Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STROKE
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan
Tempat
:
Sasaran
Waktu Pertemuan
Hari / Tanggal
Pukul
Media
Metode

:
:
:
:
:
:
:

1. Tujuan Instruksional
1.1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien mampu
memahami tentang perawatan stroke.
1.2. Tujuan Khusus
a. Menyebutkan tentang pengertian stroke
b. Menyebutkan tentang penyebab stroke
c. Menyebutkan tentang factor resiko terjadinya stroke
d. Menyebutkan tentang tanda dan gejala stroke
e. Menyebutkan tentang penatalaksanaan stroke
f. Menyebutkan cara perawatan pasien stroke
g. Menyebutkan tentang pencegahan stroke
h. Menyebutkan tentang rehabilitasi pasca stroke
2. Sub Pokok Bahasan
a. Menyebutkan tentang pengertian stroke
b. Menyebutkan tentang penyebab stroke
c. Menyebutkan factor resiko terjadinya stroke
d. Menyebutkan tentang tanda dan gejala stroke
e. Menyebutkan tentang penatalaksanaan stroke
f. Menyebutkan cara perawatan pasien stroke
g. Menyebutkan tentang pencegahan stroke
h. Menyebutkan tentang rehabilitasi pasca stroke

3. Kegiatan Penyuluhan
Tahap kegiatan
Pembukaan (5
menit)

Penyajian
(15 menit )

Penutup
(10 menit)

Kegiatan perawat

Kegiatan audience

Media

1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam


mengucap salam
2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
3. Memperhatikan
3. Menjelaskan
tujuan
dan
manfaat dari penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan

Ceramah

1. Menyebutkan tentang
1.
pengertian stroke
2. Menyebutkan tentang
penyebab stroke
2.
3. Menyebutkan tentang factor
resiko terjadinya stroke
4. Menyebutkan tentang tanda
dan gejala stroke
5. Menyebutkan tentang
penatalaksanaan stroke
6. Menyebutkan cara perawatan
pasien stroke
7. Menyebutkan tentang
pencegahan stroke
8. Menyebutkan tentang
rehabilitasi pasca stroke
1. Menanyakan pada audience 1.
tentang materi yang telah
diberikan dan reinforcement
kepada audience yang telah
menjawab pertanyaan
2. Memberi
kesimpulan,
terimakasih atas peran serta
audience
3. Mengucapkan salam
4. Penutup

Memperhatikan
dan
mendengarkan
Memberi
pertanyaan
tentang hal-hal
yang belum
dimengerti yang
berhubungan
dengan materi
yang
disampaikan

Ceramah
dan
Powerpoin
t

Menjawab
pertanyaan

Tanya
Jawab &
Leaflet

4. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Pengajar mempersiapkan metode, media yang akan dipakai
2. Peserta dan pemateri datang tepat waktu dan pada tempat yang telah
ditentukan
3. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu
b. Evaluasi Proses
1. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir

2. Peserta didik mampu menjelaskan kembali :


a) Pengertian stroke
b) Penyebab stroke
c) Factor resiko stroke
d) Tanda dan gejala stroke
e) Penatalaksanaan stroke
f) Cara perawatan pasien stroke
g) Pencegahan stroke
h) Rehabilitasi pasca stroke
3. Peserta mengajukan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan benar
4. Peserta mengikuti acara dengan antusias.
c. Evaluasi Hasil
Penyuluhan dikatakan berhasil jika :
Lebih dari 75% peserta didik mampu menjawab pertanyaan dari penyuluh
5. Materi (terlampir)
6. Daftar Pustaka
Henger, Barbara R. (2003). Asuhan Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. EGC:Jakarta
Hudak, C.M. Gallo, B.M. (1996). Keperawatan Kritis. Pendekatan holistic
Edisi VI volume II. EGC:Jakarta

Mansjoer, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius


Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. salemba medika : jakarta.
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
CVA (Cerebro Vascular Accident) atau sering disebut stroke merupakan
kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih
yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga
menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008 : 234).

