Oleh :
SEPTINA ERIANOFA SINAGA
A 14105705
RINGKASAN
Oleh :
Septina Erianofa Sinaga
A14105705
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Judul
Nama
Nrp
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
PERNYATAAN
PENGEMBANGAN
EKSPOR
TEH
HITAM
PADA
GELAR
AKADEMIK
TERTENTU.
SAYA
JUGA
Penulis adalah anak ketiga dari delapan bersaudara yang lahir dari
keluarga J. Sianaga dan S. Simarmata. Penulis dilahirkan di Simpang Empat pada
tanggal 26 September 1984. Masa pendidikan penulis dimulai dari jenjang
Sekolah Dasar di SD Prayoga Pasaman Barat. Penulis memasuki jenjang Sekolah
Menengah Pertama di SLTP Negeri 2 Pasaman. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Pasaman.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Program
Diploma III Teknisi Medis Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006 penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas
berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Semua yang terindah selalu Ia sediakan dan berikan tepat
serta indah pada waktu Nya.
Penelitian ini berjudul Strategi Pengembangan Ekspor Teh Hitam Pada
Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal Perkebunan Gunung
Mas serta merumuskan strategi yang dijalankan sesuai dengan kondisi lingkungan
perusahaan.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca.
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas
berkat dan kasih karunia-Nya yang sungguh besar, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih pada pihak-pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.
2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator kolokium dan penguji
yang telah memberikan saran dan koreksi dalam skripsi ini.
3. Etrya, SP, MM selaku dosen komdik atas masukan dan koreksi dalam
penulisan skripsi ini.
4. Ibuku dan Ayahku tercinta atas Doa, kasih sayang, dukungan, dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
5. Kakakku tercinta Hotnida dan Meliyanti, serta adik-adikku tersayang
Rimdo Elrado Maradona, Elvina Rahmi Fitri, Boni Olan Doli, Maria
Enjelina dan Titin Theresia Nisalia.
6. Bapak Dudhy Irawadhy, SP selaku pembimbing lapang di Perkebunan
Gunung Mas PTPN VIII, Bapak Ir. Tri Hermawan dan Bapak Sugama, SE
atas waktu, kesempatan, pengarahan dan bimbingan selama penelitian.
7. Bapak Dadan Ruswandyat, Ibu Eni, Mas Wawan, Pak Yedi, dan semua
staf Perkebunan Gunung Mas atas bantuannya dalam penelitian penulis.
8. Bapak Endi Singarimbun dan staf di Kantor Pemasaran Bersama (KPB)
Jakarta, atas informasi data bagi penulis.
9. Bapak
DAFTAR ISI
iv
vi
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
II
9
10
11
14
17
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................................
3.1.1 Konsep Manajemen Strategi ........................................
3.1.2 Lingkungan Perusahaan ...............................................
3.1.2.1 Analisis Lingkungan Internal ..........................
3.1.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal. ........................
3.1.3 Konsep Perumusan Strategi ..........................................
3.1.3.1 Tahap Input ....................................................
3.1.3.2 Tahap Pencocokan ...........................................
3.1.3.3 Tahap Keputusan .............................................
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .............................................
IV
1
4
8
8
8
8
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
III
24
24
25
25
29
33
34
36
37
38
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................
4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................
4.3 Pengolahan dan Analisis Data .................................................
4.3.1 Tahap Pengolahan Data ...............................................
4.3.2 Tahap Analisis Matriks IFE dan EFE ..........................
4.3.3 Tahap Analisis Matriks IE ............................................
41
41
42
42
45
47
VI
48
49
IDENTIFIKASI
BAURAN
PEMASARAN
DAN
51
52
53
55
66
67
67
68
ANALISIS
69
69
69
74
81
81
82
86
90
91
91
92
92
93
95
97
99
100
100
101
102
102
103
103
104
VII
7.1
7.2
7.3
7.4
VIII
105
106
108
109
110
111
111
112
112
118
119
121
LAMPIRAN ...............................................................................................
123
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
31
2.
40
3.
48
4.
48
5.
89
6.
93
7.
108
8.
110
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
123
124
125
126
127
128
129
130
9. Persentase Jenis Grade dan Harga Tertimbang Teh Tahun 2006- 2007
131
10. Sasaran Mutu Pengolahan Pabrik Teh Hitam CTC Gunung Mas .......
132
11. Sasaran Mutu Pengolahan Pabrik Teh Hitam CTC Gunung Mas .......
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
Halaman
2.
3.
5.
16
6.
23
7.
43
8.
43
9.
46
10.
46
11.
50
12.
53
13.
70
14.
75
77
16.
85
17.
92
4.
15.
18.
94
19.
100
20.
103
21.
104
22.
105
23.
106
24.
107
I. PENDAHULUAN
Nilai
(US$ 000)
112.106
99.967
103.426
95.818
116.018
121.496
134.514
126.615
Ekspor teh Indonesia dari tahun 2001 hingga tahun 2007 cenderung
mengalami fluktuasi yang menurun. Penurunan ekspor ini diakibatkan karena
turunnya volume produksi. Meskipun terjadi penurunan volume produksi tahun
2007, harga jual teh Indonesia tahun 2007 merupakan angka tertinggi
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,51 U$ dolar.
Tahun 2006 merupakan perolehan nilai tertinggi ekspor teh dibandingkan pada
tahun-tahun sebelumnya selama tujuh tahun terakhir.
Secara Nasional, industri teh yang terdiri dari 90 persen teh hitam dan 10
persen teh hijau menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp1,2
trilyun (0,3 persen dari total PDB non migas) dan menyumbang devisa bersih
sekitar 110 juta dollar AS pertahun. Penurunan ekspor teh Indonesia
menyebabkan pangsa ekspor teh curah Indonesia di pasar dunia menurun menjadi
hanya 7 persen pada tahun 2002, sedangkan pangsa ekspor negara produsen teh
lainnya seperti Sri Lanka meningkat dari 18,2 persen menjadi 20 persen dan
Kenya meningkat dari 16,4 persen menjadi 18,6 persen (ITC,2003 dalam Jurnal
managemen dan Agribisnis maret 2004). Hingga tahun 2007, pangsa pasar teh
Indonesia sebesar 6,5 persen (Antara News, 2007). 2
Sebagai salah satu negara penghasil teh, Indonesia baru mampu mengekspor
antara 90.000-100.000 ton per tahun dari total kebutuhan teh dunia sebanyak tiga
juta ton per tahun (Pimpinan Asosiasi Teh Indonesia, Insyaf Malik). Prospek teh
hitam sekarang ini sangat menjanjikan, sehingga produsen-produsen teh dunia
juga banyak yang mengembangkan budidaya tehnya, karena banyak negaranegara di kawasan Eropa dan Timur Tengah, terutama negara-negara pecahan Uni
Sovyet yang meminati jenis teh hitam.3
Tingginya permintaan teh dunia, menjadi peluang yang besar bagi Indonesia
untuk dapat terus mengembangkan ekspor teh hitamnya dan bisa menguasai
pangsa pasar yang lebih besar. Hal ini juga ditegaskan oleh Badan Pangan Dunia
FAO (Food Agricultural Organization) yang memprediksi peningkatan konsumsi
teh dunia tahun 2005 sebesar tiga persen. Peningkatan konsumsi teh tersebut
didasari atas pertumbuhan populasi penduduk dunia yang akan meningkat diatas
lima persen, selain itu juga ditambah dengan gencarnya promosi tentang teh
dalam hubungannya untuk kesehatan tubuh yang dilakukan oleh produsen teh di
seluruh dunia.4
1.2 Perumusan Masalah
Perkebunan Besar Negara (PBN) di Indonesia tergabung dalam PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) dengan pengusahaan komoditas yang berbedabeda. PTPN yang mengusahakan komoditas teh adalah PTPN IV Jambi, PTPN VI
Padang, PTPN VII Bandar Lampung, PTPN VIII Bandung, PTPN IX Surakarta
dan PTPN XII Surabaya. PTPN VIII Bandung merupakan perkebunan negara
yang memberikan kontribusi ekspor teh hitam terbesar di Indonesia
Perkebunan Gunung Mas (PGM) merupakan salah satu unit produksi PTPN
VIII yang bergerak dalam bidang produksi teh hitam. Perusahaan ini memiliki
tiga unit perkebunan yaitu Gunung Mas I, Gunung Mas II, dan Cikopo Selatan.
Sekitar 80-90 persen teh hitam yang dihasilkan ditujukan untuk ekspor dan
sisanya sekitar 20-10 persen untuk pasar lokal. Tingginya persentase ekspor ini
disebabkan rendahnya konsumsi teh dalam negeri dibandingkan dengan konsumsi
teh luar negeri di beberapa Negara.
4 http:///www.asosiasi teh Indonesia.htm. 07/07/08
Tabel 3 Perkembangan, Produksi, Ekspor dan Harga Teh Hitam PGM PTPN VIII
Tahun 2001-2007
Tahun
Harga
Produksi
Ekspor
Nilai
Lokal
Nilai
Rata-rata
(Kg)
(Kg)
(US$)
(Kg)
(Rp)
Ekspor
(US$/Kg)
2001
1.16 1.385.287 1.106.420 1.286.706 278.867 1.965.341.292
2002
0.91 1.324.823
957.720 872.794,57 367.103 3.375.341.656
2003
1.02 1.629.863
830.760 847.375,5 799.103 5.431.196.389
2004
1.10 1.242.818
822.280 907.799,40 420.538 2.892.253.553
2005
1.01
958.314
646.080 656.707,20 312.234 2.166.747.471
2006
0.79
709.840
423.040 566.260,40 286.800 2.503.416.793
2007
0.56
864.660
491.300 648.190,74 373.360 3.635.042.039
Sumber: Kantor Direksi PTPN VIII Bandung, 2008 (Diolah).
pengolahan
yang melakukan
proses fermentasi
didalam proses
pengolahannya. Sistem pengolahan teh hitam terdiri dari dua jenis yaitu Orthodox
dan CTC (Cutting, Tearing, dan Curling). Sistem pengolahan teh hitam orthodox,
diolah dengan metode pengolahan secara tradisional yaitu melalui proses
pelayuan, perajangan, penyobekan, penggulungan, fermentasi, dan sortasi hingga
dihasilkan teh bubuk. Proses pengeringan dilakukan untuk menghentikan
fermentasi dengan cara menurunkan kadar air dan menghentikan kegiatan enzim
dalam daun teh.
Proses pengolahan teh hitam CTC dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: (1)
Proses pelayuan, (2) Proses penggilingan yang bertujuan untuk memecah sel-sel
daun agar proses fermentasi dapat berlangsung secara merata. (3) Proses
pengeringan, Menggunakan ECP drier (Endless Chain Pressure drier) dan FB
(Fluid bed drier) kadar air produk yang dihasilkan 3-5 persen7. Teh jenis
Ortodoks dan CTC masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi
sesuai standar.
Menurut Irawadi (1986), teh hitam diperoleh dari hasil pengolahan pucuk
teh dengan proses fermentasi sebelum pengeringan. Pada dasarnya, proses
fermentasi telah berlangsung sejak permulaan proses penggulungan dan sebagai
hasilnya adalah terjadinya perubahan warna daun, yaitu dari warna hijau menjadi
warna tembaga.
Perubahan yang penting selama proses fermentasi adalah terjadinya proses
oksidasi tanin yang akan menimbulkan warna, rasa, serta terbentuknya minyak
atsiri. Perubahan ini akan berlangsung mencapai jumlah yang optimum pada
waktu tertentu. Proses oksidasi lebih lanjut adalah melalui proses kondensasi yang
menghasilkan theaflavin berwarna kuning keemasan dan thearubigin yang
berwarna merah kecoklatan.
Hasil pengolahan teh hitam dihasilkan dua macam teh, yaitu teh daun dan
teh bubuk. Teh daun adalah bubuk teh yang selama pengolahan mengalami
penggulungan sempurna. Teh bubuk atau teh hancur (dust) adalah bubuk teh yang
selama pengolahannya daun tidak tergulung sempurna akan tetapi tersobek-sobek
sehingga diteruskan dengan menghancurkannya (Ciptadi, 1979).
Jenis-jenis mutu teh hitam menurut Spillane 1992, dapat dibagi dalam tiga
golongan dengan perincian sortasi mutu sebagai berikut:
1. Teh daun (Leaf tea), terdiri dari mutu: Orange Pekoe, Pekoe Souchon
2. Teh remuk (Broken tea), terdiri darai mutu: Broken orange Pekoe, Broken
Pekoe, dan Broken tea.
3. Teh bubuk (Powdered Tea), terdiri dari mutu: Fanning, dan Dust.
Orange Pekoe berasal dari kuncup teh yang masih tergulung dengan bulubulu halus, warna hitam mengkilat, dan titik kuning emas. Pekoe mirip dengan
orange Pekoe, tetapi lebih pendek, lebih besar-besar, warna kuning emas lebih
sedikit, demikian juga bulu-bulu halusnya, warna hitam bercampur coklat dan
bubuk ini berasal dari kuncup yang tergulung pendek, kasar, dan berwarna hitam.
Proses pengolahan teh akan mempengaruhi keberadaan katekin dalam
pucuk teh. Pada pengolahan teh hitam yang terdiri atas tahap pelayuan,
penggulungan, dan oksidasi polifenol ensimatik, pengeringan, sortasi, dan
pengepakan, penurunan katekin sangat nyata terjadi. Penurunan kadar katekin
selama pengolahan teh hijau tidak sebanyak yang terjadi pada pengolahan teh
hitam. Hal ini dimungkinkan karena adanya inaktivasi enzim oksidasi selama
proses pemanasan atau pelayuan. Tahap berikutnya adalah penggulungan,
pengeringan, sortasi, dan pengemasan.
Dalam teh hitam ditemukan senyawa catechin yang dapat melindungi otak dari
pembentukan protein yang merusak selama bertahun-tahun sehingga menjaga
kemampuan kognitif otak. Selain itu, teh juga mengandung Theanine yang dapat
melawan efek samping dari kafein.11
Tanaman teh juga bisa digunakan sebagai bahan-bahan kosmetik. Di
antaranya, untuk perawatan tubuh seperti hand & body lotion, cream antiseptik,
produk-produk perawatan rambut seperti shampo atau conditioner; perawatan
mulut seperti pasta gigi, mouthwash, dan pelindung bibir, deodorant, produk
pembersih seperti sabun atau pembersih kulit, dan perawatan kaki. Berdasarkan
penelitian akan unsur kandungan teh terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kandungan Unsur Teh Hitam dalam 100 Gram
Unsur
Kandungan
Kalori
132
Lemak
0,7
Kalsium
717
Besi
11,8
Air
7,6
Protein
19,5
Karbohidrat
67,8
Fosfor
265
Vitamin A
2.095
Vitamin C
300
Vitamin B
0,01
Sumber: Mujawati 1999 dalam Hutajulu 2005
Satuan
kal
gr
mg
mg
gr
g
g
mg
SI
mg
mg
Menurut ahli gizi Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ali Khomsan, daun teh
mengandung 30-40 persen polifenol yang dikenal sebagai katekin, lebih dari 400
komponen kimiawi telah diidentifikasi. Katekin adalah antioksidan yang kuat,
bahkan lebih kuat daripada vitamin E, vitamin C dan betakaroten. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Deparment of Biokimia, University of New Jersey
Amerika Serikat, melakukan uji mutagenesitas untuk mendeteksi sifat
11 http://www.teh.manfaat teh.htm.12/06/08
antikarsiogenik teh dan komponen kimiawi lainnya, hasilnya teh dan katekin
secara signifikan dapat menghambat mutagenesis. Artinya semakin banyak
mengonsumsi teh akan meningkatkan mutagenesis dalam tubuh sehingga
penjagaan tubuh terhadap kanker akan semakin kokoh.12
2.5 Penelitian Terdahulu
Iriana (2004), menganalisis Strategi Pengembangan Bisnis Teh, studi kasus
di Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan, faktor internal yang menjadi kekuatan utama
Perkebunan Gedeh adalah iklim kerja yang kondusif, areal konsesi yang cukup
luas, memiliki pengolahan yang sesuai standar. Kelemahan yang utama yang
dimiliki adalah pemeliharaan kebun yang belum optimal, manajemen pemetikan
yang belum tepat, penanganan pucuk yang belum optimal. Sedangkan faktor
eksternal yang menjadi peluang adalah perkembangan teknologi mekanisasi
pengolahan, adanya pelanggan yang loyal dan tingkat konsumsi dalam negeri
yang masih rendah. Ancaman terbesar yang dihadapi adalah kelangkaan pasokan
pupuk, ketergantungan produksi kepada kondisi alam, perkembangan industri teh
negara pesaing dan sistem pemasaran yang lemah.
