Patricia Benner
Patricia Benner
Oleh Kelompok 4 :
1. Ana Farida Ulfa
2. Alfianur
3. Luthfiah Nur Aini
4. Puteri Indah Dwipayanti
5. R.A Helda Puspitasari
6. Susi Wahyuning Asih
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .
BAB 1 PENDAHULUAN
..
BAB 2 TINJAUAN TEORI ..
2.1 Latar Belakang Teori .. ...
2.2 Definisi dan Konsep Mayor ....
2.3 Penjelasan Model konsep Patricia Benner .....................
2.4 Asumsi Mayor (terkait dengan paradigm keperawatan) ...
2.5 Penerimaan oleh Keperawatan (Praktek, Pendidikan, Penelitian).....
2.6 Kelemahan Teori ...
BAB 3 APLIKASI TEORI .
BAB 4 PEMBAHASAN .
BAB 5 KESIMPULAN ..................
DAFTAR PUSTAKA .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan pola pikir, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak
pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas,
termasuk pelayanan keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk
menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara
profesional dapat dipertanggungjawabkan (Muhlisin dan Ichsan, 2008). Teori keperawatan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan kasus berdasarkan model Benner.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi latar belakang dan definisi teori Benner
b. Mengidentifikasi model konsep dan asumsi mayor teori Benner
c. Mengidentifikasi Penerimaan teori dan kelenmahan teori
d. Menerapkan teori benner dalam studi kasus
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
San Fransisco. Sejak tahun 1970 aktif dalam penelitian di UCSF dan UC Barkeley. Beliau sudah
menerbitkan 9 buku dan banyak artikel tentang keperawatan.Salah satunya beliau mempopulerkan
tingkatan skill dalam keperawatan yaitu Novice To Expert pada tahun 1982.
Teori From Novice To Expert yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari
Model Dreyfus yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to
Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2)
Advance Beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5) expert.
2.2
Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah seseorang tanpa latar
belakang pengalaman pada situasinya.
2.
Advance Beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang menunjukkan
penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada situasi nyata.
3.
Competent
Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan yang
lain, advance beginner akan menjadi competent. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai
dengan kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlkan untuk suatu
situasi dan sudah dapat dilepaskan.
4.
Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang
relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon keterampilan dari
situasi yang dikembangkan.
5.
Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitiv dari
situasi yang terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.
2.3
1. Novice
a. Seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya.
b. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
penampilannya.
c. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan.
d. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi Benner
bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika
ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.
2. Advance Beginner
a. Ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat
diterima pada situasi nyata.
b. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang suatu
situasi.
c. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena
membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks
situasi.
d. Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada
penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada situasi
yang memerlukan perspektif lebih luas.
e. Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner sebagai ujian
terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap situasi pada pasien yang
membutuhkan dan responnya.
f. Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan
manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak
pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.
3. Competent
a. Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti
kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent.
b. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlkan untuk suatu situasi
dan sudah dapat dilepaskan.
c. Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah penampilan
pada tahap competent.
d. Perawat competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon
pasien, lebih realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
e. Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis,
karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi yang
memerlukan perhatian yang dapat diabaikan.
4. Proficient
a. Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan
yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon
keterampilan dari situasi yang dikembangkan.
b. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan
keterampilannya.
c. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
5. Expert
a. Pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitiv dari situasi yang
terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.
b. Perubahan kualitatif pada pada expert adalah mengetahui pasien yang berarti
mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.
c. Aspek kunci pada perawat expert adalah:
1) Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis
2) Mewujudkan proses know-how
3) Melihat gambaran yang luas
4) Melihat yang tidak diharapkan
2.4 Asumsi Mayor (terkait dengan paradigm keperawatan)
1. Tidak ada data yang dapat diinterpretasikan secara bebas.
2.
3. Masyarakat memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda yang dapat
dipahami dan diinterpretasikan
4. Manusia adalah makluk yang terintegrasi dan holistic. Pikiran dan tubuh merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan.
2.5
Current
Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai acuan oleh
para pendidik untuk mempelajari setiap level perawat dari novice sampai expert dan
3. Model Benner ini hanya dibuktikan dengan menggunakan metodologi kualitatif yang
terdiri dari 31 kompetensi, 7 domain praktek keperawatan dan 9 domain perawatan
kritis. Dengan pendekatan
generating (penyebab) daripada hipotesis testing, maka dari itu perlu dibuktikan
dengan pendekatan alternative lain selain kualitatif.
