Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak ada yang tahu sejak kapan persisnya kosmetik tradisional mulai
dipergunakan di Indonesia. Namun jelas bahwa hal tersebut berhubungan dengan sejarah
kebudayaan bangsa Indonesia yang dahulu berpusat di keraton (istana) yang juga
menjadi pusat pemerintahan. Perawatan kecantikan tradisional yang menjadi budaya para
isteri dan putri keraton merupakan contoh tauladan bagi masyarakat di sekitarnya.
Ketika bangsa Indonesia dijajah Belanda perkembangan kosmetika tradisional terhambat
oleh masuknya kosmetika modern dari Barat. Pada masa sebelum dan selama penjajahan
inilah berbagai hasil bumi negara kita diangkut ke Eropa termasuk berbagai bahan baku
kosmetika, misalnya kayu cendana, lada, cabe, kunyit dan rempah-rempah. Setelah
merdeka, terutama ditahun 1970-an ketika seluruh dunia dilanda keinginan untuk
kembali ke alam (back to nature), kosmetika tradisional mulai dilirik kembali untuk
dipergunakan. Keadaan ini menjadi angin segar bagi beberapa pakar kosmetika
tradisional yang semula agak tertutup dalam lingkungan terbatas, menjadi hal yang dapat
dilakukan seluruh lapisan masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri.
Sejarah kosmetik menunjukan bahwa sejak semula kosmetika diramu oleh
para tabib atau dukun yang sekaligus juga menjadi pakar pengobatan di suatu negeri.
Setelah terjadi kemajuan dalam segala bidang kehidupan termasuk bidang sains dan
teknologi, kosmetika berubah menjadi komoditi yang diproduksi secara luas dan diatur
oleh berbagai peraturan dan persyaratn tertentu untuk memenuhi standar mutu (kualitas)
dan keamanan bagi konsumen. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku untuk
pembuatan kosmetika berbeda dari satu negara dengan negara lainnya. Berbagai masalah

kosmetika di Indonesia ditangani oleh Direktorat Kosmetika Ditjen POM Departemen


Kesehatan RI.
Namun sudah menjadi kenyataan bahwa komoditi kosmetika di Indonesia
tidak hanya dibuat oleh pabrik kosmetika yang resmi dan mempunyai legalitas utnuk itu.
Berbagai kalangan lain ternyata ikut membuat produk kosmetika di rumah, salon
kecantikan maupun di klinik kecantikan atau kesehatan. Bahkan beberapa dokter maupun
dokter kulit juga mencoba memproduksi kosmetika sendiri untuk memenuhi kebutuhan
para pasiennya.
Teknologi pembuatan kosmetika itu sendiri tidak jauh berbeda dengan
teknologi pembuatan obat topikal lain dan memerlukan pengetahuan serta keahlian
teknik kimia, farmasi, biokimia, mikrobiologi dan dermatologi. Dalam deskripsi berikut
hanya akan menyentuh garis besar pembuatan yang menjadi dasar sains pembuatan
kosmetika untuk dipahami kalangan lain yang tidak berkecimpung secara langsung
dengan pembuatan kosmetika.
Agar tujuan pemahaman oleh para ahli farmasi khususnya peminat teknologi
kosmetika tradisional bisa terpenuhi dan bertanggung jawab sebagai seorang farmasis.
Untuk itu program pendidikan S1 Farmasi STIFA Pelita Mas Palu mewajibkan setiap
mahasiswanya menjadi tenaga kesehatan yang terampil, cakap dan profesional.
Pemilihan PT. Mustika Ratu sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
didasarkan atas beberapa hal sebagai berikut :
1. PT. Mustika Ratu merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan jamu
dan kosmetika tradisional dari bahan-bahan alami Indonesia.
2. PT. Mustika Ratu menggunakan teknik dan mesin modern yang memenuhi standar
ketat kualitas dan keamanan.

3. PT. Mustika Ratu merupakan perusahaan yang beroperasi secara lancar dan
kontinu dimana produk yang dihasilkan telah dikenal luas dimasyarakat.
4. PT. Mustika Ratu banyak memproduksi produk unggul yang diminati masyarakat
sehingga perlu dilakukan peninjauan mengenai proses produksi dan pemasaran
produk tersebut.
5. PT. Mustika Ratu merupakan perusahaan yang menghasilkann produk jamu dan
kosmetik yang tidak kalah saing dengan produk luar negeri.

