MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah tugas mata kuliah BDS 1
Dosen Pembina
Hj. Emma Rachmawati, drg., MS
Kelompok 4
Ali Alfatsyah Jihadillah
(160110140037)
(160110140038)
Safitri Bellinda
(160110140039)
(160110140040)
(160110140041)
Muthi Larasmita
(160110140042)
(160110140043)
Novianti
(160110140044)
(160110140045)
(160110140046)
Adzkannisa Shalihah
(160110140047)
Dwita Kemala
(160110140048)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu,
terima kasih kami ucapkan kepada drg. Hj. Emma Rachmawati, MS. yang telah
memberikan arahan kepada kami selama proses diskusi.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan mengenai mata kuliah
Orthodonti, khususnya tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Craniofasial.
Selain itu makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah BDS 1 yang
diberikan oleh Tim Dosen Blok BDS 1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.
Proses penyusunan menggunakan sumber data literatur atau
metode
sekunder. Data diperoeh dari buku Bishara, Mitchel, Moyers, Proffit dan beberapa
referensi buku lainnya.
Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapakan
kritik dan saran yang konstruktif mengenai makalah ini.
Kelompok Tutor 4
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I ANALISIS KASUS......................................................................................1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
Latar Belakang.........................................................................................1
Identifikasi Masalah.................................................................................2
Hipotesis...................................................................................................2
Mekanisme...............................................................................................2
Rumusan Masalah....................................................................................2
Tujuan Penulisan......................................................................................3
Manfaat Penulisan....................................................................................3
Metode Penulisan.....................................................................................3
Kesimpulan............................................................................................78
Saran.......................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................83
iii
BAB I
ANALISIS KASUS
1.1
Latar Belakang
Seorang gadis berumur 7 tahun bernama Atina di bawa oleh ibunya
iv
1.2
Identifikasi Masalah
Keluhan:
1) Bentuk kepala dan wajah tidak biasa
2) Kondisinya bertambah parah seiring dia tumbuh
General Examination: Tidak ada penyakit serius yang diderita pasien
Extraoral examination:
1) Kedua matanya tampak menonjol
2) Ada jarak yang jauh dari kedua mata
3) Hidung yang luas
4) Bentuk wajah yang cekung.
Riwayat Penyakit Keluarga: Sepupu pasien mengalami kondisi yang
sama
1.3
Hipotesis
Kelainan tumbuh kembang tulang kepala dan wajah.
1.4
Mekanisme
Pasien dilahirkan dangan kondisi kepala dan wajah abnormal, kemudian
terlihat mata pasien yang menonjol, jarak antar mata melebar, akar
hidung lebar, dan wajah terlihat cekung, ini merupakan kelainan tumbuh
kembang tulang kepala dan wajah.
1.5
Rumusan Masalah
1) Apa saja tulang pembentuk kranium?
2) Bagaimana proses pembentukan tulang?
Tujuan Penulisan
Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi kriteria
untuk
menambah
pengetahuan
mengenai
pertumbuhan
dan
definisi
pertumbuhan
dan
Manfaat Penulisan
1) Mahasiswa
dapat
perkembangan
menjelaskan
secara
umum
kemudian
kaitannya
dengan
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan yaitu metode pustaka dan studi
vi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
atas cranium dan mengelilingi kavitas cranium yang berisi otak. Pertumbuhan
cranial vault mengikuti prinsip osifikasi intramembran, yaitu pembentukan sel-sel
tulang melalui jaringan mesenkim tanpa adanya model kartilago terlebih dahulu.
Tulang-tulang pipih pembentuk cranial vault adalah sebagai berikut:
Fontanel Posterior, yaitu terletak pada pertemuan dua os. Parietale dan
os. Occipitale. Fontanel posterior mengalami osifikasi intramembran
pada saat dua sampai tiga bulan pertama. Daerah fontanel posterior ini
pada saat dewasa dinamakan lambda.
Fontanel Anterior, yaitu terletak pada pertemuan dua os. Frontale dan
dua os. Parietale. Fontanel anterior mengalami osifikasi intramembran
pada saat pertengahan umur 2 tahun. Dapat terjadi keterlambatan
10
11
12
Atap dan sebagian besar sisi tulang tengkorak berkembang dari sel-sel
Krista neuralis yang berasal dari neuroektoderm. Daerah oksipital dan posterior
rongga mata berasal dari mesoderm paraksial yang merupakan sel-sel mesoderm
yang menyebar kea rah lateral dan membentuk lempeng yang tebal.
Proses terbentuknya cranial vault membranosa yaitu setelah kelahiran
tulang pipih cranial vault (membranosa) membesar. Hal ini terjadi karena
terbentuknya lapisan baru di luar (aposisi) dan pengurangan dari arah dalam
(resorpsi). Karena terjadi pertumbuhan otak yang menyebabkan penambahan
volume otak, cranial vault mengalami aposisi dan remodeling tulang.
