

Muntah yang kuat

Tangisan bernada tinggi dan tajam

Kejang

Kelumpuhan

Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung

Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinis

sedikitpun
5.

Rentan terhadap infeksi

Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih
kurang hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit dan selaput lendir
membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
6.

Hiperbilirubinemia

Tanda klinis hiperbilirubinemia antara lain :


-

Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna kuning

Letargi

Kemampuan menghisap menurun

Kejang

7.

Kerusakan integritas kulit

Lemak subkutan kadang kurang sedikit, struktuir kulit belum matang dan rapuh,
sensibilitas yang kurang akan memudahkan kerusakan integritas kulit terutama pada
daerah yang sering tertekan.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengaturan Suhu Badan Bayi BBLR
Bayi Prematur dengan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, oleh
karena itu harus di rawat dalam incubator sehingga panas dalamnya mendekat dalam
rahim. Bila bayi di rawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg 35
derajad celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2- 2,5 kg adalah 33- 34 derajad
celcius. Bila incubator tidak ada bayi dapat di bungkus dengan kain dan di sampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat di pertahankan.
2. Makanan bayi BBLR
Alat pencernaan belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum
matang,sedangkan kebutuhan protein 3- 5 gr /kg BB dan kalori 110 kal / kg BB

sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam


seetelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah sehingga pemberian minum sedikit demi sedikit, tetapi sering . Dapat diberikan
ASI dengan sendok secara perlahan, atau sonde menuju lambung . Permulaan cairan di
berikan sekitar 50 60 cc /kg BB /hari dan terus dinaikan mencapai sekitar 200 cc
/kg BB/ hari. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 150 ml/kg BB/ hari.
Penimbangan berat badan secara rutin. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi
bayi dan erat kaitanya dengan kondisi tubuh.
3. Menghindari infeksi
Khususnya bayi premature mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
lemah, kemampuan leokusit masih kurang, pembentukan ati body belm sempurna,
dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi secara khusus dan terisolasi dengan
baik.

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

A.

PENGKAJIAN

WAWANCARA
1.

Riwayat penyakit terdahulu

Adanya riwayat penyakit seperti hipetensi, DM,toksemia


2.

Nutrisi Ibu
Malnutrisi, konsumsi kafein, pengguna obat - obatan, merokok, konsumsi alkohol,dll

3.

Riwayat Ibu

Umur dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun

Latar belakang rendah

Rendahnya gizi

Konsuitasi genetik yang pernah di lakukan

4.

Riwayat Kehamilan

Kehamilan kembar

Jarak kehamilan yang berdekatan

Kehamilaan sebelumnya ,aborsi

Tak adanya perawatan sebelum kelahiran

PEMERIKSAAN FISIK
1.

Bayi pada saat kehamilan

BB < 2500 gr

Terlihat kurus

Lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada

Kepala relatif lebih besar dibandingkan badan ,3 cm lebih besar dibandinkan lebar

dada
-

Penilaian APGAR SCORE pada 1 -5 menit

0 3 menujnukan kegawatan yang parah


4 6 kegawatan sedang
7 -10 Normal (asfiksia ringan)
2.
-

Kardiovaskuler
Denyut jantung rata - rata 120 - 16 permenit pada bagian apekal dengan ritme yang

teratur.
-

Pada saat kelahiran : kebisingan jantung terdengar pada setengah bagian

interkostal yang menunjukan aliran dari kanan ke kiri karena hipertensi atau
atetektasis paru.
3.
4.
-

Gastrointestinal
Penonjolan abdomen dan pengeluaran mekonuim terjadi dalam waktu 12 jam
Reflek menelan dan menghisap lemah
Ada atau tidaknya anus, ketidak normalan kogenital lain.
Integumen
Kulit berwarna merah, merah muda, kekuning kuningan. sianosis atau campuran

bermacam warna.
-

Sedikit vernik kaseosa

Rambut lanugo disekitar / disekujur tubuh

Kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap

Edema yang menyeluruh ,atau dibagian tertentu yang terjadi saat kelahiran.

