Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH IMUNOLOGI

PSEUDOALERGI

Oleh :

YUDITH PRATUSI MZ
1130192
KP I

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Pseudoalergi atau reaksi anafilaktoid termasuk dalam Reaksi Hipersensitivitas Tipe I yang
diakibatkan oleh makanan busuk. Hipersensitivitas tipe 1disebut juga reaksi cepat atau reaksi
anafilaksis atau reaksi alergi, timbul segera sesudah tubuh terpajan dengan allergen. Pada reaksi
Tipe I, allergen yang masuk kedalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan
penyakit alergi seperti rhinitis alergi, asma dan dermatitis atopi. Mekanisme reaksi Tipe I yaitu:
1. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat silang oleh reseptor
spesifik (Fce- R) pada permukaan se mastosit/basofil.
2. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel
mastosit/basofil melepas isinya yang berisikan ganul-granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh
ikatan silang antara antigen dan IgE.
3. Fase efektor yaitu waktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator seperti
histamine, PG dan LT, sitokin, dan PAF yang dilepas sel mastosit/basofil dengan aktivitas farmakologik.
IL-4

SEL
PLASMA

Ag
IgE
SEL MAST/BASOFIL

AP
C

Y
FCeR

DEGRANULASI
MENGELUARKA
N MEDIATOR

Histamin
Bradikinin

SEL
MASTOSIT/BASOFIL
Astma renitis, dll

BAB II
Manifestasi Reaksi Tipe I

Manifestasi reaksi Tipe I dapat bervariasi dari local. Ringan sampai berat dan keadaan yang
mengancam nyawa seperti anafilaksis dan asma berat.
Jenis Alergi
Anafilaksis

Alergen Umum
Obat,
serum,
(serangga),

Urtikaria akut

Gambaran
bisa Edema dengan

peningkatan

permeabilitas

kacang- vascular, berkembang menjadi oklusi trakea,

kacangan
Sengatan serangga

kolaps sirkulasi dan kemungkinan meninggal


Bentol dan merah di daerah sengatan. Sengatan
serangga dapat pula menimbulkan reaksi Tipe

Rinitis alergi

IV
Poleh (hay fever), tungau Edema dan iritasi mukosa nasal
debu

rumah

(rhinitis

Asma

perennial)
Polen, tungau debu rumah Konstriksi bronchial, peningkatan produksi

Makanan

mucus, inflamasi saluran napas.


Kerang, susu, telur, ikan, Urtikaria yang gatal dan potensial menjadi

Ekzem atopi

bahan asal gandum


anafilaksis
Polen, tungau debu rumah, Inflamasi kulit yang terasa gatal, biasanya
beberapa makanan

merah dan vesicular.

a. Reaksi local
Rekasi hipersensitivitas Tipe I local terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang
biasanya melibatkan permukaan epitel tempat allergen masuk. Kecenderungan untuk
menunjukkan reaksi Tipe I adalah diturunan dan disebut atropi.
Sekitar 50%- 70% dari populasi membentuk IgE terhadap antigen yang masuk tubuh
melalui mukosa seperti selaput lender hidung, paru dan konjungtiva, tetapi hanya 10-20%
masyarakat yag menderita asma bronchial. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah
sedikit, segera diikat oleh se mast/ basofil. IgE yang sudah ada permukaan sel mast akan
menetap untuk beberapa minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif bila serum
( darah ) orang yang alergi dmasukkan ke dalam kulit/ sikulasi orang normal. Reaksi
alergi yang mengenai kulit, mata, hidung, dan saluran napas.
b. Reaksi sistemik- anafilaksis

Anafilaksis adalah reaki Tipe I yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa menit saja.
Anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas Gell dan Coombs Tipe I atau reaksi alergi yang
cepat, ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel mast dan basofil merupakan
sel efektor yang melepas berbagai mediator. Reaksi dapat dipacu berbagai allergen seperti
makanan ( asal laut, kacang-kacangan ), obat atau sengatan serangga dan juga lateks,
latihan jasmani dan bahan diagnostic lainnya. Pada 2/3 pasien dengan anafilaksis, pemicu
spesifiknya tidak dapat diidentifikasi.
c. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid
Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid adalah reaksi sistemik imun yag melibatkan
penglepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE.
Pseudoallergy tidak berhubungan dengan produksi antibody/sintesis limfosit T tetapi di
sisi lain secara klinis dapat dibedakan dengan reaksi hipersensitivitas. Selama reaksi
pseudoalergi obat tidak berfungsi sebagai antigen, tetapi obat memiliki kemampuan dari
sifat kimia atau farmakologinya untuk menstimulasi langsung pelepasan / aktivasi dari
mediator inflamasi dari sel mast, basophil, atau jaringan tubuh lainnya.
Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektor nonimun.
Obat
Hormon
Darah/ produk darah
Enzim
Makanan
Venom (bisa)
Lain

Pemicu reaksi anafilaksis / anafilaktoid


Antibiotic, aspirin dan AINS lain, vaksin, obat peroperasi,
antisera, opiate
Insulin, progesterone
Imunoglobulin IV
Streptokinase
Susu, telur, terigu, soya, kacang tanah, tree nuts, shellfish
Lebah, semut api
Lateks, kontras, membrane dialisa, ektrak imunoterapi,
protamin, cairan seminal manusia

Reaksi non imun yang tidak dapat diprediksi diklasifikasikan dalam pseudoalergi,
idiosinkrasi atau intoleransi. Reaksi pseudoalergi merupakan hasil aktivasi sel mast
secara langsung, tidak melibatkan IgE spesifik dan degranulasi oleh agen seperti opiat,
koloid ekspander, polipeptida, antiinflamasi non-steroid dan media radiokontras. Reaksi
yang bersifat non imunologi ini dapat terjadi saat pertama kali paparan. Reaksi
idiosinkrasi hanya terjadi pada sebagian kecil populasi, seperti hemolisis yang diinduksi

obat pada orang dengan defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD).


Intoleransi obat merupakan ambang batas yang lebih rendah terhadap aksi farmakologi
obat, seperti terjadinya tinitus setelah pemberian aspirin.
Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi Tipe I seperti syok, urtikaria,
bronkospasme, anafilaksis, pruritus, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun.
Manifestasi klinisnya sering serupa, sehingga sulit dibedakan satu dari lainnya. Reaksi ini
tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi. Reaksi anafilaktoid
dapat ditimbulkan antimikroba, protein, kontras dnegan yodium, AINS, etilenoksid,
taksol, penisilin dan muscle relaxan.
d. Perbedaan anafilaksis dan anafilaktoid
Kriteria serta mekanisme untuk membedakan reaksi anafilaksis dari reaksi anafilaktoid
terlihat pada table dibawah.
Alergi
Perlu sensitasi
Reaksi setelah Paparan berulang
Jarang ( <5% )
Gejala klinis khas
Dosis pemicu kecil

Pseudoalergi (anafilaktoid)
Tidak perlu sensitasi
Reaksi pada paparan pertama
Sering ( >5% )
Gejala tidak khas
Tergantung dosis (tergantung kecepatan

Ada kemungkinan riwayat keluarga

pemberian infuse)
Tidak ada riwayat keluarga (kecuali efek

Pengaruh fisiologi sedang

enzim)
Pengaruh fisiologi kuat

Allergic and
Pseudoallergic Drug
Reactions

Keypoint
Sekitar 6 % untuk 10 % dari obat yang merugikan reaksi alergi atau immunologic; namun , alergi dan pseudoallergic
reaksi 24 mewakili % dari melaporkan merugikan obat reaksi pasien rawat inap .Reaksi ini mahal dan menyebabkan
cukup morbiditas dan kematian
Alergi adalah yang merugikan imun stimulus dan telah tradisional ditempatkan dalam gell dan coombs kategori: tipe i
( langsung hipersensitivitas ) , tipe ii ( complement-mediated antibodi reaksi ) , tipe ( iii kompleks ) reaksi kekebalan
tubuh , dan tipe iv ( selular atau delayed-type hipersensitivitas ) .Obat eksposur sering merangsang beberapa atau
semua ini reaksi , dan gejala klinis tidak selalu cocok rapi ke dalam kategori .Hanya tipe i reaksi dapat menyebabkan
anafilaksis .
Gejala terkenal segera hipersensitivitas mencakup urtikaria , rhinitis , bronchoconstriction , dan anafilaksis
Reaksi yang secara klinis menyerupai reaksi alergi tetapi tidak kekebalan tubuh dasar telah disebut sebagai
pseudoallergic . mereka termasuk hampir seluruh jangkauan langsung hipersensitivitas klinis pola dan
berbagai dalam makna dari mengkhawatirkan tetapi sepele kecemasan atau disebabkan vasovagal reaksi dalam gigi
anestesi berpotensi fatal reaksi ion radiocontrast media
Penicillins dan cephalosporins masing punya -lactam cincin bergabung dengan s-containing sebuah cincin
( struktur penicillins , sebuah cincin thiazolidine; cephalosporins , sebuah Dihydrothiazine cincin ) .Oleh karena itu
perbedaan struktural , tingkat cross-allergenicity tampaknya relatif rendah .Cross-allergenicity kurang mungkin
dengan generasi baru cephalosporins dibandingkan dengan first-generation agen
Reaksi sulfonamida antibiotik , mulai dari ringan ( yang paling umum ) untuk life-threatening ( langka ) , terjadi di
2 % untuk 4 % sehat pasien , dengan harga sebagai tinggi seperti 65 % pada pasien dengan aids
Ige-mediated urticarial / angioedema reaksi dan anafilaksis yang berhubungan dengan aspirin dan non steroid antiinf lammatory obat ( nsaids ) .Urtikaria paling umum adalah bentuk ige-mediated reaksi .Namun , kebanyakan reaksi
adalah hasil dari idiosyncrasies metabolisme , seperti aspirin-induced penyakit pernapasan , yang dapat
menghasilkan parah dan bahkan fatal bronchospasm .Kelas ini adalah detik hanya untuk -lactams pada tahun
yang menyebabkan anafilaksis .
Radiocontrast media dapat menyebabkan serius langsung pseudoallergic reaksi seperti / urtikaria angioedema,
bronchospasm, shock, dan kematian.Reaksi ini telah menjadi dengan adanya nonionic, lebih rendah osmolality
products.radiocontrast media dapat menyebabkan serius langsung pseudoallergic reaksi seperti / urtikaria
angioedema, bronchospasm, shock, dan kematian.Reaksi ini telah menjadi dengan adanya nonionic, lebih rendah
osmolality produk.
Opiat (morfin, meperidine, codeine, hydrocodone,
dan lain-lain) merangsang pelepasan sel mast secara langsung, sehingga
di pruritus dan urtikaria dengan mengi ringan sesekali.
Meskipun reaksi ini tidak alergi, banyak pasien
menyatakan bahwa mereka adalah "alergi" terhadap satu atau lebih dari
opiat. Pretreatment dengan antihistamin dapat mengurangi
reaksi ini. Ini reaksi pseudoallergic adalah
jarang, jika pernah, mengancam jiwa.

PATOFISIOLOGI
alergi obat merupakan respon imun rPATHOPHYSIOLOGY
alergi obat yang respon imun yang dihasilkan dari berbagai
mekanisme pengakuan imunologi dan aktivasi, dan reaksi yang diproduksi oleh
beberapa jalur fisiologis. Ini menghasilkan spektrum membingungkan gambar klinis
dan mekanisme patofisiologis yang kompleks. 2 Alergi adalah respon imun yang

merugikan terhadap suatu stimulus dan secara tradisional ditempatkan di Gell dan
Coombs
kategori:
mengetik
saya
(segera
hipersensitivitas), tipe II (melengkapi-dimediasi antibodi
reaksi), tipe III (reaksi kompleks imun), dan tipe IV
(Seluler atau tertunda-jenis hipersensitivitas).
pajanan obat
sering merangsang beberapa atau semua jenis reaksi, andesulting dari berbagai
mekanisme pengakuan imunologi dan aktivasi, dan reaksi yang diproduksi oleh
beberapa jalur fisiologis. Ini menghasilkan spektrum membingungkan gambar klinis
dan mekanisme patofisiologis yang kompleks. 2 Alergi adalah respon imun yang
merugikan stimulus dan secara tradisional ditempatkan dalam kategori Gell dan
Coombs:
(segera
hipersensitivitas), tipe II (melengkapi-dimediasi reaksi antibodi), tipe III (reaksi
kompleks imun), dan tipe IV (seluler atau tertunda-jenis hipersensitivitas). pajanan
obat sering merangsang beberapa atau semua jenis reaksi, dan

Anda mungkin juga menyukai