Pertumbuhan cavitas cranium mencapai 87% hingga usian 2 tahun,
mencapai 90% pada usia 5 tahun, dan mencapai 98% pada usia 15 tahun.
2.2
13
bagian
ventromedial,
sclerotome,
dan
bagian
dorsolateral,
karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk
kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel.
14
Osteosit
Sel osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Sel ini
Osteoklas
Sel Osteoklast merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar
antara 20 m-100m dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel osteoklast berada
dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship. Sel ini
diketahui dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan
komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas
menghancurkan matriks organik (resorpsi) pada proses remodeling tulang.
Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, berada pada permukaan jaringan
tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan
tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang
15
kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari
jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik
menghasilkan osteoklas.
Matriks Tulang
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi
interseluler terdiri dari 70% garam anorganik dan 30% matriks organik. Sebanyak
95% komponen organik dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar
proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam
pengaturan mineralisasi tulang.
Materi organik non kolagen terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk
kristal-kristal hydroxyapatite yang terlibat dalam pengikatan kalsium selama
proses mineralisasi. Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik
dalam matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan
organik khususnya serabut kolagen.
2.2.2
16
17
Jaringan
Osteogenesis Enchondralis
Endochondral ossification terjadi bersama hyaline cartilage yang akan
menjadi model tulang. Proses ini berperan dalam pembentukan tulang pendek dan
pemanjangan tulang pipa.
18
19
maka tidak akan ada lagi pemanjangan tulang, walaupun masih bisa terjadi
pelebaran tulang.
Zona Proliferasi, dimana sel chondrocytes membelah diri menjadi deretan selsel gepeng.
Zona Maturasi, saat sel chondrocytes tidak lagi membelah diri, tapi bertambah
besar.
20
2.2.3
21
kemampuan
osteoblasts
untuk
untuk
memusatkan
kalsium
di
22
sementara tulang tumbuh. Remodeling tulang (bone turnover) bekerja sangat aktif
pada anak-anak, sekitar 200 kali lebih cepat daripada pada orang dewasa.
2.3
23
membrane kapsular disekitar otak yang sedang terbentuk. Membrane terdiri dari 2
lapisan, yaitu
neural crest yang akan membentuk lapisan leptomeningeal yang menutupi otak
(piamater dan arachnoid). Ektomenik merupakan lapisan luar tempat asal
mesodermal yang berdiferensiasi menjadi bagian dalam dura yang menutupi otak,
yang tetap tidak terosifikasi, dan bagian luar membrane superficial yang bersifat
kondrogenik
dan
osteogenik.
Osteogenesis
ektomenik
terjadi
berupa
24
25
dural tersebut. Tanpa sabuk dura, otak akan melebar sebagai spere yang sempurna.
Karena duramater berfungsi sebagai periosteum endokranial dan juga menentukan
bentuk tulang kalvaria.
Pada periode embrionik somit, tube neural yang menutupi dura mater dan
permukaan ektodemal berkontak pada daerah penutupan neuropore anterior dari
otak yang sedang bertumbuh. Usaha mempertahankan kontak ini yang bersifat
sementara selama pertumbuhan menimbulkan proyeksi dura yang akibat
pembengkokan ventral rostrum, meluas ke daerah bakal frontonasal. Dikemudian
hari, setelah kapsul nasal mengelilingi proyeksi dura, kanal garis tengah akan
membentuk dasar foramen caecumpada bakal daerah pertemuan tulang etmoidfrontal. Proyeksi dura dan kulit daerah frontonasal biasanya terpisah dengan
tertariknya proyeksi frontonasal, sehingga kanall dan foramen caecum tertutup
(blind foramen). Kegagalan tertutupnya foramen caecum menyebabkan jaringan
saraf masuk ke daerah nasal.
26
berkontak dengan kulit. Normalnya, beretraksi sebelum lahir. (c) sinus dermoid
dengan kista. (d) kista dermoid, memiliki atau tidak memiliki batang ke dura. (e)
ensephalosel. (f) sisi cacat
Osifikasi tulang kalvariaintramembranosis tergantung pada adanya otak, karena
bila struktur ini tidak ada, maka tidak ada tulang kalvaria yang terbentuk. Ada
berbagai pusat osifikasi primer dan sekunder yang terbentuk pada lapisan luar
ektomenik, untuk membuat tulang individual. Ektomenik yang berasal dari
mesodermala akan membentuk sebagian besar tulang frontal, parietal, sphenoid,
petrosal temporal dan osipital. Neural crest menghasilkan mesensim yang
membentuk tulang lakrimal, nasal, squamous temporal, sigomatik, maksila, dan
mandibula.