4. Perspektif Benner adalah fenomenologi dan bukan kognitif.
Model Benner
praktek
keperawatan.
BAB 3
APLIKASI TEORI
Studi kasus yang dipilih untuk mengilustrasikan bagaimana aplikasi pendekatan teori Patricia
Benner untuk meningkatkan pengembangan praktik keperawatan di klinik adalah sebuah kegiatan
yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan praktik keperawatan yang dilakukan
oleh perawat ahli pada sebuah institusi rumah sakit. Pada awal kegiatan, diberikan kuesioner yang
berisi narasi kegiatan dan dilakukan observasi. Selanjutnya data tersebut dianalisis dan
diintepretasikan menggunakan teori Patricia Benner, dengan berfokus pada domain dan kompetensi
praktik keperawatan. Aspek kritis pada penggunaan pendekatan teori Patricia Benner adalah
mengidentifikasi domain dan kompetensi yang digunakan dalam mengintepretasikan data berupa
narasi dan observasi.
Perawat yang terlibat dalam kegiatan ini adalah perawat yang bekerja pada perawatan kritis
selama kurang lebih 8 tahun. Terdapat 3 perawat yang bertanggung jawab pada perawatan Ny.A, 60
tahun, yang didiagnosa menderita Diabetes Melitus + terdapat luka gangrene pada kaki kanan dengan
GDA awal 350. Keadaan Ny.A kritis dan tidak stabil selama beberapa minggu. Keluarga Ny.A merasa
khawatir terhadap ketidakstabilan dan penurunan kondisi Ny.A , keluarga Ny.A selalu mendampingi
Ny.A selama 24 jam. Beberapa perawat yang bertanggung jawab pada perawatan Ny A adalah
mahasiswa perawat yang sedang berdinas di Ruang tersebut, dimana mahasiswa dalam melakukan
intervensi keperawatan harus didampingi oleh perawat. Perawat magang, yaitu perawat yang baru saja
lulus dan belum mempunyai pengalaman yang cukup dalam merawat pasien dengan Diabetes
Mellitus.Perawat associate, dalam melakukan intervensi keperawatan sudah dapat dilepaskan secara
mandiri tanpa perlu pendampingan dan dapat menjelaskan alasan dari intervensi yang sudah
dilakukan. Perawat Primer, dapat melakukan perencanaan tindakan dan intervensi yang dilakukan
disertai dengan inovasi baru karena mempunyai peningkatan rasa percaya diri pada pengetahuan dan
ketrampilannya, intervensi yang dilakukan banyak melibatkan peran serta pasien dan keluarga . Oleh
karena terjadi ketidakstabilan dan penurunan kondisi dari Ny A Perawat Primer meminta
pendampingan Perawat Konsultan (Ners Spesialis) dimana perawat konsultan mempunyai
kemempuan
mengidentifikasi
masalah
yang
lebih
cepat
serta,
demikian
pula
dalam
BAB 4
PEMBAHASAN
Studi kasus tersebut memberikan gambaran kompetensi perawat ahli pada domain The
Helping Role of the Nurse, yaitu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penyembuhan dan
penyediaan dukungan social dan informasi pada keluarga pasien (Benner, 1984). Pelibatan keluarga
sebagai partisipan pada perawatan pasien kritis membutuhkan skill yang tinggi yang tidak bisa
dilakukan oleh perawat yang belum kompeten pada perawatan pasien kritis. Perawat pada studi kasus
tersebut yag dalam hal ini berada pada level Proficient memiliki pengalaman pada unit perawatan
kritis, dan berpendapat bahwa keluarga pasien merasa sangat penting untuk memberikan perawatan
kepada pasien, sehingga perawat tersebut mendobrak tradisi dan mengajari keluarga untuk
memberikan perawatan dasar kepada pasien. Kebanyakan perawat pada unit perawatan kritis merasa
sangat terganggu dengan melibatkan keluarga dalam perawatan pasien kritis, hal tersebut didasarkan
pada keefisienan perawatan dan keselamatan pasien. Tapi hal tersebut dapat memutus keluarga terlibat
dalam caring relationship . Hal yang dilakukan perawat tersebut mendemonstrasikan dukungan
moral, komitmen dalam pemberian perawatan, dan advokasi melawan tradisi pada unit perawatan
kritis yang tidak melibatkan keluarga pada perawatan pasien kritis. Perlu digarisbawahi bahwa
perawat tersebut mempunyai rata-rata pengalaman kerja selama 8 tahun dan telah dikategorikan
sebagai perawat ahli, sehingga mempunyai kemampuan untuk mengubah tradisi dalam melibatkan
keluarga pasien dalam perawatan pasien kritis.