Berdasarkan
alternatif
strategi
SWOT,
yang
kemudian
dianalisis
RKB/PMK/RKAP,
peremajaan
tanaman
untuk
meningkatkan
terbesar yang diperoleh dari pengolahan data dengan metode fixed effect adalah
variabel produksi teh hitam Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar
teh hitam Indonesia bersifat sangat responsif atau elastis terhadap perubahan
produksi teh hitam Indonesia.
Resmisari (2006), menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Teh PTPN VIII, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa variabel yang
berpengaruh secara nyata terhadap ekspor teh PTPN VIII terhadap negara Inggris
adalah harga ekspor periode t, harga domestik periode t, nilai tukar rupiah
terhadap dolar, variabel yang bersifat tidak elastis adalah volume produksi dan
harga kopi, ekspor teh ke negara Rusia dipengaruhi oleh harga ekspor periode t,
harga ekspor periode t-1, dan lag ekspor dan variabel yang paling responsif adalah
harga ekspor periode t. Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pada
taraf nyata lima persen adalah variabel harga ekspor.
Sukmawati
(2006),
menganalisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Produksi Teh Hitam serta Peramalan Harga Jenis BOP, PF, dan DUST pada
PTPN VIII Perkebunan Goalpara. Berdasarkan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi teh hitam, variabel produksi teh basah dan tenaga kerja
pengolahan secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi teh hitam pada
tingkat kepercayaan 99 persen. Penambahan penggunaan teh basah sebesar satu
persen sementara faktor-faktor produksi lain dianggap konstan (cateris paribus)
akan meningkatkan jumlah produksi teh hitam yang dihasilkan sebesar 0,933
persen. Sedangkan penambahan tenaga kerja sebesar satu persen, dengan asumsi
cateris paribus akan meningkatkan jumlah produksi teh hitam sebesar 0,142
persen. Berdasarkan hasil peramalan dengan model ARIMA, menunjukkan bahwa
pola data harga jual teh hitam jenis PF pada tiga bulan kedepan, yaitu April, Mei
dan Juni tahun ini cenderung turun dari rata-rata bulan Maret tahun ini.
Susanti (2006), menganalisis Strategi Perusahaan untuk meningkatkan
Pemasaran Lokal Produk Teh Hitam di PT Perkebunan Tambi Wonosobo, Jawa
Tengah. Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal perusahaan, yang menjadi
kekuatan perusahaan adalah adanya fasilitas karyawan yang baik, areal
perkebunan yang luas dan subur, memiliki pabrik pengolahan sendiri, kualitas dan
stabilitas mutu terjaga, produk yang dihasilkan berkualitas tinggi, terdapat divisi
penelitian dan pengembangan, dan memiliki pembeli yang tetap. Sedangkan yang
menjadi faktor kelemahan adalah kemasan produk yang kurang menarik,
kurangnya upaya promosi produk, ketersediaan mesin teh celup masih sedikit,
pemasaran dalam negeri untuk produk teh celup kurang luas, dan kurangnya
inovasi produk. Adapun yang menjadi peluang perusahaan adalah kondisi
budidaya yang cocok untuk teh, peluang pasar yang masih terbuka, hasil
penelitian tentang manfaat teh bagi kesehatan, hubungan yang baik dengan
pelanggan. Adapun yang menjadi ancaman bagi perusahan yaitu daya beli
masyarakat menurun, pesaing industri sejenis, ancaman produk substitusi,
masuknya pendatang baru dan pesaing yang gencar melakukan promosi.
Chandra Timor (2008) menganalisis Strategi Pengembangan Ekspor
Manggis pada PT Agroindo Usaha Jaya di Pasanggrahan, Jakarta Selatan.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan terhadap strategi pemasaran ekspor
manggis, faktor internal yang menjadi kekuatan adalah menguasai daerah
produksi buah manggis, mempunyai pengalaman kerja dan berorganisasi yang
baik, mempunyai ketepatan waktu dalam pendistribusian barang, harga yang
Hollylucya (2008)
Resmisari (2006)
Tatakomara
(2004)
Kristiana (2006)
Susanti (2006)
Iriana (2004)
Chandra Timor
(2008)
Judul Skripsi
Alat Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Peramalan dengan
Produksi Teh Hitam serta Peramalan model ARIMA
Harga Jenis BOP, PF, dan DUST pada
PTPN VIII Perkebunan Goalpara.
Pendekatan Error
Correction Model
Regresi
Regresi
IFE,
EFE,
QSPM
dan
1. Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, memotivasi, penyusunan staf, dan pengawasan. Robinson
(1997), menyajikan manajemen kedalam faktor personalia dan manajemen mutu.
Manajemen terdiri dari, manajemen personalia, keterampilan dan moral kerja
karyawan, efesiensi dan efektivitas kebijakan dan kepersonaliaan, tingkat keluar
masuk dan kemangkiran karyawan atas keterampilan khusus serta pengalaman
karyawan. Sedangkan kedalam manajemen mutu yaitu hubungan pemasok dengan
pelanggan, dan praktik-praktik intern untuk meningkatkan mutu produk dan jasa.
2. Pemasaran
Menurut David (2004), Riset pemasaran adalah mengumpulkan, mencatat,
dan menganalisis secara sistematis data mengenai masalah yang berkaitan dengan
pemasaran barang dan jasa yang dapat mengungkapkan kekuatan dan kelemahan
yang penting. Robinson (1997), analisis pemasaran untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan tentang pasar, bagian pasar atau sub-pasar.
Menurut Kotler (2004), bauran pemasaran adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran. Mc Carthy mengklasifiksikan alat-alat itu menjadi
empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu produk
(product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). Bauran
pemasaran merupakan bentuk strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan
dan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.
3. Keuangan
Robinson (1997), membagi faktor internal kunci ini menjadi beberapa
bagian, yaitu: (1) Kemampuan mendapatkan modal jangka pendek, (2)
Kemampuan mendapatkan modal jangka panjang dengan adanya rasio utang
modal, (3) Pertimbangan pajak, (4) Hubungan dengan pemilik, investor dan
pemegang saham, (4) Biaya masuk industri dan hambatan masuk, (5) Modal kerja,
(6) Pengendalian biaya yang efektif atas kemampuan menekan biaya, (7) Efisiensi
dan efektivitas sistem akunting biaya, anggaran dan perencanaan laba.
4. Produksi atau Operasi
Fungsi produksi atau operasi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas
yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa, yang berkaitan dengan input,
transformasi, dan output yang berbeda antar industri dan pasar. Operasi
manufactur mentransformasi atau mengubah masukan seperti bahan baku, tenaga
kerja, modal, mesin, dan fasilitas menjadi barang jadi dan jasa. Lima fungsi
manajemen atau operasi dalam keputusan, yaitu proses, kapasitas, sediaan, tenaga
kerja dan mutu. Kekuatan dan kelemahan dalam lima fungsi produksi dapat
menjadi suatu penentu keberhasilan suatu usaha dalam merumuskan suatu
strategi.
mutu
produk,
meningkatkan
efisiensi
manufaktur
dan
(2004),
mengemukakan
bahwa
analisis
eksternal
adalah
produk yang telah ada, serta melalui pengembangan proses produksi dan
pemasaran produk perusahaan. Persoalan yang berkaitan tentang teknologi akan
mendasari hampir setiap keputusan penting yang dibuat perencana strategi.
Strategi teknologi yang efektif dibuat berdasarkan analisis penetrasi dari peluang
dan ancaman teknologi, dan penilaian seberapa penting faktor-faktor ini terhadap
strategi korporasi secara keseluruhan.
5. Kekuatan Persaingan
Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi mengenai pesaing sangat
penting untuk merumuskan strategi. Mengidentifikasi pesaing utama tidak selalu
mudah karena banyak perusahaan mempunyai berbagai divisi yang bersaing di
industri yang berbeda. Persaingan industri tidak hanya terjadi diantara sesama
peserta persaingan, tetapi persaingan berakar pada situasi ekonomi.
B. Lingkungan Mikro
Suatu perusahaan dalam jangka panjang akan mampu bertahan jika
perusahaan berhasil mengembangkan strategi untuk menghadapi lima kekuatan
yang membentuk suatu struktur persaingan dalam industri yang terdiri dari
ancaman pendatang baru, kekuatan daya tawar pembeli, ancaman produk
substitusi dan persaingan diantara anggota industri.
Kekuatan Tawar
Menawar Pemasok
Strategi Persaingan
Perusahaan
Kekuatan Tawar
Menawar Pembeli
Ancaman Produk
Pengganti atau Substitusi
Gambar 1. Lima Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri.
Sumber: Porter E (1995).
bergantung pada
4. Integrasi Horisontal
Integrasi Horisontal adalah strategi mencoba memiliki atau meningkatkan
kendali atas pesaing. Strategi ini bertujuan meningkatkan pengawasan terhadap
para pesaing.
5. Penetrasi Pasar
Strategi penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk
atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang gencar. Strategi
ini sering digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan strategi lainnya.
6. Pengembangan Pasar
Pengembangan Pasar melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke
area geografis yang baru. Lima panduan mengenai kapan pengembangan bisa
menjadi strategi yang efektif yaitu: (1) Ketika perusahan sangat berhasil dalam
apa yang dilakukannya, (2) Ketika ada pasar yang belum tersentuh, (3) Ketika
perusahaan memiliki bisnis yang tidak berkaitan dan masih berkembang baik,
serta memilki sumberdaya untuk memasuki industri baru tersebut.
7. Pengembangan Produk
Merupakan strategi yang berupaya meningkatkan penjualan dengan
memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada.
3.1.3.2 Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan merupakan tahap kedua yang berfungsi untuk
mencocokkan antara kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dan peluang dan
ancaman dari faktor eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah matriks
SWOT yang sebelumnya dilakukan analisis IE untuk melihat kondisi dan posisi
perusahaan. Analisis SWOT merupakan akronim dari Strengths (kekuatan),
Analisis Lingkungan
Internal
1. Faktor Manajemen
2. Faktor Pemasaran
3. Faktor Keuangan
4. Faktor Produksi atau Operasi
5. Litbang (Penelitian dan
Pengembangan
6. SIM (Sistem Informasi
Manajemen)
Analisis Lingkungan
Eksternal
Lingkungan Industri:
1. Acaman masuknya pendatang baru
2. Kekuatan tawar menawar pemasok
3. Kekuatan tawar menawar pembeli
4. Ancaman produk substitusi
Lingkungan Makro:
1. Faktor Ekonomi
2. Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
3. Faktor Politik, Pemerintah, dan Hukum
4. Faktor Teknologi
5. Faktor Persaingan
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks IE
Analisis SWOT
Analisis QSPM
Jumlah responden yang dipilih untuk pemberian bobot dan rating pada
matrik IFE dan EFE adalah sebanyak tiga responden yaitu, Wakil Administratur
(Sinder Kepala), Sinder Pengolahan, dan Sinder Tata Usaha Keuangan (TUK) dari
pihak perusahaan PGM, PTPNVIII. Pemilihan ini didasarkan bahwa ketiga
responden tersebut memiliki pengetahuan yang cukup banyak terhadap internal
dan eksternal perusahaan karena didukung oleh latar belakang pendidikan dan
kerjasama yang erat diantara tiap-tiap manajer.
Metode pengolahan dan pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
pendekatan konsep manajemen strategis. Data dan informasi yang terkumpul
diolah dan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk memperoleh alternatif
strategi bagi perusahaan. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai faktor internal dan eksternal perusahaan. Sedangkan analisis
kuantitatif untuk mengetahui strategi yang tepat bagi perusahaan.
...
Total
...
Total
Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktorfaktor strategis internal dan eksternal yang telah dirumuskan bersama pihak
perusahaan. Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode Paired
Comparison. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot
setiap faktor penentu internal dan eksternal perusahaan. Untuk menentukan bobot
setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian
kolom adalah:
1= Jika indikator vertikal lebih penting daripada indikator horizontal
2= Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3= Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Xi
n
Xi
i=1
Keterangan :
ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1, 2, 3, ....., n
n = Jumlah variabel
Sumber: Rangkuti, 2004
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membentuk matrik IFE dan EFE
(Rangkuti, 2004) adalah:
1. Menentukan beberapa faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan
serta faktor-faktor strategi yang menjadi peluang dan ancaman, di tempatkan
pada kolom pertama.
2. Memberikan bobot terhadap faktor-faktor tersebut pada kolom ke dua dengan
skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Pembobotan
didasarkan atas tingkat kepentingan relatif faktor tersebut bagi kesuksesan
perusahaan. Total bobot yang yang diberikan harus sama dengan satu.
3. Memberikan rating 1 sampai 4 pada kolom tiga untuk menunjukkan efektivitas
perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Untuk matriks IFE faktor
yang bersifat positif yaitu dengan skala 1= kekuatan yang kecil, 2= kekuatan
yang sedang, 3= kekuatan yang besar, 4= kekuatan yang sangat besar. Untuk
faktor kelemahan merupakan kebalikan dari faktor kekuatan yaitu: 1=
kelemahan yang sangat berarti, 2= kelemahan yang cukup berarti, 3=
kelemahan yang kurang berarti, 4= kelemahan yang tidak berarti.
Sedangkan untuk matriks EFE untuk faktor peluang yang bersifat positif yaitu
dengan skala 1= peluang kecil, 2= peluang sedang, 3= peluang tinggi, 4=
peluang sangat tinggi. Untuk faktor ancaman yang bersifat negatif merupakan
kebalikan dari faktor peluang yaitu: 1= ancaman sangat besar, 2= ancaman
besar, 3= ancaman sedang, 4= ancaman kecil.
4. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor pembobotan dan
memperoleh total skor pembobotan.
5. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom empat, untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi
internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
lainnya dalam kelompok perusahaan yang sama.
4.3.2 Tahap Analisis Matrik IFE (Internal Faktor Evaluation) dan EFE
(External Faktor Evaluation).
Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor internal perusahaan. David (2004) menyatakan bahwa alat
perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks ini juga
menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan diantara
bidang-bidang.
Rating
(Yi)
Skor Pembobotan
(Xi.Yi)
Kelemahan
Xi = 1.0
Total
(Xi.Yi)
Rating
(Yi)
Skor Pembobotan
(Xi.Yi)
Ancaman
Total
Sumber: Rangkuti, 2004.
X i = 1.0
(Xi.Yi)
Skor IFE
Kuat 3.0
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
Internal
Eksternal
Opportunities (O)
Faktor Peluang
Threaths (T)
Faktor Ancaman
Strength (S)
Faktor Kekuatan
Strategi SO
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan
peluang eksternal perusahaan.
Weakness (W)
Faktor Kelemahan
Strategi WO
Strategi yang
meminimumkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang eksternal
perusahaan.