27
tulang fosa trochlear. Penggabungan antara pusat-pusat ini sempurna pada bulan
ke 6-7 intrauterin. Pada saat lahir, tulang frontal dipisahkan oleh suture frontal \
(metopik); penggabungan sinostotik dari suture ini biasanya terjadi pada tahun
kedua dan menggabungkan tulang frontal menjadi tulang tunggal pada umur 7
tahun.
Kedua tulang parietal muncul dua dari pusat osifikasi primer yang terlihat
pada eminensia parietal pada minggu ke-8 intrauterin dan bergabungpada bulan
ke-4 intrauterin. Osifikasi tertunda pada daerah foramen parietal, menghasilkan
fontanel sagital pada saat lahir.
Bagian squamous supranuchal dari tulang occipital (di atas garis nuchal
superior) berosifikasi intamembranosis dari dua pusat pada tiap sisi, serta timbul
pada mingu ke-8 intrauterin. Sisa tulang osipital berosifikasi endokondral.
Bagian squamous temporal berosifikasi intramembrabosis dari satu pusat
dan timbul pada akar zygomatikus pada minggu ke-8 intrauterin. Cincin timpanik
dari tulang temporal berosifikasi intramembranosis dari satu pusat dan tibul pada
bulan ke-3 intrauterin, pada dinding lateral tympanum. Pembagian kedua bagian
tulang membranosus dari tulang temporal terjadi waktu lahir. Sisa tulang temporal
berosifikasi endokondral.
Bila terbentuk pusat osifikasi abnormal antara tulang-tulang kalvaria,
keadaan tersebut terlihat berupa tulang Wormian. Pusat osifikasi timbul pertama
kali pada munggu ke-7 dan ke-8 intrauterin. Tetapi osifikasi baru selesai setetlah
bayi lahir. Mesensim diantara tulang akan membentuk serat untuk membuat
28
29
30
Bentuk dan ukuran optimal cranial vault sangat tergantung pada tekanan
internal pada bagian dalam tulang neurokranial. Otak yang membesar
menghasilkan tekanan tensional pada suture tulang, sehingga merupakan rangsang
kompensasi sekunder dari pertumbuhan suture tulang (gambar 7). Otak berfungsi
sebagai matrik fungsional dalam menentukan luas pertumbuhan tulang
neurokranial. Keliling kepala merupakan indicator pertumbuhan otak yang baik.
Pertumbuhan suture
31
dengan kombinasi erosi endokranial dan deposisi ektokranial, selain itu juga
terjadi resorpsi ektokranial dari daerah-daerah lengkung maksimal, seperti
eminensia frontal dan parietal.
Tulang-tulang kalvaria bayi yang baru lahir, unilaminar dan kurang
memiliki diploe. Sejak umur 4 tahun, pemadatan lamella trabekula kanselus akan
membentuk bagian dalam dan luar meja tulang cranial. Meja makin jelas terlihat
masa dewasa. Walaupun sifat mja bagian dalam berhubungan dengan tekanan otak
dan intracranial, meja bagian luar lebih responsive terhadap tekanan ektrakranial.
Tetapi kedua bidang kortikal tersebut tidak berdiri sendiri. Penebalan tulang
frontal pada garis tengah di glabela berasal dari masuknya sinus frontal diantara
bidang kortikal. Hanya meja bagian luar yang teremodeling, meja bagian dalam
menjadi stabil pada umur 6-7 tahun, mencerminkan hampir terhentinya
pertumbuhan serebral. Jadi, hanya bagian dalam tulang frontal yang dpat
digunakan untuk titik pedoman stabil (sinar X) dari pertumbuhan yang diteliti
sejak umur 7 tahun. Pertumbuhan meja bagian luar semasa anak-anak,
mengahasilkan lengkung supersiliari, prosesus mastoid, protuberan occipital
eksternal dan garis temporal serta nuchal yang tidak terdapat pada tengkorak
neonatal. Tulang-tulang kalvaria terus bertambah tebal perlahan-lahan bahkan
setelah pertumbuhan umum sempurna.
Bila tekanan intracranial makin besar, kedua bidang tulang kalvaria
menjadi tipis dan membesar. Sebaliknya tekanan matrik fungsional otak yang
berkurang menghasilkan kalvaria yang kecil. Tekanan normal pada meja luar
tulang cenderung mempengaruhi hanya superstruktur cranium bukan bentuk
32
33
mengelilingi tube neural. Tulang rawan sklerotom, bagian pertama dari tengkorak
terbentuk, membentuk batas foramen magnum, menghasilkan anlagen untuk
bagian basilar dan condylar tulang occipital.
Ujung cranial notokord berada setinggi membrane orofaringeal, yang
menutupi stomodeum. Tepat di cranial membran ini, muncullah kantung
hipofiseal (Rathke) dari stomodeum; kantung ini menghasilkan lobus anterior dari
kelenjar pituitari (adenohipofisis), yang terletak tepat di cranial ujung notokord.
