LP Gangren DM
LP Gangren DM
GANGREN DIABETIK
DI SUSUN OLEH
NAMA
: YUHADI EFFENDI
NIM
: 13.31.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGREN DIABETIK
DI SUSUN OLEH :
NAMA
NIM
: 13.31.
Pembimbing Lahan/Perseptor
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer,Suzzane, 2002).
Dari beberapa definisi diatas tentang DM dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon
insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan metabolisme karbohidrat dimana
seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi denga baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik
dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang
memproduksi insulin.
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau
nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh
infeksi. (Askandar, 2001).
A. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus
a. Diabetes Tipe I (IDDM)
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsi).
pada
wanita
yang
tidak
menderita
diabetes
sebelum
yang
menderita
(Baradero,M,dkk., 2009).
diabetes
gestasional
akan
kembali
normal
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
: Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua
golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah
betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
B. Etiologi
1. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan
etiologi DM yaitu :
1.
Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2.
Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.
4.
Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien
yang
mengalami
defisiensi
insulin
tidak
dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah
makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal
(konsentrasi glukosa darah sebesar 160 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah
titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah
terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa
sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan
pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di
malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh
( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Kelainan
sel
B
pankreas
Gangguan
sistem
imunitas (auto-imun)
Kelainan
insulin
(penurunan res-pon
insulin)
Faktor
lingkungan
(infeksi, diet tinggi
KH, obesitas dan
kehamilan)
Pe ambilan glukosa
Defisiensi insulin
Pe metabolisme
protein
glukoheogenesis
Pe berat badan
Pe lipolisis
Pe gliserol
Gangguan
Terbentuk benda
Pe katabolisme
pemenuhan nutrisi
keton
gliserol
Pe tingkat
Ketoasidosis
kesadaran
Kehilangan kalori
Glukosuria
Pe resbsorbsi
Tubulus renal
gukosa
Kelemahan
Diuresis osmotik
Rangsang haus
Kehilangan Na,
pemenuhan ADL
Cl, K, P
Rangsang lapar
Polifagi
Polidipsi
Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
HIPERGLIKEMI (DM)
Risti gangguan
Nefropati
Pe viskositas darah
Retinopati
Risti gangguan
eliminasi urine
Katarak
Sensori persepsi
Diare
Penumpukan
glukosa sel &
Intestinal
Pe peristaltic intestin
Pe absorbsi cairan
Gangguan sensorik
Neuropati
Glikosilasi Protein
Feses cair
jaringan
Glukosa
reduktase
Gangguan motorik
Angiopati
kaki me
Trauma tidak terasa
Ulkus
Gangguan aliran
Sorbitol
darah ke kaki
Atrofi otot kaki
Perubahan titik
tumpu
Ulserasi
Infeksi
& jaringan
Kematian jaringan
GANGREN
Risiko Tinggi
Kerusakan
Penyebaran Infeksi
Neurovaskuler
Gangguan Perfusi
Jaringan
D. Manifestasi Klinis
Gejala
yang
lazim
terjadi,
pada
diabetes
mellitus
sebagai
berikut
kencing.
Polidipsi
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
c.
d.
pembuluh darah.
Berat
badan
menurun,
lemas,
lekas
lelah,
tenaga
kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
e.
tetap kurus
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak (Baradero,M, dkk., 2009).
E. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Diagnostik
2. Ktiteria Pengendalian DM
Baik
80-109
110-159
<200
<130
Sedang
110-139
160-199
200-239
130-159
Buruk
140
200
>240
>160
Dengan PJK
Kolesterol HDL (mg/dL)
Trigliserida (mg/dL) tanpa PJK
<100
>45
<200
100-129
35-45
200-149
>130
<35
>250
Dengan PJK
<150
150-199
BMI: Wanita
18,5-22,9
23-25
>200
>25/<18,
20-24,9
25-27
GD Puasa (mg/dL)
GD 2 jam PP (mg/dL)
Koleseterol Total (mg/dL)
Kolesterol LDL (mg/dL) non PJK
Pria
Tekanan Darah (mmHg)
<140/90
140-160/
90-95
5
>27/<20
>160/95
F. Komplikasi
Komplikasi yang bias timbul oleh DM antara lain:
1. Gangren Kaki Diabetik
2. Neurophaty
3. Retinophaty
4. Nephrophaty
5. Chronic Heart Disease
Sedangkan komplikasi akibat gangrene yakni:
1. Osteomyelitis
2. Sepsis
3. kematian
G. Penatalaksanaan
1. Diet
Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan
bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa
karbohidrat (60-70%), protein (19-15%), dan lemak (29-25%). Apabila diperlukan,
santapan dengan komposisi karbohdrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang
baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai
berat badan ideal.