Kuku pendek,belum melewati ujung jari, rambut jarang mungkin tidak ada sama

sekali
5.

Pteki atau ekimosis


Muskuloskeletal

Tulang kjatilago telinga belum tumbuh denagn sempurna,lembut dan lunak

Tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak

Gerakan lemah dan tidak agresif

6.
-

Neurologis
Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak kembalinya

hanya berkembang sebagian.


-

Menelan,menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif

Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis

Mata mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25

26 minggu
-

Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermi

Gemetar, kejang dan mata berputar putar biasaya bersifat sementara tetapi

mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan neurologis.


7.

Pernafasan

Jumlah penafasan rata - rata 40 60 permenit dibagi dengan periode apnoe

Pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar) dengkuran, retraksi

(interkostal,supra sternal,substernal)
8.

Terdengar suara gemerisik pada auskultasi paru - paru


Ginjal

Berkemih setelah 8 jam kelahiran

Ketidak mampuan untuk melarutkan ekskresi kedalam urine

9.

Reproduksi

Bayi perempuan klitoris menonjol, labia mayora belum

berkembang

Bayi laki laki skrotum yanag menonjol dengan rugae kecil.testis belum turun di

skrotum
10.

Aktivitas / Istirahat
Bayi sadar mungkin 2 3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam

dan tangis masih lemah, tidak aktif, tremor.


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada pemeriksan laboratorium didapati:
1.

Pemeriksaan kadar glukosa


Pada bayi aterm kadar gula dalam darah 50 - 60 mg/dl dalam 72 jam pertama.Pada

bayi berat lahir rendah kadar gula darah 40 mg /dl hal ini disebabkan karena cadangan
makanan glikogen yang belum mencukupi ( hiploglikemi).bila kadar gula darah sama
dengan atau kurang dari 20 mg/ dl
2.

Pemeriksan kadar bilirubin

Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dl, dengan 6 mg/dl pada hari
pertamake hidupan, 8 mg/dl 1- 2hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. Hiperbilirubun
terjadi karena belum matangnya fungsi hepar.
3.

Jumlah sel darah putih : 18.000 mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000 24.000

mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).


4.

Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakaan

polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragikprenatal/ perinatal)


5.

Hemoglobin (Hb) : 15 -20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemi

atau hemolisis berlebihan)


6.

Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4 -6 jam pertama setelah kelahiran

ratra- rata 40 50 mg/dl meningkat 60 -70 mg/dl pada hari ke tiga.

7.

Pemantauan Elektrolit (Na, K. Cl), biasanya dalam batas normal pada awalnya.

8.

Pemeriksaan Analisa gas darah.

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1.

Pola nafas tidak efektif b.d imatur pusat pernafasan / otot pernafasan

masih lemah
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan
lendir, reflek batuk.
3. Ketidak efektifan pola minum bayi b.d prematuritas
4. Resiko terhadap perubahan suhu tubuh (termoregulasi) b.d pusat pengaturan
suhu tubuh yang belum sempurna, penurunan lemak subkutan
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d regulasi berlebihan imatur ginjal
(kegagalan untuk mengkosentrasi urin)
5.

Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d otot

pencernaan yang masih lemah (imatur sfingter cardioesofagus ),ketidak


adekuatan simpanan nutrisi
6.

Resiko terhadap infeksi b.d daya tahan tubuh menurun

7.

Menyusui tidak evektif b.d refleks hisap masih lemah

8.

Resiko teraspirasi b.d penurunan sfingter esofagus, gangguan menelan,

adanya regurgitasi
9.
10.

Resiko pertumbuhan tidak proporsional b.d prematuritas


Resiko keterlambatan perkembangan b.d Prematuritas

11.

Resiko kerusakan integritas kulit b.d factor mekanik penekanan

12.

Resiko syndrom kematian bayi mendadak b.d berat lahir rendah

13.

Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua k/bayi/ b.d bayi

prematur yang tidak evektif untuk melakukan kontak

C.

