KONSEP DASAR
A. Pengertian
Vesikolithiasis adalah batu dalam kandung kemih dapat terbentuk ditempat
atau berasal dari ginjal masuk ke dalam kandung kemih. Karena kandung kemih
berkontraksi untuk mengeluarkan air kencing maka batu tertekan pada trigonum
yang peka itu, maka menyebabkan sangat sakit. Bisanya terdapat sedikit hematuri
dan infeksi sering menyertai keadaan ini (Pearce, 1999).
Vesikolithiasis adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+
dan fosfat Ca2+. Namun asam urat dan kristal lain pembentuk batu. Meskipun
batu ini dapat berbentuk dimana saja dari saluran perkemihan. Batu ini sering
ditemukan pada pelvis dan koliks ginjal. Batu ini tetap disimpatik sampai keluar
ke dalam uroter maupun kandung kemih sehingga aliran urine terhambat bila
potensia untuk kerusakan ginjal adalah akut. (Doengoes ME, 2000).
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa vesikolithiasis
adalah batu yang terdapat pada kandung kemih yang terdiri atas subtans yang
membentuk kristal seperti kalsium, fosfat kalsium, asam urat dan magnesium.
Batu dapat menyebabkan obstruksi, infkesi atau edema saluran perkemihan
sehingga aliran urine terhambat bila potensial untuk kerusakan ginjal adalah akut.
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Vesika urinaria merupakan kantong muscular yang berfungsi untuk
menampung sementara urine, terletak didalam cavum pelvis, tepat dorsal
Di lantai
lumen
kandung
kemih
ini
mensekresi
suatu
lapisan
2. Fisiologi
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis sepertti balon
karet, terletak di belakang simpisis pubis di dalam rongga pangul.
Memiliki 2 fungsi yaitu sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum
meninggalkan tubuh dan dibantu oleh urethra kandung kemih berfungsi
mendorong kemih keluar tubuh.
Proses miksi (rangsangan berkemih) yaitu distensi kandung kemih,
oleh air kemih akan merangsang stress dengan jumlah 250 cc sudah
cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi
refleks kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi
relaksasi spinter internus, segera diikuti oleh relaksasi spinter eksterus,
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter internus. Dihantarkan melalui serabut-serabut saraf para
simpatis.
C. Etiologi/presipitasi
1. Etiologi
a. Hiperkalsiuria : dimana jumlah kalsium urine berlebihan
-
hiperkalsiuria
idiopatik
(melalui
hiperkalsiuria
disebabkan
Hiperoxaluria primer
Hyperoxaluria ruternik
10
Umumnya
terjadi
mikroorganisme
pada
proteus
wanita,
dan
sebagai
klebsiela,
akibat
yang
innfeksi
mempoduksi
amonium konsentrasi tinggi dan akan memecah area batu ini khas
membentuk batu staghorn pada pelvis ginjal.
2. Faktor predisposisi
a. Faktor endogen yaitu factor genetic familial, misalnya pada :
-
kalisum
kalsium
hiperkalsiurria.
dalam
dalam
pencernaan
tubuli
ginjal
atau
penurunan
sehingga
terjadi
b. Faktor eksogen
11
D. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik
parsial maupun lengkap. Obstruksi yang lengkap dapat berakibat menjadi
hidronefrosis.
12
13
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala Vesikolithiasis menurut Brunner & Sudarth (2002 : 1460)
dan Soeparman (1999 : 337) adalah :
1. Kencing kurang lancar tiba-tiba terhenti sakit yang menjalar ke penis bila
pasien merubah posisi kencing lama, pada anak-anak mereka akan
berguling-guling dan menarik penis.
2. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda : sistitis, kadang-kadang terjadi
hematuria.
3. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi / teraba adanya urine
yang banyak (retensi).
4. Hanya pada batu besar yang dapat diraba secara bimanual.
5. Pada pria di atas 50 tahun bisanya ditemukan pembesaran prostat.
6. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi segera.
7. Koliks.
8. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing.
F. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengedalikan infeksi dan
mengurangi
obstruksi
yang
terjadi.
Adapun
penatalaksanaan
pada
14
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau reteral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan : morfin
diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa.
Mandi air panas atau air hangat di area panggul dapat bermafaat.