Cara menghitung kalori pada pasien DM:
a. Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal
pasien diabetes melitus. Cara perhitungan menurut Bocca:
BB Ideal = (TB dalam cm 100) 10% kg
Pada laki-laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan yang tingginya < 150 cm
berlaku:
BB Ideal = (TB dalam cm 100) x 1 kg
b. Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan
Laki-laki = BB Ideal x 30
Perempuan = BB Ideal x 25
Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai dengan kegiatan seharihari.
Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai beriku:
Pasien kurus
= 2.300-2.500 kkal
Pasien normal
= 1.700-2.100 kkal
Pasien gemuk
= 1.300-1.500 kkal
2. Oalahraga
Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:
-
5 10 pemanasan
15 20 pendinginan
Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk melakukan
latihan fisik yang terlalu berat
Kering
o Istirahat di tempat tidur
o Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan
indikasi yang sangat jelas
Basah
o Istirahat di tempat tidur
o Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o Debridement
o Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
o Beri topical antibiotic
o Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas
o Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik lain
o Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat anti
platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
Pembedahan
o Amputasi segera
o Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang dapat diambil
adalah amputasi atau skin/arterial graft
4. Obat
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHD)
b. Insulin, dengan indikasi:
-
DM gestasional
DM tipe I
H. Pengkajian
Fokus Pengkajian
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh
pada fungsi organ :
1.
Aktifitas/Istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat.
Disorentasi, koma.
2.
Sirkulasi
Ada riwayat hipertensi, IMA.
Kebas & kesemutan pada extrimitas.
Kebas pada kaki.
Takikardia/nadi yang menurun/tak ada.
Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung.
3.
Integritas ego
Stress, tergantung orang lain.
Peka terhadap rangsangan.
4.
Eliminasi
Poliuria, nokturia
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Diare, bising usus lemah/menurun.
5.
Makanan/cairan
Hilang nafsu makan, mual/muntah.
BB menurun, haus.
Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
Distensi abdomen.
6.
Neurosensori
Pusing/pening, sakit kepala.
Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot.
Gangguan penglihatan.
Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma.
7.
8.
Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang/nyeri
Wajah meringis, palpitasi.
Pernapasan
9.
Pengkajian Luka :
Lokasi
&
letak
luka
Status infeksi
Stadium luka
LUKA
GANGGREN
DIABETIK
Status neurologi
Bentuk
luka
Status vaskuler
&
ukuran
Superficial ulcers:
-
b)
Deep Ulcers :
-
Stadium III
1
2
3
8
4
2 cm di jam 6
7
5
6
Keterangan:
a). 2 cm
b). 3 x 2 cm
c). 1 cm
d. Status Vaskuler.
1) Palpasi.
Status perfusi dinilai dengan melakukan palpasi pada daerah tibia dan dorsalis
pedis untuk menilai ada / tidaknya denyut nadi ( arteri dorsalis pedis ) Pada
pasien dengan lanjut usia ( lansia) terkadang sulit diraba, jalan keluarnya dapat
menggunakan alat stetoskope ultra sonic dopler
2) Capillery rRefill
Merupakan waktu pengisian kaviler dan di evaluasi dengan memberi tekanan
pada ujung jari atau ujung kuku kaki ( ektremitas bawa, setelah tampak
kemerahan atau putih bila dilakukan penekanan pada ujung kuku. Pada
beberapa kondisi menurunnya atau bahkan hilangnya deng nadi, pucat, kulit
dingin merupakan indikasi iskemia ( arteri insufgiciency ) dengan capillary
refill lebih dari 40 detik.
