Tugas Dan Wewenang Apoteker Revisi Manado
Tugas Dan Wewenang Apoteker Revisi Manado
Oleh :
Drs.Muntaha Ahmad,Apt, MM
Direktur PT. Kimia Farma Trading & Distribution
Peranan dan tugas di Pedagang Farmasi bisa dikatakan sebagai babak baru peranan apoteker di
distribusi farmasi . Sebagai penanggung jawab dalam distribusi farmasi mempunyai peran vital dalam
mendistribusikan sediaan farmasi dari saluran distribusi besar sampai yang kecil.Pengetahuan tentang
logistik memegang peranan dalam menjalankan distribusi farmasi.
Sebagai penanggung jawab di PBF apoteker memegang peranan dari perbekalan yang
sampai sediaan farmasi yang didistribusikan ke unit farmasi lain.Dalam mengelolaan sediaan
dimulai bagaimana menata gudang serta menyimpannya sesuai standar yang dipersyaratkan oleh
Control pabrik dan mengelola dokumen yang sah sebagai bahan untuk telusur sehingga kwalitas
farmasi dapat dijaga sampai ke pengguna.
datang
farmasi
Quality
sediaan
1. Tugas
Harus memenuhi ketentuan cara distribusi obat yang baik yang ditetapkan oleh Kepala BPOM
saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi,
termasuk pencatatan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran
sediaan farmasi.
2. Peran
Memastian mutu (Quality Assurance) berjalan dengan baik sesuai SOP (Standard Operational
Procedure)
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat
mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki STRTTK.
3. Tanggung jawab
a) Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem manajemen mutu
Dalam menyusun , memastikan dan mempertahankan mutu apoteker berperan aktif dalam
menyusun sistem mutu yang mencakup tanggung jawab , proses dan langkah manajemen risiko
terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan. Dimulai dengan peran menyusun SOP (Standard
Operational Prosedure) sampai implementasinya . Termasuk penyusunan struktur organisasi ,
proses dan pengelolaan sumber daya manusia yang kompeten .Sehingga wewenang dan
tanggung jawab setiap orang jelas sehingga sistem mutu dapat dipertahankan . Apoteker harus
mendokumentasikan semua kegiatan sehinnga dapat dipantau efektivitasnya .
Dengan adanya sistem mutu maka wewenang dan tanggung jawab apoteker menjadi jelas
sehingga kinerja apoteker dapat dinilai .Fokus menjadi kata kunci pengeloaan kegiatan dan tidak
ada lagi tumpang tindih wewenang .Dalam kegiatan distribusi dapat dipilah dimana saja apoteker
berperan sehingga aspek kontrol semua kegiatan dapat dijaga . Sebagai contoh dalam validasi
surat pesanan apoteker bertugas sebagai validator apakah surat pesanan tersebut memenuhi
persyaratan baik kualitas maupun kuantitasnya (surat pesanan lengkap dan benar serta jumlah
yang diminta wajar ).Demikian juga di proses akhir distribusi apoteker harus berperan sehingga
proses distribusi dapat berjalan dengan benar sehingga kualitas yang didistribusikan tetap terjaga.
detail harus dibuat CAPA (Corrective Action Prepentive Action) sebagai acuan pelaksaan inspeksi
diri .
Turut serta dalam pengambilan keputusan untuk karantina atau pemusnahan obat/bahan
obat.
Dalam prakteknya distribusi obat menyisakan satu risiko yang hanya bisa diminimalisir yaitu
kerusakan obat. Kerusakan obat bisa saja terjadi akibat penerimaan, penyimpanan dan distribusi
yang salah.Belum termasuk obat yang expire date karena tidak bisa dipasarkan. Tugas apoteker
dalam hal ini memisahkan obat dengan kategori rusak/ED di tempat terpisah(dikarantina) supaya
tidak bercampur dengan obat yang baik dan layak jual dengan diberi penandaan yang jelas untuk
menghindari penyalahgunaan dan dampak terhadap kesehatan dan lingkungan.Selanjutnya setelah
mendapat persetujuan dari managemen obat dapat dimusnahkan sesuai ketentuan yang berlaku
dengan dibuatkan berita acara dan disaksikan oleh BPOM dan Dinkes setempat.
Secara umum, peran apoteker di Pedagang Besar Farmasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sebagai berikut :
1. Profesional
Peran Apoteker di Pedagang Besar Farmasi adalah menjaga proses distribusi sediaan farmasi
berjalan dengan baik dan benar sesuai ketentuan yang berlaku.Menetapkan dan melaksanakan
SOP (Standard Operational Procedure). . Apoteker sejatinya harus memiliki kompetensi,
maksudnya memiliki ilmu (knowledge) dan keterampilan (skill) dalam melaksanakan tugasnya
seperti ilmu distribusi dan tahu proses penyimpanan sediaan farmasi. Pemahaman ilmu distribusi
akan membantu apoteker dalam menentukan ketersediaan sediaan farmasi yang optimal sehingga
dapat memperkirakan kapasitas gudang dan kemampuan jangkauan distribusi serta keamanan
sediaan farmasi selama didistribusikan. Pemahaman proses penyimpanan akan membantu
apoteker menjaga mutu sediaan farmasi selama disimpan di gudang.Seperti kita ketahui
penyimpanan sediaan farmasi harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya suhu ruangan,
pemisahan tempat berdasarkan bentuk sediaan dan pengamanan terhadap produk narkotika,
psikotropika dan prekursor.
2. Manager
Apoteker harus dapat menjadi manajer yang baik, dalam hal ini apoteker harus mampu mengatur
barang, dan semua personil yang terlibat pada proses distribusi Salah satu kunci sukses
pengelolaan persediaan di pedagang besar farmasi adalah pemenuhan service level 100%, artinya
pedagang besar farmasi mampu memenuhi semua permintaan pelanggan , sehingga rasio
penolakannya 0%. Untuk dapat menjamin service level tersebut diperlukan perencanaan
(planning) yang sangat matang, jangan sampai ada penumpukan barang (over stock) atau
persediaan habis (out of stock).Service level wajib dipantau baik dari supplier/produsen ataupun
dari pelanggan .Itulah tugas seorang apoteker sebagai manager. Tujuannya adalah supaya
perputaran persediaan atau Inventory Turn Over maksimal, risiko over stock dan out of stock
diminimalisir. Seperti diketahui khusus untuk pedagang besar yang jauh dari supplier/produsen
lead time(waktu tunggu) dari proses pemesanan sampai sediaan farmasi datang juga menjadi
kunci dalam memenuhi service level, diperhitungkan juga terhadap adanya buffer stok/stok
penyangga sehingga selama proses menunggu stok tidak akan habis/out of stok.
Apoteker harus mampu melakukan proses delegasi sehingga semua personil akan mampu
menjalan semua SOP (Standard Operational Procedure)
dengan baik serta
mendokumentasikanya, selama proses pendelegasian apoteker harus mampu mengontrol setiap
tahap proses distribusi dari penerimaan sampai pendistribusian ke pelanggan. Diperlukan juga
pembinaan atau training yang berkesinambungan kepada semua personil agar proses distribusi
dapat berjalan dengan baik sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul selama proses
distribusi akan diminimalisir dan mutu sediaan farmasi yang didistribusikan akan tetap terjaga
mutunya.