Makalah Reseptir Vetrinary Herbal Medicine
Makalah Reseptir Vetrinary Herbal Medicine
Disusun Oleh :
1. Arlita Sariningrum
2. Hayatullah Frio Marten
3. Nur Hasreena Nadia Ahlun
B94154107
B94154123
B94154135
Latar Belakang
Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh
masyarakat
dalam
kesehatan/dokter
usaha
umumnya
pengobatan
masih
sendiri
enggan
(self-medication),
untuk
meresepkan
profesi
ataupun
pengobatan pada berbagai penyakit baik pada hewan ataupun manusia, baik
penyakit yang diakibatkan oleh bakteri, virus dan protozoa ataupun bahan kimia.
Hal ini dikarenakan tanaman obat tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan
masih melimpah di alam (Hariana 2006). Hampir semua bagian tanaman obat
seperti : akar, batang dan daun dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan obat tradisional maupun modern (Muwarni 2003). Contoh tanaman
obat yang digunakan sambiloto, beluntas, ekstrak tempe, dan purwoceng.
Berbeda dengan obat modern yang mengandung satu atau beberapa zat
aktif yang jelas identitas dan jumlahnya, obat tradisional/ obat herbal mengandung
banyak kandungan kimia dan umumnya tidak diketahui atau tidak dapat
dipastikan zat aktif yang berperan dalam menimbulkan efek terapi atau
meninmbulkan efek samping. Selain itu, kandungan kimia obat herbal ditentukan
oleh banyak faktor. Hal itu disebabkan tanaman merupakan organisme hidup
sehingga letak geografis/ tempat tumbuh tanaman, iklim, cara pembudidayaan,
cara dan waktu panen, cara perlakuan pasca-panen (pengeringan, penyimpanan)
dapat mempengaruhi kandungan kimia obat herbal. Kandungan kimia tanaman
obat ditentukan tidak saja oleh jenis (spesies) tanaman obat, tetapi juga oleh anak
jenis dan varietasnya.
Tanaman Obat
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.Pengertian
berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit
tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek
resultan/ sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (Flora, 2008).
Menurut Zuhud (2004), tanaman obat adalah seluruh jenis tanaman obat yang
diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan menjadi
tanaman obat tradisional, tanaman obat modern, dan tanaman obat potensial.
Tanaman obat tradisional adalah jenis tanaman obat yang diketahui atau
dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional. Tanaman obat modern merupakan jenis tanaman
yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif
yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara
medis. Tanaman obat potensial yaitu jenis tanaman obat yang diduga mengandung
senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara
ilmiah atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri (Zuhud 2004).
Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang
sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai
obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya (Herdiani 2012).
Tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman
pagar, tanaman buah, tanaman sayur atau bahkan tanaman liar juga dapat
digunakan sebagai tanaman yang di manfaatkan untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Banyak obatobatan modern yang terbuat dari tanaman obat, hanya saja
peracikannya dilakukan secara klinis laboratories sehingga terkesan modern.
Penemuan kedokteran modern juga mendukung penggunaan obat-obatan
tradisional (Hariana 2006).
Departemen Kesehatan RI mendefinisikan tanaman obat Indonesia seperti
yang tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu:
1. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu.
2. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat
(precursor).
3. Bagian tanaman yang diekstraksi digunakan sebagai obat (Kartikawati
2004).
.Keungulan dari pengunaan tanaman alami sebagai obat terletak pada
bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat di tekan
seminimal mungkin, meskipun dalam beberapa kasus dijumpai orang-orang yang
alergi terhadap tanaman herbal. Namun alergi tersebut juga dapat terjadi pada
obat-obatan kimia. Tidak dapat dipungkiri bahwa obat obatan medik sering
menimbulkan efek samping yang menyebabkan munculnya berbagai penyakit lain
(Utami 2008).
Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Depkes RI 1994). Obat tradisional telah digunakan oleh
berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah,
karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan
berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Ditjen POM,
1994).
Penggunaan ramuan tradisonal tidak hanya untuk menyembuhkan suatu
penyakit, tetapi juga untuk menjaga dan memulihkan kesehatan (Stepanus 2011).
Obat obatan tradisional selain menggunakan bahan ramuan dari berbagai tumbuhtumbuhan tertentu yang mudah didapat di sekitar perkarangan rumah kita sendiri,
juga tidak mengandung resiko yang membahayakan bagi pasien dan mudah
dikerjakan oleh siapa saja baik dalam keadaan mendesak sekalipun (Thomas
1992).
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Harmanto (2008) mengelompokkan obat bahan alam
Indonesia menjadi tiga jenis yaitu:
1. Jamu, yang merupakan obat tradisional warisan nenek moyang.
2. Obat herbal terstandar, yang dikembangkan berdasarkan bukti-bukti
ilmiah dan uji pra klinis serta standarisasi bahan baku.
3. Fitofarmaka, yang dikembangkan berdasarkan uji klinis, standarisasi
bahan baku dan sudah bisa diresepkan dokter.
Obat tradisional telah berada dalam masyarakat dan digunakan secara
empiris dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesehatan tubuh dan
pengobatan berbagai penyakit. Departemen Kesehatan mengklasifikasikan obat
tradisional sebagai jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka Obat tradisional
adalah ramuan dari berbagai macam jenis dari bagian tanaman yang mempunyai
khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Obat tradisional di
Indonesia dikenal dengan nama jamu. Obat tradisional sendiri masih mempunyai
berupa senyawa. Sehingga khasiat obat tradisional mungkin terjadi dengan adanya
interaksi antar senyawa yang mempunyai pengaruh yang lebih kuat (Nurhayati
2008).
Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan,
bahan hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta
khasiat sebagai obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan
sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
berupa bahan yang dikeringkan (Dirjen POM, 1999).
Menurut Material Medika Indonesia (1995), simplisia dapat digolongkan
dalam tiga kategori, yaitu:
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian
hewan zatzat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
3. Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan
pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia
Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum atau
ditempelkan pada permukaan pada permukaan kulit. Tetapi tidak tersedia dalam
bentuk suntikan atau aerosol. Dalam bentuk sediaan obat- obat tradisional ini
dapat berbentuk serbuk yang menyerupai bentuk sediaan obat modren, kapsul,
tablet, larutan, ataupun pil (BPHN 1993).
Obat tradisional mempunyai banyak keunggulan dibandingkan obat
berbahan dasar kimia. Keunggulan obat tradisional menurut Suharmiati dan
Handayani (2006), antara lain mempunyai efek samping yang relatif lebih kecil
bila digunakan secara benar dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan,cara
penggunaan, ketepatan pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional
atau ramuan tumbuhan obat untuk indikasi tertentu.
andrographolide yaitu 2.5 4.6 % dari bobot kering tanaman obat sambiloto
(Mamun et al. 2004). Ekstrak sambiloto terbukti mampu meningkatkan
pertahanan tubuh terhadap infeksi Staphylococcus aureus, mampu menekan
jumlah ookista (Eimeria tenella ) pada sekum ayam serta memiliki daya hambat
terhadap pertumbuhan Aspergillu flavus dan dapat sebagai obat diabetes
(Cahyaningsih 2005).
Saran
DAFTAR PUSTAKA