Vitamin Dan Defisiensi Vitamin
Vitamin Dan Defisiensi Vitamin
Viitamin merupakan bahan makanan organik yang dalam jumlah kecil diperlukan untuk
pertumbuhan normal dan kesehatan tubuh. Jumlah yang diperlukan sehari-hari demikian
kecilnya, sehingga dapat diperkirakan bahwa vitamin bekerja sebagai katalisator. Telah dapat
dibuktikan bahwa beberapa vitamin merupakan bahan esensial pada sistem oksidasi karbohidrat,
protein dan lemak. Tubuh tidak dapat membuat vitamin akan tetapi harus memilikinya. Terutama
organ yang sedang tumbuh sangat rentan akan defisiensi vitamin. Oleh karena itu gejala
defisiensi suatu vitamin sangat penting dalam Ilmu Kesehatan Anak. Lebih penting pula ialah
mengetahui bentuk laten dan bentuk dini dari penyakitnya. Kecurigaan akan hal ini dapat
dibuktikan dengan pemeriksaaan biokimia. Anamnesis makanan yang cermat dapat menolong
dugaan kemungkinan penyakit defisiensi. Sebaliknya dengan munculnya banyak pabrik farmasi
yang menyodorkan bermacam-macam vitamin kepada rakyat, maka kemungkinan timbulnya
hipervitaminosis tidak dapat diabaikan pula.
Biasanya vitamin digolongkan dalam 2 golongan, yaitu:
1. Golongan yang larut dalam air, misal: vitamin B kompleks dan vitamin C
2. Golongan yang larut dalam lemak, misal: vitamin A, D, E dan K.
Defisiensi vitamin A (Xeroftalmia)
Defisiensi vitamin A dalam diet seseorang yang berlangsung lama akan menimbulkan penyakit
yang disebut defisiensi vitamin A atau xeroftalmia. Bersama-sama dengan penyakit Malnutrisi
Energi Protein (MEP), penyakit tersebut merupakan penyakit yang sangat penting di antara
penyakit gangguan gizi di Indonesia dan di banyak negeri yang sedang berkembang. Ia
mempunyai peranan yang penting sebagai penyebab kebutaan.
Faktor etiologis
Gejala defisiensi vitamin A akan timbul bilamana:
1. Dalam jangka waktu yang lama dalam diet terdapat kekurangan vitamin A atau
provitamin A.
2. Terdapat gangguan resorpsi vitamin A atau provitamin A.
3. Terdapat gangguan konversi provitamin A menjadi vitamin A.
4. Kerusakan hati.
5. Kelainan kelenjar tiroidea.
Peranan vitamin A pada fungsi penglihatan
Telah dapat ditentukan bahwa retina mata yang normal mengandung pigmen yang dikenal
sebagai rodopsinatau visual puple. Pigmen tersebut mengandung vitamin A yang terikat pada
protein. Jika mata menerima cahaya maka akan terjadi konversi rodopsin menjadi visual yellow
dan kemudian visual white. Pada konversi demikian akan menghilang sebagai vitamin A.
Regenerasi visual purple hanya akan terjadi bila tersedia vitamin A. Tanpa regenerasi maka
penglihatan pada cahaya remang setelah mata menerima cahaya yang terang akan terganggu.
Patologi
Pada defisiensi vitamin A, kelainan yang dapt timbul pada manusia ialah:
1. Buta senja.
Kelainan sebagai akibat dari gangguan regenerasi rodopsin. Merupakan gejala pertama
defisiensi vitamin A dan timbul sebelum gejala lainnya tampak.