Strategi ST
Strategi WT
Strategi yang Menggunakan
Strategi yang
kekuatan internal untuk
Meminimumkan
mengatasi ancaman eksternal
kelemahan dan
perusahaan.
menghindari ancaman
Gambar 4. Matriks Analisis SWOT.eksternal perusahaan.
Sumber: Rangkuti, 2004.
utama,
Direktur
produksi,
Direktur
komersial,
dan
Direktur
lahan sisanya seluas 992,61 ha yang terdiri dari emplasement, sarana sosial, hutan
dan jurang yang semuanya merupakan kawasan lindung dan kawasan penyangga
bagi tata air daerah aliran sungai Ciliwung.
Tabel 12 Luas Areal PGM PTPN VIII
Teh
URAIAN
(Ha)
TM
TBM
Kina
(Ha)
Jumlah
(Ha)
641.42
41.62
683,04
16
12
28
Pesemaian
992.61
Lain- lain
Jumlah
657.42
53.62
1.703.65
PGM merupakan salah satu dari 43 unit produksi (kebun) milik PTPN VIII
yang memiliki dua usaha, yaitu agroindustri teh hitam sebagai bisnis inti dan
agrowisata sebagai bisnis tambahan. Perusahaan memproduksi pucuk teh sekitar
16-18 ton pucuk perhari. Pucuk teh kemudian diolah menjadi teh hitam, baik
berupa teh bubuk dengan kemasan biasa maupun teh celup. Perkebunan ini
memiliki fasilitas pengolahan teh hitam jenis CTC dengan kapasitas pengolahan
32 ton pucuk perhari. Pucuk teh yang diproduksi berdasarkan waktu giliran
pemetikan dan luas areal yang dipetik. Umumnya, gilir petik diperkebunan di
PGM berkisar antara 8-12 hari.
5.3 Visi dan Misi Perusahaan
PGM sebagai salah satu unit kerja PTPN VIII memiliki visi untuk
menjadikan perkebunannya yang tangguh dalam bidang agribisnis industri dan
agrowisata untuk memuaskan stake holder (pelanggan, pemilik saham, karyawan,
dan masyarakat) serta peduli terhadap lingkungan.
Usaha Keuangan), dan Sinder Wisata Agro. Adapun tugas dari masing-masing
jabatan adalah:
1. Administratur
Administratur membantu terlaksananya tugas dan kebijakan Direksi dalam
mengelola Perkebunan sebagai unit produksi dengan pedoman pada Rencana
Anggaran Kerja Perusahaan (RKAP) yang telah disahkan untuk mencapai hasil
usaha yang maksimal. Administratur bertanggung jawab atas kelancaran tugasnya
kepada Direksi, tugas Administratur adalah:
Menyusun rencana kerja dan rencana anggaran belanja serta rincian (Break
Down) Perkebunan yang dipimpinnya untuk paling sedikit satu tahun
periode dalam rangka penyusunan rencana anggaran belanja tahunan.
peran serta
Menyelenggarakan
sistem
administrasi
dalam
bidang
keuangan,
petugas
administrasi
di
lingkungan
kebun
dalam
rangka
4. Sinder Afdeling
Sinder Afdeling membantu terlaksananya tugas dan kebijaksanaan
Administratur dalam bidang perkebunan serta mengelola kebun baik dari segi
perencanaan dan pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tugas
dan tanggung jawab Sinder Afdeling yaitu:
Menyampaikan laporan rutin dan non rutin atas hal yang perlu dilaporkan
kepada Administratur melalui Sinder Kepala.
5. Sinder Pabrik
Sinder
Pabrik
membantu
terlaksananya
tugas
dan
kebijaksanaan
Menyusun kebutuhan tenaga kerja, barang bahan dan sarana lainnya dalam
rangka melaksanakan rencana kerja harian.
Melakukan kordinasi dengan bagian teknik dan bagian terkait lain untuk
mencapai hasil kerja yang lebih baik
Wewenang:
-
6. Sinder Teknik
Sinder
Teknik
membantu
terlaksananya
tugas
dan
kebijaksanaan
petugas
administrasi
di
lingkungan
kebun
dalam
rangka
Wewenang:
-
mengolah
komoditi hasil perkebunan berupa teh dan kina. Pabrik pengolahan teh terdiri dari
unit pengolahan teh hitam CTC dan unit pengepakan Teh Celup. Selain itu PGM
PT PN VIII juga mengelola Wisata Agro.
5.7 Pengupahan Karyawan
Peraturan kepegawaian di PGM berdasarkan kepada peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah, dengan sistem upah yang berlaku sebagai berikut:
1. Karyawan Staf, yaitu Administratur, Sinder Kepala dan Sinder Bagian.
Sistem pengupahan yang diterima yakni terdiri dari gaji tetap ditambah
dengan berbagai tunjangan berdasarkan Surat Keputusan Direksi PTPN
VIII, No: D.I/SK/383/III/1999.
2. Karyawan Bulanan, yakni karyawan di bawah Sinder Bagian namun
tanggung jawabnya lebih besar dari karyawan harian dan sebagai
pengambil keputusan dalam kapasitas kecil, misalnya seperti Mandor
besar dan Kepala urusan. Sistem pengupahannya berdasarkan Surat
Keputusan Direksi PTPN VIII No: D.I/SK/384/III/1999.
Jumlah
Karyawan
2
2
11
11
3
5
1
0
0
1
0
10
14
21
14
12
13
18
22
114
2
2
107
89
115
10
0
325
337
48
23
153
120
158
38
19
559
684
Tenaga kerja pada perusahaan berasal dari latar belakang berbeda-beda, baik
dalam hal pendidikan, usia, dan jenis kelamin. Secara umum perusahaan memiliki
sumberdaya manusia yang terdiri dari karyawan pimpinan, karyawan pelaksana,
dan karyawan golongan IA. Administratur dan sinder-sinder ditempati oleh
karyawan berpendidikan Sarjana, kecuali Sinder Teknik dan Sinder Agro. Jabatan
Mandor sebagian besar ditempati oleh karyawan berpendidikan minimal SLTP,
SMU, dan SMEA, sedangkan karyawan pemetik umumnya berpendidikan SD.
Tenaga kerja pemetik terdiri dari 315 orang, masing-masing dari Gunung
Mas I 108 orang, Gunung Mas II 92 orang dan Cikopo Selatan 115 orang. Hampir
dari separuh jumlah tenaga kerja atau 46 persen merupakan karyawan pemetik.
Komposisi usia karyawan pemetik kurang proposional, sekitar 53.8 persen berusia
antara 46-54 tahun. Hal ini menjadi salah satu kemungkinan penyebab kegiatan
pemetikan pucuk dilapang kurang optimal.
Rendahnya produktivitas tenaga kerja pemetik ini juga disebabkan oleh
faktor kondisi alam di perkebunan dengan topografi tanah yang berlereng-lereng.
Sehingga pemetik lebih senang memetik teh pada areal yang topografinya datar
dibandingkan dengan daerah berbukit-bukit. Selain itu, dapat juga disebabkan
karena sistem pemetikan yang masih bersifat manual. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, menunjukkan bahwa
penggunaan gunting dan mesin petik dapat meningkatkan kapasitas pemetik dua
kali lipat dibandingkan cara manual, dan memacu pertumbuhan pucuk. Agar mutu
hasil terjaga, keterampilan penggunaan alat petik perlu ditingkatkan.13
PGM mempekerjakan karyawan tetap dan karyawan tidak tetap atau lepas.
Perbedaan dari kedua jenis karyawan ini terletak pada hak-hak akan fasilitas dan
tunjangan. Karyawan tetap memperoleh tempat tinggal, fasilitas pengobatan,
tunjangan dan bonus tahunan. Sedangkan karyawan tidak tetap, tidak memperoleh
fasilitas tersebut. Karyawan lepas ini dipekerjakan dibagian kebun dan pabrik
bagian pengolahan. Karyawan lepas dibutuhkan ketika luas panen bertambah dan
hasil pucuk yang meningkat, penambahan disesuaikan dengan kebutuhan kebun
dan pabrik pengolahan (Sinder Pengolahan).
Pelayanan Kesehatan
Pendidikan
Koperasi
Koperasi karyawan didirikan pada tanggal 3 Maret 1973 dengan badan hukum
No. 5515/DK/10/9. Koperasi ini bergerak dalam bidang pengadaan bahan pokok
dan simpan pinjam.
Teh hitam yang telah selesai diproduksi akan disimpan pada peti miring (tea
bins) yang terdapat di ruang pengepakan. Teh dalam peti miring ini merupakan
persediaan bagi perusahaan. Berat bersih (netto) per sak pada peti miring untuk
tiap grade berbeda-beda. Tingkat persediaan pada peti miring akhir tahun 2005
terdapat pada Lampiran 2.
Tabel 14 Persediaan Teh Minimal pada Peti Miring dan Berat Bersih per sak Tiap
Grade
Grade Teh
Persediaan Peti Miring (kg)
Berat Bersih per sak (Kg)
960
48
BP I
1060
53
PF I
1120
56
PD
1200
60
DI
1040
52
Fanning
1200
60
DII
2000
50
FNGS
Sumber: Bagian Pengolahan, PGM
Pengepakan tiap grade teh dilakukan apabila persediaan dalam peti miring
telah cukup. Bubuk teh akan dialirkan melalui conveyor yang berfungsi untuk
mempermudah pemasukan teh ke dalam paper sack menuju tea bulker. Tea bulker
merupakan penyimpanan sementara sekaligus sebagai tempat untuk mengaduk teh
kering sehingga teh yang akan dipak menjadi lebih seragam. Dibawah tea bulker
terdapat vibro mini yang berfungsi untuk menyaring bubuk teh dari benda-benda
asing. Selanjutnya teh bubuk dibawa kembali oleh conveyor, pada conveyor
tersebut terdapat magnetic trap yang berfungsi menangkap benda asing yang
terbuat dari logam selajutnya menuju tea parker. Selengkapnya, alur proses
pengolahan yang terdiri dari alur proses basah, alur proses kering, alur proses
pengepakan, dan alur gigir dan proses ulang terdapat pada Lampiran 3.
importir teh karena dilihat dari harga jualnya lebih tinggi (Sinder Pengolahan).
Namun dilihat dari persentase mutu I, II dan II dari tahun ketahun masih
mengalami fluktuasi. Dari tahun 2003 hingga tahun 2007 peningkatan mutu I
hanya terjadi pada tahun 2004 hingga 71,8 persen sedangkan tahun 2005 hingga
tahun 2007 persentase mutu I hanya mencapai rata-rata 69 persen, lampiran 8.
Manajemen Pabrik Teh Hitam CTC PGM PTPN VIII telah menetapkan,
mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara Sistem Manajemen Mutu dan
Keamanan Produk sesuai dengan standar ISO 9001:2000 dan persyaratan HACCP
yang menyangkut :
Memberikan
kerangka
dasar
bagi
pengendalian,
pencegahan
Selain dalam hal sistem manajemen mutu pengolahan pada lampiran 10, PGM
juga menerapkan dalam hal manajemen lain seperti manajemen mutu teknik, TUK
dan manajemen.
B. Harga
Harga jual teh hitam tergantung pada mutu dan sistem penjualannya. Dari
segi mutu, harga teh mutu I lebih tinggi dibandingkan dengan jenis mutu II.
Sedangkan berdasarkan sistem penjualan, harga pada sistem lelang lebih tinggi
dibandingkan harga sistem free sale ataupun penjualan lokal. Saat ini, berdasarkan
permintaan dari negara pengimpor, volume jenis mutu teh D1 dan PF I lebih
banyak diminta dengan harga yang lebih tinggi. Berdasarkan penjualan ekspor
yang terjadi di KPB Jakarta tahun 2008, harga lelang berdasarkan jenis mutu teh
hitam perusahaan yaitu:
Tabel 15 Harga Realisasi Teh Hitam PGM Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Mutu
Jenis
PLUFF
BP.1 PF.1 PD
D.1
FANN
D.2
FNGS BM.2
mutu
teh
Harga
(U$/Kg)
1,37
1,45
1,37
0,35
0,10
Karyawan) Bandung. Promosi teh Walini saat ini masih belum dikenal oleh
konsumen karena promosi baru dilakukan untuk daerah Jawa Barat.
Penjualan ekspor dilakukan oleh kantor Direksi melalui Kantor Pemasaran
Bersama (KPB) di Jakarta. Dalam hal ini, PGM hanya berfungsi sebagai
perusahaan yang memproduksi, sedangkan pemasaran sepenuhnya dilakukan oleh
pihak kantor direksi PTPN VIII Bandung. Pengiriman sampel teh PGM dilakukan
dengan mengirimkan beberapa chop sampel teh setiap senin dan kamis, untuk
dilakukan pengujian kembali dibagian teknologi Bandung dan untuk ditawarkan
kepada pihak pembeli. Penjualan ekspor dilakukan dengan dua cara, yaitu
pelelangan (auction) dan sistem kontrak. Harga yang berlaku dengan sistem
penjualan secara lelang biasanya mengacu pada harga pasar yang dimonitor dari
London, Rotterdam, Kuala Lumpur, Singapura, Tokyo, New York. Apabila terjadi
kesepakatan untuk penjualan ekspor, teh hitam dikirim menggunakan truk untuk
diangkut ke pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Penjualan teh hitam PGM masih bersifat terbatas, dimana teh hitam yang
dihasilkan pada umumnya dijual dengan sistem lelang. Dalam hal ini, kurangnya
usaha yang dilakukan untuk melakukan sistem penjualan dengan cara lain seperti
melakukan direct marketing atau pemasaran langsung kepada pihak pengguna.
promosi
yang
telah
dilakukan
hingga
saat
ini
masih
6.1.1.3 Keuangan
Sistem pemodalan PGM berasal dari kantor direksi sesuai dengan anggaran
yang sudah disetujui oleh dewan direksi. Dari setiap bagian, Administratur, Sinder
Kepala, Sinder Teknik, Sinder TUK dan Sinder Pabrik membuat Permintaan
Modal Kerja berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Triwulan dan
diuraikan secara rinci dalam Rencana Kerja Bulanan, sehingga setiap kegiatan
yang dilakukan berdasarkan rencana kerja yang sudah ditetapkan oleh kantor
direksi.
6.1.1.4 Produksi dan Operasi
Secara umum sistem produksi di PGM dapat dibedakan menjadi dua
subsistem, yaitu kegiatan yang dilakukan di subsistem kebun dan kegiatan yang
dilakukan di subsistem pabrik (pengolahan). Hubungan antara kedua sub sistem
tersebut sangat erat karena keberhasilan dalam subsistem kebun secara langsung
akan menjadi dasar bagi keberhasilan sub sistem pengolahan dalam menghasilkan
produk teh yang berkualitas.
Kegiatan-kegiatan yang berada dalam satu sistem juga memiliki keterkaitan
satu sama lain dan masing-masing kegiatan memiliki peran dalam membentuk
kualitas. Oleh karena itu, untuk menghasilkan produk teh yang berkualitas pada
lini akhir maka perlu memperhatikan kualitas dalam setiap kegiatan pada masingmasing subsistem.
yang
dilakukan
di
subsistem
kebun
meliputi
kegiatan
Organisme
Pengganggu
Tanaman
(OPT),
pembuatan
dan
dalam,
memudahkan akar tanaman teh menembus tanah sehingga dapat menaikkan unsur
hara yang telah tercuci ke lapisan bawah.
C. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Kegiatan pemeliharaan TM bertujuan untuk menyediakan bahan baku pucuk
teh secara berkesinambungan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan antara lain meliputi pemupukan,
pemangkasan, penyiangan dan pengendalian OPT. Kegiatan pemupukan
dilakukan tiga kali dalam setahun, yaitu pada triwulan I, II, IV. Pemupukan yang
dilakukan dapat diberikan melalui daun setiap minggu dengan pupuk daun.