1.2 Tujuan PKL Farmasi Industri


Tujuan diadakannya PKL ini untuk memenuhi persyaratan akhir perkuliahan di
STIFA Pelita Mas Palu dan sebagai salah satu syarat untuk bias maju Ujian Sidang
Skripsi, selain itu juga bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses produksi, pemasaran dan
kualitas produk jamu dan kosmetik yang dihasilkan.
2. Membuka wahana pikir dan memperluas proses penyerapan teknologi baru, sehingga
mahasiswa dapat membandingkan antara hasil yang dicapai di dalam pendidikan dan
penerapannya dilapangan.
3. Mengembangkan sikap profesionalisme untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai
dengan disiplin ilmu.
4. Memperluas wawasan serta memperkenalkan mahasiswa pada iklim kerja yang
sesungguhnya.
5. Meningkatkan pengetahuan akan proses produksi dan cara pengolahan yang baik
sehingga diperoleh sediaan jamu dan kosmetik yang bermutu.

6. Meningkatkan pengalaman dan pemahaman mahasiswa pada aspek-aspek usaha yang

potensial dalam lapangan kerja, antara lain struktur organisasi, manajemen dan
ketenagakerjaan pada pabrik jamu dan kosmetik.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Dilaksanakan di PT Mustika Ratu, Jakarta pada tanggal 17 Mei 2010.
1.4 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan PKL Farmasi Industri di perusahaan PT. Mustika Ratu
menggunakan metode observasi, studi pustaka dan wawancara langsung.

BAB II
KEADAAN PERUSAHAAN SECARA UMUM

2.1 Sejarah Umum Perkembangan dan Lokasi Perusahaan


Menengok sejarah Mustika Ratu membawa kita ke sebuah garasi di
kediaman sang pendiri Mooryati Soedibyo pada 1975. Nama Mustika Ratu
memang sudah identik dengan Mooryati Soedibyo sebagai pendiri. Cucu
Sri Susunan Pakoe Boewono X Keraton Surakarta ini terkenal dengan

segala hal yang berkaitan dengan kecantikan, jamu tradisional, dan


lingkungan kraton.
Sejak usia 3 tahun ia tinggal di Keraton Surakarta yang dikenal sebagai
sumber kebudayaan Jawa. Di keraton itu, dia mendapat pendidikan secara
tradisional yang menekankan pada tata krama, seni tari klasik, kerawitan,
membalik, ngadi saliro ngadi busono, mengenal tumbuh tumbuhan
berkhasiat, meramu jamu, dankosmetika tradisional dari bahan alami,
bahasa sastra Jawa, tembang dengan langgam mocopat, aksara Jawa
Kuno, dan bidang seni lainnya.
Tahun 1973, hobi minum jamu Mooryati Soedibyo yang dilakukan sejak
masih belia, akhirnya dikembangkannya sebagai usaha. Ramuan jamu
resep Keraton Surakarta yang semula diberikan kepada teman-temannya,
akhirnya berubah menjadi bisnis. Tahun 1990, dia meluncurkan ajang
Puteri Indonesia, yang dikembangkannya setelah menyaksikan acara Miss
Universedi Bangkok pada 1990. Mooryati yang sering berkunjung ke luar
negeri untuk mengadakan seminar, pameran maupun sendiri mulai ingin
membuat ajang Puteri Indonesia.
Dari sini timbul keinginannya untuk membuat wanita Indonesia percaya
diri tampil di dunia internasional. Hal ini sebelumnya telah dipelopori oleh
Andi Nurhayati yang semenjak tahun 70-an menjadi pemegang franchise
pengiriman Miss-miss-an kelas internasional, begitu pula nama majalah
Femina yang sudah bertahun-tahun sebelumnya menyelenggarakan
pemilihan Putri Remaja Indonesia, yang menghasilkan gadis-gadis paling