2. Xeroftalmia
Dimulai dengan timbulnya perubahan pada jaringan epitel yang menjadi kering dan
keras. Kadang-kadang terlihat bercak Bitot yang merupakan bercak putih berbuih dan
berbentuk segitiga, terdapat di daerah nasal atau temporal dari kornea mata. Fotofobia
dan konjungtivitis timbul lebih dahulu disusul oleh pigmentasi coklat muda dari
konjungtiva. Perubahan jaringan epitel konjungtiva dapat menjalar ke kornea dan disusul
oleh ulserasi, perforasi dan destruksi total mata (keratomalasia). Kerusakan demikian
dapat timbul dengan cepat, sehingga diagnosis dini dari tanda-tanda defisiensi tersebut
sangat penting.
3. Kelainan kulit
Dapat ditemukan kelainan berupa hiperkeratosis folikularis dan biasanya terdapat pada
bagian lateral dari lengan, tungkai bawah dan bokong.
4. Metaplasia jaringan epitel di bagian tubuh lain seperti di trakea, pelvis renalis, kelenjar
ludah, ureter dan sebagainya.
5. Konsentrasi vitamin A dan karotin dalam plasma rendah (normal 30-50 mikrogram per100 ml untuk vitamin A dan 60-240 gama untuk karotin).
Kebutuhan akan vitamin A.
Oleh Food and Nutrition Board of te National Research Council of the United States of America
dianjurkan pemberian vitamin A dalam diet sebagai berikut:
Bayi : 1.500 SI
Pencegahan.
Diet anak yang baik umumnya mengandung cukup tiamin. Pemberian vitamin B1 tambahan
diperlukan untuk para ibu yang sedang mengandung atau menyusui. Dianjurkan untuk
memberikan 1,8 mg vitamin B1 setiap hari pada para ibu yang sedang mengandung dan 2,3 mg
vitamin B1 pada ibu yang sedang menyusui, 0,4 mg untuk bayi dan 0,6-2 mg pada anak yang
lebih besar. Anak dengan penyakit gastrointestinal menahun atau yang sedang mendapat
makanan parenteral, harus diberi tiamin tambahan.
Pengobatan.
Bayi : 5-10 mg/hari
Anak : 10-20 mg/hari
Pengobatan diberikan untuk beberapa minggu lamanya. Bilamana penderita mengalami diare
atau muntah yang lama, maka vitamin tersebut harus diberikan secara intramuskulus atau
intravena. Pada penderita yang masih mendapat ASI, maka ibunya harus pula diberi vitamin B1
tambahan.
Defisiensi vitamin B2 (Ariboflavinosis)
Faktor etiologis.
Gejala defisiensi vitamin B2 akan tampak bilamana:
1. Stomatitis angularis.
Pada sudut mulut terdapat maserasi dan retak-retak (fisura) yang memancar ke arah pipi.
Kadang-kadang luka sudut mulut tersebut tertutup keropeng. Bilamana luka demikian
berulang-ulang timbul pada akhirnya akan menimbulkan jaringan parut.
2. Glositis.
Lidah akan tampak merah jambu dan licin karena struktur papil hilang.
3. Kelainan kulit.
Perubahan pada kulit berupa luka seboroik pada lipatan nasolabial, alae nasi, telinga dan
kelopak mata. Kadang-kadang ditemukan juga dermatitis pada tangan, sekitar vulva, anus
dan perineum.
4. Kelainan mata.
Dapat timbul fotofobia, lakrimasi, perasaan panas. Pada pemeriksaan dengan slitlamp
akan tampak vaskularisasi kornea dan keratitis interstitialis.
Bayi: 0,2 0,5 mg/hari. Anak yang lebih besar 1,5 2 mg/hari. Banyak vitamin B6 yang
diperlukan bertalian dengan banyaknya pemberian protein, sehingga makin besar anak makin
banyak vitamin B6 yang diperlukan. Adakalanya terdapat gejala defisiensi vitamin B6 pada
seorang penderita, walaupun makanannya mengandung cukup vitamin B6
Defisiensi vitamin B12
Fisiologi
Vitamin B12 dianggap sebagai komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik. Getah lambung
orang normal mengandung substansi yang disebut faktor intrinsik yang bereaksi dengan faktor
ekstrinsik yang terdapat dalam daging, susu atau bahan makanan lain untuk membuat substansi
antianemia. Faktor antianemia tersebut diserap dan disimpan dalam hati. Pada anemia pernisiosa
biasanya faktor intrinsik tidak terdapat dalam getah lambung.