Kedua tulang rawan hipofiseal (postspenoid) terbentuk pada kedua sisi batang
hipofiseal dan bergabung membentuk tulang rawan basispenoid, yang
mengandung hipofisis dan nantinya menghasilkan sella tursika serta bagian
belakang tubuh tulang sphenoid.
34
Gambar 9 Tulang rawan dari kondrokranium fetus dan derivatnya. Vomer dan
maksila berasal dari intramembranosis.
Kapsul yang mengelilingi organ indra nasal dan otik (vestibulocochlear)
berkondrofikasi dan bergabung menjadi tulang rawan dasar cranial. Kapsul nasal
(ectethmoid) berkondrifikasi pada bulan kedua, memebntuk kotak tulang rawan
dengan atap dan dinding lateral yang dipisahkan oleh septum tulang rawan medial
(mesetmoid). Pusat osifikasi di dinding lateral membentuk massa lateral (labirin)
dari tulang etmoid dan concha nasal inferior.
35
Gambar 10 Skema potongan korona dari kapsul nasal dan pusat osifikasi.
Septum nasal medial tetap berupa tulang rawan kecuali di posteroinferior,
dimana dalam membrane dari tiap sisi septum, pusat osifikasi intramembranosis
membentuk
sebelum lahir, tetapi mengandung septum tulang rawan nasal, sampai pubertas.
Alae vomer meluas ke belakang ke atas basispenoid, membentuk atap nasofaring
suatu tanda khas manusia. Pertumbuhan aposisional tulang periode postnatal
pada tepi posterosuperior vomer, ikut berperan pada pertumbuhan septum nasal
dan secara tidak langsung berperan pada pertumbuhan ke bawah dan ke depan
dari wajah.
Kapsul nasal yang berkondrifikasi membentuk tulang rawan lubang
hidung dan tulang rawan septum nasal. Pada fetus, tuang rawan septum
memisahkan dasar cranial di atas dan vomer premaksila serta prosesus palatal
maksila, di bawah. Tulang rawan septum nasal juga dianggap, dari
pertumbuhannya, berperan dalam pertumbuhan ke bawah dan ke depan dari
bagian tengah wajah (berfungsi sebagai matrik fungsional).
36
37
tengah untuk membentuk foramen spinosum. Tetap adanya tulang rawan diantara
daerah-daerah osifikasi alispenoid dan kapsul otik, berperan dalam pembentukan
foramen laserum. Osifikasi di sekitar arteri carotid internal juga kanalisnya,
terletak di pertemuan tulang rawan alispenoid dan postspenoid serta kapsul otik.
Masuknya saraf wajah(VII) dan vestibulocochlear(VIII) melalui kapsul
otik, memastikan paten dari internal akoustik meatus. Saraf glosofaringeal(IX),
vagus(X), dan spinal asesoris(XI) serta vena jugular internal berjalan antara
kapsul otik dan tulang rawan parakordal, berperan dalam membentuk foramen
jugular yang besar. Saraf hipoglosal(XII) berjalan antara sklerotom occipital, serta
berperan dalam pembentukan kanalis hipoglosal atau condyle anterior. Spinal cord
menentukan pembentukan foramen magnum.
2.4.2.1 Osifikasi kondrokranial
Hampir 110 pusat osifikasi terletak di tengkorak embrio manusia.
Beberapa pusat ini bergabung membentuk 45 tulang di tengkorak neonatal. Pada
orang dewasa muda, terlihat 22 tulang tengkorak.
38
Gambar 11 Skema dasar cranial orang dewasa yang menunjukkan daerah tulang
rawan primordial dari kondrokranium (hitam) dan luas osifikasi endokondral
(arsir jarang) dan intramembranosis (arsir padat).
Sisa kondrokranial yang tidak terosifikasi akan tetap ada pada saat lahir, sebagai
alae dan septum hidung, pertemuan speno-occipital dan speno-petrosal, apeks
tulang petrosal, dan antara bagian-bagian tulang occipital yang terpisah.
39
40
2) Tulang Temporal
41
42
tekanan fungsional. Prosesus stiloid berosifikasi dari dua pusat di lengkung tulang
rawan brankial hyoid (kedua); pusat atas terbentuk tepat sebelum lahir dan pusat
bawah tepat setelah lahir. Pada minggu ke 22, bagian petrosal dan cincin timpani
bergabung kurang sempurna, meninggalkan fisur petrotimpani, tempat lewatnya
saraf korda timpani dan ligament diskomaleolar. Pada saat lahir, cincin timpani
bergabung tidak sempurna dengan bagian squamous tulang temporal, membentuk
fisur squamotimpani. Kemudian, cincin bertumbuh ke lateral untuk membentuk
bidang timpani. Prosesus petrosal, squamous dan stiloid proksimal bergabung
selama tahun pertama kehidupan, dan prosesus stiloid distal dan proksimal
bergabung sekitar periode pubertas.
