REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Abdul Mu'ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ta’awun adalah satu ajaran dasar dan akhlak Islam. “… Dan tolong-
menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan… (QS al-Maidah [5]:
2).
Sedekah tidak semata proses giving change (donasi recehan), tetapi giving
chance (membuka peluang). Paradigma bantuan bukan karena belas
kasihan, tetapi cinta kasih kepada sesama. Itulah hakikat filantropi sebagai
transformasi nilai-nilai Qurani.
Salah satu doktrin itu adalah “suka bekerja sama”. Menurut Amien Rais,
Muhammadiyah bisa bekerja sama dengan siapa pun, kecuali dengan iblis
dan setan. Demikianlah, Muhammadiyah tetap tegak berdiri karena
kemampuan, keluasan, dan keluwesan gerakannya. Dalam bidang kesehatan
dan kemanusiaan, Muhammadiyah bekerja sama dengan lembaga
kemanusiaan Islam, seperti Asian Muslim Charity Foundation (AMCF) dan
Muslim Aid.
Anjuran agar dalam interaksi dan komunikasi manusia dibangun atas dasar
saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan ini disebutkan dalam
teks sumber wahyu berikut:
ُون فَضۡ اٗل ِ ّمن َ ي َ ٓبَُّيه َا ٱ ذ َِّل َين َءا َمنُو ْا ََل ُ ُِتلهو ْا َش َؼ ٓ ِ َِئ ٱ ذ َِّلل َو ََل ٱمشذ ي َۡر ٱمۡ َح َرا َم َو ََل ٱمۡيَدۡ َي َو ََل ٱمۡقَلَ ٓ ِِئدَ َو ََل ٓ َءا ٓ ِ ّم َن ٱمۡ ََۡۡ ََ ٱمۡ َح َرا َم يَۡۡتَغ
ِِّ ِ ۡذر ِ ّ ِّب ۡم َو ِرضۡ َو ا ۚٗن َوا َذا َحلَلۡ ُ ُۡت فَب ۡض َطا ُدو ْاۚ َو ََل َ َۡي ِر َمنذ ُ ُۡك َشنَ َـ ُان قَ ۡو ٍم َٱن َضده و ُُكۡ َغ ِن ٱمۡ َم ۡسِجِ ِد ٱمۡ َح َرا ِم َٱن ََ ۡؼََدُ و ْا َوََ َؼ َاوهُو ْا ػَ ََ ٱم
َوٱمَذ ۡق َو ٰۖى َو ََل ََ َؼ َ ّاوهُو ْا ػَ ََ ٱ َۡل ۡ ِۡث َوٱمۡ ُؼدۡ َو ِۚن َوٱَ ذ ُقو ْا ٱ ذ َ َّٰۖلل ا ذن ٱ ذ ََّلل َش ِديدُ ٱمۡ ِؼقَ ِاب
ّ ّ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar
kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-
hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan
keridhaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka
bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan-Nya. (QS. Al-Ma'idah, Ayat 2).
Ada dua konsep ta'awun yang dijelaskan dalam teks ayat tersebut diatas
yaitu pertama, saling membantu dalam kebaikan dan taqwa (ta'awanu 'alal
birri wat taqwa). Kedua, saling membantu dalam perbuatan dosa dan
permusuhan. Ta'awun pada model pertama yang sangat diajurkan.
Sementara model yang kedua adalah sangat tidak dianjurkan bahkan
dilarang. Pada teks ayat diatas disebutkan kata kerja (fi'il) perintah, تعاونوا
tanpa menyebutkan siapa pelakunya (fa'il) yang membantu dan siapa yang
harus dibantu, atau siapa objek yang akan dibantu (maf'ul). Hal ini
menandakan bahwa seorang yang beriman haruslah memiliki jiwa untuk
saling tolong menolong dan memberi bantuan dengan sungguh-sungguh
tanpa mempermasalahkan siapa yang menolong dan siapa yang ditolong
tanpa melihat assesoris yang melekat pada diri seseorang, baik gelar,
jabatan, harta ataupun status seseorang.
