Kelompok B-15
Ketua
:
Sekretaris
Anggota :
Reaksi Alergi
Seorang perempuan berusia 20 tahun, datang ke
dokter dengan keluhan gatal-gatal serta bentolbentol merah yang hampir merata di seluruh
tubuh, timbul bengkak pada kelopak mata dan
bibir sesudah minum obat panas (Parasetamol).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan angioedema
dan di mata dan bibir serta urtikaria di seluruh
tubuh. Dokter menjelaskan keadaan diakibatkan
oleh reaksi alergi (hipersensitivitas tipe cepat),
sehingga ia mendapatkan obat anti histamine
dan kartikosteroid. Dokter memberikan saran
agar selalu berhati-hati dalam meminum obat
serta berkonsultasi dulu dengan dokter.
Kata Sulit
Urtikaria
Hipersensitivitas
Angioedema
Kortikosteroid
Antihistamine
Urtikaria
Reaksivascularpadadermisbagianatasbiasanyasementara,terdiridari
edemalokalyangdisebabkanolehdilatasidanpeningkatanpermeabilitas
kapilerdenganpembentukanbentol.(KamusDorland)
Hipersensitivitas
Responimunyangberlebihanyangtidakdiinginkankarenadapat
menimbulkankerusakanjaringantubuh(BukuIlmuPenyakitDalam)
Angioedema
Reaksivascularpadadermisbagiandalamataujaringansubkutanatau
submukosamenunjukanedemasetempat(KamusDorland)
Kartikosteroid
Salahsatuhormonsteroidyangdibuatolehkorteks(lapisanluar)dari
kelenjaradrenal(Kamuskesehatan.com)
Anti histamin
Zatyangmenurunkanefekhistaminterhdadaptubuhdengancara
memblockreseptorhistamin(BukuFarmakologi)
PERTANYAAN
1.Mengapabisaterjadiangioedemadimatadandibibir?
2.Mengapakeadaaninibisadikelompokkandalam hipersinsitivitas
cepat?
3.Dimanasajabisaterjadiangioedemadanurtikaria?
4.Mengapapasiendiberiobatantihistamindankartikosteroid?
5.Apasajamacam-macamreaksihipersensitivitas?
6.Bagaimanacaramencegahalergi?
7.Mengapaurtikariabisaterjadidiseluruhtubuh?
8.Apasajamacam-macamalergi?
9.Apasajaefekyangbisaterjadisaathipersensitivitas?
10. BagaimanacaramemilihobatyangsesuaidengananjuranIslam?
JAWABAN
1.KarenahipersensitivitastipeImenyerangbagiansaluran
pernapasandanconjungtiva
2.Termasukreaksiyangterjadicepat5-30menitsehingga
termasukhipersensitivitastipe1
3.Angioedemamata,bibir,dangenitalia
Urtikariadiseluruhpermukaantubuh
4.Antihistamindapatmemblockreseptorpenyebabalergi
5.-HipersensitivitasIcepat
-HipersensitivtasII
-HipersensitivitasIII
-HipersensitivitasIVlambat
6.Menghindaripemicualergi
7.Karenaurtikariaterjadididermisbagianatas
8.-Alergireaksianfilaktik
-Alergiasmabronchial
-Alergiangioedema
-Alergirhinitisalergiea
-Alergiobat-obatan
-Alergimakanan
9.-Gatal
-Bentol
-Urtikaria
-Asma
-Diare
-Dermatitis
(Efeksampingsesuaidengantipe-tipehipersensitivitasnya)
10.-Konsultasidenganahlinya
-Sesuaidenganindikasinya
-Tawakal
-Mengutamakanyanghalal
Hipotesis
Alergidisebabkanolehantigenyaitukeluarnyahistamindari
selmastyangmemicuhipersensitivitas.Macam-macam
hipersensitibvitasterdiriatasHipersensitivitasIyangdibagi
cepatdanlambat,HipersensitivtasII,HipersensitivitasIII,
HipersensitivitasIVataudisebutjuugahipersensitivaslambat.