Walaupun daging mengandung vitamin B12, namun tidak dapat digunakan oleh penderita
anemia pernisiosa, karena faktor intrinsik tidak ada. Vitamin B12 terikat pada protein dan hanya
dapat dileaskan oleh faktor intrinsik untuk kemudian diserap.
Patologi
Defisiensi vitamin B12 dapat timbul bila:
a. Terdapat kekurangan vitamin B12 dalam diet (seperti orang vegetarian)
b. Tidak terdapat faktor intrinsik seperti pada penderita anemia pernisiosa.
c. Terdapat gangguan resorpsi vitamin B12.
Gejala
Defisiensi vitamin B12 menimbulkan anemia dengan gejala lidah yang halus dan mengkilap,
tidak terdapat asam hidroklorida dalam asam lambung (pada penderita anemia pernisiosa),
perubahan saraf, anemia makrositik hiperkromik. Sel darah membesar dan berkurang jumlahnya.
Hal ini disebabkan oleh gangguan pembentukan atau proses pematangan sel darah merah.
Kebutuhan: 1 2 gama/hari.
Pengobatan
Pemberian vitamin B12 pada penderita anemia pernisiosa akan merangsang sumsum tulang
membuat sel darah merah. Pada anemia makrosistik lain, vitamin B12 akan memberikan
perbaikan seperti halnya dengan asam folat. Vitamin B12 digunakan pula masa rekovalensi
penyakit berat sebagai perangsang metabolisme.
Defisiensi vitamin E
Gejala
Vitamin E digunakan sebagai pencegahan abortus habitual, partus prematur habitual, juga pada
sklerodermia, penyakit neuromuskulus dan muskulus terutama distrofia muskulorum progresiva.
Adakalanya vitamin E digunakan pada penderita hipoproteinemia karena vitamin E mempunyai
daya anabolik pada metabolisme protein.
MINERAL
Tubuh hewan memerlukan 7 elemen dalam jumlah besar, yaitu kalsium, klorida, magnesium,
kalsium, fosfor, natrium dan sulfur serta sedikit-dikitnya 7 elemen dalam jumlah kecil (trace
elements) seperti kobalt, tembanga, iodium, besi, mangan, selenium dan seng. Di samping itu
krom, fluor dan molibden berperan penting dalam metabolisme manusia. Keperluan optimum
akan berbagai elemen tersebut belum diketahui. Walaupun trace elements terdapat dimana-mana,
defisiensi elemen tersebut baik pada manusia maupun pada hewan dapat timbul. Sebaliknya
gejala-gejala toksis pada pemberian mineral yang berlebihan juga pernah dilaporkan.
Magnesium.
Seperti halnya dengan fosfor, mineral ini diperlukan untuk pembentukan tulang dan terdapat pula
pada jaringan lunak. Magnesium merupakan bahan esensial dari cairan sel. Keperluan akan
magnesium tidak diketahui, akan tetapi susu ibu mengandung cukup magnesium untuk
kebutuhan bayi.
Kalsium dan magnesium adakalanya bekerja antagonis akan tetapi kadang-kadang dapat saling
menggantikan. Pemberian kalsium dapat menghilangkan depresi pernafasan akibat magnesium,
tetapi kedua mineral tersebut dapat menghilangkan gejala tetani.
Besi
Semua sel mengandung besi, akan tetapi hemoglobin darah dan otot mempunyai konsentrasi
yang tertinggi. Kebutuhan besi bagi bayi relatif tinggi yaitu karena pertumbuhan yang cepat dari
jaringan yang baru. Diet bayi umumnya tidak mengandung cukup besi untuk memenuhi
kebutuhannya. Sumber utama besi untuk bayi adalah ialah ekses hemoglobin waktu lahir.