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan,
sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (HR. Muslim No.4684)
ِ ُ َوتَ َر، َوََ َؼ ُاط ِفي ِْم،َمث َُل امْ ُم ْؤ ِم ِن َن ِِف َ ََوا ِ ّد ِ ِْه
ا َذا ْاش ََ ََك ِم ْن ُو ُغضْ ٌو ََدَ ا َغى َسائِ ُر امْ َج َس ِد ِِب ذمسيَ ِر َوامْ ُح ذمى، َمث َُل امْ َج َس ِد،اُحي ِْم
ّ
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan
menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota
tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim)
Saling membantu dalam kebaikan dan taqwa adalah maksud dari bangunan
komunikasi sosial profetik umtuk menciptakan realitas kehidupan sosial yang
harmonis. Kebaikan yang dimaksud adalah semua perbuatan yang dapat
mengantarkan orang pada kebahagiaan yang dilandasi oleh bingkai niat
keimanan. Sebagaimana Firman Allah swt:
ِ ِ ۡش ِق َوٱمۡ َم ۡغ ِر ِب َوم َ ِك ذن ٱمۡ ِ ذِ َم ۡن َءا َم َن تِب ذ َِّلل َوٱمۡ ََي ۡو ِم ٱ ۡ ٔۡ ٓ ِِ ِر َوٱمۡ َملَ ٓ ِِئ َك
ِ ۡ ۞م ذ ۡۡ َس ٱمۡ ِ ذِ َٱن َ َُومهو ْا ُو ُجوى ُ َُۡك ِق َب َل ٱمۡ َم
َوٱمۡ ِكتَ ِة َوٱمن ذ َِ ِيّ ۧ َن َو َء َاَت ٱمۡ َما َل ػَ ََ ُح ِبّ ِوۦ َذ ِوي ٱمۡ ُق ۡر ََب َوٱمَۡيَََ َمى َوٱمۡ َم َس ِك َن َوٱ ۡب َن ٱ ذمسِۡيلِ َوٱ ذمسآئِ ِل َن َو ِِف ٱ ّ ِمرقَ ِاب
مَّضا ٓ ِء َو ِح َن ٱمۡ ََبٔۡ ِ ِۗس ٱُ ْوم َ ٓ ِِئ َكون ِت َؼيۡ ِد ِ ِۡه ا َذا َغ يَدُ و ْا ٰۖ َوٱ ذمط ِ ِِ َين ِِف ٱمۡ ََبٔۡ َسا ٓ ِء َوٱ ذ ذ
َ َُو َٱقَا َم ٱ ذمطلَو َة َو َء َاَت ٱ ذمز َلو َة َوٱمۡ ُموف
ّ
َ ٱ ذ َِّل َين َضدَ قُو ْا ٰۖ َو ُٱ ْوم َ ٓ ِِئ َك ُ ُِه ٱمۡ ُمَذ ُق
ون
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat,
tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari
akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-
orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk
memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan
zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang
sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al-Baqarah, Ayat 177)
Berarti kebaikan yang dimaksud adalah seluruh realitas kehidupan sosial
manusia, seperti kepedulian atas fakir miskin dan yatim, kepedulian atas
lingkungan sekitar, serta berbagai tindakan sosial kemasyarakatan lainnya.
َم ْن َدػَا ا ََل ىُدً ى ََك َن َ َُل ِم َن ا َۡ ْج ِر ِمث ُْل ٱُ ُج ِور َم ْن ََ َِ َؼ ُو ََل ي َ ْن ُق ُص َذ ِ َِل ِم ْن ٱُ ُجو ِر ِ ِْه َشْۡئًا َو َم ْن َدػَا ا ََل ضَ َٗل َ ٍل
ّ ّ
ََك َن ػَلَ َْي ِو ِم َن اَل ْ ِۡث ِمث ُْل ٱ ٓ ََث ِم َم ْن َ َ َِ َؼ ُو ََل ي َ ْن ُق ُص َذ ِ َِل ِم ْن ٱ ٓ ََث ِمي ِْم َشْۡئًا
ّ
Artinya: “Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya
pahal seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut
tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa
yang menyeru kepada sebuah kesesatan maka atasnya dosa seperti dosa-
dosa yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dari dosa-dosa
mereka sedikitpun. (HR.Muslim).
Apakah kita ingin membangun konspirasi kebaikan ataukah konspirasi
keburukan atau kedhaliman dalam kita menjalin komunikasi dan interaksi
sosial kita? . Semua pilihan ada pada diri kita. Jika kita ingin membangun
realitas komunikasi sosial yang harmonis maka saling tolong menolonglah
dalam kebaikan dan taqwa, lalu yakinlah multilevel pahala akan kita peroleh
dengan derajat kemuliaan.
Penulis KH. Akhmad Muwafik Saleh pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan
Dosen Fisip UB