LANDASAN TEORI
3.1. Sejarah TQM (Total Quality Management)
Secara garis besar perkembangan atau evaluasi mutu adalah sebagai
berikut:
3.1.1. Era Tanpa Mutu
Merupakan era dimana persaingan belum terjadi oleh karena produsen
atau pemberi pelayanan belum banyak, sehingga pelanggan pun belum diberi
kesempatan untuk memilih.
3.1.2.Era Inspeksi
Era ini dimulai oleh perusahaan perusahaan yang memproduksi barang,
hal ini terjadi karena mulai adanya persaingan antar produsen. Dengan demikian
tiap perusahaan mulai melakukan pengawasan terhadap produknya. Pada era ini
juga mulai dilakukan pemilahan mutu barang yang dilakukan melalui inspeksi.
3.1.3.Era Pengendalian Mutu
Era Pengendalian Mutu dimulai sekitar tahun 1930 an. Era ini disebut juga
era stastical control, yang lebih menekankan pada pengendalian, keseragaman
produk dan pengurangan aktivitas inspeksi serta dilakukan Departemen Teknis
dan Departemen Inspeksi. Pada era ini pula diperkenalkan pandangan baru
terhadap konsep Walter A Shewart, .Menurut pandangan ini mutu produk
merupakan serangkaian karakteristik yang melekat pada produk yang dapat diukur
secara kuantitatif.
3.1.4. Era Sistem Manajemen Mutu
Era ini dimulai pada sekitar tahun 1943 yaitu pada masa perang dunia II,
dimana sekutu mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan peledak Hal
ini terkait dengan mutu bahan peledak untuk keperluan militer terutama oleh
pasukan
Inggris.
Berdasarkan
keadaan
11
tersebut
pihak
militer
Inggris
kepada
orang
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
secara
12
13
(TQM).
Pada
dasarnya
manajemen
kualitas
(Quality
14
15
control (kontrol mutu). Kontrol mutu adalah proses yang menjamin bahwa hanya
produk yang memenuhi spesifikasi yang boleh keluar dari pabrik dan dilempar ke
pasar. Gagasan perbaikan mutu dan jaminan mutu mulai dimunculkan setelah
Perang Dunia Kedua. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan di Inggris dan
Amerika baru tertarik pada isu mutu di tahun 1980-an, saat mereka
mempertanyakan keunggulan Jepang dalam merebut pasar dunia (Sallis, 2011:
36).
W. Edwards Deming adalah seorang ahli statistik Amerika yang memiliki
gelar PhD dalam bidang fisika. Deming mengunjungi Jepang pertama kali di akhir
tahun 1940-an untuk melakukan sensus Jepang pasca perang. Terkesan dengan
kinerjanya, Japanese Union of Engneers and Scientists mengundang Deming
untuk kembali pada tahun 1950-an untuk mengajarkan aplikasi kontrol proses
statistic kepada para pelaku industri di Jepang. Pada saat itu, industri Jepang
mengalami kerusakan besar akibat bom yang dijatuhkan Amerika, sehingga
industri yang tersisa hanya bisa menghasilkan produk imitasi bermutu rendah
(Sallis, 2011: 38).33 Deming memberi sebuah jawaban yang sederhana terhadap
kondisi sulit mereka. Dia menganjurkan agar Jepang memulai ayunan langkah
dengan mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggan mereka. Deming
menganjurkan agar mereka mendesain metode-metode produksi serta produk
mereka dengan standar tertinggi. Hal ini akan memungkinkan mereka memegang
kendali. Revolusi mutu dimulai dari pabrik-pabrik dan diikuti oleh industriindustri jasa serta diikuti juga bank dan keuangan. Jepang telah mengembangkan
ide-ide Deming ke dalam apa yang mereka sebut Total Quality Control (TQC),
dan mereka mampu menjadi singa pasar dunia (Sallis, 2011:39).
3.2.3. Karakteristik Total Quality Management (TQM)
Kehadiran TQM sebagai paradigma baru menuntut komitmen jangka
panjang dan perubahan total atas paradigma manajemen tradisional. Secara
sederhana, paradigma dapat diartikan cara pandang atau cara berpikir. Secara
umum (Tjiptono, 1995: 15-18) karakteristik TQM adalah sebagai berikut:
16
17
TQM
keterlibatan
dan
pemberdayaan
karyawan
dalam
18
19
20
kepada semua orang, dan harus bisa bekerja sama, serta harus team work. Dengan
ini profesi QC bisa lancar dan bisa cepat mengalami kemajuan.
Sebagai QC jangan sekali-kali membuat informasi dan usulan yang tidak
pas, hal ini akan menambah kesalahpahaman. Untuk hasil kualitas yang baik dan
yang tidak baik, semua harus didata dan diinformasikan sampai ke manajemen
bisa mengetahui permasalahanya. Sebagai QC harus mempunyai konsep dasar;
bagaimana sering memberi usulan, saran atau proposal terhadap Departemen
terkait yang terdapat kesalahan. Selain konsep juga harus mempunyai pemikiran,
teknologi, skill serta mengerti permasalahanya, dan cara penyampaiannya harus
sopan dan santun, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Memang kerja QC kadang-kadang insidentil dan antisipasi resolusi
proposal, kami percaya konsep dasar dan pokok adalah menggunakan QC, maka
di dalam penggunaan QC selain mampu menguasai teknologi dan ilmu secara
umum, juga memerlukan pemikiran dari segi material dan spiritual. Jika tidak
demikian mungkin berlawanan dan akan timbul perpecahan yang akhirnya tidak
bermanfaat untuk perusahaan.
Perlu kita ketahui segenap anggota QC harus bekerja dalam kondisi adil
terhadap profesinya dan dengan sungguh sungguh mampu menemukan
permasalahan yang serius akan tetapi penyampaiannya harus dengan kata kata
yang baik, sedapat mungkin dengan ramah dan netral.
Pada umumnya saat menerima klaim masing masing departement hampir semua
dengan menggunakan cara yang sama yaitu : proteksi diri sendiri kemudian
melemparkan masalahnya dengan orang lain ketika menghadapi pengusutan dari
atasannya.
Sesungguhnya klaim dari konsumen mencakup banyak penyebabnya.
Contoh : ada klaim barang konfeksi dari konsumen dan yang pertama kali harus
menerima dan bertanggung jawab seharusnya bagian Garment (konfeksi), tetapi
mereka dapat mencari cacat yang asalnya bukan dari konfeksi, misalnya miss
print yang cacat dari bagian printing atau double pick yang cacat dari kain grey,
padahal ada teknologi tambal sulam yang harus dikuasai tapi saat proses konfeksi
21
3. Kualitas secara umum adalah membuat produk atau jasa yang tepat pada
waktunya, pantas digunakan dalam lingkungan, memiliki zero defacts dan
memusakan konsumen (pond,1994).
22
23
24