Tekanan O2 yang rendah dari sirkulasi plasenta menyebabkan konsentrasi hemoglobin yang
tinggi dalam sel darah merah fetus. Setelah bayi lahir, paru-paru akan mengembang dan
berfungsi sehingga konsentrasi hemoglobin yang tinggi tidak diperlukan lagi. Hemoglobin yang
berlebihan dihancurkan, akan tetapi besinya akan disimpan dalam hati untuk dipakai kemudian
bila diperlukan. Tambahan besi diperlukan jika bayi berumur 5 bulan.
Bayi prematur lebih cepat menjadi anemis dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan cukup
bulan. Bayi kurang bulan tersebut, umumnya lebih kecil sehingga dengan sendirinya juga
mengandung lebih sedikit darah. Oleh karena itu jumlah besi yang dapat disimpan juga tidak
begitu banyak. Pertumbuhan bayi prematur yang cepat akan menghabiskan persediaan besi
dengan cepat pula sehingga lebih cepat pula menjadi anemis. Baik ASI maupun susu sapi tidak
mengandung cukup besi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga makanan tambahan
berupa buah dan sayur harus diberikan dalam makanan bayi sebelum persediaan besi habis
terpakai. Biasanya pemberian makanan tambahan demikian sudah harus dimulai pada umur 3
bulan. Untuk bayi prematur hendaknya diberikan tambahan preparat besi peroral atau parenteral.
Biasanya sulfas ferous dan sitras amonium sering digunakan untuk tambahan tersebut.
Tembaga.
Mineral ini diperlukan pada utilitas besi simpanan dan besi yang diperoleh dari makanan pada
konversi menjadi hemoglobin. Jumlah yang dibutuhkan tidak banyak. Perbandingan tembaga dan
besi 1 : 10 dianggap optimum untuk menaikkan kadar hemoglobin. Tembaga sudah terdapat pada
hati bayi baru lahir. Umumnya makanan bayi mengandung cukup tembaga untuk kebutuhannya.
Selenium
Selenium merupakan mineral yang tergolong pada trace mineral, karena keberadaannya dalam
tubuh sangat sedikit (jarang). Namun demikian mineral ini terdapat dimana-mana diseluruh
jaringan tubuh seperti tulang, otot dan darah walaupun kandungannya sangat rendah. Kadar Se
yang rendah dalam darah merupakan salah satu indikator yang baik untuk menentukan status
mineral dalam tubuh.
Clark et,al. (1998) mengemukakan bahwa Selenium merupakan mineral jarang esensial yang
dapat meningkatkan fungsi imun pada ternak, memperbesar neuropsykologic pada manusia dan
memperbaiki kondisi penyakit spesifik pada manusia dan ternak. Keuntungan dari segi kesehatan
ini beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan mineral Se untuk melihat total
insiden penyakit kanker dengan pengurangan secara spesifik dari resiko kanker paru-paru,
prostat dan colorectal.
Dasar percobaan di atas maka telah dilaporkan pula bahwa kontributor utama terjadinya penyakit
kanker pada manusia bersumber dari makanan yang dikonsumsi, karena sebagian besar sumber
selenium dalam makanan berasal dari tanaman dan makanan yang dikonsumsi rendah mineral
selenium.
Seng
Zinc adalah trace element yang merupakan komponen penting bagi ratusan metalloenzim,
termasuk alkalin pospat, karboksipeptidase, timidin kinase, dan DNA-RNA polimerase. Zinc
merupakan komponen penting pada struktur dan fungsi membran sel, berfungsi sebagai
antioksidan, dan melindungi dari serangan peroksidae lipid. Peranan zinc pada sintesis protein
dan transkripsi protein, dimana zinc berperan penting pada regulasi gen. Defisiensi zinc
dikaitkan dengan perubahan fungsi sistem immun, seperti menurunnya fungsi sel B dan T,
menurunnya reaksi hipersensitivitas, menurunnya fagositosis dan menurunnya produksi
cytokine.