Setelah bibit berumur lima hingga enam bulan, pemupukan dapat diselingi dengan
pupuk urea dengan dosis dua gram per liter dan dilakukan tiap dua minggu sekali.
D. Pemetikan
Pemetikan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem pemetikan dan
syarat pengolahan yang berlaku. Pemetikan bertujuan untuk menyediakan
kebutuhan bahan baku pucuk melalui pengambilan hasil pucuk tanaman yang
telah memenuhi syarat-syarat pengolahan. Selain itu, pemetikan juga membentuk
kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan.
Sehingga kegiatan pemetikan memegang peranan yang sangat penting dalam
membentuk kualitas teh yang dihasilkan (Setyamidjaja, 2002).
11-14
4-9
2-4
Kafein (%)
4
2-3
1
1
Berdasarkan Tabel 16, bagian kuncup dan daun muda pertama memiliki
kandungan polifenol dan kafein paling tinggi dibandingkan dengan bagian yang
lain (tangkai dan ranting). Apabila pucuk yang dipetik lebih banyak mengandung
daun tua, artinya semakin rendah kandungan polifenol dan kafeinnya. Komposisi
kimia daun teh sangat berpengaruh terhadap mutu bubuk daun teh yang dihasilkan
akibat reaksi yang terjadi selama proses pengolahan.
B. Pelayuan
Proses pengolahan teh hitam pada PGM menggunakan sistem CTC
(Crushing, Tearing, Curling). Pucuk teh yang berasal dari pemetikan medium
murni ditimbang, kemudian kadar air diturunkan hingga 40 persen dengan cara
melayukan pucuk teh selama kurang lebih 14-24 jam. Pelayuan pengolahan teh
hitam CTC memiliki tingkat layu pucuk yang ringan dengan derajat layu 32-35
persen dan kadar air 65-68 persen. Proses pelayuan membutuhkan waktu 4-6 jam
dan masih memerlukan pelayuan kimia selama 10-18 jam. Pemakaian hembusan
udara panas hanya dilakukan apabila pucuk dalam keadaan basah, pembalikan
pengurapan tetap dilakukan agar memperoleh hasil layuan yang merata dengan
cara pucuk dihamparkan diatas palung layuan yang berkapasitas 25-30 kg per
meter.
C. Penggilingan
Penggilingan persiapan dilakukan dengan menggunakan alat Barbara Leaf
Conditioner (BLC). Kemudian dilanjutkan dengan mesin CTC, yang mampu
menghasilkan hampir seluruh sel daunnya pecah sehingga dihasilkan oksidasi
enzimatik (fermentasi) senyawa polifenol lebih banyak. Mesin giling CTC yang
dipakai adalah CTC Triplex. Pada mesin giling ini dipasang alat pengukur
kecepatan rol agar menghasilkan bubuk dengan ukuran yang dikehendaki, untuk
memudahkan dalam pengoperasiannya dan menghindari kemacetan. Suhu bubuk
yang keluar dari gilingan berkisar antara 30-32C.
D. Fermentasi
Fermentasi bubuk basah memerlukan suhu udara rendah, yaitu 25C dan
kelembaban tinggi 90-100 persen. Fermentasi terhadap bubuk basah sudah
dimulai sejak pucuk digiling pada gilingan persiapan di BLC akan tetapi
memerlukan proses fermentasi yang lebih intensif untuk dapat memperoleh mutu
teh hitam kering optimal. Udara lembab dihembuskan dari bawah trays (baki-baki
wadah bubuk) secara sistematis melalui hamparan bubuk basah.
E. Pengeringan
Prinsip pengeringan teh hitam CTC dengan menghentikan proses fermentasi
dan menurunkan kadar air dalam teh hitam kering mencapai 2,5-3,5 persen tanpa
mengalami kegosongan (over fired). Mesin pengering yang dipakai adalah mesin
Fluid Bed Dryer 6 Section (ECP).
F. Sortasi
Sortasi bertujuan untuk memisahkan jenis teh yang dihasilkan berdasarkan
bentuk, warna, ukuran partikel, berat jenis, dan kandungan serat atau tulang.
Sehingga hasil dari sortasi tersebut diperoleh partikel bubuk teh yang seragam
sesuai standar yang diinginkan konsumen atau pasar. Sortasi teh hitam pada
pengolahan teh hitam CTC lebih sederhana dibanding teh hitam ortodox. Teh
hitam CTC ukurannya lebih seragam dan serat-serat tercampur hanya sedikit
karena telah banyak dikeluarkan (terbuang) saat proses pengeringan dilaksanakan
melalui cyclon dust collector. Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan serat
dan teh tangkai partikel teh hitam yang ukurannya seragam. Tinggi rendahnya
persentase serat yang terkandung dalam keringan teh hitam sangat dipengaruhi
oleh tingkat kehalusan pucuk. Semakin halus pucuk yang diolah, semakin rendah
kandungan seratnya.
G. Pengepakan
Bubuk teh yang keluar dari tea packer dikemas ke dalam kemasan sesuai
berat bersih tiap grade. Kemasan yang digunakan untuk ekspor menggunakan
paper sack dengan berat 0,7 kg. Kemasan paper sack terbuat dari kertas yang
didalamnya dilapisi tiga lapisan (ply standard), yaitu lapisan luar (wet strength),
lapisan tengah (high perfomance kraft), dan lapisan dalam aluminium foil atau
kraft laminate. Penggunaan paper sack ini untuk menjaga mutu teh tetap terjamin.
Sedangkan untuk lokal disebut bag, yaitu karung plastik dengan inner plastik.
Teh yang sudah dikemas dapat disimpan selama satu tahun terhitung dari
tanggal pengepakan. Jika penyimpanan telah melebihi satu tahun maka dilakukan
pengujian sampel kembali. Apabila teh tersbut masih memenuhi standar mutu,
maka masih layak dipasarkan. Namun apabila hasil uji mutu menunjukkan
penurunan standar yang ditetapkan, dilakukan hersortasi, blend produk baru, dan
down grade.
1. Penimbangan Pucuk
5. Fermentasi
2. Pelayuan
6. Pengeringan
3. Pra Giling
7. Sortasi
4. Penggilingan
8. Pengepakan
Gambar 5. Alur Proses Pembuatan Teh Hitam CTC di Pabrik Pengolahan PGM.
Sumber: Pabrik Pengolahan Teh CTC PGM, 2008.
Teh merupakan salah satu jenis minuman yang telah banyak dikonsumsi
oleh masyarakat di berbagai negara. Budaya minum teh di beberapa negara
menjadikan teh sebagai salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi di negara
tersebut. Jepang dan Inggris merupakan contoh negara dimana minum teh telah
menjadi budidaya dalam kehidupan masyarakatnya. Di negara-negara Barat
konsumsi tehnya lebih dari 80 persen menggunakan teh hitam, sedangkan di
Amerika Serikat konsumsi teh hitam mencapai lebih dari 90 persen.
Kultur atau budaya minum teh di negara Barat, berbeda dengan budaya di
Indonesia, dimana bagi negara Barat teh memiliki nilai yang merupakan budaya
sehingga mereka memilih jenis mutu teh yang tinggi. Bila dibandingkan dengan
Indonesia, teh dijadikan sebagai pewarna air minum. Sehingga hingga saat ini,
masyarakat Indonesia terbiasa dengan mengonsumsi jenis teh dengan kualitas
rendah.
Limbah yang berasal dari pabrik ini tidak berbahaya, karena dilakukan uji
coba terhadap kandungan unsur limbah dengan membuat kolam khusus ikan yang
airnya berasal dari pembuangan limbah pabrik, dan ikan dapat hidup dalam kolam
tersebut. Namun saat ini, PGM sedang mengusahakan dalam pembuatan
pembuangan limbah khusus (Sinder Pengolahan).
6.1.2.1.4 Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi dapat menjadi katalisator bagi berkembangnya
suatu usaha. Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung merupakan salah
satu lembaga yang bergerak dalam bidang penelitian teh Indonesia diantaranya
dalam menghasilkan klon-klon teh yang unggul yang memiliki produktivitas
tinggi, dan penelitian untuk teknik budidaya teh yang baik sehingga dihasilkan
kualitas teh yang tinggi. Keberadaan lembaga ini memberikan informasi teknologi
yang sangat dibutuhkan oleh pengusaha-pengusaha perkebunan.
Berkembangnya ilmu pengetahuan, mendorong melakukan penelitianpenelitian untuk mengetahui manfaat teh hitam. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan selama empat tahun oleh para ilmuwan di Singapura, secangkir teh
hitam baik untuk otak karena memperlambat kerusakan sel dan menjaga daya
ingat tetap tajam di usia tua. Para ilmuwan Universitas tersebut menemukan
catechin, senyawa alami teh yang melindungi sel-sel otak dari pembentukan
protein yang merusak selama bertahun-tahun dan dapat menjaga kemampuan
kognitif otak
2006
2007
312.156
314.915
286.594
215.672
105.116
95.339
343.703
294.254
289.431
153.797
110.929
83.659
Pendatang baru dari luar negeri, seperti Vietnam yang belum lama masuk ke
dalam industri teh sudah dapat merebut pangsa pasar industri teh yang lain.
Keberhasilan Vietnam masuk kedalam industri teh dikarenakan biaya tenaga kerja
yang jauh lebih murah dibandingkan dengan Indonesia, begitu juga dengan
negara-negara lain. Dilihat dari biaya tenaga kerjanya seperti India, Cina, Kenya,
Bangladesh dan Vietnam rata-rata biaya tenaga kerjanya satu dolar per hari,
sedangkan biaya tenaga kerja di Indonesia kurang lebih dua dolar per hari. Hal ini
menjadi potensi masuknya negara-negara lain kedalam industri teh (Sinder
Pengolahan).
6.1.2.2.2 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Bahan baku utama yang digunakan dalam kegiatan produksi di perusahaan
adalah pucuk teh yang segar. Dalam memenuhi bahan baku tersebut perusahaan
tidak tergantung kepada pemasok, karena perusahaan memiliki perkebunan teh
sendiri dengan areal perkebunan teh yang cukup luas. Tetapi bahan baku pucuk
tergantung kepada alam, dimana bila musim penghujan, maka pucuk teh yang
dihasilkan akan lebih banyak bila dibandingkan dengan musim kemarau dengan
luas areal petik yang sama. Hal ini disebabkan karena tanaman teh membutuhkan
curah hujan yang tinggi (Setyamidjaja, 2004).
Perusahaan mempergunakan jasa pemasok untuk penyediaan faktor input
seperti pupuk. Ketersediaan pupuk oleh perusahaan dilakukan dengan menyiapkan
persediaan di gudang sesuai kebutuhan. Perusahaan bekerjasama dengan beberapa
pemasok pupuk. Kerjasama ini berjalan dengan baik, sehingga perusahaan tidak
perlu kawatir lagi untuk kebutuhan pupuknya. Sama halnya juga untuk
kebutuhan-kebutuhan pabrik dilakukan dengan kerjasama dengan pihak lain.
6.1.2.2.3 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Konsumen atau pembeli memiliki daya tawar menawar yang sangat kuat
apabila dibandingkan dengan posisi produsen. Konsumen yang sebagian besar
dikuasai oleh pembeli dari luar dapat dengan mudah mempermainkan harga teh di
pasar, misal pada saat auction atau lelang di KPB Jakarta. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena masih rendahnya tingkat konsumsi teh Indonesia, sehingga
berapapun produksi teh yang dihasilkan harus dijual ke pihak luar.
Posisi antara konsumen dan produsen teh tidak seimbang, dimana posisi
tawar menawar konsumen lebih kuat dibandingkan dengan produsen. Hal ini
terjadi disebabkan karena pucuk teh yang harus selalu dipanen. Sehingga
meskipun harga jual teh rendah, produsen tetap memproduksi untuk mencegah
kerusakan pucuk yang dihasilkan. Selain itu, teh merupakan jenis komoditi yang
mudah rusak sehingga produsen tidak mau mengambil resiko untuk menahan
persediaan di gudang terlalu lama.
6.1.2.2.4 Ancaman Produk Pengganti atau Substitusi
Beredarnya banyak merek soft drink di pasar yang disertai upaya promosi
yang gencar merupakan ancaman tersendiri bagi produk-produk teh. Konsumen
menghendaki jenis minuman yang praktis, hal ini menjadi peluang bagi
perusahaan untuk menciptakan produk teh yang praktis dan siap dikonsumsi.
Sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan, PGM akan menciptakan
produk teh kemasan yang siap minum.
Saat ini yang menjadi produk substitusi teh ini adalah teh bunga rosella yang
baru-baru ini sedang digalakkan untuk dikembangkan, fungsi teh bunga rosella ini
hampir sama dengan teh hitam yaitu menurunkan tekanan darah tinggi dan
kolesterol, melancarkan peredaran darah, memperbaiki saluran kencing dan ginjal,
menyehatkan jantung, mencerahkan kulit dan mengandung vitamin C, D, B1, B2
dan Kalsium. Namun dilihat dari sisi kandungannya, unsur kandungan yang
dimiliki oleh teh hitam, belum terdapat pada jenis produk substitusi yang lain.
6.2 Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan
6.2.1 Identifikasi Lingkungan Internal Perusahaan
Identifikasi lingkungan internal diperoleh melalui wawancara dengan pihak
perusahaan. Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal perusahaan
diperoleh kekuatan dan kelemahan perusahaan terdapat pada Tabel 20.
Tabel 20 Identifikasi Lingkungan Internal PGM PTPN VIII
Faktor-Faktor Internal
Kekuatan
Kelemahan
A. Memiliki perkebunan dan pabrik
E. Kandungan unsur bahan organik
pengolahan sendiri.
(BO) tanah rendah.
B. Sistem organisasi yang
F. Fungsi litbang yang masih kurang
terspesialisasi berdasarkan fungsi
dimanfaatkan dengan maksimal.
dan tugas.
G. Produktivitas tenaga kerja
C. Tenaga kerja yang disesuaikan
pemetik rendah.
berdasarkan serikat pekerja
H. Sistem pemasaran yang terbatas.
perkebunan (SP-BUN).
I. Letak topografi perkebunan yang
D. Produk sudah terstandarisasi
berada diantara dataran rendah
berdasarkan sertifikasi ISO dan
hingga medium.
HACCP.
6.2.2
Kelemahan
E. Kandungan unsur bahan organik (BO) tanah rendah.
F. Fungsi litbang masih kurang dimanfaatkan dengan maksimal.
G. Produktivitas tenaga kerja pemetik rendah.
H. Sistem pemasaran yang terbatas.
I. Letak topografi perkebunan yang berada diantara dataran
rendah hingga medium.
Rata-rata
Rating
Bobot
0,102
0,141
0,072
0,139
Bobot
3,333
4
2,667
3,333
Rating
0,086
0,132
0,113
0,134
0,081
2,667
1,667
2
2
3
Skor
0,339
0,565
0,191
0,463
Skor
0,228
0,22
0,227
0,269
0,243
2.744
Total skor rata-rata matriks IFE adalah 2,744. Hal ini menunjukkan bahwa PGM
mempunyai kekuatan internal diatas rata-rata yaitu 2,50. Ini berarti PGM
mempunyai kekuatan yang besar dan mampu mengatasi kelemahan usahanya.
7. 2 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Analisis matriks EFE merupakan hasil dari identifikasi dari faktor-faktor
eksternal berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh
terhadap PGM. Penilaian bobot dan rating dilakukan dengan mencari rata-rata
nilai bobot dan rating ketiga responden dari pihak manajemen perusahaan. Hasil
analsis matriks EFE terdapat pada tabel 23.