Denganmunculnyamanifestasikliniksepertigatal,bentol,
urtikaria,asma,diare,dermatitisdidaerahAngioedema
meliputimata,bibir,dangenitaliasedangkanurtikaria
diseluruhpermukaantubuh.Efekyangditimbulkantiaptipe
hipersensitivitasberbeda,sebagaicontohHipersensitivitastipe
Imenyerangbagiansaluranpernapasandanconjungtiva.
Penanganandenganantihistamindankartikosteroiddengan
carakerjazatyangmenurunkanefekhistaminterhdadaptubuh
dengancaramemblockreseptorhistaminyangsesuaidengan
anjuranIslam.
Sasaran Belajar
LI.1 MENJELASKAN DAN MEMAHAMI REKASI HIPERSENSITIVITAS
LO.1.1 DEFINISI
LO.1.2 ETIOLOGI
LO.1.3 KLASIFIKASI
LI.2 MENJELASKAN DAN MEMAHAMI HIPERSENSITIVITAS TIPE I
LO.2.1 DEFINISI
LO.2.2 MEKANISME
LO.2.3 MANIFESTASI KLINIK
LO.2.4 MEDIATOR YANG BERPERAN
LI.3 MENJELASKAN DAN MEMAHAMI HIPERSENSITIVITAS II
LO.3.1 DEFINISI
LO.3.2 MEKANISME
LO.3.3 MANIFESTASI KLINIK
LO.3.4 MEDIATOR YANG BERPERAN
LI.4 MENJELASKAN DAN MEMAHAMI HIPERSENSITIVITAS III
LO.4.1 DEFINISI
LO.4.2 MEKANISME
LO.4.3 MANIFESTASI KLINIK
LO.4.4 MEDIATOR YANG BERPERAN
LI.5 MENJELASKAN DAN MEMAHAMI HIPERSENSITIVITAS IV
LO.5.1 DEFINISI
LO.5.2 MEKANISME
LO.5.3 MANIFESTASI KLINIK
LO.5.4 MEDIATOR YANG BERPERAN
Definisi
Etiologi
Benda asing pada lingkungan (dapat berupa
pakaian, makanan)
Perbedaan keadaan fisik tiap bahan, misalnya
berat molekul tiap bahan berbeda. Apabila berat
molekulnya besar maka daya sensitivitasnya
juga lebih besar
Kekerapan pajanan
Daya tahan tubuh seseorang, contohnya org
tersebut penderita imunodefesiensi atau tidak
Daya reaksi silang antar bahan akan
berpengaruh terhadap timbulnya alergi.
Klasifikasi
1. Menurut
Waktu
2. Menurut
Gell &
Combs
Menurut Waktu
1. Reaksi Cepat
Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang
dalam 2 jam. Ikatan silang antara allergen dan IgE pada
permukaan sel mast menginduksi penglepasan mediator
vasoaktif.
2. Reaksi Intermediet
Reaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan
menghilang dalam 24 jam. Reaksi ini melibatkkan
pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan
melalalui aktivasi komplemen dan atau sel NK/ADCC
.menifestasi reaksi intermediet dapat berupa:
o Reaksi transfusi darah
o Reaksi athus lokal dan sistemik seperti serum sickness
3. Reaksi lambat
Reaksi lambat terlihat sampai sekitar 48jam setelah terjadi
Definisi
Reaksi hipersensitifitas tipe 1 adalah
suatu reaksi yang terjadi secara
cepat atau reaksi anafilaksis yaitu
reaksi alergi yangmengikuti
kombinasi suatu antigen dengan
antibodi yang terlebih dahulu diikat
pada permukaan sel basofilia (sel
mast) dan basofil.