INTERVENSI

DX I : Pola nafas tidak efektif b.d imatur pusat pernafasan / otot pernafasan
masih lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pola nafas kembali efektif
NOC : Respiratory status : ventilation

Kriteria hasil :
Bernafas mudah,Tidak ada suara tambahan,Ekspansi dada simetris, Irama nafas
normal,Tanda tanda vital dalam batas normal
Skala indikator :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Vital Sign Monitory


Intervensi :
Monitor td, nadi, suhu, dan RR
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola nafas abnormal
Monitor sianosis perifer

DX. II : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas oleh
penumpukan lendir, reflek batuk.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamam proses keperawatan
diharapkan bersihan jalan nafas efektif
NOC : Respiratory status : Airway patency
Kriteria hasil :
a).Mendemonstrasikan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea
b).Mampu bernafas dengan mudah dan tidak ada purse lips
c).Menunjukan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas
frekuensi,pernafasan dalam rentang normal)
d).Keluarga mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalan nafas.
Indikator skala :
1

: Kompromi sangat baik

: Kompromi sekali

: Kompromi baik

: Kompromi sedang

: Tidak ada kompromi

NIC : Airway management


Intervensi :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi hiperekstensi dengan
memberi gulungan popok di bawah bahu)

Keluarkan sekret dengan vibrasi atau suction


Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Identifikasi pasien adanya alat nafas buatan
Monitor respirasi dan status oksigen

DX. III : Ketidak efektifan pola minum bayi b.d prematuritas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamam proses keperawatan
diharapkan pola minum bayi efektif
NOC : Bresatfeeding Estabilshment : infant
Kriteria hasil :
Pasien dapat menyusu dengan efektif,Mengverbalisasi teknik untuk mengatasi
masalah menyusui ,Bayi menandakan kepuasan menyusui, Ibu menunjukan harga diri
yang positif dengan menyusui.
Skala indikator :
1.

: Tidak pernah menunjukan

2.

: Jarang menunjukan

3.

: Kadang menunjukan

4.

: Sering menunjukan

5.

: Selalu menunjukan

NIC : Airway management


Intervensi :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi hiperekstensi dengan
memberi gulungan popok di bawah bahu)
Keluarkan sekret dengan vibrasi atau suction
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Identifikasi pasien adanya alat nafas buatan
Monitor respirasi dan status oksigen

DX IV

: Resiko terhadap perubahan suhu tubuh (termoregulasi) b.d pusat

pengaturan suhu tubuh yang belum sempurna, penurunan lemak subkutan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suhu tubuh dalam batas normal
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal,Tidak ada perubahan warna kulit ,Nadi dan
respirasi dalam rentang normal , Hidrasi adekuat

Skala indikator :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Temperature regulation


Intervensi :
Monitor suhu tubuh minimal setiap 2 jam
Monitor tanda tanda hipertermi atau hipotermi
Monitor tanda tanda vital
Monitor warana dan suhu kulit
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Rawat pasien dalam inkubator

DX V

: Resiko kekurangan volume cairan b.d regulasi berlebihan imatur ginjal

(kegagalan untuk mengkosentrasi urin)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat terpenuhi atau tercukupi
NOC : Fluid balance
Kriteria hasil :
Mempertahankan output urin sesuai dengan usia dan berat badan
Tanda tanda vital dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik
Membran mukosa lembab,
Tidak ada rasa haus yang berlebi
Skala indikator :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Fluid Management


Intervensi :
Timbang popok atau pembalut tiap kali ganti
Pertahankan cairan intake dan output yang adekuat

Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
orotostatik )
Monitor TTV
Kolaborasi pemberian cairan IV

DX VI : Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d otot
pencernaan yang masih lemah (imatur sfingter cardioesofagus ),ketidak
adekuatan simpanan nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
NOC : Nutritional status : Food and fluid intake
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan dan umur kelahiran
Keluarga Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Skala indikator :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Pengelolaan nutrisi


Intervensi :
Pantau asupan nutrisi pasien
Pantau nilai laboratorium
Timbang pasien pada interval yang tepat
Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi pasien dan bagaimana
memenuhinya
Kolaborasi bersama ahli gizi
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan

DX VII

: Resiko terhadap infeksi b.d daya tahan tubuh menurun

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan klien terbebas dari resiko infeksi
NOC : Status imun

Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Keluarga menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Skala indikator :
1 : Tidak pernah menunjukan
2

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Perlindungan terhadap infeksi


Intervensi :
Pantau tanda dan gejala infeksi ( misal : suhu tubuh , denyut jantung )
Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi ( misal : tanggap imun rendah )
Pantau hasil laboratorium(leukosit)
Ajarkan kepada keluarga tanda atau gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke
pusat kesehatan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan(lakukan perawatan
tali pusat secara aseptik)
Batasi jumlah pengunjung dan pantau pengunjang akan adanya lesi kulit
Pertahankan teknik isolasi bila perlu

Diagnosa IX
Tujuan

: Menyusui tidak evektif b.d refleks hisap masih lemah

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bayi dapat menyusu

dengan efektif
NOC

: Breatstfeeding eastablisment : infant

Kriteria hasil

Ketepatan bayi menangkap / memasukan areola


Keteptan bayi menekan areola
Koreksi isapan dan penempatan lidah
Terdengar tegukan
Susui minimal 5 -10 tiap payudara
Indikator skala

1.

Tidak pernah dilakukan

2.

Jarang dilakukan

3.

Kadang dilakukan

4.

Sering dilakukan

5.

Selalu dilakukan

NIC

: Membantu menyusui

Intervensi

Sediakan kesempatan kontak ibu dan bayi untuk menysui sejak 2 hari setelah lahir
Pantau kemampuan bayi dalam menghisap
Pantau kemampuan bayi dalam menangkap areola
Anjurkan pada ibu dalam menyusui, bayi dalam posisi relaks
Diskusikan penggunaan pompa Asi jika bayi tidak mampu menghisap

Diagnosa XII : Resiko teraspirasi b.d penurunan sfingter esofagus, gangguan


menelan, adanya regurgitasi
Tujuan
NOC

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi aspirasi


: Respiratory Status : Gas exchange

Kriteria hasil

Kemudahan bernafas
Tidak ada sianosis
Pa Oksigen dalam batas normal
Pa carbondioksida dalam batas normal
PH arteri dalam batas norma
Indikator skala

: Kompromi sangat baik

: Kompromi sekali

: Kompromi baik

: Kompromi sedang

: Tidak ada kompromi

NIC

: Positioning

Intervensi

Tempatkan dalam posisi terapetik


Tinggikan bagiant tubuh (kepala 20 darajat)
Posisikan untuk mengurangi dispnea dan resiko aspirasi
Posisikan untuk memudahkan ventilasi
Diagnosa XIII : Resiko pertumbuhan tidak proporsional b.d prematuritas
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertumbuhan

proporsional
NOC

: Growth

Kriteria hasil

BB sesuai umur
BB sesuai jenis kelamin
BB sesuai TB
Lajunya penambahan BB

Lingkar kepala sesuai umur


Indikator skala

: Penyimpangan luar biasa dari hasil yang di harapkan

: Penyimpangan berat dari hasil yang di harapkan

: Penyimpangan sedang dari hasil yang di harapkan Kompromi baik

: Penyimpangan cukup dari hasil yang di harapkan

:Tidak ada penyimpangan dari hasil yang di harapkan

NIC

: Nutrisi Monitory

Intervensi

BB dalam interval yang jelas


Monitor BB yang hilang dan yang masuk
Monitor bayi selam disusui
Monitor pertumbuhan dan perkembangan

Diagnosa XIV : Resiko keterlambatan perkembangan b.d Prematuritas


Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perkembangan tidak

terjadi keterlambatan
NOC

: Newborn Adaptation

Kriteria hasil

Apgar score
Indeks umur kehamilan
Naadi rata rata 100 160 x/ menit
Respirasi rata- rata 30 60 x/ menit
Saturasi O2 > 90 %
Reflek menghisap
BB
Respon rangsang
Level bilirubin
Indikator skala