Penelitian yang dilakukan oleh Chesla pada tahun 1996 menyatakan bahwa terdapat
kesenjangan pada teori dan praktik pada pelibatan keluarga dalam perawatan pasien. Eckle (1996)
mempelajari tentang kehadiran keluarga pada anak dalam situasi emergensi dan menyimpulkan bahwa
pada saat terjadi krisis, kehadiran keluarga penting untuk memberikan perawatan yang efektif dan
penuh kasih. Kemampuan praktik untuk melibatkan keluarga dalam perawatan terlihat pada studi
kasus yang telah kita bahas sebelumnya. Hal tersebut didefinisikan sebagai The Helping Role of the
Nurse. Kompetensi pada domain ini melibatkan pengkajian pada situasi yang terjadi, sehingga dapat
memilih kebutuhan pasien yang dapat melibatkan keluarga dan mendapatkan kepercayaan keluarga
dalam perawatan pasien. Studi kasus di atas juga memperlihatkan bahwa pendekatan teori Patricia
Benner adalah dinamis dan dapat dikembangkan secara spesifik. Pandangan untuk melibatkan
keluarga dalam perawatan adalah bagian dari aspek perawatan (Nuccio, 1996). Nuccio mengobservasi
bahwa perawat novice memulai proses tersebut dengan mengenali perasaan mereka yang
berhubungan family-centered care. Semetara itu, perawat ahli mengembangkan pendekatan kreatif
untuk melibatkan pasien dan keluarga pada perawatan. Proses pelibatan keluarga pada perawatan
kritis juga diteliti oleh Levy (2004) pada pasien anak-anak yang mendapatkan perawatan luka bakar.
BAB 5
KESIMPULAN
1.
Dalam tatanan pelayanan teori ini memberikan pemahaman profesi tentang apa artinya menjadi
seorang ahli, teori Patricia Benner memperkenalkan sebuah konsep bahwa perawat ahli
mengembangkan keterampilan dan pemahaman tentang perawatan pasien dari waktu ke waktu
melalui pendidikan dasar serta banyaknya pengalaman
2.
Seorang perawat diberi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan tingkatan kompetensi
yang dimilikinya (jenjang karir perawat)
3.
Tatanan pelayanan pengembangan karir klinik bisa diterapkan sesuai dengan tahapan jenjang
karir PPNI
PK1 = DIII, 2 tahun pengalaman dan Ners tanpa pengalaman dapat dikategorikan
dalam level Novice.
PK2 = DIII, 5 tahun pengalaman dan Ners pengalaman 3 tahun, dalam kategori
Advance Beginer dimana pengalaman yang dimiliki belum cukup untuk dapat
dilepaskan secara mandiri dalam memberikan asuhan keperawatan.
PK3 = DIII, 9 tahun pengalaman dan Ners pengalaman 6 thn, Sp1, dalam
kategori Competent dimana perawat sudah mempunyai kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perncanaan yang diperlukan, dan sudah
mandiri.
PK4 = Ners, 9 thn Pengalaman, Sp1 Pengalaman 2 thn, Sp2. Provicient
mempunyai kemempuan melihat perubahan yang relevan serta melibatkan
keluarga dalam intervensi.
PK5 = Sp1 pengalaman 4 thn, Sp2 pengalaman 1 thn . Expert mampu
mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat
diagnose alternative dan penyelesaian.
DAFTAR PUSTAKA
Benner P. 1984. From Novice to Expert: Excellence and Power in Nursing Practice. Menlo Park,
Calif: Addison-Wesley.
Elstein AS., Schwarz A. 2002. Clinical Problem Solving and Diagnostic Decision Making:
Selective Review of The Cognitive Literature. BMJ ;324(7339):729 (23 March). (electronic)
http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/324/7339/729. . Diakses 3 November 2011.
Kapborg I. 2003. The Phenomenon Of Caring From The Novice Student Nurse's Perspective: A
Qualitative Content Analysis ? International Nursing Review. Vol. 50 Issue 3 Page 129-192
September. (elektronic). http://www.blackwell-synergy.com. Diakses 3 November 2011.
Meyer, T. 2005. Academic and Clinical Dissonance in Nursing Education: Are We Guilty of
Failure to Rescue? Nurse Educator 30(2), March/April 2005, p 7679 (electronic).
http://ovid.com diakses 3 November 2011.