Mekanisme
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi reaksi tipe I dapat
bervariasi dari local, ringan sampai
berat dan keadaan yang mengancam
nyawa seperti anafilaksis dan asma
berat.
o Terdapat 3 reaksi :
o 1. Reaksi lokal
o 2. Reaksi Sistemik-Anafilaksisi
o 3. Reaksi Pseudoalergi - Anafilaktoid
Reaksi Lokal
Reaksi lokal terbatas pada jaringan atau organ
spesifik yang biasanya melibatkan permukaan
epitel tempat alergan masuk. Sedikitnya 20%
populasi menunjukkan penyakit yang terjadi
melalui IgE seperti rinitis alergi, asma dan
dermatitis atopi.
IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast
akan menetap untuk beberapa minggu.
Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif bila
serum (darah) orang yang alergi dimasukkan
ke dalam kulit/sirkulasi orang normal.
Definisi
Reaksi hipersensitivitas tipe II atau sitotoksik
atau sitoliktik terjadi akibat di bentuk antibodi
jenis IgG atau IgM terhadap antigen IgM yang
merupakan bagian sel pejamu. Reaksi diawali
oleh reaksi terhadap antibodi dan determinan
antigen yang merupakan bagian dari membran.
Reaksi terjadi oleh lisis bukan efek toksik.
Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel yang
memilik reseptor Fcy-R dan Juga sel NK yang
dapat berperan sebagai sel efektor dan
menimbulkan kerusakan.
Mekanisme
Pada hipersensitivitas tipe II ,antibodi yang
ditunjukkan kepada antigen permukaan sel
atau jaringan berinteraksi dengan komplemen
dan berbagai jenis sel efektor untuk merusak
sel sasasaran .Setelah antibodi melekat pada
permukaaan sel,antibodi akan mengikata dan
mengaktivasi komplemen C1 komplemen.
Antibodi pada reseptor Fc merangsang fagosit
untuk memproduksi lebih banyak leukotrien
dan plostraglandin ,yang merupakan molekul
molekul yang berperan pada rewspon
inflamasi .Sel sel efektor yang telah terikat
kuat pada membaran sel sasaran .
Manifestasi Klinik
Definisi
Reaksi hipersensitivitas tipe III atau
yang disebut juga reaksi kompleks
imun adalah reaksi imun tubuh yang
melibatkan kompleks imun yang
kemudian mengaktifkan komplemen
sehingga terbentuklah respons
inflamasi melalui infiltrasi masif
neutrofil.
Mekanisme
Dalam keadaan normal, kompleks imun
yang terbentuk akan diikat dan diangkut
oleh eritrosit ke hati, limpa dan paru
untuk dimusnahkan oleh sel fagosit dan
PMN. Namun, yang menjadi masalah
pada reaksi hipersensitivitas tipe III
adalah kompleks imun kecil yang tidak
bisa atau sulit dimusnahkan yang
kemudian mengendap di pembuluh
darah atau jaringan
Manifestasi Klinik
o Reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh
hipersensitivitas tipe III memiliki dua bentuk
reaksi, yaitu lokal dan sistemik.
o Urtikaria
o Demam
o Kelainan sendi, atralgia dan efusi sendi
o Lmfadenopati
o Gejala-gejala timbul 5-20 hari setelah
pemberian obat
Definisi
Merupakan hipersensitivitas tipe lambat yang
dikontrol sebagian besar oleh reaktivitas sel T
terhadap antigen. Reaksi hipersensitivitas tipe IV
telah dibagi menjadi :
o Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV
Merupakan hipersensitivitas granulomatosis,
terjadi pada bahan yang tidak dapat disingkirkan
dari rongga tubuh seperti talkum dalam rongga
peritoneum dan kolagen sapi dari bawah kulit.
o T Cell Mediated Cytolysis
Kerusakan jaringan terjadi melalui sel CD 8+/CTL/Tc
yang langsung membunuh sel sasaran.
Mekanisme
Manifestasi Klinik
o Dermatitis Kontak
Penyakit CD4+ yang dapat terjadi akibat kontak
dengan bahan tidak berbahaya, merupakan
contoh reaksi DTH. Kontak dengan bahan
menimbulkan dermatitis kontak terjadi melalui sel
Th1.
o Hipersensitivitas Tuberkulin
Bentuk alergi akan menimbulkan reaksi
hipersensitivitas lambat tipe IV. Yang berperan
dalam reaksi ini adalah sel limfosit CD4+ T. Pada
individu yang pernah kontak dengan M.
