Anda di halaman 1dari 7

Nama : Miftia Yunanda Putri

Prodi : Ilmu Keperawatan


Tugas : Hormon Steroid

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakanng
Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid kelamin, karena
mempunyai struktur kimia berintikan steroid yang secara fisiologik sebagian
besar diproduksi oleh kelenjar endokrin sistem produksi wanita. Pria juga
memproduksi estrogen tetapi dalam jumlah jauh lebih sedikit, fungsi utamanya
berhubungan erat dengan fungsi alat kelamin primer dan sekunder wanita.
Hal yang spesifik bagi hormon ini pada wanita usia subur ialah
sekresinya dari ovarium berlangsung secara siklik dan peranannya yang sangat
penting dalam mempersiapkan kehamilan

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengerti :
1. Pengertian tentang hormon steroid
2. Pengertian obat hormon steroid
3. Memahami pengelompokkan obat hormon steroid
4. Tujuan keperawatan Maternitas
5. Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas
6. Model Konsep keperawatan maternitas
7. Dan hal-hal perspektif keperawatan maternitas
BAB II
1

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hormon Steroid
Hormon

steroid

termasuk

ikatan

hormon

hidrogen,

yang

mempunyai bermacam-macam pengaruh yang khas, tergantung dari


perbedaan dalam susunan gugus metal, ikatan rangkap, hidroksi atau
kelompok keton. Hormon ini termasuk zat lipofil yang sedikit larut dalam air.
Hormon steroid berasal dari kolesterol dan berstruktur inti
perhidrosiklopentanolfenantren yang terbagi atas tiga cincin sikloheksana.
Senyawa steroid terdapat pada hewan, tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat
pula pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur (fungi). Steroid
banyak terdapat di alam tetapi dalam jumlah yang terbatas dan mempunyai
aktivitas biologis, yang mempunyai karakteristik tertentu yaitu seperti 1)
substitusi oksigen pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid alam 2)
subsitusi gugus metil angular pada atom C-10 dan C-13 yang dikenal dengan
atom C-18 dan C-19, kecuali pada senyawa steroid dengan cincin A
berbentuk benzenoid, seperti pada kelompok esterogen.
Mendengar kata steroid, anabolic steroid, obat perangsang
meningkatnya metabolisme hormonal tubuh manusia sehingga menjadi lebih
kuat. Steroid ini di dalam dunia olahraga sering menimbulkan kontroversi,
mengingat prestasi seseorang dapat meningkat dengan mengkonsumsinya,
sementara di pihak lain, konsumsi steroid dapat menimbulkan efek samping
bagi kesehatan manusia. Baik yang terdapat di tumbuhan maupun di hewan,
merupakan hormon yang larut dalam lemak, dan mempunyai struktur basa
tetrasiklo.
Struktur basa memiliki empat cincin yang saling terpaut dan terdiri
dari tiga cincin sikloheksan dan dan siklopentan tersintesis dari asetil CoA
melalui jalur asam mevalonik di dalam metabolisme sel tumbuhan. Perbedaan
pre-kursor di jalur asam mevalonik, dalam biosintesis steroid pada tumbuhan
dan hewan menghasilkan produk steroid yang berbeda, pada tumbuhan

menghasilkan brassinolide dan pada hewan menghasilkan kolesterol, dan


yang lain lagi pada cendawan menghasilkan ergosterol.
2.2 Mekanisme Kerja Hormon Steroid
- Hormon steroid melewati membran sel masuk ke dalam sitoplasma setiap
sel, baik sel target hormon steroid maupun sel lain. Tetapi reseptor hormon
steroid hanya terdpt di dlm sel target yi dlm sitoplasmanya.
- Bila hormon steroid berikatan dg reseptor sitoplasma maka kompleks
hormon-reseptor tsb dg atau tanpa modifikasi akan ditransportasi ke tempat
kerjanya (sites of action) di dlm inti sel yaitu pada kromatin. Selanjutnya
terjadilah beberapa hal yg berhubungan dg peningkatan sintesis protein sesuai
dg fungsi masing-masing sel target.
2.3 Fungsi Hormon Steroid
2.4 Penggolongan Obat Hormon Steroid
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang
dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada banyak sistem
fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem
kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat,
pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni glukokortikoid
(contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat
pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil.
Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid
(contohnya aldosteron), yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air,
dengan cara penahanan garam di ginjal.Hormon kortikosteroid dihasilkan dari
kolesterol di kulit kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Reaksi
pembentukannya dikatalisis oleh enzim golongan sitokrom P450.
Dalam bidang farmasi, obat-obatan yang disintesis sehingga
memiliki efek seperti hormon kortikosteroid memiliki manfaat yang penting.
3