Tabel 23 Hasil Analisis Matriks EFE PGM PTPN VIII
Faktor Eksternal
Peluang
Bobot
Rata-rata
Rating
Skor
0.124
0.099
0.099
0.080
0.084
2.000
2.333
3.333
3.000
2.000
Ancaman
Bobot
Rating
0.097
0.077
2.666
4.000
0.259
0.308
0.054
0.077
3.666
2.000
0.198
0.154
0.080
2.333
0.187
0.049
0.080
3.000
3.000
0.147
0.240
0.248
0.231
0.329
0.240
0.168
Skor
2.709
Matriks IE diperoleh dari hasil penggabungan matriks IFE dan EFE. Dari
hasil analisis matriks IE ini maka dapat diketahui posisi PGM. Berdasarkan nilai
total skor dari matrik IFE sebesar 2.744 yang menggambarkan bahwa kemampuan
perusahaan dalam mengakomodir faktor strategis internal dalam kondisi rata-rata.
Pada matriks EFE memiliki total skor sebesar 2.709, yang menggambarkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghadapi peluang dan ancaman juga dalam
kondisi rata-rata.
Skor IFE
2,744
Kuat
3.0 Rata-rata
2.0
Lemah
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
1.0
2,709
membuat produk baru, atau produk teh hilir untuk diekspor. Dalam
Strengths (S)
1. Memiliki perkebunan dan pabrik
pengolahan sendiri (S1)
2. Sistem organisasi terspesialisasi
berdasarkan fungsi dan tugas
(S2).
3. Tenaga kerja yang disesuaikan
berdasarkan serikat pekerja
perkebunan (SP-BUN).
4. Produk sudah terstandarisasi
berdasarkan sertifikasi ISO dan
HACCP (S4).
Weakness (W)
1. Kandungan unsur bahan
organik (BO) tanah yang
rendah (W1)
2. Fungsi litbang masih kurang
dimanfaatkan dengan
maksimal (W2)
3. Produktivitas tenaga kerja
pemetik rendah (W3).
4. Sistem pemasaran yang
terbatas (W5).
5. Letak topografi perkebunan
yang berada diantara dataran
rendah hingga medium (W6)
Opportunities (O)
Strategi S O
1. Pertumbuhan penduduk dunia 1. Memperluas pangsa pasar (S1, S2,
(O1)
S4-O1, O2, O3,O5)
2. Hasil penelitian akan
manfaat teh bagi kesehatan
2. Meningkatkan kualitas produk
(O2)
untuk menghadapi ancaman
3. Tingkat konsumsi teh luar
pesaing dan produk substitusi (S1,
negeri yang tinggi (O3)
S3, S4-O1,O2,O3,O5)
4. Lahan perkebunan perusahaan
yang masih tersedia (O4)
5. Tersedia lembaga riset dan
pengembangan (O5)
Strategi W O
1. Meningkatkan produktivitas
pemetik ( W3, W4-O1, O3)
Treaths (T)
1. Produksi tergantung alam
(T1)
2. Pesaing Global lebih efisien
dalam biaya produksi dan
pengolahan (T2)
3. Kenaikan harga BBM dan
tarif listrik (T3)
4. Kebijakan pemerintah untuk
Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan air (T4)
5. Non tariff barrier dengan
adanya sertifikasi (T5)
6. Penjarahan tanah PGM (T6)
7. Daya saing teh Indonesia
yang rendah (T7)
Strategi W T
1. Meningkatkan
kerjasama
dengan lembaga-lembaga
terkait untuk meningkatkan
mutu dan teknologi baru
(W1, W2, W3, W4, W5-T1,
T2, T3, T7)
Internal
Eksternal
Strategi S T
1. Menekan biaya operasional
perusahaan (S1,S4-T2, T3, T4).
2. Memperluas areal
perkebunan yang masih
tersedia (O1,O2,O3,O4)
untuk
memperbaiki
kelemahan
internal
perusahaan
dengan
strategi alternatif yang dilakukan oleh PGM. Beberapa alternatif strategi yang
dipilih yaitu:
1. Memperluas pangsa pasar dengan memperluas negara tujuan ekspor.
Karena PGM tidak melakukan fungsi pemasaran, namun dengan
mempertahankan dan meningkatkan kerjasama yang baik dengan para
pembeli, akan dapat mempertahankan pasar yang sudah dimiliki dan
peluang bagi pasar baru. Hal ini dilakukan dilihat dari sisi kekuatan yang
dimiliki perusahaan dengan produk yang sudah terstandarisasi berdasarkan
ISO dan HACCP, dan peluang pertumbuhan penduduk dunia, hasil
penelitian tentang manfaat teh bagi kesehatan, serta tingkat konsumsi teh
luar negeri yang tinggi.
2. Meningkatkan kualitas produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan
produk substitusi. Meningkatkan kualitas atau mutu dan karakteristik teh
sangat penting guna dapat mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada
dan menjaring pasar-pasar baru.
3. Meningkatkan produktivitas pemetik dapat dilakukan dengan mengurangi
jumlah pemetik, khususnya pemetik yang sudah lanjut usia. Hal lain yang
dapat dilakukan dengan sistem pemetikan yaitu pemetikan dengan
menggunakan gunting, sehingga memudahkan proses pemetikan dengan
kuantitas yang lebih banyak, sehingga dapat mengurangi biaya tenaga
kerja pemetik.
mengakibatkan
perusahaan
berusaha
menekan
biaya
terkait
untuk
operasionalnya.
6. Meningkatkan
kerjasama
dengan
lembaga-lembaga
riset
menjadi
peluang
bagi
perusahan
untuk
kerjasama
dengan
lembaga-lembaga
terkait
untuk
pangsa
pasar
dapat
dilakukan
karena
produk
sudah
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terhadap strategi pengembangan
ekspor teh hitam di PGM yang meliputi analisis IFE, analisis EFE, IE, analisis
SWOT dan analisis QSPM dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor internal yang menjadi kekuatan PGM adalah sistem organisasi
terspesialisasi berdasarkan fungsi dan tugas, produk sudah terstandarisasi
berdasarkan sertifikasi ISO dan HACCP, memiliki perkebunan dan pabrik
pengolahan sendiri, tenaga kerja yang disesuaikan berdasarkan serikat pekerja
perkebunan (SP-BUN). Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah: letak
topografi perkebunan yang berada diantara dataran rendah hingga medium,
kandungan unsur bahan organik (BO) tanah
2. Meningkatkan kualitas mutu teh yang dihasilkan, dimulai dari sub sistem kebun
hingga sub sistem pengolahan.
3. Mempertahankan wilayah pemasaran yang sudah ada dan dengan terus menjaga
hubungan baik dan kerjasama dengan para pembeli khususnya pembeli yang
melakukan kunjungan langsung ke perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 2.
Tingkat Persediaan Teh PGM Pada Peti Miring
PERSEDIAAN
NO
Peti Miring
GRADE
Kontrak
Bebas
Jml A
Terjual
Free sale
Auction
-
Belum
Terjual
11.520
11.520
Jml B
Jumlah
Persediaan
(A + B)
12.770
BP. 1
1.250
1.250
PF. 1
1.100
1.100
9.540
9.540
10.640
PD
2.204
2.204
17.920
17.920
20.124
D1
900
900
9.600
9.600
10.500
FANN
992
992
12.480
12.480
13.472
6.446
6.446
61.060
61.060
67.506
6.000
6.000
7.035
Mutu I
6
D. 2
1.035
1.035
FNGS. II
2.121
2.121
4.000
4.000
6.121
3.156
3.156
10.000
10.000
13.156
Mutu II
8
BM 2
1.177
1.177
12.000
12.000
13.177
PLUFF
1.415
1.415
2.400
2.400
3.815
2.592
2.592
14.400
14.400
16.992
12.194
12.194
85.460
85.460
97.654
Mutu III
JUMLAH
Sumber: Pabrik, PGM PTPN VIII.
Lampiran 3.
Alur Proses Pengolahan Teh Hitam CTC, PGM
PENIMBANGAN
ANALISA B.BAKU
Monorail
Pucuk
basah
Pucuk layu
Alat pelayuan (trough)
PELAYUAN
PENGGILINGAN
condition
Triple CTC
Green leaf
Barbora leaf
sifter
Fermenting unit
OKS. ENZIMATIS
Cyclone
PENGERINGAN
Vibro mesh
SORTASI
Dust/fibre
Vibro blank
Chota Shifter
Dust/
fibre
Winnower
Tea bin
PENGEPAKAN
Cyclone
HE
Mydleton
Paper sack
Bulker
Bag
shaper
Lampiran 4.
Alur Proses Basah
I. PENERIMAAN
PUCUK DI PABRIK
Interval aplikasi
ya
Pestisida-
III. PEMBEBERAN
1. Withering trough
- Pengisian WT
Tidak
Pucuk ditolak
Udara segar
PELAYUAN
- Pembalikan pucuk
- waktu : 10 24 jam
- Pemberian udara panas bila selisih
termometer dry/ wet < 2OC
- Kadar air pucuk layu 68-74%
II. PEMERIKSAAN
ANALISA PUCUK
TURUN LAYU
- Penurunan pucuk layu
2. Monorail
IV. PENGGILINGAN
Kerikil
Magnetic trap
Udara segar
Air pelembab
2. Konveyor
Kondisi Proses:
- Suhu udara 19-26OC
- Kelembaban 90-98%
Magnetic trap
4. Triple CTC
- Membentuk bubuk teh basah
berupa butiran
V. OKSIDASI ENZIMATIS
Fermenting Unit
- Lama proses 60 100 mnt
- proses oksidasi enzimatis
untuk pembentukan inner
dan outer quality
PROSES KERING
Keterangan:
Magnetic trap
MT Ga/Gb
01,02&03,Menangkap
logam ferrous
Agar tidak merusak mesin
BLC
Udara lembab
sisa oksidasi
enzimatis
MT Ga/Gb 04&05
Menangkap logam ferrous
Agar tidak merusak mesin
CTC
Lampiran 5.
Alur Proses Kering
PROSES BASAH
2. Refiring
VI. PENGERINGAN
1. Fluid Bed Drier
- Temperatur inlet 100-120OC
- waktu 15 18 menit
- membunuh mikroba
Udara bersih
untuk pemanas
- Fibre
- Uap air
T<100 OC
t<15 mnt
T>120 OC
t>18 mnt
Parameter proses
ya
logam
3. Konveyor
Mtt P11
1. Konveyor
VII. SORTASI
2. Mydleton
- Memisahkan berdasarkan
ukuran partikel teh
Lolos
- Ayakan bagian atas mesh
buble
logam
12
Mt Sb 14
- Ayakan bagian bawah
buble
5. Mini Crusher
Lolos
- Mengecilkan ukuran partikel teh
mesh 12
dengan gencetan ringan
serah
Ke crusher
Hopper
Mt Mh 21
5. Crusher
- Mengecilkan ukuran partikel
teh dengan gencetan sedang
Mt Mc 18
3. Vibro Blank
- Mengeluarkan serat dengan roll
elektro statik
- Mengeluarkan D 1 dgn mesh 30
4. Vibro Mesh
- memisahkan berdasarkan
ukuran partikel tiap jenis teh
- membersihkan teh; mengeluarkan
serat dan powdery dust
mesh | mesh | mesh | mesh | serah
30 22-24 16-18 12
D 1/ PD PF 1/ BP 1 BP1GR
D2
FANN
ALUR GIGIR
Mt Sa 12
logam
Mt Sb 15
4. Vibro Mesh
- memisahkan berdasarkan ukuran
partikel tiap jenis teh
- membersihkan teh; mengeluarkan
serat dan powdery dust
mesh | mesh | mesh | mesh | serah
30 22-24 16-18 12
D 1/ PD PF 1/ BP 1 BP1GR
D2
FANN
Mt Sa 13
Serah BP1
Serah PF1
7. Suction Winower
- Memisahkan teh berdasarkan
berat jenis
BP1-PF1
6. Chota Sifter
- Meratakan
partikel teh
Mt Wn 16
BP1-PF1
PD-D1
Mt Mf-17
Logam
FANN
8. Peti Miring
- Penyimpanan sementara
- menjaga teh dari bahaya
kontaminasi fisika
- mempertahankan MC teh
Keterangan:
PENGEPAKAN
Magnetic trap
Refiring
Lampiran 6.
Alur Proses Pengepakan
PETI MIRING
Mt Pk19
IX. PENGEPAKAN
1. Konveyor Bulker
3. Bulker
ya
standar
tidak
4. Mini Sifter
- meratakan ukuran teh
6. Tea Packer
- Mempermudah pemasukan
teh ke paper sack/ karung
- mempermudah
pengambilan chop sampel
2. PENGUJIAN MUTU
- Pengujian mutu;
densitas, kadar air,
appearance, inner
X. PROSES ULANG
logam
XII. PENYABLONAN
paper sack/ karung
XI.
PEMERIKSA
AN
karung
Papersack
7. Vibrator
- Memadatkan teh dalam
paper sack
8. Bag Shaper
- Meratakan ketebalan
paper sack
Keterangan:
Magnetic trap
Lampiran 7.
Alur Gigir dan Proses Ulang
1.Konveyor
2.Crusher
-Mengecilkan
partikel teh
3. Konveyor
Mt Mc 18
4. Hopper
Mt MH 21
5. Konveyor
Mt SB 14
6. Vibro Blank
- Mengeluarkan serat dengan
roll elektro statik
- Mengeluarkan D1/D2 dgn mesh 30
-FANN/FNGS dengan mesh 24
Mt SA 13
9. Konveyor
7. Konveyor
10. Chota Shifter A
- untuk meratakan
ukuran partikel
Mt SB 15
8. Vibro Mesh
- memisahkan berdasarkan
ukuran partikel tiap jenis teh
- membersihkan teh; mengeluarkan
serat dan powdery dust
conveyor
Mt SB 14
Chotashifter A
No
Suction
Winower
X. P R O S E S
ULANG
No
yes
Densitas Normal ?
yes
Size Partikel
Seragam ?
Bersih dari
Serat ?
yes
No
Di blend
Bertahap
Downgrade
konveyor
ALUR GIGIR
Konveyor
Mt SA 13
Chota Shifter A
- untuk meratakan
ukuran partikel
8. Peti Miring
- penyimpanan sementara
- menjaga teh dari bahaya
kontaminasi fisika
- mempertahankan MC teh
Mt SB 14
Vibro Blank
- mengeluarkan serat dengan
roll elektro statik
- mengeluarkan D1 dgn mesh 30
-PD dengan mesh 24
Konveyor
Mt Sb 15
Vibro Mesh
- memisahkan berdasarkan
ukuran partikel tiap jenis teh
- membersihkan teh; mengeluarkan
serat dan powdery dust
mesh | mesh | mesh | mesh | serah
30 22-24 16-18
12
D 1/ PD PF 1/ BP 1 BP1GR
D2
FANN /FNGS BM
- pemeriksaan
kontaminasi
oleh mandor
yes
standar ?
No
Fibre (Pluff)
kembali ke
Proses Sortasi
buang
Lampiran 8.
PERSENTASE JENIS GRADE DAN HARGA TERTIMBANG TEH PGM PTPN VIII TAHUN 2003 - 2005
2003
JENIS
Harga
Sort.
US
2004
Harga Tertimbang
US
Rp
Harga
Sort.
US
2005
Harga Tertimbang
US
Rp
Harga
Sort.
US
Harga Tertimbang
US
Rp
BP.1
9,9
114
11,3
925
16,7
112
18,7
1.533
18,4
98
18,1
1.773
PF.1
12,9
108
13,9
1.142
13,7
122
16,7
1.371
12,9
105
13,6
1.328
PD
13,3
121
16,1
1.320
12,1
117
14,2
1.161
14,9
105
15,7
1.536
D.1
12,6
110
13,9
1.137
10,1
118
11,9
975
8,6
105
9,0
879
FANN
17,6
99
17,4
1.429
19,1
109
20,8
1.702
15,0
100
15,1
1.480
82,2
6.742
JML. MUTU I
D.2
FNGS.2
JML. MUTU II
66,3
72,6
5.953
71,8
71,4
69,8
6.998
9,4
83
7,8
640
9,0
93
8,3
680
7,4
88
6,5
639
10,1
79
8,0
654
11,7
83
9,7
797
15,4
83
12,8
1.254
18,0
1.478
19,5
15,8
1.294
20,7
19,3
22,8
1.893
BM.2
9,2
55
5,1
415
5,6
73
4,1
335
4,9
73
3,6
353
PLUFF
4,9
44
2,2
177
2,0
43
0,8
69
2,5
43
1,1
104
7,6
4,9
405
100,0
105,2
8.624
14,1
7,2
100,0
95,6
592
7.839
7,4
100,0
4,7
95,4
457
9.347
Lampiran 9.
PERSENTASE JENIS GRADE DAN HARGA TERTIMBANG TEH PGM PTPN VIII TAHUN 2006- 2007
2006
JENIS
Harga
Sort.
US
Harga Tertimbang
US
Rp
Harga
Sort.
US
Harga Tertimbang
US
Rp
BP.1
16,9
117
19,8
1.822
17,4
126
21,8
2.040
PF.1
14,6
152
22,2
2.041
13,5
140
19,0
1.776
PD
16,3
151
24,6
2.263
13,2
133
17,6
1.642
D.1
7,4
154
11,3
1.042
9,0
153
13,7
1.286
FANN
14,5
137
19,9
1.834
16,0
126
20,1
1.883
JML. MUTU I
69,7
97,9
9.003
69,0
92,3
8.626
D.2
6,5
128
8,3
765
8,8
123
10,8
1.010
FNGS.2
15,9
63
10,0
923
14,0
63
8,8
827
JML. MUTU II
22,4
18,4
1.688
22,8
19,7
1.837
BM.2
4,4
55
2,4
222
4,9
55
2,7
252
PLUFF
3,5
49
1,7
157
3,3
49
1,6
149
7,9
4,1
380
8,2
4,3
401
JML / RERATA
100,0
120,3
11.071
100,0
116,2
10.865
Keterangan:
Kurs 1 US $ : 2003: Rp. 8.200
Kurs 1 US $ : 2004: Rp. 8.200
2007
Lampiran 10.
SASARAN MUTU PENGOLAHAN
PABRIK TEH HITAM CTC GUNUNG MAS
No
1
Bagian
Sasaran Mutu
Penerima
an Bahan
Baku
Pucuk
Pelayuan
Pembe
beran
Administrasi baik
(minimal 95% per bulan
kelengkapan SP pucuk,
pengisian BK dan LP)
Pelayu
an
Turun
Layu
Penggi
lingan
Oksida
si
enzima
tis
Administrasi
Strategi Pencapaian
Sasaran Mutu
Pelaksanaan administrasi
harian dan monitoring
baik (
minimal 95% perbulan
lengkap pengisian
buku, LP dan
hecklist )
Administrasi baik (
minimal 95% perbulan
lengkap pengisian
buku, LP dan
hecklist )
MC layu 68-74%
perbulan min. 90%
tercapai
Administrasi baik
(
minimal 95% perbulan
lengkap pengisian
buku, LP)
Min
Pelaksanaan administrasi
harian dan monitoring
Pelaksanaan administrasi
harian dan monitoring
Pelaksanaan administrasi
harian dan monitoring
Metode
Pemeriksaan SP
Penimbangan
Pencatatn Buku
Petugas
TU Timbang
Pencatatan Laporan
Harian Produksi Pabrik
dan absensi
Membuat Evaluasi
Bulanan
Uji kadar air
Pencatatan Buku
Pelayuan
TU Produksi
Mandor
Meber
Sumber Daya
Alat
Jembatan
Timbang
ATK
Dok. Terkait
PO-PAB-01
Frekuensi
Monitoring
Harian
ATK
PO-PAB-01
Harian
Moisture
PO-PAB-06
testter
TU Produksi
Mandor
Pelayuan
TU Produksi
Mandor
Turun Layu
TU Produksi
Mandor
gilingOks.Enz
RH ruangan 90 98 %
Suhu bubuk maks. 32C
Ketebalan bubuk 6-10 cm
Lama oks. Enz. 60-100
Menit
Pencatatan
Laporan
Harian Produksi Pabrik
dan absensi
Pengukuran Rh, suhu
bubuk, ketebalan bubuk
dan kecepatan FU
Green dhool test
ATK
PO-PAB-02
Thermome
PO-PAB-06
ter
Cangkir
seduhan
Timer
Timbangan
Harian
Lampiran 11.
SASARAN MUTU PENGOLAHAN
PABRIK TEH HITAM CTC GUNUNG MAS
No
4
Bagian
Pengeringan
Sortasi
Pengepakan
Penyimpana
n
Pengiriman
Produk jadi
Sasaran Mutu
Sumber Daya
Strategi Pencapaian
Sasaran Mutu
Suhu
berat
jenis sebelum
pengepakan
Sistem monitoring
Uji
Sistem
Pengaturan
Suhu
Metode
Kenampakan dan
densitas sesuai standard.
Petugas
Alat
Pengukuran
tangki bbm
kadar air
Membuat Evalusi
Bulanan
Mandor
Uji
Pengeringan
Petugas uji
mutu
Uji
Petugas
Uji
mutu
outer quality
densitas
Membuat Evaluasi
Bulanan
uji
Dok. terkait
Frekuensi
Monitoring
Mistar ukur
Moister
tester
PO-PAB03
PO-PAB06
Harian
Densimeter
Baki
melamin
PO-PAB06
PO-PAB04
Harian
Densimeter
ATK
PO-PAB06
PO-PAB05
Harian
Mandor
sortasi
Pemeriksaan
monitoring
densitas
Verifikasi
BA
penyimpanan produksi
siap kirim
Sistem
monitoring
Pemeriksaan
kondisi
truk sebelum memuat
produk
Petugas
uji
mutu
Mandor
Pengepakan
TU Produksi
Mandor
Pengepakan
Bottom
pallet
PO-PAB05
Harian
Mandor
ATK
PO-PAB05
Setiap akan
melakukan
pengangkut
an
Pengepakan
Lampiran 12.
SASARAN MUTU TEKNIK
PERKEBUNAN GUNUNG MAS
NO
1
Bagian
Perawatan
mesin
Perbaikan
mesin
Sasaran mutu
Strategi pencapaian
Sasaran mutu
Sumber daya
Metode
Frekuensi
monitoring
Petugas
Mandor
Mesin
Alat
ATK
Dok.terkait
PO-TEK-01
mesin
secara berkala
Pemeriksaan mesin
sebelum proses
Mandor
Mesin
ATK
PO-TEK-01
PO-TEK02
Harian
Evaluasi realisasi
Dibanding rencana
perawatan
Perawatan
Alat-alat
Bulanan
servis
mesin
Bangunan
pabrik dan
gudang
Maksimal 5 kali
sebulan adanya
keluhan dari Bagian
Pabrik mengenai
kerusakan bangunan
(Pengajuan Kerusakan
Bangunan Pabrik)
Pembuatan
rencana
pemeliharaan bangunan
pabrik dan gedung
Melaksanakan perawatan
sesuai rencana
Monitoring kondisi
bangunan
Perawatan
bangunan
secara berkala
Menjaga kebersihan
bangunan
Pemeriksaan kondisi
bangunan secara rutin
Mandor
Bangunan
Alat-alat
teknik
bangunan
PO-TEK-03
Mingguan
Perawatan
dan
Perbaikan
Kendaraan
Gangguan
pengangkutan
produksi karena
kerusakan kendaraan
maks. 10%
Pembuatan
Perawatan
Mandor
Kendaraan
Alat alat
Service
PO-TEK-05
Harian
rencana
perawatan kendaraan
Monitor kebutuhan
angkutan produksi dengan
truk yang tersedia
kendaraan
sesuai rencana
Perbaikan kendaraan
yang rusak
Lampiran 13.
SASARAN MUTU TUK
PERKEBUNAN GUNUNG MAS
NO
1
Strategi pencapaian
Sasaran mutu
Bagian
Sasaran mutu
Pembelian /
Pengadaan
barang &
Jasa
Pelatihan dan
Kompetensi
Tidak menggunakan
rekanan dengan kriteria
D
Evaluasi rekanan
Min.
Penerimaan,
Penyimpanan
dan
pengeluaran
barang
80 % program
pelatihan terlaksana
Min. 80 %
pemenuhan peserta
pelatihan dari rencana
Tidak ada barang cacat
atau terkontaminasi
(khusus kemasan) yang
diterima
Membuat program
pelatihan
Merekap usulan
pelatihan dari tiap
Bagian
Pemeriksaan barang
yang datang
dibandingkan dengan
pesanan barang
Pemeriksaan kondisi
angkutan bahan
kemasan
Metode
Petugas
Sumber daya
Alat
Dok.terkait
Frekuensi
monitoring
Menyeleksi dan
mengevaluasi rekanan
Petugas Pengadaan
ATK
PO-TUK-01
PO-TUK-02
Bulanan
Mengevaluasi pelaksanaan
pelatihan
Petugas Umum
ATK
PO-TUK-03
Semester
Petugas Gudang
ATK
PO-TUK-04
Setiap ada
kedatangan
barang
Lampiran 14.
NO
1
Bagian
Kepuasan
pelanggan
Audit
Internal
Strategi pencapaian
Sasaran mutu
Sasaran mutu
Hasil Analisa
kepuasan pelanggan
min. 75 % untuk
kategori puas dan
sangat puas
Maksimal 5% chop
yang dikembalikan
oleh Bagian
Teknologi (penilaian
D dan E)
Memberi
pelayanan mutu
kontrak
Pengujian mutu teh hasil
sortasi
Pemenuhan
Metode
Survey kepuasan
pelanggan
Pencatatan data
hasil pengujian dari
Bagian Teknologi
Evaluasi
pelaksanaan Audit
Internal dibanding
jadwal Audit
Petugas
Petugas
Umum
Pengendali
Dokumen
Petugas Uji
Mutu
Auditor
Internal
Sumber daya
Alat
Dok.terkait
Frekuensi
monitoring
ATK
Sampel
PO-MNG-07
PO-PAB-06
Semester
Bulanan
ATK
PO-MNG-05
Tahunan
Lampiran 15
PTP NUSANTARA VIII (Persero)
KEBUN : GUNUNG MAS
KEADAAN LAHAN DI PERKEBUNAN GUNUNG MAS
JENIS TANAMAN PER BLOK KEBUN, POPULASI, LUAS AREAL PER TAHUN TANAM
POSISI TAHUN 2008
No
Luas
Blk
Areal
Halaman : K.1
JENIS TANAMAN
Seedling
TAHUN
Klonal
TANAM
POPULASI
POHON
PER.HA
JENIS
TEKSTUR
STRUKTUR
TEBAL
TANAH
TANAH
TANAH
SOLUM
LOKASI
TOFO
ELEVASI
GRAFI
TYPE
KONDISI
IKLIM
TANAMAN
10.47
7.73
2.74
1969/1987/2001
67,290
6,427
Regosol
Pasir
Remah
20 Cm
Jauh
<15%
800
Kurang sehat
13.26
9.66
3.60
1969/1987/2001
88,614
6,683
"
"
"
20 Cm
"
<15%
800
Kurang sehat
12.57
12.57
1987/1991
130,577
10,388
A/R
"
"
20 Cm
"
<15%
800
Sehat
9.00
9.00
1986
91,629
10,181
"
"
"
20 Cm
"
<15%
900
Sehat
12.02
12.02
1985/1987
137,605
11,448
"
"
"
20 Cm
"
<15%
900
Kurang Sehat
7.87
7.87
1990/1991/2000
73,529
9,343
A/R
"
"
20 Cm
"
<15%
900
Sehat
9.11
9.11
1988
92,248
10,126
"
"
"
20 Cm
"
<15%
900
Sehat
11.90
11.90
1988/1989
135,993
11,428
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1000
Sehat
9.32
9.32
1989
97,702
10,483
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1100
Sehat
10
16.45
16.45
1977/2001
145,385
8,838
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1100
Kurang Sehat
11
12.63
12.63
1986/1987/1989/2001
128,775
10,196
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1100
Sehat
12
9.73
8.44
1.29
1969/1983/1984/1986
57,198
5,879
"
"
"
10 Cm
"
<15%
1100
Sehat
13
6.19
4.69
1.50
1969/1983/1987/1990
42,753
6,907
"
"
"
10 Cm
"
<15%
800
Sehat
14
10.98
6.18
4.80
1969/1983/1987/1990
71,238
6,488
"
"
"
10 Cm
Dekat
<15%
800
Sehat
15
12.20
5.82
6.38
1969/1983/1984/1989
131,374
10,768
"
"
"
10 Cm
"
<15%
800
Sehat
16
6.92
6.92
1969
43,229
6,247
"
"
"
10 Cm
"
<15%
1000
Sehat
17
11.17
7.00
1969/1983/2001
78,663
7,042
Regosol
"
"
10 Cm
"
<15%
800
Sehat
4.17
18
6.57
2.15
4.42
1969/1977
65,564
9,979
"
"
"
10 Cm
"
<15%
800
Sehat
19
6.01
5.42
0.59
1969/1983
45,508
7,572
"
"
"
10 Cm
"
<15%
800
Sehat
20
9.55
9.55
1985/1987/1989
99,788
10,449
"
"
"
20 Cm
"
<15%
800
Sehat
21
9.53
9.53
1987/1988
98,616
10,348
Andosol
"
"
20 Cm
Jauh
<15%
1100
Sehat
22
7.04
7.04
1988
73,793
10,482
"
Berbatu
"
20 Cm
"
<15%
1000
Sehat
23
9.48
9.48
1988/1989/2001
87,605
9,241
"
Pasir
"
20 Cm
"
<15%
1100
Kurang Sehat
24
11.00
11.00
1988/1990/2001
120,738
10,976
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1100
Sehat
25
7.68
7.68
1988/1989/1992
84,199
10,963
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1100
Sehat
JML
REKAP
248.65
Ratarata
64.01
657.42
105.19
184.64
2,289,613
9,208
9,208
552.23
5,821,196
8.855
8.855
lampiran 16
PTP NUSANTARA VIII (Persero)
KEBUN : GUNUNG MAS
KEADAAN LAHAN DI PERKEBUNAN GUNUNG MAS
JENIS TANAMAN PER BLOK KEBUN, POPULASI, LUAS AREAL PER TAHUN TANAM
JENIS TANAMAN PER BLOK KEBUN, POPULASI, LUAS AREAL PER TAHUN TANAM
Luas
Blk
Areal
Halaman : K.2
JENIS TANAMAN
Seedling
9.37
9.37
18.31
4.98
10.16
TAHUN
Klonal
TANAM
-
1969
POPULASI
POHON
PER.HA
JENIS
TEKSTUR
STRUKTUR
TEBAL
TANAH
TANAH
SOLUM
Padat
20 Cm
Jauh
<15%
51,910
5,540
Andosol
TANAH
Tanah
Merah
LOKASI
TOFO
ELEVASI
TYPE
KONDISI
IKLIM
TANAMAN
1000
Sehat
GRAFI
13.33
1969/1987/1988/1990/2000
157,924
8,625
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1000
Sehat
10.16
1983/1985/1987/1989/2000
110,338
10,860
"
Bebatu
Remah
20 Cm
"
<15%
1100
Sehat
15.45
1985/1986/1987/1990/2000
135,188
8,750
Regosol
Tanah
Merah
Padat
20 Cm
"
<15%
1200
Kurang Sehat
7.18
6.50
1969/1986/1989/2000/2001
76,950
5,625
"
Pasir
Remah
10 Cm
"
<15%
1100
Sehat
5.80
11.49
69/76/83/87/88/89/90/00
160,624
9,290
"
"
"
10 Cm
"
<15%
1000
Sehat
6.36
1988/1989
69,101
10,865
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1100
Sehat
7.17
1969/1976/1979/1983/86/87
86,710
11,060
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1200
Sehat
7.68
7.68
1988/1989
91,315
11,890
Sehat
10
7.00
7.00
1986/1989
80,080
11,440
Sehat
11
6.54
6.54
1986/1989/2000
