28
tentang Kewajiban utama Negara
Pihak menurut Pasal 2 dalam Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan
I. Pendahuluan
1. dalam rekomendasi ini, Komite Penghapusan
Diskriminasi terhadap Perempuan (Komite)
bertujuan menjelaskan cakupan dan arti dari
pasal 2 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (Konvensi)
yang memberikan cara-cara kepada Negara
Pihak untuk melaksanakan peraturan substantif
di dalam negeri menurut Konvensi. Komite
mendorong Negara-negara Pihak untuk
menerjemahkan rekomendasi umum ini ke
dalam bahasa nasional dan setempat serta
menyebarluaskannya pada semua cabang
pemerintah, masyarakat sipil termasuk media
akademisi, dan organisasi serta lembaga
perempuan dan HAM.
2. Konvensi ini merupakan instrumen dinamis
yang mengakomodasi pengembangan hukum
internasional. Sejak sidang pertamanya pada
3
11
darurat.
12. Meskipun diatur dalam hukum internasional,
Negara-negara harus melaksanakan yuridiksi
territorial. Namun, kewajiban negara pihak
berlaku tanpa diskriminasi terhadap warga
negara dan non-warga negara termasuk
pengungsi, pencari suaka, pekerja migran dan
orang tanpa kewarganegaraan, yang berada
dalam wilayah atau kuasa mereka bahkan
bila tidak terletak dalam wilayah mereka.
Negara-negara pihak bertanggungjawab atas
segala tindakan yang mereka lakukan yang
memengaruhi hak asasi manusia tanpa melihat
apakah orang yang terpengaruhi berada dalam
wilayah mereka atau tidak.
13. Pasal 2 tidak hanya terbatas pada pelarangan
diskriminasi terhadap perempuan yang
dilakukan oleh negara pihak secara langsung
maupun tidak langsung. Pasal 2 juga mewajibkan
negara pihak melakukan uji tuntas untuk
mencegah diskriminasi yang dilakukan oleh
pihak swasta. Pada beberapa kasus, tindakan
atau pembiaran yang dilakukan oleh pihak
swasta dapat dikenakan kepada negara menurut
hukum internasional. Karenanya negara-negara
pihak diwajibkan untuk memastikan pihak
swasta tidak melakukan diskriminasi terhadap
12
15
17
19
21
secara penuh.
24. Unsur utama dalam frase pendahuluan pasal
2 adalah kewajiban negara pihak mencari
kebijakan
penghapusan
diskriminasi
terhadap perempuan. Kewajiban ini penting
dan merupakan komponen penting dalam
kewajiban negara pihak dalam melaksanakan
Konvensi. Artinya negara Pihak harus
dengan segera menilai situasi de jure maupun
de facto yang dialami oleh perempuan dan
melakukan langkah-langkah konkrit dalam
membuat dan melaksanakan kebijakan
yang ditujukan sejelas mungkin untuk
menghapuskan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan dan mencapai kesetaraan
substantif dengan laki-laki. Penekannya
adalah terus melanjutkannya: dari evaluasi
situasi hingga perencanaan dan pelaksanaan
berbagai tindakan, sampai mengembangkan
tindakan-tindakan itu secara berkelanjutan
dengan mempertimbangkan keefektifannya
serta isu yang baru atau mengemuka agar
dapat mencapai tujuan dari Konvensi.
Kebijakan itu harus memberikan jaminan
konstitusional dan legislatif termasuk
penyelarasan dengan peraturan hukum yang
ada di tingkat nasional dan mengamandemen
23
25
27
29
31
c.
d.
e.
35
b.
f. Mengembangkan
dan
membuat
indikator status dan kemajuan yang valid
dalam perwujudan hak asasi perempuan
dan membuat serta mengelola basis data
yang dipisah berdasarkan jenis kelamin
dan terkait dengan peraturan khusus
dalam Konvensi.
B. Akuntabilitas
39. Akuntabilitas
Negara
Pihak
dalam
melaksanakan kewajiban mereka menurut
Pasal 2 adalah melalui tindakan atau
tidak melakukan tindakan pada semua
cabang pemerintah. Desentralisasi kuasa,
melalui devolusi dan pendelegasian kuasa
pemerintah baik di negara kesatuan dan
federal tidak menegasi atau mengurangi
tanggungjawab
langsung
pemerintah
nasional atau federal negara pihak dalam
memenuhi kewajiban mereka terhadap
semua perempuan dalam yurisdiksi mereka.
Pada berbagai kondisi, negara pihak yang
meratifikasi atau mengaksesi Konvensi
tetap bertanggungjawab dalam memastikan
pelaksanaan seutuhnya pada semua wilayah
yurisdiksi mereka. Pada setiap proses
pembagian kewenangan, negara pihak harus
36
37
C. Pembatasan
41. Komite menganggap Pasal 2 adalah inti
kewajiban Negara Pihak dalam Konvensi.
Komite kemudian menganggap pembatasan
terhadap pasal 2 atau sub-paragraf Pasal
2 pada prinsipnya tidak sesuai dengan
obyek dan tujuan Konvensi dan karenanya
tidak dapat dibenarkan menurut pasal 28
paragraf 2. Negara pihak yang menunjukkan
pembatasan terhadap Pasal 2 atau terhadap
subparagraf Pasal 2 harus menjelaskan
dampak dari pembatasan tersebut terhadap
pelaksanaan Konvensi dan harus mengambil
langkah-langkah
agar
memastikan
pembatasan itu selalu ditinjau dengan tujuan
sesegera mungkin dihentikan.
42. Fakta bahwa negara pihak menyatakan
pembatasannya terhadap pasal 2 atau
terhadap sub-paragraf pasal 2 tidak
menghilangkan keharusan Negara pihak
untuk
patuh
dengan
kewajibannya
menurut hukum internasional, termasuk
kewajibannya menurut kesepakatan hak asasi
manusia yang telah diratifikasi oleh negara
pihak atau telah diaksesi oleh negara pihak
dan menurut hukum HAM internasional
38
39
40