Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (al-Midah : 2)
Pemberian informasi dan pengetahun seperti penyediaan poster dan brosur ini
salah satunya adalah bentuk kebaikan sebagaimana yang diungkap dalam surat Al-Ashr,
yaitu mereka yang senantiasa saling menasihati dengan kebenaran (saling menasihati
untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah) dan saling menasihati
dengan kesabaran (maksudnya saling menasihati untuk bersabar menanggung musibah
atau ujian). Allah Taala berfirman :
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al
Ashr: 1-3)
Selain itu, dalam surat Al Imran 110 kaum muslimin juga diperintah agar
senantiasa saling mengingatkan dalam beramar maruf dan nahi munkar serta beriman
kepada Allah:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Imran: 110)
2. Pelayanan Sosial seperti penerimaan pasien dengan BPJS
Seperti yang diketahui bahwa ketiga Rumah Sakit yang penulis observasi
merupakan rumah sakit yang sudah menerima pasien dengan kartu BPJS. Pasien yang
telah memiliki kartu BPJS setidaknya diringankan dari segi biaya pembayaran rumah
sakit sesuai dengan besaran iuran yang dibayar. Sebagaimana dimaksud bahwa anggota
yang terdaftar sebagai penerima bantuan iuran (PBI), (adalah anggota pekerja penerima
upah dan bukan penerima upah, dan ada pula bukan pekerja) dengan iuran Rp19.225
per orang dalam satu bulan. Peserta penerima upah seperti pekerja perusahaan swasta,
membayar jumlah iuran sebesar 4,5 % dari upah satu bulan dan ditanggung oleh
pemberi kerja 4 persen dan 5% ditanggung pekerja. Sedangkan PNS dan pensiunan
PNS membayar iuran sebesar 5 %, sebanyak 3 % ditanggung pemerintah dan 2 %
ditanggung pekerja.
Prinsip asuransi sosial itu sendiri didasarkan atas :
a. Kegotongroyongan antara masyarakat kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang
tua dan muda, dan yang beresiko tinggi dan rendah.
b. Anggota yang bersifat wajib dan tidak selektif.
c. Iuran yang dibayarkan per bulan berdasarkan persentase upah / penghasilan.
d. Jaminan Kesehatan Nasional Bersifat nirlaba.
Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip ekuitas adalah kesamaan anggota
dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang terikat dengan
besaran iuran yang dibayarkan.
Di dalam islam, melepaskan kesusahan orang lain sangat luas maknanya,
bergantung pada kesusahaan yang diderita oleh saudarnya seiman tersebut. Jika
saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan ia termasuk orang berkecukupan atau
kaya, ia harus berusaha menolongnya dengan cara memberikan pekerjaan atau
memberikan bantuan sesuai kemampuannya yang apabila dikaitkan dengan prinsip
asuransi sosial dapat dikatakan sesuai.
Orang muslim yang membantu meringankan atau melonggarkan kesusahan
saudaranya seiman berarti telah menolong hamba Allah SWT yang sangat disukai olehNya dan Allah SWT pun akan memberikan pertolongannya serta menyelamatkannya
dari berbagai kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaiman firmannya:
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad : 7)
Selain itu, orang yang memiliki kedudukan atau harta yang melebihi orang lain,
hendahknya tidak menjadikannya sombong atau tinggi hati serta tidak mau menolong
orang yang sangat membutuhkan pertolongannya. Pada hakikatnya, Allah SWT
menjadikan adanya perbedaan seseorang dengan yang lainnya adalah untuk saling
melengkapi, saling membantu, dan saling menolong satu sama lain. Sebagaimana
ditegaskan dalam firmannya :
Maka orang yang suka menolong orang lain, misalnya dengan memberikan
bantuan materi, hendaknya tidak merasa khawatir bahwa ia akan jatuh miskin atau
ditimpa kesusahan. Sebaliknya, dia harus berpikir bahwa segala sesuatu yang ia miliki
adalah miliki Allah SWT. Jika Dia bermaksud mengambilnya maka harta itu habis.
Begitu juga jika Allah bermaksud menambahnya, maka seketika akan bertambah
banyak.
Masyarakat seperti itu, telah dicontohkan pada zaman Rasulullah saw. Kaum
Anshar dengan tulus ikhlas menolong dan merasakan penderitaan yang dialami oleh
kaum Muhajirin sebagai penderitaannya. Perasaan seperti itu bukan didasarkan
keterkaitan daerah atau keluarga, tetapi didasarkan pada keimanan yang teguh. Tak
heran kalau mereka rela memberikan apa saja yang dimilikinya untuk menolong
saudaranya dari kaum Muhajirin, bahkan ada yang menawarkan salah satu istrinya
untuk dinikahkan kepada saudaranya dari Muhajirin.
Persaudaraan seperti itu sungguh mencerminkan betapa kokoh dan kuatnya
keimanan seseorang. Ia selalu siap menolong saudaranya seiman tanpa diminta, bahkan
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali-Imran : 92)
Sebaliknya, orang-orang mukmin yang egois, yang hanya mementingkan
kebahagiaan dirinya sendiri, pada hakikatnya tidak memiliki keimanan yang
sesungguhnya. Hal ini karena perbuatan seperti itu merupakan perbuatan orang kufur
dan tidak disukai Allah swt. Tidaklah cukup dipandang mukmin yang taat sekalipun
khusyuk dalam shalat atau melaksanakan semua rukun Islam, bila ia tidak peduli
terhadap nasib saudaranya seiman.