Deksametason

dan

turunannya

tergolong

glukokortikoid,

sedangkan

prednison dan turunannya memiliki kerja mineralokortikoid disamping kerja


glukokortikoid.
Glukokortikoid sintetik digunakan pada pengobatan nyeri sendi,
arteritis temporal, dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, systemic lupus
erythematosus, inflammatory bowel disease, serta sarcoidosis. Selain sediaan
oral, terdapat pula sediaan dalam bentuk obat luar untuk pengobatan kulit,
mata, dan juga inflammatory bowel disease. Kortikosteroid juga digunakan
sebagai terapi penunjang untuk mengobati mual, dikombinasikan dengan
antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron).
Efek samping lazim dari mineralokortikoid adalah hipertensi,
hipokalemia (rendahnya kadar Kalium darah), hipernatremia (tingginya kadar
garam dalam darah), tanpa menyebabkan edema perifer, metabolic alkalosis,
dan kelemahan jaringan penghubung (Werner, 2005).
Bukti

eksperimental

dan

klinis

mengindikasikan

bahwa

kortikosteroid dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada mata dengan


menginduksi CSR (Central Serous Retinopathy). Berbagai jenis sediaan yang
mengandung steroid, mulai dari obat semprot hidung hingga krim kulit dan
tetes mata dapat meningkatkan risiko kerusakan mata ini.
2.5 Jenis Obat Hormon Steroid
a. Dexsamethason
Farmakologi
Dexsametason

merupakan

glukokortikoid

sintetik

dengan

efek

antiinflamasi dan anti alergi. Dexametason mencegah atau menekan


timbulnya

tanda

tanda

peradangan

yang

disebabkan

oleh

mikroorganisme,zat kimia atau atau iritasi termik,trauma atau alergan. Pada


inflamasi permeabilitas kapiler bertambah,menyebabkan cairan edema dan
protein ke daerah inflamasi.Dexsametason dapat mencegah gangguan
permeabilitas tersebut sehingga pembengkakan dapat ditiadakan atau dapat
berkurang dan juga dapat terjadi penghambatan eksudasi sel leukosit dan sel
4

mast. Dexsametason dapat mempertahankan keutuhan membran sel dan


membran plasma sehingga kerusakan sel oleh toksin,enzim protolitik atau
sebab mekanik dapat diatasi. Dexsametason dapat menstabilkan membran
lisosom sehingga menghambat pengeluaran enzim hidrolase yang dapat
menghancurkan isi sel dan menyebabkan perluasan reaksi inflamasi. Aktifitas
anti inflamasi ini secara kuantitatif tergantung kadar hormon didaerah
meradang. Sebagai anti alergi Dexsametason menyebabkan sel limfosit yamg
berperan pada reaksi sensitisasi dan imunologik yaitu limposit B yang
menghasilkan anti bodi dan limposit T yang desensitisasi ternyata resisten
terhadap efek dekstruktif. Efek Dexsametason terhadap sel limposit ini
bersifat sekunder terhadap penghambatan sintesis protein dan metabolisme
sel. Dexsametason bekerja dengan mempengaruhi sintesa protein pada proses
transkripsi RNA.
Interaksi Obat
Dexsametason menyebabkan efek derivat kumarin melemah
(Karena jumlah trombosit meningkat),tetapi kecendrungan perdarahan
meningkat. Pemberian bersama Atropin atau Antikolinergik yang lain akan
meningkatkan tekanan intra Okuler. Dexsametason dapat meningkatkan
kebutuhan insulin atau antidiabetika oral. Metabolisme Kortikosteroid
dipercepat dengan adanya antiepilepsi : Carbamazepine dan Piramidone dan
adanya Aminoglutetimide. Dengan Salisilat dan antirematik non steroid akan
meningkatkan insiden tukak lambung dengan adanya bahaya perdarahan
gastrointestinal. Dengan antihipertensi,terjadi antagonisme terhadap efek
hipotensi. Efek Dexsametason menurun pada pemberian bersama sama
Antasid,derivat

barbiturat

(Phenobarbital),Fenitoin,Rifampisin

karena

metabolisme kostikesteroid dipercepat. Pemberian bersama sama diuretika


dan thiazide menambah resiko hipokalemia metabolisme dihambat oleh
estrogen dan pada orang tua meningkat pada hiperthyrosis.

BAB III
5

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur
(WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara
dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya,
berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan
psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat
maka setiap individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan
partisipasi aktif dari keluarganya.
Proses kelahiran merupakan permulaan bentuk hubungan baru dalam
keluarga yang sangat penting. Pelayanan keperawatan ibu akan mendorong
interaksi positif dari orang tua, bayi dan angggota keluarga lainnya dengan
menggunakan sumber-sumber dalam keluarga. Sikap, nilai dan perilaku setiap
individu dipengaruhi oleh budaya dan social ekonomi dari calon ibu sehingga ibu
serta individu yang dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan kebijakan umum kesehatan
(terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan.
Perawat

memiliki

komitmen

menyeluruh

tentang

perlunya

mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan.


Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai
klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak
menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Keberhasilan penerapan asuhan
keperawatan memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga,
petugas kesehatan dan masyarakat.
3.2 Saran
6

a. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend


dan isu keperawatan maternitas di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan
dalam tatanan layanan keperawatan.
b. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui
kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing
Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Maternitas.

Anda mungkin juga menyukai