Tuberkulosis, kulit bengkak terjadi pada hari 7-10
pasca induksi.
Farmako Kinetik
Farmako Dinamik
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
ANTI HISTAMIN
Definisi
Bekerja sebagai anti dari histamin,
ada banyak golongan obat yang
termasuk dalam antihistamin, Baru
ini ditemukan jenis anti histamin
untuk menghambat sekresi asam
lambung akibat histamin. Ada 2 jenis
antihistamin,
yaitu :
o Antagonis reseptor H1 (AH1)
o Antagonis Reseptor H2 (AH2)
Farmakodinamik
AH1 menghambat efek histamin
pada pembuluh darah, bronkus,
bermacam otot polos, selain itu AH1
bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas atau keadaan lain
yang disertai penglepasan histamin
endogen berlebihan.
Farmakokinetik
Efek yang ditimbulkan dari antihistamin
15-30 menit setelah pemberian oral dan
maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja
AH1 umumnya 4-6 jam. Kadar tertinggi
terdapat pada paru-paru sedangkan pada
limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit
kadarnya lebih rendah. Tempat utama
biotransformasi AH1 ialah hati. AH1
disekresi melalui urin setelah 24 jam,
terutama dalam bentuk metabolitnya.
Indikasi
AH1 berguna untuk pengobatan
simtomatik berbagai penyakit aergi
dan mencegah atau mengobati
mabuk perjalanan
Efek samping
Efek samping yang paling sering adalah
sedasi. Efek samping yang berhubungan
dengan AH1 adalah vertigo, tinitus, lelah,
penat, inkoordinasi, penglihatan kabur,
diplopia, euforia, gelisah, insomnia,
tremor, nafsu makan berkurang, mual,
muntah, keluhan pada epigastrium,
konstipasi atau diare,mulut kering,
disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala,
rasa berat, dan lemah pada tangan.
o Farmakokinetik
Absorpsi simetidin diperlambat oleh makan,
sehingga simetidin diberikan bersama atau
segera setelah makan dengan maksud untuk
memperanjang efek pada periode
pascamakan. Ranitidn mengalami
metabolisme lintas pertama di hati dalam
jumlah cukup besar setelah pemberian oral.
Ranitidin dan metabolitnya diekskresi
terutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja.
o Indikasi
Efektif untuk mengtasi gejala akut tukak duodenum
dan mempercepat penyembuhannya. Selain itu, juga
efektif untuk mengatasi gejala dan mempercepat
penyembuhan tukak lambung. Dapat pula untuk
gangguan refluks lambung-esofagus.
o Efek samping
Efek sampingnya rendah, yaitu penghambatan
terhadap resptor H2, seperti nyeri kepala, pusing,
malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam, kulit,
pruritus, kehilangan libido dan impoten.
Famotidin
Farmakodinamik
Famotidin merupakan AH2sehingga dapat
menghambat sekresi asam lambung pada keadaan
basal, malam, dan akibat distimulasi oleh
pentagastrin. Famotidin 3 kali lebih poten daripada
ramitidin dan 20 kali lebih poten daripada simetidin.
Farmakokinetik
Famotidin mencapai kadarpuncak di plasma kira kira
dalam 2 jam setelah penggunaan secara oral, masa
paruh eliminasi 3-8 jam. Metabolit utama adalah
famotidin-S-oksida. Pada pasien gagal ginjal berat
masa paruh eliminasi dapat melibihi20 jam.
Indikasi
Efektifitas pbat ini untuk tukak duodenum dan
tukak lambung, refluks esofagitis, dan untuk
pasiendengan sindrom Zollinger-Ellison.
o Efek samping
Efek samping ringan dan jarang terjadi,
seperti sakit kepala, pusing, konstipasi dan
diare, dan tidak menimbulkan efek
antiandrogenik.