ASAM AMINO
L-Glutamin
Vitamin A juga bersifat sebagai ajuvan dengan jalan merusak membran lisosom yang dapat
merangsang pembelahan sel pada saat antigen berada dalam sel. Lisosom ini mempunyai
peranan dalam memulai terjadinya pembelahan sel. Kerusakan lisosom ini akan merangsang
sistim imun. Pembelahan sel akibat pemberian ajuvan terjadi hanya sebatas pada sel
imunokompeten yang dirangsang oleh ajuvan. Vitamin A berperan pada proses epitelisasi.
Dengan peningkatan proses ini, maka akan terjadi perbaikan fungsi pertahanan fisik nonspesifik
terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Defisiensi vitamin A mengakibatkan berat kelenjar timus sedikit berkurang, respons proliferasi
limfosit terhadap mitogen menurun, produksi antibodi spesifik dan proliferasi limfosit T invitro
juga menurun serta peningkatan aderen bakteri pada sel epitel saluran napas.
Vitamin B6
Defisiensi vitamin B6 dapat mempengaruhi respons imun pada binatang percobaan. Kelenjar
timus mengecil dan aktivitas hormon timus menurun. Gangguan imunitas selular dibuktikan
dengan adanya kegagalan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, penurunan sitotoksisitas sel
limfosit T dan rejeksi lambat alograft. Terdapat penurunan respons limfosit terhadap mitogen
dan antigen. Pembentukan antibodi setelah imunisasi primer dan sekunder juga menurun.
Defisiensi vitamin B6 sebagai penyakit tersendiri jarang ditemukan.
Vitamin E
Defisiensi vitamin E yang berat dapat menyebabkan gangguan CMI dan sintesis antibodi.
Zinc
Defisiensi zinc, baik didapat atau diturunkan dihubungkan dengan atrofi limfoid, penurunan
respons hipersensitivitas tipe lambat dan rejeksi homograft serta aktivitas hormon timus. Contoh
yang paling baik adalah pasien akrodermatitis enteropatika yang menunjukkan gangguan respons
limfosit terhadap fitohemaglutinin, penurunan aktivitas timulin serta menurunnya reaksi kulit
hipersensitivitas tipe lambat.
Defisiensi zinc dapat menyebabkan gangguan penghancuran mikroba (ingestion) dan fagositosis.
Nutrien ini diduga berperan pada stimuli nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH)
oksidase, sebagai kofaktor untuk fosfolipase A2 dan atau fosfolipase C. Zinc dapat menstabilkan
20 : 4 asam arakidonat terhadap oksidasi oleh kompleks besi. Zinc dapat bereaksi dengan
oksigen membentuk zat toksik terhadap patogen yang ditelan oleh sel.
Defisiensi zinc juga dapat menghambat penyembuhan luka. Defisiensi zinc dibuktikan
meningkatkan angka kejadian investasi parasit cacing nematoda.
Cuprum (Tembaga)
Defisiensi cuprum dibuktikan dapat menyebabkan gangguan respons imun. Fungsi sistim
retikulo endotelial tertekan dan aktivitas mikrobisidal sel fagosit terganggu. Hal ini berhubungan
dengan peran cuprum dalam sistim superoksid dismutase dan enzim sitokrom oksidase. Juga
didapatkan penurunan respons antibodi terhadap antigen sel T dependen.