53,890
8,240
Andosol
Bebatu
Remah
10 Cm
"
<15%
1100
Sehat
12
2.98
2.92
1969/1985/1989/1999/2000
15,273
5,125
"
"
"
10 Cm
"
<15%
1200
Sehat
13
9.23
9.23
1986/1989/1990
93,038
10,080
"
Pasir
"
>20 Cm
"
<15%
1400
Kurang Sehat
14
2.77
2.77
1990
27,866
10,060
"
"
"
10 Cm
"
<15%
1200
Sehat
15
9.04
9.04
1989/2001
100,525
11,120
"
Bebatu
"
10 Cm
"
<15%
1200
Kurang Sehat
16
5.28
5.28
1988/1989
52,694
9,980
"
"
"
10 Cm
"
<15%
1100
Sehat
17
6.79
6.79
1986/1988/1989/1991/2000
71,214
10,488
"
"
20 Cm
"
<15%
1100
Kurang Sehat
18
4.19
4.19
1991
46,341
11,060
Latosol
"
Tanah
Merah
Padat
>20 Cm
"
<15%
1300
Sehat
19
5.63
5.63
1986/1988/1989/1990
55,838
9,918
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
1200
Kurang Sehat
20
9.21
9.21
1985
106,099
11,520
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
1300
Sehat
15.45
13.68
17.29
6.36
7.84
174.80
JML
Ratarata
0.67
0.06
28.06
146.74
1,642,918
9,399
9,399
lampiran 17
PTP NUSANTARA VIII (Persero)
KEBUN : GUNUNG MAS
KEADAAN LAHAN DI PERKEBUNAN GUNUNG MAS
JENIS TANAMAN PER BLOK KEBUN, POPULASI, LUAS AREAL PER TAHUN TANAM
3
Luas
Blk
Areal
Halaman : K.3
JENIS TANAMAN
Seedling
TAHUN
Klonal
TANAM
69/84
69/91
8.43
2.77
5.66
1969/1989/1991
11.33
11.33
14.83
16.49
POPULASI
POHON
PER.HA
JENIS
TEKSTUR
STRUKTUR
TEBAL
TANAH
TANAH
TANAH
SOLUM
LOKASI
TOFO
ELEVASI
GRAFI
TYPE
KONDISI
IKLIM
TANAMAN
71,655
8,500
A/R
"
"
>20 Cm
Jauh
<15%
800
Sehat
1984/1989
101,970
9,000
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
800
Sehat
14.83
1988/1989
111,225
7,500
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
800
Kurang Sehat
14.41
69/84/85/86/87/88
131,920
8,000
"
"
"
20 Cm
"
<15%
900
Kurang Sehat
12.18
12.18
1988/1989
103,530
8,500
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
900
Kurang Sehat
12.39
12.39
1984/1989/1990
99,120
8,000
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1000
Sehat
5.13
5.13
1989/1990
38,475
7,500
"
"
"
20 Cm
"
<15%
1000
Sehat
10
9.93
1989
79,440
8,000
Sehat
2.08
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
1000
11
9.93
-
1986/1991
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
800
12
1986/1989/1991
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
1000
9.46
1976/1978/1985
70,950
7,500
Latosol
"
"
>20 Cm
"
<15%
800
Sehat
9.62
69/76/78/85/87
88,425
7,500
"
"
"
20 Cm
"
<15%
800
Sehat
10.76
10.76
1991/1993
73,975
6,875
"
"
"
20 Cm
"
<15%
800
Sehat
16
11.94
11.94
1976/1978/1987
89,550
7,500
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
800
Sehat
17
12.40
12.40
1981
93,000
7,500
Andosol
"
"
20 Cm
"
<15%
900
Sehat
18
9.32
9.32
1981/1989
79,220
8,500
"
"
"
20 Cm
"
<15%
900
Sehat
13
9.46
14
11.79
15
2.17
19
7.42
7.42
1989
20
12.33
12.33
21
10.46
22
7.42
23
4.92
24
16.00
28
5.20
29
JML
64,925
8,750
Latosol
"
"
>20 Cm
"
<15%
1000
Kurang Sehat
1981/1985
117,135
9,500
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
1000
Sehat
10.46
1985/1986
94,140
9,000
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
1000
Kurang Sehat
7.42
1990/1993
40,810
5,500
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
1000
Kurang Sehat
3.46
1969/1989/1990
31,980
6,500
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
800
Sehat
16.00
1985/1991/1993
202,500
12,656
3.00
2.20
1976/1985/1991
28,600
5,500
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
800
Sehat
13.84
1.64
12.20
76/85/91
76,120
5,500
"
"
"
>20 Cm
"
<15%
800
Kurang Sehat
233.97
13.12
220.85
1,888,665
8,072
Ratarata
1.46
8,072
Lampiran 18.
KUISIONER PENELITIAN
PENENTUAN BOBOT DAN RATING
FAKTOR STRATEGI INTERNAL DAN EKSTERNAL
:
:
Saya mohon Bapak dapat mengisinya secara objektif dan benar, saya juga berharap melalui
kuisioner ini akan menjadi masukan yang sangat berarti untuk kelancaran penelitian saya,
sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Peneliti :
Septina Erianofa Sinaga
A. 14105705
Nama
Jabatan
:
:
Definisi Nilai
Jika indikator horisontal kurang penting dari indikator
vertikal
Jika indikator horisontal sama penting dari indikator vertikal
Jika indikator horisontal lebih penting dari indikator vertikal
Dalam penentuan prioritas faktor Internal atribut yang harus diperbandingkan adalah :
Faktor
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Total
Nilai
Bobot
Rating
Skor
Keterangan :
Kekuatan :
A. Memiliki perkebunan dan pabrik pengolahan sendiri.
B. Sistem organisasi yang terspesialisasi berdasarkan fungsi dan tugas.
C. Tenaga kerja yang disesuaikan berdasarkan Serikat Pekerja Perkebunan (SP-BUN).
D. Produk sudah terstandarisasi berdasarkan sertifikasi ISO dan HACCP.
Kelemahan :
E. Kandungan unsur bahan organik (BO) tanah rendah.
F. Fungsi litbang masih kurang dimanfaatkan dengan maksimal.
G. Produktivitas tenaga kerja pemetik rendah.
H. Sistem pemasaran yang terbatas.
I. Letak topografi perkebunan yang berada diantara dataran rendah hingga medium.
Lampiran 20.
Kuisioner Pemberian Bobot Terhadap Faktor-Faktor Eksternal (Peluang dan
Ancaman)
I. Bagian Identitas
Nama
:
Jabatan
:
II. Bagian Pengisian Matriks Berpasangan
Petunjuk Pengisian
a. Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antara suku elemen yang ada di
kolom sebelah kiri dengan elemen yang ada di baris atas
b. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat
kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan.
c. Skala penilaian perbandingan berpasangan yang diberikan mempunyai nilai antara 1
sampai 3 atau kebalikannya.
Identitas
Kepentingan
1
2
3
Definisi Nilai
Jika indikator horisontal kurang penting dari indikator vertikal
Jika indikator horisontal sama penting dari indikator vertikal
Jika indikator horisontal lebih penting dari indikator vertikal
Dalam penentuan prioritas faktor Eksternal atribut yang harus diperbandingkan adalah :
Faktor
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Nilai
Bobot
Rating
Keterangan :
Peluang :
M. Pertumbuhan penduduk Dunia.
N. Hasil penelitian akan manfaat teh bagi kesehatan.
O. Tingkat konsumsi teh luar negeri yang tinggi .
P. Lahan perkebunan perusahaan yang masih tersedia.
Q. Tersedia lembaga riset dan pengembangan.
Ancaman :
R. Produksi tergantung alam.
S. Pesaing Global yang lebih efisien dalam biaya produksi dan pengolahan.
T. Kenaikan harga BBM dan tarif listrik.
U. Kebijakan pemerintah untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan air.
V. Hambatan non tariff barrier dengan adanya sertifikasi.
W. Penjarahan tanah PGM.
X. Barganing position teh Indonesia yang rendah
Lampiran 21.
I. Bagian Identitas
Nama
:
Jabatan
:
Skor
Kekuatan
A. Memiliki perkebunan dan pabrik pengolahan sendiri
B. Sistem organisasi yang terspesialisasi berdasarkan fungsi dan tugas
C. Tenaga kerja yang disesuaikan berdasarkan Serikat Pekerja Perkebunan
(SP-BUN).
D. Produk sudah terstandarisasi berdasarkan sertifikasi ISO dan HACCP
Rating
Kelemahan
E. Kandungan unsur bahan organik (BO) tanah rendah
F Fungsi litbang masih kurang dimanfaatkan dengan maksimal
G. Produktivitas tenaga kerja pemetik rendah
H. Sistem pemasaran yang terbatas
I. Letak topografi perkebunan yang berada diantara dataran rendah hingga
medium
Rating
Lampiran 22.
Peluang
A. Pertumbuhan penduduk Dunia
B. Hasil penelitian tentang manfaat teh bagi kesehatan
C. Tingkat konsumsi teh luar negeri yang tinggi
D. Lahan perkebunan perusahaan yang masih tersedia
Rating
Ancaman
F. Produksi tergantung alam
G. Pesaing Global yang lebih efisien dalam biaya produksi dan pengolahan
H. Kenaikan harga BBM dan listrik
I. Kebijakan pemerintah untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan air
J. Hambatan non tariff barrier dengan adanya sertifikasi
K. Penjarahan tanah PGM
L. Barganing position teh Indonesia yang rendah
Rating
Lampiran 23.
Kuisioner Pemilihan Alternatif Strategi (QSPM)
1. Petunjuk umum :
A. Pengisian kuisioner dilakukan secara tertulis oleh responden
B. Jawaban merupakan hasil diskusi dari para responden
C. Dalam pengisian kuisioner responden diharapkan mengisi secara sekaligus (tidak menunda) untuk
menghindari inkosistensi jawaban
D. Pengisian nilai AS harus beralasan, dapat dipertahankan dan masuk akal.
2.Petunjuk khusus :
Menentukan daya tarik (AS) dari masing-masing faktor internal dan eksternal untuk masing-masing
alternatif dengan pilihan nilai AS adalah sebagai berikut :
1 = Tidak menarik
3 = Cukup menarik
2 = Agak menarik
4 = Sangat menarik
Lampiran 24.
Bobot
Strategi 1
AS
Kekuatan
A. Memiliki perkebunan dan pabrik
pengolahan sendiri
B. Sistem organisasi yang terspesialisasi
berdasarkan fungsi dan tugas
C. Tenaga kerja yang disesuaikan berdasarkan
serikat pekerja perkebunan (SP-BUN).
D. Produk sudah terstandarisasi berdasarkan
sertifikasi ISO dan HACCP
Kelemahan
E. Kandungan unsur bahan organik (BO)
tanah rendah
F. Fungsi litbang masih kurang dimanfaatkan
dengan maksimal
G. Produktivitas tenaga kerja pemetik rendah
H. Sistem pemasaran yang terbatas
I. Letak topografi perkebunan yang berada
diantara dataran rendah hingga medium
Peluang
A. Pertumbuhan penduduk Dunia
B. Hasil penelitian akan manfaat teh bagi
kesehatan
C. Tingkat konsumsi teh luar negeri yang
tinggi
D . Lahan perkebunan perusahaan yang masih
tersedia
E. Tersedia lembaga riset dan pengembangan
Ancaman
E. Produksi tergantung alam
F. Pesaing Global yang lebih efisien dalam
biaya produksi
G. Kenaikan harga BBM dan listrik
H. Kebijakan pemerintah untuk PPN dan air.
TAS
Strategi 2
AS
TAS
Strategi 3
AS
TAS
Strategi 4
AS
TAS
Strategi 5
AS
TAS
Strategi 6
AS
TAS
Lampiran 25.
Hasil Analisis IFE
Responden 1. (Sinder Pengolahan)
Faktor
Nilai
Bobot
Rating
Skor
16
0,111
0,444
2
1
3
2
2
1
2
2
2
1
3
1
20
10
0,139
0,069
4
3
0,556
0,208
2
1
3
3
3
2
1
2
2
3
1
3
3
19
13
20
14
0,132
0,09
0,139
0,097
4
3
2
2
0,528
0,271
0,278
0,194
3
1
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
3
2
2
2
1
3
1
20
0,139
0,278
I. Letak topografi perkebunan yang berada diantara dataran rendah hingga medium
1
16
1
12
3 1 3 1 1 1
22 13 19 12 18 12 20
12
144
0,083
1
0,25
3,007
Nilai
Bobot
Rating
Skor
16
0,111
0,333
2
1
3
2
2
1
2
2
2
1
3
1
20
10
0,139
0,069
4
2
0,556
0,139
2
1
3
2
3
2
2
2
2
3
2
3
3
20
12
20
15
0,139
0,083
0,139
0,104
3
2
2
2
0,417
0,167
0,278
0,208
Total
3
1
2
1
2
2
2
1
2
2
3
2
3
2
1
2
1
3
2
19
0,132
0,264
2
16
1
12
3 1 2 1 1 1
22 12 20 12 17 13 20
12
0,083
1
0,25
I. Letak topografi perkebunan yang berada diantara dataran rendah hingga medium
Total
Lampiran 26.
144
2,611
2
1
3
1
3
1
2
2
2
1
3
1
2
1
1
2
1
3
2
3
2
4
3
0,583
0,229
3
2
3
3
21
12
17
20
0,146
0,083
0,118
0,139
3
3
1
2
0,438
0,25
0,118
0,278
19 0,132
11 0,076
144
1
0,264
0,229
2,639
2
1
1
2
3
3
3
2
1
1
2
3
3
2
20
1
11
2 1 2 1 1 1
21 11 20 15 12 13 21
I. Letak topografi perkebunan yang berada diantara dataran rendah hingga medium
Total
Skor
0,25
3
2
2
3
Rating
Bobot
12 0,083
21 0,146
11 0,076
3
2
Nilai
Lampiran 27.