Capillery repill Tim ( dasar memperkirakan kecepatan aliran darah/
perfusi)
3) Edema
Merupakan penilaian
dengan jari
4) Temperatur Kulit
Temperatur pada kulit member informasi tentang kondisi perfusi jaringan dan
fase inflamasi serta merupakan variable penting dalam menilai adanya
peningkatan atau penurunan perfusi jaringan terhadap tekanan ( ransangan
tekanan ). Cara melakukan penilaian dengan melakukan palpasi /
menempelkan punggung tangan pada kulit sekitar luka & membandingkan
dengan kulit bagian lain yang sehat.
e. Status Neurologi
Pengkajian status neurologi penting pada pasien diabetis melirus untuk menilai
fungsi motorik, sensorik, dan saraf otonom. Pada motorik lakukan inspeksi pada
bentuk kaki seperti jari2 telapak kaki yg menonjol, adanya kallus karena
penekanan secara terus menerus yang dapat menjadi luka. Penilaian sensorik
dapat berupa baal, kesemutan, dilakukan dengan cara melakukan palpasi /
sentuhan pada jari2 satu persatu , telapak kaki dan anjurkan pasien untuk
memejamkan mata, hal ini dilakukan untuk menilai sensitivitas pada ekstremitas
bawah, selanjutnya penilaian otonom dilakukan dg cara inspeksi
pada kaki
gunakan alat pelindung diri saat pengkajian luka. Pemerikasaan kultur pus /
darah merupakan rekomendasi untuk pemberian antibiotika oleh dokter.
Zigzag tehnik
I.
Diagnosa keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
J.
Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Intervensi
1. Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan:
Kriteria Hasil:
Rasional
Mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah
mobilisasi
Ajarkan tentang faktor-faktor yang Meningkatkan melancarkan aliran darah
dapat meningkatkan aliran darah: balik sehingga tidak terjadi oedema.
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah
dari jantung
dan sebagainya
Ajarkan tentang modifikasi faktor- Kolestrol tinggi dapat mempercepat
faktor resiko berupa: Hindari diet terjadinya
tinggi
kolestrol,
teknik
relaksasi, dapat
arterosklerosis,
menyebabkan
merokok
terjadinya
pemberian
perfusi
jaringan
dapat
Kriteria hasil :
No.
Tindakan
Rasional
1. Kaji luas dan keadaan luka serta Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses penyembuhan
2.
larutan
yang
iritatif, angkat sisa balutan yang jaringan granulasi tyang timbul, sisa
menempel pada luka dan nekrotomi balutan
3.
dokter
jaringan
nekrosis
dapat
pemeriksaan
gula
yang
tepat
untuk
pengobatan,
No.
Tindakan
Rasional
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi Untuk mengetahui berapa berat nyeri
2.
3.
melakukan tindakan
Rangasangan yang
lingkungan
4.
berlebihan
dari
akan memperberat
rasa
nyeri
Teknik distraksi dan relaksasi dapat
pasien
Atur posisi pasien senyaman mungkin Posisi yang nyaman akan membantu
sesuai keinginan pasien
6.
memberikan
kesempatan
pada
otot
vaskulerisasi
dan
pengeluaran
pus
Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian analgesic
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan:
No.
Tindakan
Rasional
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan Untuk mengetahui derajat
2.
kekuatan
dapat
kooperatif
dalam
normal
Anjurkan
pasien
menggerakkan/mengangkat
4.
membuat
klien
kesulitan
dalam
diberikan bantuan
Kerja sama dengan tim kesehatan lain: Analgesik dapat membantu mengurangi
dokter ( pemberian analgesik ) dan rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih
tenaga fisioterapi
pasien
melakukan
aktivitas
secara
K. Daftar Pustaka
Carpenito, L.J., 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta: EGC
2000. Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC
Doengoes. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI: Media
Aescullapius.
Price, Anderson Sylvia. 1997. Patofisiologi. Ed. I. Jakarata: EGC
Smeltzer, Suzanne C.