Sharoff, L. 2006. The Holistic Nurse's Search for Credibility. Holistic Nursing Practice
20(1), January/February 2006, p 1219. (electronic). http://ovid.com diakses tanggal 3
November 2011.
Tailor, C. 2002. Assessing Patients' Needs: Does The Same Information Guide Expert And
Novice Nurses? International Nursing Review. Vol. 49 Issue 1 Page 1-64 March. (elektronic).
http://www.blackwell-synergy.com. Diakses 3 November 2011.
Tomey, A.M., Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists and Their Work. Six edition. Missouri:
Mosby Elsevier
SKENARIO
Ana Farida Ulfa
Alfianur
Luthfiah Nur Aini
Puteri Indah Dwipayanti
R.A Helda Puspitasari
: perawat competen
: pasien
: perawat novice
: perawat advance beginer
: perawat provice
: perawat expert
Ns. Beginer (melaporkan kepada perawat competent). Ns. Ana ( Ns Competent) saya
lihat kondisi Tn A semakin memburuk mengeluh kepala pusing serta
mata berkunang-kunang dan setelah saya cek GDA naik lagi menjadi
410 dan suhu 38*C. Saya pikir Tn A perlu penanganan lebih lanjut lagi.
Dan perlu dicek lagi keadaan gangren dari Tn. A.
Ns.
(mendengarkan laporan Ns Beginner dengan mengangguk-angguk, kemudian
Competence meminta catatan medis yang dipegang Ns Beginner.)
Kamu betul Ns Puteri (Ns. Beginner). Mari kita cek bersama-sama...
(Ns Competent dan Ns Beginner bersama-sama ke ruangan Tn A).
Ns.
Selamat pagi Tn A. Rapi sekali hari ini.
Competence
Tn.A
Selamat Pagi Suster (duduk di tepi tempat tidur.
Ns.
(mengamati tingkah laku Tn. A) bagaimana perasannya pagi ini Pak?
Competence sepertinya ada yang mengganggu?
Tn A
Ns
Ns.
Competence
15 menit yang lalu, dan hasilnya GDA turun 370 temperatur naik
jadi 38.5 C.
Ruang perawatan Tn A
Ns. Proficient Selamat Siang Tn A ,. Apa yang Tn A rasakan sekarang
(Helda)
Tn A
(lemah, lesu). Saya masih pusing suster dan rasanya badan ini ndak
enak semuanaya, karena meriang bgt sus?
Ns. Proficient
Tn A
Ya, saya dulu waktu muda sering mengkonsumsi yang manis2,, biar
Ganteng. Ada keluarga yang sakit seperti saya, bapak saya juga sakit
diabetes, ini juga ketiga kalinya saya sakit dan dirawat di RS.
Karena gula saya naik dan karena ada luka di kaki ini sus, saya sulit
melakukan aktivitas sus
(Narrator)
Perawat dengan kemampuan level PROFICIENT memerlukan pembelajaran terus menerus
dengan berdiskusi dengan koleganya baik yang setingkat maupun konsultasi dengan level
EXPERT.
Scene berikut menggambarkan bagaimana proses belajar seumur hidup itu berjalan. Perawat
level PROFICIENT berdiskusi dengan perawat EXPERT. Perawat Expert dalam hal ini dapat
berperan sebagai penyelia maupun juga sebagai sejawat Perawat Primer atau bisa juga
pembimbing seniornya. Perawat EXPERT dalam hal ini memulai proses pembelajaran.
Perawat EXPERT dalam cerita ini adalah perawat senior di ruang rawat ini.
(Setting)
Nurse Station
Ns. proficient berdialog dengan Ns. Expert untuk membicarakan kasus Tn A
Ns. Expert
(Susi)
Ns. Proficient
Ns. Expert
Selamat siang bapak dan Ibu Tadi perawat sudah banyak bertanya
dan menjelaskan tentang kondisi Tn A. Saya harap bapak dan
keluarga bisa menerima situasi dan kondisi ini dengan terbuka, ikhlas,
dan lapang dada. Memang saat ini kondisi Bapak benar seperti apa
yang sudah dijelaskan oleh perawat teman kami.
Ny A
Iya suster, saya pasrah. Saya hanya berpikir masih ada Allah SWT,
yang akan membantu saya.
Istri Tn
A
Ns.
Expert
Istri Tn A
Ns.
Expert
Ny A
(narrator)
Demikian tadi cerita yang menggambarkan perkembangan kemampuan perawat dari tingkat
NOVICE EXPERT , semogasesuai dengan teori patricia benner memang bermanfaat