Ferum (Besi)
Defisiensi besi merupakan masalah komponen nutrisi yang paling utama di seluruh dunia,bahkan
juga di negara industri/ maju. Di satu sisi, besi bebas diperlukan untuk pertumbuhan
bakteri.Pengikatan besi melalui pemberian laktoferin atau chelating agent lain dapat mengurangi
multiplikasi bakteri, terutama dengan adanya antibodi spesifik. Di sisi lain besi diperlukan oleh
sel Natural killer, neutrofil dan limfosit untuk berfungsi secara optimal. Oleh karena itu pada
defisiensi besi, kapasitas bakterisidal akan menurun. Hal ini mungkin disebabkan enzim
mieloperoksidase dan sitokin yang bergantung besi.
Selain itu juga terdapat gangguan proliferasi limfosit terhadap mitogen dan antigen, penurunan
respons terhadap antigen toksoid tetanus dan Herpes simplex dan terdapat perbaikan nyata
setelah pengobatan dengan besi. Gangguan proliferasi limfosit pada defisiensi besi melalui
defisiensi ribonukleotidil reduktase yang diperlukan untuk proliferasi sel.
Apakah pemberian suplementasi besi dapat meningkatkan risiko infeksi? Hal ini ternyata
dibuktikan pada penelitian invitro, tetapi data klinis tidak ada yang menunjang hipotesis tersebut.
Asam Amino
Asam amino memodulasi respons imun melalui berbagai cara. Defisiensi beberapa jenis asam
amino dapat menurunkan respons antibodi. Didapatkan juga penurunan klirens makromolekul
oleh sel fagosit dari darah. Bukti akhir menunjukkan efek imunostimulan dan antiinfeksi yang
diperani oleh asam amino glutamin dan arginin.
Lipid
Banyak bukti menunjukkan bahwa lipid mempunyai peran imunoregulator. Mekanismenya
melalui modulasi sistem eikosanoid, perubahan membran sel, perubahan jumlah dan kepadatan
reseptor, perubahan jumlah dan fungsi beberapa subpopulasi sel serta produksi dan kinerja
sitokin. Defisiensi asam lemak esensial akan menurunkan berbagai respons imun. Sebaliknya,
kelebihan lipid misalnya pada obesitas juga dapat menyebabkan gangguan respons imun.
Vitamin
Fungsi
telur, susu
(lemak susu),
dan hati
Kekurangan
Sumber
Lemah daya tahan badan dan ini akan lebih terdedah pada
jangkitan.
Lebih dos:
Bila di ambil berlebihan pula vitamin ini boleh menyebabkan
seseorang itu mengalami sakit kepala, pandangan yang
kabur, pitam, cirit birit, menstfruasi yang tidak tetap, kesakita
pada sendi dan tulang, kulit yang kering dan merekah,
radang pada kulit, rambut gugur, muntah-muntah dan
kegagalan hati.
gandum atau
hasil
gandum,
kacang pis,
kacang,
tepung yang
diperkayakan
B2 atau
Ribofla
vin
Hati, susu,
bayam, mee
yang
diperkaya
dan kulat
atau
cendawan
Niasin
(Vitamin
B3) Niasin
ditukark
an
kepada
niasimid
dalam
tubuh.
Cendawan,
kulat, ikan
tuna, ayam,
daging,
kacang
tanah, bijirin
diperkaya.
Asid
Pantote
nik
(Vitamin
B5)
ikan
kacang
tanah, daging
Piridoksi
n
(Vitamin
B6
Lemak
haiwan,
bayam,
brokoli dan
pisang
Sianoko
hasilan
Sembelit
balamin
(Vitamin
B12)
haiwan
.
buah beri,
buah-buahan
sitrus, dan
sayuran hijau
spt
asparagus,
avocado,
black
currants,
kobis bunga,
anggur,
kubis, lemon,
mempelam,
biji sawi
hijau,
bawang,
oreng, betik,
kacang peas
hijau,
nenas,
bayam,
strawberri,
tomato, dan
selada air.
Lemah badan.
Bengkak gusi.
Hidung berdarah.