enerjik, cerdas dan modem se-Indonesia. Kini Mooryati Soedibyo,


berupaya menggabungkan kesemua itu dalam ajang Pemilihan Puteri
Indonesia.
Lalu ia mengeluarkan ide tersebut ke Badan Pengembangan Ekspor
Nasional, dan disetujui. Mooryati akhirnya membentuk Yayasan Puteri
Indonesia dan menjadi Ketua Umum. Namun, ajang Pemilihan Puteri
Indonesia tak sepenuh-nya disetujui masyarakat. Bahkan menjadi *
polemik sampai sekarang. Mooryati sendiri telah berhasil mengadakan
ajang Pemilihan Puteri Indonesia sampai yang keenam kalinya. Pernah
vakum selama 3 tahun (1997,1998,1999) karena kondisi dan situasi
negara yang tidak memungkinkan.
Inilah cikal bakal perseroan. Tiga tahun setelah itu, perseroan mulai
memproduksi jamu yang didistribusikan di Jakarta, Semarang, Surabaya,
Bandung, dan Medan. Permintaan yang terus meningkat dijawab oleh
perseroan dengan mengembangkan berbagai jenis kosmetik tradisional. Pada
1981, perseroan masuk ke fase penguatan produksi dengan mengoperasikan
pabrik di Ciracas, Jakarta Timur.
Empat belas tahun berselang,-perseroan menjadi perusahaan publik dan
mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta, yang sekarang berganti menjadi
Bursa Efek Indonesia pada 1995. Perjalanan berikutnya dari Mustika Ratu
mengantarkannya pada sebuah kompetisi yang kian sengit. Tantangan, yang
juga menunggu para pelaku industri kosmetik lainnya, itu bukan lagi berkutat
pada persaingan antarsesama pemain lokal, melainkan bersumber dari
produk impor.
Sejak pertengahan tahun lalu, derasnya peredaran kosmetik asal China terus
menunjukkan peningkatan. Pada 2009, penguasaan pasar kosmetik dari

China di dalam negeri naik 10% menjadi 30% dibandingkan tahun


sebelumnya dengan nilai impor mencapai US$25 juta-US$30 juta. Produk asal
China bisa dengan mudah menarik hati pembeli karena ditawarkan dengan
harga yang jauh lebih murah. Selisih harga kosmetik impor dari China yang
lebih miring 10%-20% dibandingkan dengan produk lokal menjadi salah satu
penyebab mengapa produk ini dicari konsumen.
Kompetisi yang kian ketat ini tak lantas membuat pemain lokal terjerembab.
Kinerja Mustika Ratu pada tahun lalu masih mampu menangguk pertumbuhan
pendapatan. Perusahaan ini mendulang kenaikan penjualan sebesar 12,27%
menjadi Rp345,58miliar dibandingkan dengan Rp307,80 miliar pada 2008.
Laba usaha pada 2009 mencapai Rp41,55 miliar atau meningkat 64,24%
dibandingkan dengan Rp25,30 miliar pada 2008. Pada periode JanuariSeptember tahun ini, penjualan tumbuh 4,14% menjadi Rp252,41 miliar
dibandingkan dengan Rp242,38 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sayang, beban usaha pada periode sembilan bulan tahun ini terlihat
meningkat sebesar 6,48% menjadi RpU7.87 miliar dibandingkan dengan Rp
110,70 miliar pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rpll0,70 miliar.
Hasilnya, laba usaha tergerus 5,21% menjadi Rp23,04 miliar dari Rp24,31
miliar. Adapun, laba bersih pada Januari-September tumbuh 1,31% menjadi
Rpl3,19 miliar dibandingkan dengan Rpl3,02 miliar pada periode yang sama
tahun lalu.
Namun, persaingan tidak bisa dihadapi dengan berdiam diri. Kompetisi
memaksa pabrikan lokal untuk pasang kuda-kuda dan terus berinovasi.
Perseroan misalnya juga menyuguhkan layanan spa dengan bahan alami. Spa
ini tersebar dari Jakarta, Yogyakarta, dan sejumlah kota besar lain. Tidak
hanya menggarap pasar dalam negeri, perseroan juga merambah pasar luar
negeri, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, China, Rusia, Ceko,
Bulgaria, Kanada, dan Afrika. Pembukaan gerai di luar negeri juga dapat
dimanfaatkan sebagai wahana memasarkan produk-produk perseroan untuk

pasar ekspor. Tahun lalu, pasar luar negeri hanya menyumbang 13,3%
terhadap total pendapatan perseroan atau turun dari 15,9% pada 2008.

Sumber kebudayaan
2. Visi, Misi dan Slogan
1.

Visi
Menjadi industri jamu dan kosmetik yang dapat memberikan
manfaat pada masyarakat dan lingkungan.

2.

Misi
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di bidang farmasi.
b. Mengembangkan

penelitian

yang

berhubungan

dengan

pengembangan jamu dan kosmetik dengan bahan-bahan yang


bermutu.
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk
kecantikan berbahan tradisional.
d. Ikut mendorong pemerintah dan instansi resmi agar lebih berperan
dalam pengembangan jamu dan kosmetik.
3.

Slogan
Tradisi, ilmu dan teknologi jamu dan kosmetik.