15
G. Komplikasi
Adapun
komplikasi
yang
mungkin
muncul
pada
penderita
vesikolithiasis adalah :
1. ISK ( infeksi saluran kemih) (Tucker, 1998 : 578)
2. Hidronefrosis (long, 1998 : 323)
3. Hipertensi (Tucker, 1998 : 578)
4. Gagal ginjal (Tucker, 1998 : 578)
16
H. Pengakajian
1. Demografi :
-
Usia
Jenis kelamin
Suku/bangsa
Pekerjaan
17
18
j.
mungkin
diketahui,
bagaimana
mengambil
keputusan.
(Capernito, 1999).
k. Pola tata nilai dan kepercayan
19
bakteri, PUS :
pH mungkin asam
urine)
sekunder
tingginya
batu
osbtruksi
pada
ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
20
presipitasi
pemadatan)
/anemia
(peradarahan,
disfungsi/gagl ginjal)
j. Hormon paratiroid : mungkin meningkat jika gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine
k. Foto rotgen KUB : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomic pada area ginjal dan sepanjang ureter.
l. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul.
visualisasi
langsung
kandung
kemih
dapat
21
I. PATHWAYS
Dehidrasi
Pe bahan organik
akibat ISK / urine statis
Pe konsentrasi
larutan urine
Pe kalsium, Pe
oksalat, Peekresi asam
urat, Pe ureum
Pembentukan batu
Ginjal
Ureter
Vesika urinaria
Vesikolithiasis
Obstruksi
Pengeluaran urine terganggu
Retensio Urine
Perubahan
eliminasi urine
Kontraksi meningkat
Menekan saraf
Nyeri
Intoleran
aktivitas
Gangguan pola
tidur
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Bising usus me
Distensi abdominal
Mual muntah
Resiko kekurangan cairan
Sumber
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi
atau dorongan kontraksi vesika urinaria (Doengoes, 1999)
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, obtruksi mekanik, inflamasi (Doengoes, 1999)
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
(iritasi saraf (Doengoes, 1999).
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum (Doengoes,
1999)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal :proses penyakit,
stres psikologis, ketidakaktifan (Doengoes, 1999).
K. Intervensi Keperawatan
1.
KH
Intervensi
23
24
KH
: jumlah urine 1500 ml/jam dan pola biasa, tidak ada distensi
kandung kemih dan edema
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi, contoh infeksi dan pendarahan.
b. Tentukan pola berkemih norml klien dan perhatikan variasi
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
c. Dorong klien untuk meningkatkan pemasukan cairan
Rasionalnya
25
Rasionalnya
meningkatkan
pH
urine
(alkalinitas),
untuk
KH
nadi 60-100x/menit
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasionalnya : membantu dalam evaluasi adanya atau derajat statis
atau kerusakan ginjal.
b. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi
muntah/diare, jaga kejadian yang menyertai/mencetuskan
Rasionalnya : pencatatan dapat membantu mengesampingkan
kejadian
abdominal
lain
yang
menyebebabkan
nyeri
atau
menunjukkan kalkulus.
c. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi
jantung.
Rasionalnya
mempertahankan
keseimbangan
cairan
untuk
26
d. Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan
membrane mukosa.
Rasionalnya : indikator hidrasi atau volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
e. Berikan obat sesuai dengan indikasi : antiemetik, contoh :
proklorperazin (compazin)
Rasionalnya : menurunkan mual muntah
4.
KH
Intervensi :
a. Kaji kemempuan pasien untuk melakukan tugas
Rasionalnya : mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
b. Berikan
lingkungan
tenang,
pertahankan
tirah
baring
bila
diindikasikan.
Rasionalnya : meningkatkan istirahat dan ketenangan
c. Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila perlu,
memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.
Rasionalnya : membantu bila perlu harga diri ditingkatkan bila
pasien melakukan sesuatu sendiri.
d. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
Rasionalnya : meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai
normal dan memperbaiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan.
e. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila nyeri.
Rasionalnya : untuk menurunkan rasa nyeri saat aktivitas
27
5.
KH
Intervensi :
a. Mengkaji kebutuhan tidur dan penyebab kurang tidur
Rasionalnya : mengetahui permasalahan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur
b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi bantal,
guling
Rasionalnya : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologis atau psikologis.
c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misal, mandi hangat
dan masase.
Rasionalnya : meningkatkan efek relaksasi
d. Intruksikan tindakan relaksasi
Rasionalnya : membantu dalam menginduksi tidur
e. Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi
Rasionalnya : perubahan posisi mengubah area tekanan dan
meningkatkan istirahat.
28