Hasil Analisis EFE
Responden 1. (Sinder Pengolahan)
Faktor
A. Pertumbuhan penduduk dunia
B. Hasil penelitian akan manfaat teh bagi kesehatan
C. Tingkat konsumsi teh luar negeri yang tinggi
D. Lahan perkebunan perusahaan yang masih tersedia
E. Tersedia lembaga riset dan pengembangan
F. Produksi tergantung alam
G. Pesaing global lebih efisien dalam biaya produksi dan pengolahan
H. Kenaikan harga BBM dan tarif listrik
I. Kebijakan pemerintah untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan air
J. Non tariff barrier dengan adanya sertifikasi
K. Penjarahan tanah PGM
L. Daya saing teh Indonesia yang rendah
Total
A
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
12
B
3
3
1
2
3
3
1
1
1
1
2
21
C
3
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
15
D
3
3
3
3
3
2
1
1
1
1
3
24
E
3
2
3
1
3
3
1
1
1
1
3
22
F
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
13
G
3
1
3
2
1
3
1
1
1
1
3
20
H
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
33
I
3
3
3
3
3
3
3
1
1
1
3
27
J
3
3
3
3
3
3
3
1
3
1
3
29
K
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
31
L
3
2
2
1
1
3
1
1
1
1
1
17
Nilai
32
23
29
20
22
31
24
11
17
15
13
27
264
Bobot
0,121
0,087
0,110
0,076
0,083
0,118
0,091
0,042
0,064
0,057
0,049
0,102
1
Rating
2
2
4
4
2
2
4
4
2
3
2
2
Skor
0,242
0,174
0,44
0,304
0,166
0,236
0,364
0,168
0,128
0,171
0,098
0,204
2,695
A
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
B
3
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
15
C
3
3
1
3
3
1
1
3
3
1
1
23
D
3
3
3
3
1
1
1
1
3
1
1
21
E
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
F
3
3
1
3
3
1
1
3
3
1
1
23
G
3
3
3
3
3
3
1
2
1
2
2
26
H
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
31
I
3
3
1
3
3
1
2
1
3
1
2
21
J
3
3
1
1
3
1
3
1
1
1
1
19
K
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
30
L
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
29
Nilai
33
29
21
23
31
21
18
13
21
25
14
15
264
Bobot
0,125
0,110
0,080
0,087
0,117
0,079
0,068
0,049
0,080
0,095
0,053
0,057
1
Rating
2
3
3
2
2
3
4
4
2
2
3
4
Skor
0,25
0,33
0,24
0,174
0,234
0,237
0,272
0,196
0,16
0,19
0,159
0,228
2,67
Lampiran 28.
Responden 3. (Sinder TUK)
Faktor
A. Pertumbuhan penduduk dunia
B. Hasil penelitian akan manfaat teh bagi kesehatan
C. Tingkat konsumsi teh luar negeri yang tinggi
D. Lahan perkebunan perusahaan yang masih tersedia
E. Tersedia lembaga riset dan pengembangan
F. Produksi tergantung alam
G. Pesaing global lebih efisien dalam biaya produksi dan pengolahan
H. Kenaikan harga BBM dan tarif listrik
I. Kebijakan pemerintah untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan air
J. Non tariff barrier dengan adanya sertifikasi
K. Penjarahan tanah PGM
L. Daya saing teh Indonesia yang rendah
Total
A
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
B
3
1
1
2
1
1
1
3
3
1
1
18
C
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15
D
3
3
3
1
1
1
1
3
3
2
3
24
E
3
2
3
3
3
3
3
3
3
1
3
30
F
3
3
3
3
1
1
1
1
1
1
1
19
G
3
3
3
3
1
3
2
2
2
1
2
25
H
3
3
3
3
1
3
2
2
2
1
2
25
I
3
1
3
1
1
3
2
2
2
1
2
21
J
3
1
3
1
1
3
2
2
2
1
2
21
K
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
32
L
3
3
3
1
1
3
2
2
2
2
1
23
Nilai
33
26
29
20
14
25
19
19
23
23
12
21
264
Bobot
0,125
0,099
0,109
0,076
0,053
0,095
0,072
0,072
0,087
0,087
0,045
0,08
1
Rating
2
2
3
3
2
3
4
3
2
2
4
3
Skor
0,25
0,198
0,327
0,228
0,106
0,285
0,288
0,216
0,174
0,174
0,18
0,24
3
Lampiran 29.
Matriks QSPM.
BOBOT
FAKTOR INTERNAL -EKSTERNAL
A. Memiliki perkebunan dan pabrik pengolahan sendiri
B. Sistem organisasi yang terspesialisasi berdasarkan fungsi dan tugas
C. Tenaga kerja distandarkan berdasarkan serikat pekerja perkebunan (SP-BUN).
D. Produk sudah terstandarisasi berdasarkan sertifikasi ISO dan HACCP
E. Kandungan unsur bahan organik (BO) tanah kurang dari delapan persen (<8%)
F. Fungsi litbang yang masih kurang dimanfaatkan dengan maksimal
G. Produktivitas tenaga kerja pemetik rendah
H. Sistem pemasaran yang terbatas
I. Letak topografi perkebunan yang berada diantara dataran rendah hingga medium
J. Pertumbuhan penduduk dunia
K. Hasil penelitian akan mamfaat teh bagi kesehatan
L. Tingkat konsumsi teh luar negeri yang tinggi
M. Lahan perkebunan perusahaan yang masih tersedia
N. Tersedia lembaga riset dan pengembangan
O. Produksi tergantung alam
P. Pesaing Global lebih efisien dalam biaya produksi dan pengolahan
Q. Kenaikan harga BBM dan tarif listrik
R. Kebijakan pemerintah untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan air
S. Hambatan non tarief barrier dengan adanya sertifikasi
T. Penjarahan tanah PGM
U. Barganing position teh Indonesia yang rendah
TOTAL
STRATEGI
1
AS TAS
STRATEGI
2
AS
TAS
0,102
0,141
0,072
0,139
0,086
0,132
0,113
0,134
0,081
0,124
0,099
0,099
0,080
0,084
0,097
0,077
0,054
0,077
0,080
0,049
4
3
2
4
1
1
2
2
2
4
4
4
2
3
2
2
2
1
1
3
0,408
0,423
0,144
0,556
0,086
0,132
0,226
0,268
0,162
0,496
0,396
0,396
0,16
0,252
0,194
0,154
0,108
0,077
0,08
0,147
3
4
3
4
1
1
1
4
2
4
4
4
3
4
3
3
3
1
2
3
0,080
0,24
0,24
0,404
0,402
0,444
0,099
0,128
0,113
0,348
0,294
0,496
0,396
0,396
0,24
0,336
0,291
0,231
0,162
0,077
0,16
0,147
5,404
STRATEGI
3
AS TAS
STRATEGI
4
AS TAS
STRATEGI
5
AS TAS
2
3
3
3
1
1
4
4
3
3
2
3
1
4
3
4
2
1
2
1
0,16
0,303
0,402
0,333
0,099
0,128
0,452
0,348
0,441
0,372
0,198
0,297
0,08
0,336
0,291
0,308
0,108
0,077
0,16
0,049
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
3
3
2
2
2
2
1
3
1
0,16
0,202
0,268
0,222
0,099
0,256
0,113
0,087
0,147
0,248
0.198
0,297
0,24
0,168
0,194
0,154
0,108
0,077
0,24
0,049
4
3
1
3
1
1
1
1
1
2
2
2
1
3
1
4
4
3
1
1
0,32
0,303
0,134
0,333
0,099
0,128
0,113
0,087
0,147
0,248
0,198
0,198
0,08
0,252
0,097
0,308
0,216
0,231
0,08
0,049
0,16
5,102
0,16
3,687
0,16
3,781
STRATEGI
6
AS TAS
4
0,32
3 0,303
3 0,402
4 0,444
4 0,396
4 0,512
3 0,339
4 0,348
4 0,588
4 0,496
4 0,396
3 0,297
4
0,32
4 0,336
4 0,388
4 0,308
4 0,216
4 0,308
3
0,24
3 0,147
0,32
7,424
Lampiran 29,
Matrik QSPM.
FAKTOR
KUNCI
Kekuatan
A
B
C
D
Kelemahan
E
F
G
H
I
Peluang
A
B
C
D
E
Ancaman
F
G
H
I
J
K
L
TOTAL
BOBOT
0,102
0,141
0,072
0,139
0,086
0,132
0,113
0,134
0,081
0,124
0,099
0,099
0,08
0,084
0,097
0,077
0,054
0,077
0,08
0,049
0,08
5,105
Lampiran 29,
5,923
5,145
3,719
3,983
7,446
Matrik QSPM.
FAKTOR KUNCI
Kekuatan
A
B
C
D
Kelemahan
E
F
G
H
I
Peluang
A
B
C
D
E
Ancaman
F
G
H
I
J
K
L
TOTAL
STRATEGI 1
STRATEGI 2
STRATEGI 3
STRATEGI 4
STRATEGI 5
STRATEGI 6
AS
AS
AS
AS
AS
AS
BOBOT
0,102
0,141
0,072
0,139
4
3
2
4
TAS
0,408
0,423
0,144
0,556
3
4
3
4
TAS
0,306
0,564
0,216
0,556
0,086
0,132
0,113
0,134
0,081
1
1
2
2
2
0,124
0,099
0,099
0,08
0,084
0,097
0,077
0,054
0,077
0,08
0,049
0,08
0,086
0,132
0,226
0,268
0,162
1
1
1
4
2
4
4
4
2
3
0,496
0,396
0,396
0,16
0,252
2
2
2
1
1
3
3
0,194
0,154
0,108
0,077
0,08
0,147
0,24
5,105
2
3
3
3
TAS
0,204
0,423
0,216
0,417
0,086
0,132
0,113
0,536
0,162
1
1
4
4
3
4
4
4
3
4
0,496
0,396
0,396
0,24
0,336
3
3
3
1
2
3
4
0,291
0,231
0,162
0,077
0,16
0,147
0,32
5,923
2
2
2
2
TAS
0,204
0,282
0,144
0,278
0,086
0,132
0,452
0,536
0,243
1
2
1
1
1
3
2
3
1
4
0,372
0,198
0,297
0,08
0,336
3
4
2
1
2
1
2
0,291
0,308
0,108
0,077
0,16
0,049
0,16
5,145
4
3
1
3
TAS
0,408
0,423
0,072
0,417
0,086
0,264
0,113
0,134
0,081
1
1
1
1
1
0,086
0,132
0,113
0,134
0,081
4
4
3
4
4
2
2
3
3
2
0,248
0,198
0,297
0,24
0,168
2
2
2
1
3
0,248
0,198
0,198
0,08
0,252
4
4
3
4
4
2
2
2
1
3
1
2
0,194
0,154
0,108
0,077
0,24
0,049
0,16
1
4
4
3
1
1
2
0,097
0,308
0,216
0,231
0,08
0,049
0,16
4
4
4
4
3
3
4
3,719
3,983
4
3
3
4
TAS
0,408
0,423
0,216
0,556
0
0,344
0,528
0,339
0,536
0,324
0
0,496
0,396
0,297
0,32
0,336
0
0,388
0,308
0,216
0,308
0,24
0,147
0,32
7,446
Lampiran 30.
Realisasi Pengapalan Teh Hitam Grade BP 1 PGM PTPN VIII Tahun 2008
Negara
Tujuan
Volume
Harga
Nilai
(Kg)
(US$/Kg)
(US$)
Singapore
Singapore
Malaysia
Port Klang
2.880
1,13
3.254,40
Pakistan
Karachi
3.840
1,50
5.760,00
UEA
Dubai
13.440
1,50
20.140,80
UEA
Jebel Ali
32.640
1,35
44.129,28
Inggris
Felixstowe
1.920
1,25
2.400,00
Inggris
Liverpool
960
1,68
1.612,80
USA
Sussex
960
1,27
1.219,20
Rusia
S. Peterburg
960
1,70
1.632,00
Jerman
Bremenhaven
4.800
1,11
5.328,00
Ukrania
Odessa
6.720
1,32
8.899,20
Kazakstan
Almaty
4.800
1,44
6.931,20
Total
73.920
101.306,86
Sumber: Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN, Jakarta.
Realisasi Pengapalan Teh Hitam Grade PF 1 PGM PTPN VIII Tahun 2008
Negara
Tujuan
Volume
Harga
Nilai
(Kg)
(US$/Kg)
(US$)
Singapore
Singapore
Pakistan
Karachi
4.240
1,46
6.179,80
India
Mumbai
15.900
1,68
26.648,40
India
Kolkata
4.240
1,52
6.444,80
UEA
Dubai
7.420
1,60
11.840,20
UEA
Jebel Ali
27.560
1,69
46.456,62
Jepang
Shimizu
2.120
1,71
3.625,20
New Zealand
Auckland
1.060
1,64
1.738,40
Inggris
Felixstowe
4.240
1,41
5.967,80
Inggris
Liverpool
3.180
1,22
3.890,20
Belanda
Roterdam
9.540
1,80
17.193,20
Rusia
S. Peterburg
10.600
1,71
18.115,40
Jerman
Hamburg
3.180
1,42
4.526,20
Total
93.280
152.626,22
Sumber: Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN, Jakarta.
Lampiran 31.
Realisasi Pengapalan Teh Hitam Grade PD PGM PTPN VIII Tahun 2008
Negara
Tujuan
Volume
Harga
Nilai
(Kg)
(US$/Kg)
(US$)
Singapore
Singapore
3.360
1,54
5.163,20
Malaysia
Port Klang
6.720
1,30
8.702,40
Pakistan
Karachi
1.120
Sri Lanka
Colombo
6.720
India
Mumbai
3.360
UEA
Jebel Ali
5.600
Inggris
Felixstowe
1.120
Belanda
Roterdam
5.600
Rusia
S. Peterburg
2.240
Jerman
Hamburg
4.480
Mesir
Alexandria
1.120
Total
41.440
Sumber: Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN, Jakarta.
1,88
1,60
1,63
1,62
1,55
1,51
1,94
1,44
1,61
2.105,60
10.752,00
5.476,80
9.072,00
1.736,00
8.478,40
4.334,40
6.451,20
1.803,20
64.075,20
Realisasi Pengapalan Teh Hitam Grade D1 PGM PTPN VIII Tahun 2008
Negara
Tujuan
Volume
Harga
Nilai
(Kg)
(US$/Kg)
(US$)
Singapore
Singapore
Malaysia
Port Klang
7.200
1,71
12.300,00
Malaysia
Pasir Gudang
8.400
1,69
14.184,00
Malaysia
Penang
2.400
1,50
3.600,00
Malaysia
Penang Port
4.800
1,57
7.524,00
Pakistan
Karachi
13.200
1,68
22.176,00
Sri Lanka
Colombo
12.000
1,67
20.016,00
UEA
Jebel Ali
7.200
1,60
11.544,00
Inggris
Felixstowe
1.200
1,71
2.052,00
Polandia
Tarnowskie Gory
3.600
1,82
6.564,00
Jerman
Hamburg
1.200
1,72
2.064,00
Mesir
Alexandria
7.200
1,72
12.408,00
Total
68.400
114.432,00
Sumber: Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN, Jakarta.
Lampiran 32.
Realisasi Pengapalan Teh Hitam Grade FANN PGM PTPN VIII Tahun 2008
Harga
Nilai
Negara
Tujuan
Volume
(Kg)
(US$/Kg)
(US$)
Singapore
Singapore
Pakistan
Karachi
9.360
1,63
1.256,80
India
Mumbai
2.080
1,37
2.839,20
India
Kolkata
4.160
1,35
5.616,00
UEA
Jebel Ali
3.120
1,51
4.711,20
Inggris
Felixstowe
10.400
1,41
14.632,80
Inggris
Liverpool
18.720
1,50
27.986,40
Rusia
S. Peterburg
2.080
1,14
2.371,20
Polandia
Tarnowskie Gory
5.200
1,50
7.800,00
Total
55.120
81.213,00
Sumber: Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN, Jakarta.
Realisasi Pengapalan Teh Hitam Grade FNGS PGM PTPN VIII Tahun 2008
Negara
Tujuan
Volume
Harga
Nilai
(Kg)
(US$/Kg)
(US$)
Singapore
Singapore
Malaysia
Port Klang
13.200
131
17.280,00
Malaysia
Pasir Gudang
3.600
147
5.280,00
Malaysia
Penang Port
1.200
135
1.620,00
Pakistan
Karachi
10.800
143
15.420,00
India
Kolkata
1.200
130
1.560,00
Inggris
Felixstowe
4.8000
130
6.228,00
Inggris
Liverpool
2.400
135
3.240,00
Cuba
Savanah
2.400
150
3.588,00
Total
39.600
54.216,00
Sumber: Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN, Jakarta.