LP Mioma Uteri
LP Mioma Uteri
Dismenore
Abortus berulang
Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri ,
sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance
Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini
penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan
perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
G. Penatalaksanaan
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2)
Monitor keadaan Hb
3)
Pemberian zat besi
4)
Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1)
Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2)
Nyeri pelvis yang hebat
3)
Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4)
Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5)
Pertumbuhan mioma setelah menopause
6)
Infertilitas
7)
Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
2
B.
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangannutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
C.
No
Diagnosa
Intervensi
Nyeri akut
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komperhensif (lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
faktor presipitasi)
2. Observasi reaksi non
verbal dari
ketidaknyamanan
(Grimace, lokalisasi
nyeri,
defence mekanism,
menyeringai, gelisah,
menangis, dll)
3. Gunakan teknik
komunikasi terapiutik
untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
4. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
5. Kurangi faktor
presipitasi
6. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(Distraksi,
relaksasi, Guided
Imagery, dll)
7. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
8. Tingkatkan istirahat
9. Observasi tandatanda vital
10. Kolaborasi
penanganan nyeri
secara
farmakologi
No
2
Diagnosa
KETIDAKSEIMBAN
GAN
NUTRISI: KURANG
DARI KEBUTUHAN
TUBUH
Intervensi
1. Lakukan
pengkajian nutrisi
secara lengkap
2. Awasi masukan
makanan atau cairan
dan
hitung masukan
kalori per hari
3. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
kebutuhan kalori dan
tipe
nutrisi yang
dibutuhkan pasien
4. Tentukan pilihan
makanan dengan
memperhatikan
budaya dan religi
pasien
5. Dorong masukan
makanan tinggi
kalsium
6. Dorong masukan
makanan atau
minuman
tinggi potasium
(Kalium)
7. Pastikan diet
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah konstipasi
8. Bantu pasien
untuk memilih
makanan yang
lunak, lembut dan
tidak mengandung
asam
9. Hentikan
penggunaan selang
nasogastrik
apabila pasien dapat
menoleransi
masukan
per oral
10. Sajikan makanan
secara menarik,
pertimbangkan
warna, tekstur dan
variasi
11. Bila perlu
lakukan oral higiene
sebelum
makan
12. Bantu pasien
untuk duduk
5
sebelum makan
13. Pantau nilai
laboratorium