2. Penyebab
a. Perdarahan Intraserebral
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak, hal ini terjadi karena
aterosklerosis, aneurisma, dan hipertensi. Keadaan ini pada umumnya
terjadi pada usia di atas 50 tahun akibat pecahnya pembuluh darah arteri
otak.
b. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena
adanya :
1) Aterosklerostis : mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas
dinding pembuluh darah
2) Hiperkoagulasi : darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan
viskositas/ hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran
darah cerebral
3) Arteritis : radang pada arteri
c. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak
oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
1) Penyakit jantung reumatik
2) Infark miokardium
3) Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan
kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
4) Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endocardium
3. Faktor resiko
Faktor Resiko yang Dapat

Faktor Resiko yang Tidak Dapat

dimodifikasi
1. Tekanan darah tinggi
2. Merokok
3. Diabetes Mellitus
4. Aterosklerosis
5. Atrial fibrilasi
6. Penyakit jantung lain
7. Transient ischemic attack
8. Anemia bulan sabit
9. Kolesterol tinggi
10. Obesitas
11. Intake alkohol yang tinggi
12. Penggunaan obat-obatan ilegal

dimodifikasi
1. Usia tua
2. Jenis kelamin (banyak terjadi pada
laki-laki)
3. Herediter/genetik
4. Riwayat stroke atau serangan
jantung sebelumnya

4. Tanda dan Gejala


Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996: 258-260),
yaitu :
1. Lobus Frontal
a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat,
peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak
mampu menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak.
b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot
bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
c. Deficit aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,
kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi
terhadap stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan
mental dan keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.
2. Lobus Parietal
a. Dominan :
1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong
sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap
sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin),
hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang
posisi bagian tubuh).

2) Defisit bahasa/komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi polapola bicara yang dapat dipahami)
a) Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)
b) Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)
c) Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
d) Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide
dalam tulisan).

b. Non Dominan
Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain :
1) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap
ekstremitas yang mengalami paralise)
2) Disorientasi (waktu, tempat dan orang)
3) Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyakobyak dengan tepat)
4) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan
melalui indra)
5) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
6) Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau
tempat
7) Disorientasi kanan kiri
3. Lobus Occipital : deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman
penglihatan, diplopia (penglihatan ganda), buta.
4. Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh.
5. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada pasien dengan stroke :
1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten
b. Kontrol tekanan darah
c. Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter
d. Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.
2. Terapi Konservatif
a. Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral

b. Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan


agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
c. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler
d. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
1) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg
2) Osmoterapi antara lain :
a) Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam

3)
4)
5)
6)
6

waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari.


b) Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
Posisi kepala head of bed elevation (15-30)
Menghindari mengejan pada BAB
Hindari batuk
Meminimalkan lingkungan yang panas

Cara Perawatan pada Pasien Stroke


Penatalaksanaan perawatan pasien stroke ada 2, yaitu :
1. Penatalaksanaan Awal Selama Fase Akut
Fase akut dimulai dari periode pasien masuk sampai dengan stabil ( 24 jam
sampai 48 jam bisa menjadi lebih lama pada situasi tertentu). Poin utama
dari aktifitas keperawatan adalah mempertahankan kepatenan jalan nafas
,monitoring TTV, monitoring status neurologis.. Kwalitas penatalaksanaan
keperawatan saat awal akan sangat mempengaruhi komplikasi dan kecacatan
permanen.
Intervensi keperawatan
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas, memberikan oksigen sesuai
program, atur posisi pasien pada salah satu sisi
b. Mengeluarkan sekresi dari jalan nafas, perhatikan dan hindari suction
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

yang terlalu lama


Monitor fungsi nafas
Observasi TTV sesering mungkin
Observasi tanda-tanda neurologis
Monitor fungsi perkemehan
Evaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit
Review pemeriksaan yang lain (EKG, AGD, glukosa)
observasi kejang bila ada
Penuhi kebutuhan nutrisi
Jika klien tidak sadar berikan intervensi sesuai strandart
KIE keluarga
Koloborasi pemberian terapi

2. Fase Post Akut


Mempertahankan

fungsi

tubuh

(menurunkan

kerusakan

sistemik,

mengendalikan hipertensi dan peningkatan tekanan intra kranial, terapi


farmakologi) dan menghindari komplikasi yang kemungkinan besar terjadi
Intervensi keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.