Fosa mandibula (glenoid) hanyalah cekungan dangkal pada waktu lahir,
menjadi dalam dengan berkembangnya eminensia artikular. Prosesus mastoid
terbentuk setelah tahun kedua, ketika terlewati oleh perluasan antrum timpani,
untuk membentuk rongga udara mastoid.
3) Tulang Etmoid
Ini adalah tulang endokondral, yang membentuk dasar medial dari fosa
kranial anterior dan sebagian dari atap, dinding lateral, dan septum medial rongga
hidung, berosifikasi dari tiga pusat; pusat medial tunggal di tulang rawan
mesetmoid membentuk bidang tegak lurus dan Krista galli tepat sebelum lahir;
sepasang pusat untuk labirin lateral yang terlihat pada tulang rawan kapsul nasal
pada bulan ke 4 iu; dan pusat osifikasi sekunder yang muncul diantara bidang
kribriform dan krista galli pada saat lahir. Pada umur 2 tahun,bidang tegak lurus
43
44
Tubuh
spenoid
berasal
dari
pusat
prespenoid
dan
postspenoid
(basispenoid). Satu pusat medial dan dua pusat osifikasi prespenoid muncul pada
bulan ke 4 pada bagian mesetmoid tulang rawan basikranial untuk membentuk
tulang prespenoid di depan tuberkulum sellae. Tulang postspenoid, muncul dari
dua pasang pusat pada tulang rawan basispenoid pada kedua sisi kantung
hipofesial yang meluas ke atas selama bulan ke 4, membentuk sella tursika,
dorsum sella dan basispenoid
45
jelas, merupakan tulang yang terosifikasi penuh ketika lahir; yang bersama
alispenoid, merupakan elemen spenodial pertama yang terosifikasi (awal minggu
ke 8). Hamulus pada awalnya dibatasi oleh suture dari bidang pterigoid medial.
Di dekat ujung kranial yang menonjol dari basispenoid, terdapat sepasang
concha spenoidal yang mulanya terpisah ( tulang Bertin ), yang bergabung
menjadi tubuh spenoid di belakang, tempat invaginasi sinus spenoidal.
Sinkondrosis midspenoidal antara pre dan postspenoid akan bergabung
tidak lama sebelum lahir. Pada sebagian besar mamalia, selain mausia,
sinkondrosis ini akan bergabung postnatal atau tidak sama sekali. Basispenoid dan
alispenoid tetap terpisah pada saat lahir melalui artikulasi campuran tulang
rawan/ligamen. Basispenoid berartikulasi di konral dengan basiosipital dan
ligamentus dengan tulang petrosal. Normalnya, sinkondrosis spenoosipital
bergabung pada masa remaja; penggabungan yang terlalu dini pada masa bayi
dapat menimbulkan jembatan hidung yang melesak dan wajah dished yang khas
dari anomali kraniofasial.
Perubahan di dasar tengkorak terjadi primarly sebagai hasil dari
pertumbuhan endokhondral melalui sistem synchondrosis. Sebuah synchondrosis
adalah sendi kartilaginosa dimana membagi tulang rawan hialin dan kemudian
diubah menjadi tulang. Sebelum lahir, dasar tengkorak memiliki serangkaian
synchondrosis dalam dan di antara etmoid, sphenoid, dan tulang oksipital.
Situs-situs pertumbuhan yang penting pada os sphenoid adalah
synchondrosis antara tulang sphenoid dan oksipital, atau spheno-oksipital
46
yaitu
sinkondosis
sfeno-oksipital.
Pertumbuhan
kartilaginus,
47
2.5
Terdiri dari tulang-tulang wajah yang terbentuk dari dua arkus faring
pertama. Arkus pertama membentuk, bagian dorsal, prosesus maksilaris yang
berjalan ke depan dibawah regio mata dan membentuk os maksila, os
zigomatikum, dan sebagian dari os temporale. Bagian ventral membentuk
prosesus mandibularis yang mengandung kartilago merkel. Tulang-tulang wajah
berkembang secara intramembranosis dari pusat osifikasi.
48
dan
frontonasal. Letak ketiga pasang rongga organ antara rangka neural dan wajah
memperumit
perlekatan
kedua
komponen
tengkorak,
satu
sama
lain
sutura
frontomaksila,
frontonasal,
frontozigomatik,
dan
49
50
Perluasan lateral
oleh mata
dan
Pertumbuhan daerah sutura terbesar adalah pada umur 4 tahun. Setelah itu,
sutura hanya berfungsi sebagai daerah penggabungan fibrous dari tulang-tulang
tengkorak, memungkinkan adanya penyesuaian melalui aposisi dan remodeling
permukaan.
Remodeling terjadi pada seluruh permukaan tulang, untuk menyesuaikan
tulang dengan posisinya yang baru setelah pergeseran Deposisi tulang pada
tuberositas maksila akan merangsang pergeseran ke depan dari seluruh maksila.