Vitamin D
boleh
diperolehi
daripada
minyak hati
ikan, ikan air
masin , hasil
tenusu, dan
telur .
mentega,
minyak ikan
kod, putih
telur, ikan
halibut, hati,
susu, oat,
ikan salmon,
sardin, ubi
kentang,
tuna, dan
minyak
sayuran .
Vitamin D
juga
terbentuk
oleh badan
kesan dari
tindakbalas
terhadap
cahaya
matahari
pada kulit.
Vitamin E is
didapati
daripada
sumber
makanan
berikut:
minyak
sayuran,
sayuran
berdaun hijau
gelap,
kacang, bijibijian , dan
semua bijirin.
Vitamin E
juga boleh
didapati
daripada
beras
perang,
makanan
daripada
jagung, telur,
rumpai laut,
hati yang
dikeringkan,
susu, oat,
daging
organ ,
kacang soya,
ubi kentang,
selada air,
dan gandum.
Vitamin K
didapati
daripada
beberapa
jenis
makanan
termasuk
asparagus,
pada bayi.
Rambut gugur
Anemia.
menolong mencegah
osteoporosis.Vitamin K memainkan
peranan penting di dalam salur usus dan
membantu menukarkan glukos kepada
glikogen untuk disimpan dalam hati,
memelihara fungsi hati sentiasa sihat. Ia
boleh meningkatkan daya tahan kepada
jangkitan pada kanak-kanak dan
menolong mencegah kanser. Ia
menolong melanjutkan usia.Terdapat tiga
bentuk vitamin K: vitamin K1
(phylloquinone atau phytonactone),
didapati daripada tumbuhan; vitamin
K2,keluarga daripada bahan dipanggil
menaquinones, yang dibuat oleh
bakteria usus; dan vitamin K3
(menadione), adalah bahan sintetik.
Vitamin/
Mineral
Kalsium
Sumber
blackstrap
molasses,
kobis bunga,
Brussels
sprouts,
kobis,
sayuran
berdaun hijau
gelap , puteh
telur, daun
salad , hati,
oatl,, rai,
kacang soya,
gandum dan
yogurt.
Bagaimanap
un, majoriti
bekalan
vitamin ini
untuk tubuh
kita didapati
hasil
daripada
sintesis
bakteria
"baik" yang
terdapat
dalam usus.
Fosforus
Kekurangan:
Walaupun jarang berlaku, ia
dapat menyebabkan
seseorang itu mengalami
lemah-lemah tubuh, sakit
tulang dan kurang selera
makan.
Lebih dos:
Menghalang penyerapan kalsium oleh
sistem tubuh.
Magnesium
Kekurangan:
Loya, bengkeng, lemah-lemah
otot, kekejangan dan masalah
jantung.
Lebih Dos:
Loya, muntah-muntah, tekanan darah
rendah, gangguan sistem saraf.
Amaran:
Lebih dos dapat membawa maut pada
mereka yang menghidap penyakit
ginjal.
Kalium
Kacang tanah,
pisang, jus oren,
kacang hijau,
cendawan, brokoli
dan biji bunga
matahari.
Membantu mengekalkan
keseimbangan cecair badan
dan amat diperlukan oleh
fungsi saraf dan otot.
Kekurangan:
Loya, kurang selera makan,
lemah-lemah otot dan rasa
tidak selesa terutamanya bagi
mereka yagn mengalami ciritbirit. Jarang terdapat kes lebih
dos dalam mineral ini.
Folik Asid
iodin
Potassium
kaya dengan
potassium dapat
menambah
pengambilan
potassium. Buahbuahan yang kaya
dengan potassium
termasuklah pisang,
limau, jus limau,
anggur, jus anggur,
tembikai, prun,
peach, pear, dan
avocado.
Sayur-sayuran yang kaya
dengan potassium
termasuklah mentimun, ubi
kentang. kobis, kacang,
kacang peas dan tomato.
Lain-lain sumber
potassium yang baik
ialah hasil susu dan
daging termasuk
daging lembu,
kambing, ayam dan
ikan