4. Sumber Daya Manusia


Untuk saat ini jumlah karyawan di PT. Mustika Ratu sebanyak 2500
karyawan. Tenaga kerja PT. Mustika Ratu sangat kompleks dan berpengalaman,
yang terdiri dari tenaga harian dan tenaga bulanan.
Untuk mengembangkan kemampuan SDM pada waktu-waktu tertentu
karyawan diberi kesempatan mengikuti training, kursus, maupun seminar. Dalam
mendukung penelitian dan pengembangan PT. Mustika Ratu merekrut konsultan

yang ahli dibidangnya, misalnya: Apoteker, dokter, dokter kecantikan dan dokter
spesialis. Adapun hak dan fasilitas yang diberikan kepada karyawan PT. Mustika
Ratu yaitu Jamsostek yang meliputi jaminan hari tua dan keselamatan kerja.
5.

Kerja Sama Ilmiah


Agar produk dapat senantiasa berkembang sesuai dengan tuntutan

masyarakat dan kemajuan tekhnologi, kerjasama dilakukan dengan lembagalembaga ilmu pengetahuan, baik dimata masyarakat maupun dunia keilmuan.

BAB III
PROSES PRODUKSI

Setiap langkah produksi yang dilakukan mengikuti standar produksi


nasional indonesia, dan beberapa ruang produksi sudah memenuhi standar
produksi nasional indonesia, secara umum semua bahan obat yang akan dipakai
melalui tahapan pembersihan. Semua proses produksi diawasi dengan ketat oleh

bagian Quality Control (QC) dan produk yang dinyatakan lolos uji yang akan
dipasarkan.

A.

Gudang Bahan Baku

1. Kebenaran bahan
Dalam kondisi kering bahan kadang sulit untuk dibedakan sehingga
biasanya terjadi kekeliruan. Istilahnya kebenaran bahan tidak cukup hanya
untuk

pemeriksaan

secara

organoleptis

tetapi

juga

harus

melalui

laboratorium.
2. Harus bersih
Bersih bukan hanya bersih dari tanah, pasir, debu atau kotoran
lainnya, tetapi juga harus bersih dari bakteri atau mikroorganisme lainnya.
3. Harus kering
Jika

barang

atau

bahan

datang

dalam

bentuk

segar,

dalam

penyimpanannya akan terjadi pembusukkan karena terkontaminasi dengan


bakteri sehingga kadar air yang dikehendaki maksimal 10%.

B.

Proses Produksi

Sesuai Tugas Quality Control (QC) dalam memeriksa bahan baku dari
bahan asing yang tidak diinginkan, memeriksa tingkat kebersihan bahan baku,
memeriksa keseragaman bahan baku, memeriksa kadar air, memeriksa tingkat
keberadaan mikroba.
Gudang bahan bersih

Bahan baku yang sudah melalui tahap pencucian dan pengeringan,


kemudian dimasukkan ke dalam gudang bahan bersih. Sampel dari gudang
bahan bersih ini diuji oleh bagian Quality Control (QC), apabila sudah memenuhi
standar produksi, maka diberikan label sebagai tanda bahwa barang tersebut
siap dilakukan proses produksi selanjutnya. Pengujian yang dilakukan oleh
Quality Control (QC) terhadap bahan baku meliputi : pemeriksaan kadar zat aktif,
pemeriksaan kadar air, pemeriksaan angka kapang, dan identifikasi bakteri
patogen.
C.

Laboratorium PT. Corronet Crown

Laboratorium PT. Corronet Crown telah terakreditasi dengan kata lain


telah diakui publik sehingga telah setara dengan alat-alat independent yang lain.
Adapun Laboratorium PT. Coronet Crown terdiri dari :
1. Laboratorium Kimia
Digunakan untuk penetapan kadar, pemeriksaan kesadahan, analisis kadar
air

dan

kadar

protein,

preparasi

untuk

persiapan

pemeriksaan

di

laboratorium instrumen, uji viskositas.

2. Laboratorium Formulasi
Untuk melakukan uji coba produk baru, setelah dianalisa kemudian
dilanjutkan untuk diproduksi. Untuk mereformulasi produk yang sudah
beredar.
3. Laboratorium Instrumen
4. Laboratorium Uji Stabilitas
Untuk menentukan batas kadaluarsa suatu produk.
5. Laboratorium Farmakologi

Digunakan untuk memeriksa khasiat dan keamanan dari produk setengah


jadi, produk jadi dan produk-produk pesaing.

D.

