PRODUK PROSES
ORGANISASI
PEMIMPIN
KOMITMEN
Gambar 5.1
Lima Pilar TQM
Sumber:Creech, B(2006;7)
Menurut Creech, produk atau jasa merupakan titik pusat bagi tujuan dan prestasi
sebuah organisasi. Kualitas sebuah produk atau jasa tidak mungkin ada tanpa kualitas di
dalam proses. Kualitas dalam proses tidak mungkin terjadi ada tanpa adanya organisasi
yang tepat. Organisasi akan menentukan kesehatan dan vitalitas keseluruhan sistem
manajemen, karena itu ditempatkan di tengah-tengah kelima pilar TQM Organisasi yang
tepat tidak ada artinya tanpa kepemimpinan yang memadai. Komitmen yang kuat dari
bawah ke atas, merupakan pilar pendukung bagi pilar-pilar lain. Setiap pilar tersebut
tergantung pada empat pilar yang lain, dan bila ada salah satu pilar yang lemah maka
semuanya akan turut lemah.
Lebih lanjut Creech menegaskan bahwa program TQM harus memenuhi empat
kriteria agar dapat mencapai kesuksesan dalam implementasinya. Pertama program
tersebut harus didasarkan pada "kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada kualitas”
dalam aktivitasnya, termasuk dalam etiap proses dan produk/jasa. Kedua program tersebut
harus memiliki sifat kemanusiaari yang kuat untuk menterjemahkan kualitas dalam cara
memperlakukan karyawan, selalu diikutsertakan dan diberi inspirasi. Ketiga, program
TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang di
semua
QWL (Quality ofWorking Life) dapat didefinisikan sebagai suatu cara berpikir tentang orang,
pekerjaan dan organisasi dengan elemen-elemen antara lain; Pertama, adanya perhatian
tentang dampak pekerjaan pada orang-orang/pegawai dan aktivitas organisasi. Kedua, adanya
gagasan partisipasi dalam pemecahan masalah organisasi dan pembuatan keputusan. Fokus
usaha QWL bukan hanya pada bagaimana orang dapat melakukan pekerjaan dengan lebih
baik, melainkan bagaimana pekerjaan dapat menyebabkan pekerja menjadi lebih baik. Aspek
utama QWL adalah keterlibatan atau partisipasi dalam proses pembuatan beberapa keputusan
organisasi. Hal ini tidak berarti bahwa semua orang dilibatkan dalam proses pembuatan
beberapa keputusan organisasi yang mempengaruhinya. QWL secara operasional
menggambarkan aktivitas yang dapat dirasakan oleh pekerja sebagai usaha yang mengarah
pada terciptanya kualitas kehidupan kerja yang lebih baik.
QWL merupakan kultur esensial dan tiang penopang keberhasilan strategi TQM. Tujuan
kultur QWL adalah menciptakan organisasi yang bebas dari rasa takut dan menuntut
keterlibatan seluruh unsur organisasi. Kultur QWL menimbulkan komitmen timbal balik
yang tinggi antara individu terhadap sasaran perusahaan serta antara perusahaan dengan
kebutuhan pengembangan individu yang terlibat. Keterlibatan individu dalam perusahaan
yang bebas dari rasa takut sangat penting sebagai dasar pengembangan konsep TQM.
Keterlibatan diperlukan untuk memanfaatkan wawasan dan konsep yang timbul. QWL dapat
dipandang sebagai suatu sasaran, proses dan filosofi organisasi. QWL sebagai suatu sasaran
bertujuan terciptanya peningkatan kerja, keterlibatan pegawai, kepuasan individu dalam
perusahaan, dan efektivitas organisasi. Sebagai suatu proses QWL memerlukan usaha untuk
mencapai sasaran organisasi.
Dengan keterlibatan seluruh unsur organisasi perusahaan diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada perusahaan tersebut, mereka memperoleh kepuasan yang lebih
tinggi, kebanggan dan pertumbuhan pribadi. QWL mengintegrasikan kepentingan
Pengembangan unsur oragnisasi dengan sasaran pengembangan organisasi. QWL
memandang seluruh unsur organisasi sebagai aset yang harus dipelihara, dikembangkan,
ditingkatkan pengetahuannya, ditambah pengalamannya, keterampilan dan komitmen
sebagai unsur organisasi.