51
Ruang kosong dari rongga nasal juga mempengaruhi pertumbuhan dan bentuk
wajah.
Seluruh pertumbuhan tulang yang kompleks adalah hasil dari dua proses
yaitu deposisi dan resorpsi, yang dilakukan oleh bidang pertumbuhan yang terdiri
atas jaringan lunak yang memengaruhi tulang. Karena bidang pertumbuhan dan
fungsi yang berbeda dari berbagai bagian dari tulang, maka tulang akan
mengalami remodeling. Ketika jumlah deposisi lebih besar dari resorpsi,
pembesaran
dari
tulang
mendesak
terjadinya
displacement
yang
juga
52
A. Maksila
Pertumbuhan kompleks nasomaksila diproduksi oleh mekanisme berikut:
Displacement (perpindahan)
Maksila dihubungkan pada kranium dan dasar kranial oleh sutura, suturasutura tersebut adalah :
53
54
55
tendon dan ligament. Periosteum menyuplai pembuluh darah dan saraf pada
tulang daan membantu pertumbuhan tulang. Hampir diseluruh permukaan
terdapat periosteum; di beberapa daerah disebut mucoperiosteum; apabila
periosteum dari tulang bertemu dengan periosteum lainnya disebut sutura; dan
saat dua tulang menjadi satu (alveolar process) bergabung dengan modifikasi
tulang dari akar gigi (cementum) disebut membran periodontal. Meskipun
memiliki nama yang berbeda-beda, periosteum memiliki peran yang penting
dalam remodeling bone. Seluruh nasomaksilary complex nantinya
akan
bergabung bersama cranial vault dan cranial base melalui sistem sutural yang
complex.
Mekanisme osifikasi endokondral terjadi pada tulang panjang, mandibula,
dan cranial base, namun proses osifikasi ini tidak menyebar ke wajah bagian
tengah. Capsul nasal embrionik tidak dengan sederhana berosifikasi untuk
menjadi tulang di nasomaksilar complex. Pertumbuhan kartilago pada bagian
nasal septum merupakan sumber dari tekanan yang menyebabkan maksila tumbuh
secara anterior-inferior, meskipun teori ini telah dimodifikasi oleh banyak peneliti.
Tekanan pada nasal septum ini dapat dikatakan memiliki peran yang dominan.
Perlu diingatkan bahwa pada bagian luar dan dalam dari permukaan tulang
pada wajah bagian tengah melibatkan suatu proses dari pertumbuhan nasomaksila
secara utuh, proses itu adalah remodeling bone. Dengan demikian, permukaan
tulang yang mengalami remodeling menjadi sangat aktif dan melakukan adaptasi
pada daerah seperti suture, sinkondrosis, condylus dan sebagainya.
56
1.Tinggi Maksila
Studi implant klasik dari Bjork dan skeller menegaskan bahwa tinggi
maksila meningkat karena pertumbuhan sutura menuju frontal dan tulang
zigomatik serta pertumbuhan aposisi di alveolar process. Aposisi juga terjadi di
lantai orbital dengan remodeling resorptive dari permukaan yang lebih rendah.
Secnara bersamaan, lantai hidung diturunkan oleh resorpsi sementara
aposisi terjadi pada palatum keras. Tinggi orbital tidak mengalami peningkatan
pada masa kanak-kanak hingga remaja sampai tingkat yang sama seperti halnya
rongga hidung, sehingga, menurunkan sutural dari korpus maksila menurunkan
kompensasi untuk aposisi dari lantai orbit. Penurunan lantai orbit dari orbital pada
usia empat tahun dan seterusnya, kurang dari setengah penurunan sutural korpus
maksila
Pertumbuhan pada sutura median menghasilkan pelebaran beberapa
milimeter lebih besar dari pembentukan aposisi, namun permukaan yang
terbentuk harus menyertai penambahan pada sutura. Pembentukan alveolar yang
berkontribusi saat awal pertumbuhan vertikal sangat penting pada proses
pencapaian lebar yang diinginkan, dikarenakan perbedaan yang terdapat di setiap
57
Panjang Maksila
58
Mekanisme
Seluruh mekanisme pertumbuhan nasomaksila telah dirancang dengan
baik untuk adaptasi dan pertumbuhan compensator, namun adaptasi yang berbeda
dapat dilihat pada alveolar process. Ketika palatum sedang sempit, sebagai
contoh, prosesus alveolar mengimbangi antara lebar dan tinggi.
Bidang oklusi dikoordinasikan selama pertumbuhan dengan pola
morfologi secara keseluruhan, deposisi dan resorpsi prosesus
alveolar
59
2.6
60
3. Faktor endokrin
a) Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam
memelihara kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara:
1) Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium
ke dalam darah.
2) Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
3) Meresorbsi kalsium dari tubulus renalis.
b) Tirokalsitonin, hormon yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler dari
61
mempunyai
pengaruh
yang
kurang
baik
terhadap
2.7
62
63
2) Craniosynostosis
64
Dahi curam
Hypertelorism
65
Low-set telinga
Bossing Frontal
Midfasial hipoplasia
66
Sebuah celah garis tengah kecil dari bibir atas memanjang melalui
perbatasan vermillion sering hadir dalam kombinasi dengan clefting
lebih parah dari langit-langit
Lekukan (clinodactyly)
Fusions (sindaktili)
Brakhidaktili
Gen ofd telah diidentifikasi dan mengkode protein yang terlibat dalam
organisasi dan perakitan silia primer, ekstensi kontraktil kecil yang ditemukan di
permukaan populasi sel banyak. Hal ini menjadi semakin jelas bahwa silia
mediator penting dari pensinyalan sel selama perkembangan dan model tikus baru
yang dihasilkan manusia ofd-1 menunjukkan bahwa pembentukan silia yang
normal rusak dalam kondisi ini.
3) Fetal alcohol syndrome
67
Anomali terkait dengan sindrom alkohol janin timbul sebagai akibat langsung
dari konsumsi alkohol selama kehamilan. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia,
FAS mempengaruhi sekitar 1 dari 100 anak-anak yang baru lahir untuk berbagai
tingkat, sehingga penyebab paling umum kesulitan belajar.
Fitur Prinsip fas meliputi:
68
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
3.1.1
Crouzons Syndrome
Definisi
Crouzon syndrome merupakan penyakit autosomal dominan dengan gejala
68
69
menentukan tingkat deformitas dan kecacatan. Penyatuan sutura yang cepat dapat
terjadi sendiri atau bersamaan dengan kelainan lain. Pada crouzon syndrome tidak
ditemukan kelainan pada jari-jari seperti yang terdapat pada penyakit Aperts
Pfeiffer dan Saethre-Chotzen syndrome sebagai diagnosa bandingnya. gambaran
klinis yang dominan termasuk hipoplasia maksila, bibir atas pendek, mata banyak
spasi (hypertelorism), orbit dangkal, menonjol bola mata (proptosis okular),
kepala pendek (brachycephaly).
3.1.2
kapan sutura kranial menyatu dengan cepat selama perkembangan janin. Tanda
dan gejala yang sering terjadi antara lain:
a. Pembentukan tulang kepala yang terlalu cepat (craniosynostosis)
b. Perkembangan yang lambat dari hidung dan soket mata (midface
hypoplasia)
c. Hidung berbentuk paruh
d. Mikrotia pada telinga
e. Kehilangan atau mengecilnya kanal telinga (congenital aural atresia)
f. Penyakit ini menyebabkan kehilangan pendengaran
g. Anomali pada tangan dan kaki (tetapi bukan syndactyly)
h. Acanthosis nigricans
70
Patogenesis
Crouzon syndrome diakibatkan oleh mutasi dari gen pertumbuhan,
Radiologi
Radiografi cranium normal dengan yang mengalami muka cekung
71
72
Posisi pasien:
Posisi objek:
a. Tekan dagu, hingga Orbitomeatal Line (OML) tegak lurus terhadap
meja pemeriksaan. Jika pasien tidak kooperatif tekan leher pasien
sehingga Infraorbitomeatal Line (IOML) tegak lurus dengan meja
pemeriksaan. Tambahkan alat bantu radiolusent dibawah kepala
jika diperlukan.
b. Luruskan midsagital plane (MSP) terhadap sinar pusat sampai garis
tengah grid.
c. Pastikan kepala tidak ada rotasi.
d. Pastikan vertex tengkorak masuk luas lapangan sinar x
Sinar pusat:
a. Sudutkan 300 terhadap OML atau 370 terhadap (IOML), jika dagu
pasien tidak memungkinkan untuk ditekan sehingga OML tegak
lurus terhadap kaset bahkan dengan alat bantu yang diletakkan di
kepala, maka IOML dapat di tempatkan tegak lurus terhadap kaset
dengan sinar pusat disedutkan 370 caudad. Sudut 300 antara
73
Kolimasi
Pernafasan
74
2)
Proyeksi Lateral
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi lateral
Posisi pasein:
Posisi objek:
a. Luruskan MSP sejajar dengan meja pemeriksaan
b. Luruskan Interpupillary Line (IPL) tegak lurus dengan meja
pemeriksaan
c. Fleksikkan leher hingga IOML tegak lurus terhadap tepi depan
meja pemeriksaan
Sinar pusat
a.Arahkan sinar pusat tegak lurus kaset
b.