Penanganan Limbah

Sebagai perusahaan, PT. Coronet Crown tidak ingin kehadirannya


menghasilkan limbah yang dapat merusak alam, sehingga berupaya untuk
melestarikan lingkungan yang sehat di Indonesia.
Dengan upaya penanganan limbah diharapkan PT. Corronet Crown
menjadi perusahaan yang ramah lingkungan, dan lokasi seputar pabrik menjadi
asri karena tanaman tumbuh subur.

E.

Distribusi dan Pemasaran

Produk PT. Corronet Crown dipasarkan di dalam negeri melalui jaringan


distribusi. PT. Sido Muncul juga telah memperluas wilayah pemasaran dengan
membuka cabang baru di beberapa daerah.
BAB IV
PEMBAHASAN

Untuk mencapai derajat kesehatan yang maksimal berbagai cara


dilakukan oleh masyarakat, penggunaan obat-obatan dirasa semakin dibutuhkan
oleh masyarakat, sehingga kebutuhan akan kesehatan akan semakin meningkat.
Dari seluruh produk yang dihasilkan PT. Corronet agar terjamin mutu dan
khasiatnya maka proses produksi dilakukan dengan menggunakan standar CPOB

serta mengikuti standar operating prosedur (SOP). Semua proses dan produk
yang dihasilkan harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Dalam hal ini
bagian Quality Control (QC) telah melaksanakan fungsinya dengan baik.
PT. Corronet Crown memiliki beberapa laboratorium canggih dengan
peralatan modern yaitu laboratorium kimia, laboratorium formulasi, laboratorium
instrumen,

laboratorium

uji

stabilitas,

laboratorium

farmakologi.

Seluruh

laboratorium tersebut digunakan untuk melakukan pengujian mulai dari bahan


baku, pengawasan mutu, penelitian-penelitian untuk pengembangan produk
sampai teknologi produksi sehingga dapat dipastikan bahwa PT. Coronet Crown
menciptakan sediaan Obat yang memiliki standar mutu yang terjamin.
Pemeriksaan bahan baku obat dilakukan dengan pengawasan yang
ketat. Bahan yang masuk ke gudang harus memenuhi syarat yang telah
ditetapkan oleh PT. Coronet Crown. Diawali dengan pengambilan sampel untuk
pemeriksaan bahan awal dimana dalam pengambilan sampel hendaknya
dilakukan sesuai prosedur dan tatacara yang ditetapkan serta sesuai dengan
persyaratan pengambilan sampel.
Untuk menghindari produksi obat yang tidak memenuhi syarat, maka
sangat penting dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses produksi
dengan cara pengambilan sampel, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan
pengujian terhadap produk yang dihasilkan. Kemudian berdasarkan hasil
pengujian yang dilakukan bagian Quality Control (QC) memberikan label, dan
dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Pengujian selama proses produksi dilakukan terhadap keseragaman
bobot, kadar air, kadar zat aktif, waktu hancur, mikrobiologi serta parameter lain
yang disyaratkan. Selanjutnya setiap hasil produksi dilakukan uji toksisitas untuk
menjamin keamanan bagi konsumen.

Pada proses pengemasan, pemeriksaan dilakukan terhadap kemasan,


etiket, maupun prosesnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian
kemasan yang akan dipakai dengan bahan yang akan dikemas, juga untuk
menghindari kerusakan produk yang dikemas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan :
1. PT. Coronet Crown merupakan pabrik yang memproduksi obatsecara
modern dan telah menerapkan standar CPOB untuk beberapa ruang
produksi.
2. PT. Coronet Crown merupakan pabrik yang berkembang pesat dan
senantiasa berpikir maju sehingga dapat memiliki tempat khusus di hati
konsumen.

3. Untuk mempertahankan kepercayaan dari konsumen, dalam pengawasan


mutu bagian Quality Control (QC) bekerja secara hati-hati dan sesuai
dengan syarat yang telah ditetapkan.
4.
B. SARAN
Penulis menyarankan agar PT. Coronet Crown terus mempertahankan
mutu dan kualitas produksi sediaan obat yang dihasilkan dan lebih ditingkatkan
lagi. Untuk bagian pemasaran, penulis menyarankan agar lebih memperluas
jaringan pemasaran diseluruh Indonesia, dan disarankan PT. Corronet Crown
dapat membuka distributor resmi khususnya di Palu, Sulawesi Tengah.
Dan kiranya kerjasama PT. Corronet Crown dengan STIFA PELITA MAS
PALU, akan semakin baik dan dapat ditingkatkan serta dipertahankan untuk
tahun-tahun berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001, Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT.


Corronet

Crown

Semarang,

Akademi Analisa Farmasi Dan

Makanan, Surakarta, Indonesia.

Ansel H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 605-622,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai