Laporan Tutorial Ske 1 Blok Emergency Edit
Laporan Tutorial Ske 1 Blok Emergency Edit
PENDAHULUAN
Latar Belakang
SKENARIO
Kenapa Saya Tiba-Tiba Tidak Sadar?
Seorang laki-laki berusia 68 tahun diantar oleh anak perempuannya yang
serumah dengannya ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit tipe D karena tidak
sadar. Dari alloanamnesis didapatkan informasi 5 jam sebelum masuk rumah sakit
pasien diketahui tidak sadar. Bisa dibangunkan tetapi kemudian tidur lagi dan diajak
bicara tidak menyambung. Dari keterangan anaknya, sejak 3 hari penderita panas
mual disertai muntah, sering kencing, nyeri pinggang dan urin berwarna keruh.
Penderita hanya makan dan minum sedikit selama 3 hari terakhir. Ada riwayat
Diabetes Mellitus dan Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dengan riwayat terapi
insulin rapid 6-6-4 dan Captopril 3x25mg, diketahui penderita jarang kontrol dan
tidak suntik insulin 2 hari sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : sakit berat, somnolen, GCS E3V4M5,
tekanan darah 80/40 mmHg, suhu 38C, laju pernafasan 32 kali per menit, nadi 128
kali/menit, lemah. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan rhonki di kedua lapang
paru. Refleks fisiologis dalam batas normal, refleks patologis (-). Pemeriksaan
laboratorium : Hb 13g%, leukosit 25.000/mm3, GDS 600 mg/dL, ureum 60 mg/dL,
kreatinin 1,0 mg/dL, kalium 4,5 mmol/L. Pemeriksaan urin rutin dan gas darah
masih menunggu hasil. Setelah dijelaskan dan mendapatkan persetujuan keluarga
dengan menandatangi informed consent, diberikan infus Ringer Laktat 2 jalur,
tetesan cepat dan bolus insulin 0,1 unit/kgBB.
Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui
BAB II
SEVEN JUMPS
Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
dalam skenario
1. Rumah Sakit tipe D
nattrium klorida, dan natrium laktat dalam air untuk suntikan, diberikan
sebagai pelengkap elektrolit dan carian melalui infus intravena.
9. Apakah pasien perlu dirujuk? Jika iya, kemankah pasien harus dirujuk?
10. Dengan cara apakah informed consent seharusnya didapatkan dari pasien
dengan kondisi seperti pada skenario?
11. Bagaimana hubungan 5 jam sebelum masuk rumah sakit dengan tatalaksana
dan prognosis pada pasien?
12. Bagaimanakah jumlah leukosit pada pasien dengan diabetes mellitus?
Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan
sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)
1. Bagaimanakah mekanisme penurunan kesadaran pada pasien ?
Hiperglikemia terjadi karena berkurangnya penyerapan glukosa oleh sel,
disertai peningkatan pengeluaran glukosa oleh hepar. Karena proses-proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis yang mengasilkan glukosa berlangsung
tanpa kendali karena tidak adanya insulin maka pengeluaran glukosa oleh
hepar meningkat. Karena banyak sel tubuh yang tidak dapat menggunakan
glukosa tanpa bantuan insulin, maka terjadi kelebihan glukosa ekstrasel
bersamaan dengan defisiensi glukosa intrasel yang kronis. Meskipun otak
mendapat nutrisi yang adekuat pada diabetes mellitus karena tidak
membutuhkan insulin untuk menyerap glukosa, namun konsekuensi lebih
lanjut pada diabetes pada akhirnya akan menyebabkan disfungsi otak.
Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas kemampuan sel tubulus
ginjal untuk melakukan reabsorpsi, maka akan timbul glukosuria. Glukosa di
urin menimbulkan efek osmotic yang menarik air dari jaringan sekitar,
menimbulkan dieresis osmotic yang ditandai oleh poliuria. Jumlah yang
besar dari cairan yang keluar menyebabkan terjadinya dehidrasi, yang
selanjutnya menyebabkan gagal sirkulasi perifer karena berkurangnya
volume darah. Apabila kegagalan sirkulasi tidak diperbaiki, dapat timbul
penurunan kesadaran dan kematian karena berkurangnya aliran darah ke
otak. Selain itu dapat juga terjadi gagal ginjal sekunder karena kurangnya
tekanan filtrasi. Lebih lanjut, sel-sel kehilangan air sewaktu tubuh
mengalami dehidrasi. Sel sel otak sangat peka terhadap penciutan sehingga
dapat terjadi malfungsi system saraf. Gejala khas lain pada diabetes adalah
intra
kapiler
glomerulus
yang
menyebabkan
terjadinya
4. Apa sajakah diagnosis banding yang dapat diambil dan memenuhi kriteria
kegawatdaruratan pada pasien dengan diabetes mellitus di skenario?
Dari kadar gula darah sewaktu pasien yang tinggi , onset yang cepat, serta
terdapat riwayat penggunaan insulin pasien yang tidak teratur maka pasien
dapat didiagnosis sementara menderita komplikasi diabetes mellitus akut
dengan tipe hiperglikemia yang dibagi lagi menjadi dua yakni Diabetic
ketoacidosis (DKA) dan hiperglikemi hiperosmolar non ketotik.
Diabetic Ketoacidosis (DKA)
DKA merupakan salah satu komplikasi akut pada diabetes mellitus yang
bersifat kegawatdaruratan. Biasanya terjadi lebih dari 24 jam. Gejala yang
menonjol dari sering ditemukan pada pasien dengan DKA adalah mual dan
muntah. Selain itu pada pasien DKA dapat ditemukan rasa sakit pada bagian
abdomen dapat berlanjut menjadi berat dan dapat merupakan salah satu
gejala pada pankreatitis atau ruptured viscus.
Berikut merupakan manifestasi klinik dari DKA yang diambil dari Longo,
Dan L. dkk.
Segera lakukan terapi rehidrasi cairan : 2-3 L salin 0.9% dalam 13 jam pertama (15-20 ml/kg per jam); diikuti dengan glukosa 5%
dan saline 0.45% hingga glukosa plasma mencapai 200mg/dl
Ganti ion Kalium yang hilang :10 meq/jam ketika kalium dalam
plasma <5.0-5.2 meq/l, ECG normal, urine flow dan kreatinin
normal; beri 40-80 meq/jam bila kalium plasma <3.5 meq/l atau
ketika bicarbonate diberikan
Lanjutkan penanganan hingga pasien stabil, kadar glukosa 150250 mg/dl, dan asidosis tertangani. Dosis insulin dalam infuse
dapat diturunkan menjadi 0.05-0.1unit/kg per jam
Insufisiensi insulin
DM, pankreatitis, pankreatektomi
Agen pharmakologic (phenitoin, thiazid)
Increase exogenous glucose
Hiperalimentation (tpn)
High kalori enteral feeding
Increase endogenous glukosa
Acute stress (ami, infeksi)
Pharmakologic (glukokortikoid, steroid, thiroid)
Puasa
10. Terganggu)
MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala umum pada klien dengan HHNK adalah haus, kulit terasa
hangat dan kering, mual dan muntah, nafsu makan menurun, nyeri abdomen,
pusing, pandangan kabur, banyak kencing, mudah lelah.
Gejala-gejala meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
adekuat.
9. Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (disorientasi,
kejang setempat).
10. Kerusakan fungsi ginjal.
11. Kadar HCO3 kurang dari 10 mEq/L.
Hiperglikemia
Hiperosmolar
Non
Ketotik
mengambarkan
air
hilang
dalam
urine
yang
disebut
poliuria.
Poliuria
mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan
minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan
sekresi
hormon
lebih
meningkat
lagi
dan
timbul
hiperosmolar
dimana
dapat
mengakibatkan
pembentukan
bekuan
darah,
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan:
1. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan menggunakan cairan NACL bisa
diberikan cairan isotonik atau hipotonik normal diguyur 1000 ml/jam
sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik,
baru diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian
cairan isotonil harus mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan
kegagalan jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia.Gklukosa 5%
diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%.
2. Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar
hiperglikemik non ketotik
sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin
dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu
pelaksanaan pengobatan dapat menggunakan skema mirip proprotokol
ketoasidosis diabetic.
3. Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal
membaik,
perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan
4. Hindari infeksi sekunder
Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter
tubuh yang lain karena perburukan perfusi jaringan serta kekurangan cairan
tubuh.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada region thorax, tidak didapatkan
rhonki pada kedua lapang paru, dan hasil dari pemeriksaan fisik neurologis
terkait gangguan pada lower maupun upper motor neuron tidak ditemukan
karena pada pemeriksaan reflex bronkiektasis, maupun edema paru.
Koma diabetes
adalah koma pada pasien DM akibat kadar gula darahyang melebihi 600
mg/dl (Tjokroprawiro, 2006). Koma diabetikum merupakan komplikasi
akut dari Hipoglikemia, Koma lakto-asidosis, ketoasidosis diabetikum,
dan koma diabetic hiperosmolar non ketotik.
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko diabetes koma tidak
peduli apa pun jenis diabetes yang miliki, termasuk:
Masalah pada Insulin. Jika ada masalah pada pompa insulin, maka
harus memeriksa gula darah
untuk ini adalah bahwa suatu ketegaran dalam tabung pompa insulin
dapat menghentikan semua pengiriman insulin.Kurangnya insulin
cepat dapat menyebabkan ketoasidosis diabetes jika
memiliki
diabetes tipe 1.
Suatu penyakit, trauma atau operasi. Ketika
tidak
Rumah
sakit
bedasarkan
Undang-Undang
no
Pasien datang dengan keadaan tidak sadarkan diri dan dalam keadaan
Pada saat kadar glukosa plasma mencapai 250 mg/dL di KAD dan 300
mg/dL di KHH maka dimungkinkan untuk menurunkan laju infus insulin
menjadi 0,05-0,1 unit/kgBB/jam (3-6 unit/jam) dan ditambahkan dektrosa (510%) ke dalam cairan infus. Selanjutnya, laju pemberian insulin atau
konsentrasi dekstrosa perlu disesuaikan untuk mempertahakan kadar glukosa
di atas sampai asidosis di KAD atau perubahan kesadaran dan
hiperosmolaritas di KHH membaik.
Ketonemia secara khas membutuhkan waktu lebih lama untuk membaik
dibandingkan
dengan
hiperglikemia.
Pengukuran
beta-hidroksibutirat
beberapa
pasien
T2DM
dapat
dipulangkan
dengan
aktivitas
insulin
dapat
menghambat
lipolisis
dan
PaO2 dengan oksimetri nadi dan pemantauan gradien AaO2 dapat membantu
pada penanganan pasien ini. Oleh karena infus kristaloid dapat merupakan
faktor utama, disarankan pada pasien-pasien ini diberikan infus cairan lebih
rendah dengan penambahan koloid untuk terapi hipotensi yang tidak
responsif dengan penggantian kristaloid.
Asidosis metabolik hiperkloremik
Asidosis metabolik hiperkloremik dengan gap anion normal dapat ditemukan
pada kurang lebih 10% pasien KAD; meskipun demikian hampir semua
pasien KAD akan mengalami keadaan ini setelah resolusi ketonemia.
Asidosis ini tidak mempunyai efek klinis buruk dan biasanya akan membaik
selama 24-48 jam dengan ekskresi ginjal yang baik. Derajat keberatan
hiperkloremia dapat diperberat dengan pemberian klorida berlebihan oleh
karena NaCl normal mengandung 154 mmol/L natrium dan klorida, 54
mmol/L lebih tinggi dari kadar klorida serum sebesar 100 mmol/L.
Trombosis vaskular
Banyak karakter pasien dengan KAD dan KHH mempredisposisi pasien
terhadap trombosis, seperti: dehidrasi dan kontraksi volume vaskular,
keluaran jantung rendah, peningkatan viskositas darah dan seringnya
frekuensi aterosklerosis. Sebagai tambahan, beberapa perubahan hemostatik
dapat mengarahkan kepada trombosis. Komplikasi ini lebih sering terjadi
pada saat osmolalitas sangat tinggi.
Pencegahan dan Penapisan
Dua faktor pencetus utama KAD adalah terapi insulin inadekuat (termasuk
non-komplians) dan infeksi. Pada sebagian besar kasus, kejadian-kejadian ini
dapat dicegah dengan akses yang lebih baik terhadap perawatan medis,
termasuk edukasi pasien intensif dan komunikasi efektif dengan penyedia
layanan kesehatan selama kesakitan akut.
tinggi gula darah puasa rerata maka makin rendah jumlah leukosit rerata.
Salah satu faktor yang memungkinkan menjadi penyebab mengapa leukosit
menurun adalah karena pengaruh insulin, pasien DM yang menjadi subyek
dalam penelitian ini sudah ada yang mendapatkan terapi insulin. Terapi
insulin dikatakan memiliki sifat anti inflamasi dan menekan produksi
berbagai proinflamasi. Hal tersebut mendukung bentuk hubungan yang
didapatkan dari penelitian bahwa leukosit menurun jika gula darah
meningkat.
Diabetes mellitus sering disertai dengan infeksi dan tidak jarang dengan
infeksi berat atau sepsis. Sepsis yaitu suatu respon inflamasi sistemik
terhadap infeksi, dimana patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi. Dalam penelitian didapatkan
bahwa pasien DM dengan sepsis mengalami peningkatan kadar gula darah
rerata (hiperglikemia). Pasien DM dengan sepsis sering dihubungkan dengan
keadaan berbagai penyakit infeksi. Adanya infeksi menimbulkan respon
imun yaitu kenaikan leukosit.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada skenario 1 ini, didapatkan seorang pasien laki- laki usia 68 dengan
keluhan utama tidak sadarkan diri. Pasien menderita diabetes melitus dan
sudah 2 hari tidak suntik insulin sehingga kadar gula darah pasien menjadi
sangat tinggi. Hal ini yang menyebabkan komplikasi ke arah Hiperosmolar
Hiperglikemia Non Ketotik (HHNK) atau Ketoasidosis Diabetikum (KAD).
Pemeriksaan lanjutan analisa gas darah dan analisa urin diperlukan untuk
DAFTAR PUSTAKA
2001.
Centers
for
Disease
Control
Website.
Scale.
RK.
2009.
Tinjauan
Yuridis
persetujuan
eprints.undip.ac.id/18836/1/RATIH_KUSUMA_WARDHANI.pdf.
tindakan
medis.
diakses 29 Mei
2015.
Winandayu, P. 2013. Tanggung jawab doker terhadap pasien gawat darurat atas
tindakan medis implied consent. e-journal.uajy.ac.id/3608/1/0HK10026.pdf. diakses
29 Mei 2015.
Ketoasidosis
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO I BLOK KEGAWATDARURATAN
KELOMPOK 17
TUTOR: Dra. Dyah Rama Budiani M.Si.
Adhe Marlin Sanyoto
G0012002
G0012132
G0012230
Helmi Fakhruddin
G0012090
Canda Arditya
G0012046
Silvia Khasnah W
G0012212
Ni Nyoman Widyastuti
G0012148
G0012066
Agustin Febriana
G0012008
G0012068
G0012016
Azalia Virsaliana
G0012038
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
.
.