: Penyimpangan luar biasa dari hasil yang di harapkan

: Penyimpangan berat dari hasil yang di harapkan

: Penyimpangan sedang dari hasil yang di harapkan Kompromi baik

: Penyimpangan cukup dari hasil yang di harapkan

:Tidak ada penyimpangan dari hasil yang di harapkan

NIC

: Development Enhanchement

Intervensi

Identifikasi kebutuhan bayi

Fasilitasi kontak dengan ibu


Gunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi
Bangun rasa kepercayaan ibu pada perawat
Diagnosa XV : Resiko kerusakan integritas kulit b.d factor mekanik penekanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
tidak terjadi kerusakan integritas kulit
NOC : Tissue Integritas : skin and Mucous membran
Kriteria hasil :
Integritas kulit yang baik di pertahankan
Tidak ada luka lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Ibu mampu mempertahankan integritas kulit bayinya
Skala indikator :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Pressure Management


Intervensi :
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan minyak pada daerah yang tertekan
Memandikan bayi dengan air hangat

DX XVI : Resiko syndrom kematian bayi mendadak b.d berat lahir rendah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
tidak terjadi kematian bayi mendadak
NOC : Daya tahan
Kriteria hasil :
Aktivitas
Daya tahan otot
Pola menyusui
Penampilan rutin bayi
Penampilan bayi istirahat
Skala indikator :
1

: : Kompromi sangat baik

: Kompromi sekali

: Kompromi baik

: Kompromi sedang

: Tidak ada kompromi

NIC : Menejemen Energi


Intervensi :
Monitor inutrisi secara adekuat
Anjurkan istirahat
Bantu ibu untuk membuat jadwal istirahat bayi
Bantu untuk membuat jadwal menyusui
Pantau lokasi dan pola aami selama aktivitas
DX XVII: Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua k/bayi/ b.d bayi
prematur yang tidak evektif untuk melakukan kontak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
tejalin kedekatan orang tua dan bayi
NOC : Parent infant Attachment
Kriteria hasil :
Adanya kontak mata
Orang tua dapat merawat kebutuhan
Orang tua berespon terhadap isyarat bayi
Orang tua sering dating ke ruang perawatan bayi
Skala indikator :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Mengatu lingkungan : proses kedekatan


Intervensi :
Pertahankan kehangatan temperature tubuh bayi (selain inkubato dapat dengan
pelukan ibu)
Tempatkan bayi di dekat kamar ibunya
Ijinkan ibu untuk berkunjung
Sediakan kursi yang nyaman untuk orang tua yang berkunjung (untuk dapat menyusui
dengan nyaman)
D.

EVALUASI

Kriteria hasil /Skala

Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenas


yang adekuat 5
Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda tanda
distress pernapasa 5
Tanda tanda vital dalam rentang nomal 5
Bernafas mudah
Tidak ada suara tambahan
Ekspansi dada simetris
Irama nafas normal
Tanda tanda vital dalam batas normal
Klien dapat menyusu dengan efektif
Mengverbalisasi teknik untuk mengatasi masalah menyusui
Bayi menandakan kepuasan menyusui
Ibu menunjukan harga diri yang positif dengan menyusui
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan respirasi dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit

DAFTAR PUSTAKA

Catzeh, P and Robert.I. 1994. Kapita Selekta Pediatri Edisi II. Jakarta : EGC
Dongoes,M.E,and Moohose.M.F 1996. Rencana Asuhan Keperawat Maternal /Bayi :
Pedoman Untuk Perencana Pendokumentasian Perawat Klien. .Jalarta : EGC
Farrer,H.1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Joanne C. McCloskey and Gloria M. Bulechek. 1996. IOWA Intervention Project :
Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis, Missouri : Mosby Year Book, inc.
Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Marion Johson, dkk. 2000. IOWA Intervention Project : Nursing Outcomes
Classification (NOC). St. Louis, Missouri : Mosby Year Book

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun oleh :
NURUL JANAH
Keperawatan Reguler XIII A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


2012

Anda mungkin juga menyukai