75
Kolimasi
Kolimasi hingga bagian luar tengkorak
Pernafasan
Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung
76
3)
Proyeki AP
Posisi pasien
Posisi objek:
a. Posisi pasien supine dengan MSP tubuh pada pertengahan kaset
diatas meja pemeriksaan
b. Memastikan MSP kepala dan OML tegak lurus kaset
Sinar pusat:
a. Pusat sinar tegak lurus kaset/pada glabela
b. Minimum SID 100 cm
Kolimasi
77
Pernafasan
4)
Posisi pasien:
78
Posisi objek:
Sinar pusat:
a. Arahkan sinar 15 caudad
b. Pilihan lain arah sinar pusat 250 terhadap kaset sampai 300 dan
titik bidik keluar dari nasion.Pilihan lainnya penyudutan 250
sampai 300 caudad akan lebih baik menampakkan superior orbital
fisura, foramen magnum dan inferior orbital rim.
c. Minimum SID 100 cm
Kolimasi
Pernafasan
79
80
81
3.1.5
tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan
adalah :
Bedah Ortognatik
Kraniotomi
Terapi Wicara
Selain itu tidak ada cara untuk mencegah crouzon syndrome. Satu-satunya
cara yang dapat dilakukan adalah jika anda menderita crouzon syndrome atau
82
4
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Pada kasus ini diketahui pasien yang bernama atina berumur 7 tahun di
diagnosis mengalami kelainan crouzon's syndrome. Dengan keluhan kepala dan
wajah tidak normal sejak lahir dan kondisinya semakin parah, mata menonjol
keluar, jarak antar mata jauh, ujung hidung melebar, muka bagian tengah terrlihat
cekung dan ada sepupunya yang mengalami kelainan yang sama.
Pada umumnya tulang kranial tersusun dari : 1 os frontale, 2 os temporale, 2
os parietale, dan 1 os occipital. Tulang tulang tersebut merupakan tulang pipih.
Tulang merupakam tulang yang akan membentuk basikranial dan neurokranial.
Tulang sendiri terbentuk dengan dua proses yaitu (1) intramembranosa yang
terjadi dalam membran jaringan, karena pemadatan jaringan mesenkim dan (2)
endokondral yang terjadi bersama hyalin cartilage yang akan menjadi model
tulang. Basicranial
sendiri berkembang
disebut
kondrokranial. Osifikasi basic cranial ini terjadi pada bagian- bagian tulang seperti
occipital, temporal, etmoid, spenoid, dan concha nasal inferior yang merupakan
bagian dari basikranial. Osifikasi pada basikranial sendiri terjadi sebelum dan
sesudah kelahiran hingga umur sekitar 8 tahun. Pada masing masing tulang terjadi
osifikasi yang berbeda ada yang terjadi secara intramembranosa dan
83
84
84
85
Pada umumnya bagian nasomaxilla ini akan tumbuh dengan dua proses
yaitu deposisi dan resorpsi, yang dilakukan oleh bidang pertumbuhan yang terdiri
atas jaringan lunak yang memengaruhi tulang. Karena bidang pertumbuhan dan
fungsi yang berbeda dari berbagai bagian dari tulang, maka tulang akan
mengalami remodeling. Ketika jumlah deposisi lebih besar dari resorpsi,
pembesaran
dari
tulang
mendesak
terjadinya
displacement
yang
juga
85
86
pembesarannya sendiri.
b. Pertumbuhan pada sutura
Maksila dihubungkan pada kranium dan dasar kranial oleh sutura, suturasutura tersebut adalah :
(a) Sutura Frontozygomatic berkembang secara vertical
(b) Sutura Frontomakxilla berkembang secara vertical
(c) Sutura Frontonasal berkembang secara vertical
(d) Sutura Nasomaxilla berkembang secara antro-posterior
(e) Sutura temporozygomati berkembang secara antero-posterior
(f) Sutura zygomatikamaxilla berkembang secara lateral
c. Surface Remodeling
Remodeling oleh aposisi dan resorpsi tulang terjadi untuk :
(a) Meningkatkan ukuran tulang
(b) Merubah bentuk tulang
(c) Merubah hubungan fungsional tulang
86
87
Saran
87
DAFTAR PUSTAKA
Balhajhi, S.I. 2006. Orthodontics the Art and Science. 3rd edition. New Delhi :
Publishing House.
Bishara, S. E., 2001, Textbook of Orthodontic, Philadelphia: WB Saunders
Chaundry, Mayur. Shweta Dixit Chaundry. 2011. Essentials of Pediatric Oral
Biology. New Delhi: Jaypee.
Eroschenko, Victor P. -. diFiores Atlas of Histology. 11th edition. Wolters Kluwer
Foster, T.D, 1999. Buku Ajar Ortodonsi. Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mescher, Anthony L. -. Junqueiras Basic Histology 12th edition. Lange.
Proffit W.R., Field H.W. et al. 2000. Contemporary Orthodontics. 3rd edition. St.
Louis: CV Mosby
Proffit, W.R., 2007. Contemporary Orthodontic. St. Louis Missouri : Mosby Co
Salder,T.W.2010. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi ke- 10. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
88