Sebuah kultur Kerja dengan strategi keterlibatan seluruh unsur organisasi memiliki 5
karakteristik, yaitu:
sebagai sebuah tim. Organisasi dengan keterlibatan individu yang tinggi memerlukan
pimpinan yang memiliki nilai manajerial dan leadership. Pimpinan perusahaan harus
memiliki keterampilan yang diperlukan untuk membangun pemahaman dan dukungan atas
keterlibatan individu dalam organisasi.
Model organisasi QWL dimulai dan diakhiri dengan lingkaran kualitas. Dalam hal ini
keterlibatan individu dalam perusahaan tidak melupakan reward yang diterima setiap
individu, karena hal ini akan mewujudkan stabilitas kerja mereka serta akan m
5.5 Pendekatan Kualitas Perusahaan Jasa (Kualitas Pelayanan).
Mengevaluasi kualitas layanan jasa diperlukan pendekatan yang komprehensif, karena jasa
memiliki karakteristik cukup komplek dibanding produk yang berwujud. Karena jasa padat
modal, investasi bidang jasa yang berkualitas dan memiliki value dari pengguna jasa, saat ini
dibutuhkan modal yang sangat besar disamping padat karya (memerlukan tenaga SDM) yang
memiliki dedikasi, kapabilitas, maupun skill yang spesifik. Terdapat dua pendekatan untuk
memberikan pelayanan yang bermutu kepada pengguna jasa yaitu:
1. Pendekatan Service Triangle (segitiga layanan) merupakan suatu model interaktif
manajemen layanan yang mencerminkan hubungan antara perusahaan dengan para pengguna
jasa. Model tersebut terdiri dari 3 elemen, yaitu Service Strategy (strategi layanan), Service
People (Sumber Daya Manusia yang memberikan layanan dan Service System (sistem
layanan) dengan pengguna jasa sebagai titik pusat (Albrecht & Zemke, 1990)
a) Strategi layanan (service strategy); suatu strategi untuk memberikan layanan dengan mutu
yang sebaik-baiknya kepada para pengguna jasa. Strategi layanan yang efektif harus didasari
oleh konsep atau misi yang yang dapat dengan mudah dimengerti oleh seluruh individu
dalam perusahaan serta diikuti oleh tindakan nyata yang bermanfaat bagi pelanggan jasa, dan
mampu membedakan perusahaan yang menerapkan strategi tersebut dengan pesaingnya,
sehingga perusahaan tersebut mampu mempertahankan pelanggan yang ada bahkan mampu
merebut pelanggan baru.
b) Sumber daya manusia yang memberikan layanan (people),
dalam hal ini ada tiga kelompok SDM yang memberikan layanan, yaitu sumber daya manusia
yang berinteraksi langsung dengan para pelanggan, sumber daya manusia yang memberikan
layanan kepada pelanggan tetapi hanya secara temporer, dan sumber daya manusia
pendukung.
c) Sistem layanan (service system),
yaitu prosedur atau tata cara untuk memberikan layanan kepada para pelanggan yang
melibatkan seluruh fasilitas fisik yang dimiliki dan sumber daya manusia yang ada. Sistem ini
harus konsisten dengan paket layanan yang disediakan dan dirancang secara sederhana,
sehingga mudah dipahami oleh pelanggan. Sistem layanan yang efektif adalah kemudahan
untuk memberikan layanan dengan sistem yang hampir tidak kelihatan oleh pelanggan.
Pendekatan Kualitas layanan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Sistem Layanan
Strategi Layanan
Sistem Informasi Manajemen
Pelanggan
2. Pendekatan kedua adalah Total Quality service (TQS) atau layanan mutu terpadu, yaitu
suatu keadaan di mana sebuah perusahaan memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan bermutu kepada para pelanggan maupun pemilik perusahaan dan. pegawainya.
TQS ini memiliki 5 elemen yang saling terkait satu sama lain (Albrecht, 1992):
a) Market and Customer Research (riset pasar dan pelanggan).