Memberikan perawatan kesehatan rutin


Monitor rutin TTV dan neurologis
Memberikan ROM pasif
Mengatur posisi dan ganti posisi
Tinggikan kepala 30 derajad
Mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekresi
Mulai untuk program BAB
Mempertahankan input dan output
Lakukan perawatan kateter, infus, NGT
Jika klien sadar evaluasi reflek menelan
Evaluasi sistem komonikasi
Memberikan orientasi
Mengevaluasi gangguan penglihatan
Memberikan perawatan mata
Meningkatkan peningkatan body image
Memberikan kebutuhan nutrisi
Observasi klien untuk mencegah komplikasi
Observasi hasil-hasil lab
Sertakan keluarga dalam perawatan klien

Pencegahan Stroke
a. Kontrol tekanan darah secara teratur
b. Menghentikan merokok
c. Mengurangi konsumsi kolesterol
d. Mempertahankan kadar gula normal
e. Latihan fisik (senam) secara teratur
Rehabilitasi Pasca Stroke
Rehabilitasi sebenarnya dimulai di rumah sakit sesegera mungkin setelah
stroke. Pada pasien yang stabil, rehabilitasi dapat dimulai dalam waktu dua hari
setelah stroke telah terjadi, dan harus dilanjutkan sebagai diperlukan setelah
keluar dari rumah sakit. Lamanya rehabilitasi stroke tergantung pada tingkat
keparahan dan komplikasi stroke. Sementara beberapa penderita stroke dapat

cepat sembuh, sedangkan ada beberapa penderita stroke yang membutuhkan


waktu jangka panjang untuk rehabilitasi stroke, mungkin berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, setelah mendapat serangan stroke.

Menurut WHO, tujuan

Rehabilitasi penderita stroke adalah :


a.

Memperbaiki fungsi motorik, wicara, kognitif dan fungsi lain yang


terganggu.

b.

Readaptasi sosial dan mental untuk memulihkan hubungan interpesonal


dan aktivitas sosial.

c.

Dapat melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Pemilihan jenis terapi yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi pasien dan apa
yang dibutuhkan supaya pasien dapat mandiri. Rehabilitasi tidak dapat
menyembuhkan efek-efek yang ditimbulkan akibat serangan stroke, namun dapat
membantu penderita untuk mengoptimalkan fungsi tubuhnya.
Tim rehabilitasi medis, yang terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medis,
perawat, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, dokter spesialis gizi dan
psikiater, akan melakukan pengkajian dan menentukan perencanaan terapi yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien.
Terapi dimulai secara bertahap, yaitu berlatih mulai dari duduk, berdiri, dan
berjalan sendiri. Pasien juga dilatih melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi,
makan, buang air, berpakaian dan berdandan.
Beberapa latihan yang dapat diberikan kepada pasien stroke sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Program latihan di tempat tidur


Program latihan duduk
Program latihan berdiri dan berjalan
Program latihan keseimbangan dan berdiri
Terapi Wicara

Perawatan bersama dengan Tim Rehabilitasi sejak awal bertujuan sebagai berikut:
a.

Pada fase awal (akut) terutama adalah pencegahan komplikasi yang


ditimbulkan akibat tirah baring (bedrest ) lama, seperti :

1)

Mencegah ulkus dekubitus (luka daerah yang punggung/pantat


yang selalu mendapat tekanan saat tidur)

2)

Mencegah penumpukan sputum (dahak) untuk mencegah infeksi


saluran pernapasan

3)

Mencegah kekakuan sendi

4)

Mencegah atrofi otot (pengecilan massa otot)

5)

Mencegah hipotensi ortostatik, osteoporosis dll.

b.

Pada fase lanjut (rehabilitasi)


1)

Meminimalkan gejala sisa (sequelae) dan kecacatan akibat stroke

2)

Memaksimalkan kemandirian dalam perawatan diri dan aktivitas


sehari-hari

3)

Kembali ke pekerjaan (back to work) sehingga diharapkan dapat


berperan aktif dalam kehidupan seperti sedia kala

Anda mungkin juga menyukai