Nizatidin
o Farmakodinamik
Potensi nizatin daam menghambat sekresi asam lambung.
o Farmakokinetik
Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai
dalam 1 jam, masa paruh plasma sekitar 1,5 jam dan lama
kerja sampai dengn 10 jam, disekresi melalui ginjal.
o Indikasi
Efektifitas untuk tukak duodenum diberikan satu atau dua
kali sehari selama 8 minggu, tukak lambung, refluks
esofagitis, sindrom Zollinger-Ellion.
o Efek samping
Efek samping ringan saluran cerna dapat terjadi, dan tidak
memiliki efek antiandrogenik.
KORTIKOSTEROID
Mekanisme kerja
o Kortikosteroid bekerja dengan
mempengaruhi kecepatan sintesis
protein. Molekul hormon memasuki
sel melewati membran plasma
secara difusi pasif.
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorpsi, mulai
kerja dan lama kerja karena juga
mempengaruhi afinitas terhadap reseptor dan
ikatan protein.
Glukokortikoid dapat di absorpsi melalui kulit,
sakus konjungtiva dan ruang sinovial.
Penggunaan jangka panjang atau pada daerah
kulit yang luas dapat menyebabkan efek
sistematik, antara lain supresi korteks
adrenal.
Indikasi
Dari pengalaman klinis diajukan 6 prinsip yang harus diperhatikan
sebelum obat ini digunakan :
1. Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan
dengan trial dan error dan harus di evaluasi dari waktu ke waktu
sesuai dengan perubahan penyakit.
2. Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya.
3. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya
kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis
sangat besar.
4. Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu atau lebih dari
hingga dosis melebihi dosis substisusi, insidens efek samping dan
efek letal potensial akan bertambah.
5. Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan
merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat
paliatif karena efek anti-inflamasinya.
6. Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang
dengan dosis besar, mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang
hebat dan dapat mengancam jiwa pasien.
Kontraindikasi
Efek samping
o Efek samping dapat timbul karena peenghentian
pemberian secara tiba-tiba atau pemberian terusmenerus terutama dengan dosis besar.
o Pemberian kortikosteroid jangka lama yang
dihentikan tiba-tiba dapat menimbulkan insifisiensi
adrenalm akut dengan gejala demam, malgia,
artralgia dan malaise.
o Komplikasi yang timbul akibat pengobatan lama
ialah gangguan cairan dan elektrolit , hiperglikemia
dan glikosuria, mudah mendapat infeksi terutama
tuberkulosis, pasien tukak peptik mungkin dapat
mengalami pendarahan atau perforasi,
osteoporosis dll.
o Alkalosis hipokalemik jarang terjadi pada pasien
dengan pengobatan derivat kortikosteroid sintetik.
Dalil
Maslahah
Kitab al-Mustashfa, Imam al-Ghazali
mengemukakan penjelasan tentang al- maslahah
yaitu: Pada dasarnya al-maslahah adalah suatu
gambaran untuk mengabil manfaat atau
menghindarkan kemudaratan, tapi bukan itu yang
kami maksudkan, sebab meraih manfaat dan
menghindarkan kemudaratan terseut bukanlah
tujuan kemasalahatan manusia dalam mencapai
maksudnya. Yang kami maksud dengan maslahah
adalah memelihara tujuan syara.
Ungkapan al-Ghazali ini memberikan isyarat
bahwa ada dua bentuk kemaslahatan, yaitu
o Kemasalahatan menurut manusia, dan
o Kemaslahatan menurut syariat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/imunologi/hipersensitivitas
-tipe-3-reaksi-kompleks-antigen-antibodi/
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/imunologi/hipersensitivitastipe-2-sitotoksik/
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/imunologi/hipersensitifitas-t
ipe-iv-delayed-type-hypersensitivity-tipe-iv/
http://quran-terjemah.org/al-a-raf/157.html
Setiabudi, Rianto. Dewoto, H.R. dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi edisi
5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.