Riset pasar adalah suatu kegiatan penelitian terhadap struktur dan dinamika pasar tempat
dimana perusahan berada yang meliputi identifikasi segmen pasar, analisa demografis, dan
analisis kekuatan yang ada di dalam pasar itu sendiri.
b) Strategy formulation (perumusan strategi);
suatu proses perancangan strategi untuk memeprtahankan pelanggan yang ada dan meraih
pelanggan baru. Agar dapat merumuskan strategi yang efektif, dibutuhkan beberapa hal
seperti pengetahuan yang mendukung proses penyajian dan penyampaian jasa, misi
perusahaan, kode etik profesi, pendekatan stratejik yang dibutuhkan agar dapat
memenangkan persaingan, pengetahuan teknologi informasi, operasi jasa, dan struktur
organisasi untuk memenuhi permintaan pelanggan. Berbeda dengan hasil riset pasar dan
pelanggan, strategi merupakan navigator bagi perusahaan dalam memberikan layanan yang
bermutu kepada para pelanggannya.
c) Education, Training and Communication (Pendidikan, pelatihan dan komunikasi).
Pendidikan, Pelatihan dan Komunikasi sangat penting dalam pengembangan dan peningkatan
mutu layanan (pengetahuan dan kemampuan) sumber daya manusia agar mereka mampu
memberikan layanan yang bermutu pula kepada para pelanggannya, sedangkan komunikasi
berperan dalam mendistribusikan informasi kepada setiap individu yang terlibat dalam
perusahaan..
d) Process Improvement (penyempurnaan Proses)
merupakan berbagai usaha di setiap hierarki manajemen perusahaan untuk secara
berkesinambungan menyempurnakan proses pemberian layanan dan secara aktif memberikan
cara baru dalam memperbaiki layanan. Penyempurnaan proses membutuhkan kajian dan
pengujian yang diperlukan untuk perbaikan seluruh tata cara, kebijakan, peraturan maupun
metode kerja yang terdapat pada perusahaan, karena tidak ada tata cara, kebijakan, peraturan
maupun metode kerja yang berlaku selamanya dan dapat direvisi kapan saja apabila sudah
tidak sesuai dengan misi perusahaan tersebut. Proses yang secara terus-menerus
disempurnakan merupakan alat kendali bagi perusahaan agar layanan yang diberikan kepada
para pelanggannya dapat mengarah kepada tingkat mutu yang lebih baik.
e) Assessment, measurement and feedback (penilaian, pengukuran dan umpan balik)
berperan dalam menginformasikan kepada penyaji jasa seberapa jauh mereka mampu
memenuhi keinginan dan harapan pelanggannya. Hasil penilaian kinerja dan umpan balik
dapat dijadikan dasar untuk memberikan balas jasa kepada mereka, serta memberikan isyarat
kepada
perusahaan tentang apa yang masih harus diperbaiki, kapan perlu diperbaiki, dan bagaimana
cara memperbaikinya.
14 komponen strategi sumber daya manusia yang dapat memfasilitasi penerapan TQM yaitu:
1. Manajemen puncak bertanggung jawab untuk memprakarsai dan mendukung visi budaya
TQM
2. Visi tesebut di klarifikasikan dan di komunikasiakan kepada semua insan organisasai
3. Berbagai sistem yg memungkinkan terjalinnya komunikasi ke atas dan di kembangkan
4. Pelatihan TQM disediakan bagi semua karyawan
5. Tersedia program keterlibatan atau partisipasi karyawan
6. Organisasi wajib mengembangkan proses proses
7. Para karyawan di berdayakan
8. Penelitian kinerja di fokuskan ulang dari sekedar evaluasi kinerja masa lalu
9. Sistem kompensasi mencerminkan kontribusi kualitas
10. Sistem pengakuan non finansial
11. Berbagai sistem yang ada memungkinkan karyawan di semua jenjang organisasi
12. Isu isu keamanan dan kesehatan dikembangkan secara proaktif
13. Berbagai program rekrutmen
14. Mengimplementasikan proses yg mendukung QTM