Anda di halaman 1dari 157

Laporan Akhir

BAB1

PENDAHULUAN

BabPendahuluaninimenguraikanlatarbelakang,tujuandansasaranstudi,lingkupmateri,
dankeluaran,sertakerangkapemikirandanpendekatanstudipekerjaanPenyusunanAction
PlanPengembanganKepariwisataanJawaBarat.

1.1 LatarBelakang
RIPPDA Provinsi Jawa Barat yang disusun tahun 2005, dan telah didasari oleh Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006, adalah rencana yang memuat kebijakan
pengembangan kepariwisataan Jawa Barat dari aspek perwilayahan pariwisata, aspek
pengembangan produk wisata, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan
sumberdayamanusia(SDM)kepariwisataan,danpengembangankelembagaanpariwisata.
Dokumeninimerupakanhasilkesepakatanantarapemerintahprovinsidankabupaten/kota
di Jawa Barat, serta stakeholders lainnya, yang mengakomodasikan isuisu strategis dan
perkembangan terbaru secara terintegrasi dan sinergis untuk mencapai kesejahteraan
masyarakatsecaraberkelanjutan.
RIPPDAJawaBaratfokuspadapengembanganKawasanWisataUnggulan(KWU)Provinsi
Jawa Barat dengan menetapkan tema pengembangan produk wisata yang unik dan
memunculkan kekhasan Jawa Barat. Pengembangan 9 (sembilan) KWU diharapkan dapat
mengarahkan kepariwisataan Jawa Barat menjadi lebih fokus, namun tetap memberikan
fleksibilitas/kelenturanuntukberkembangnyapotensipotensilainsehinggatetapmewadahi
kekayaan alam dan sosial budaya Jawa Barat, saling melengkapi dan meningkatkan daya
tarik wisata Jawa Barat secara keseluruhan. Strategi pengembangan dan indikasi kegiatan
dijabarkan pada setiap KWU untuk mendukung terwujudnya KWU yang berdaya saing
tinggi. Dalam pelaksanaan implementasi RIPPDA Jawa Barat, perlu ditunjang dengan
rencanatindakyanglebihrinciuntuksetiapKWUProvinsi.
ActionPlandalamlaporaninifokuspadaKawasanWisataKriadanBudayaPriangan,yang
merupakansalahsatukawasanunggulanyangmemunculkanbudayaSundaPrianganyang
mendukung pengembangan jati diri dan masyarakat Jawa Barat. Lokasinya yang strategis,
antaraKWUPendidikandanPerkotaanBandungdenganjalurselatanmenujuJawaTengah
dan Pangandaran, memposisikan KWU ini secara strategis dalam lingkup Jawa Barat
maupunnasional.
Action plan merupakan rencana detil program dan kegiatan yang bersifat aplikatif dan
taktis, sebagai bagian dari kerangka kebijakan dan strategi pengembangan pariwisata.
Sebagai penjabaran RIPPDA, maka action plan mengacu pada kebijakan dan strategi yang
telah dirumuskan dalam RIPPDA Provinsi Jawa Barat. Penyusunan action plan diarahkan
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 1

Laporan Akhir

kepada penyusunan kajian yang dapat menjadi pedoman pengembangan pariwisata yang
implementatif dan terintegrasi antarwilayah serta antarsektor di Provinsi Jawa Barat.
Namun di sisi lain, action plan yang dihasilkan harus terintegrasi dengan rencana
pengembangan wilayah keseluruhan dan sejalan dengan rencana pengembangan
kepariwisataanwilayahmasingmasing.ActionplanperludiselaraskandenganRIPPDAdan
RTRWkabupaten/kotaterkait,maupunrencanapengembanganlainnyadiwilayahtersebut.
Lebih lanjut, sebagai suatu rencana tindak, program yang dirumuskan harus terfokus,
terukur, menjawab kebutuhan, dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang
terjadi di wilayah, dalam jangka pendek, melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
secara optimal. Rencana yang disusun didasarkan pada tingkat kepentingan dan
kemampuan sumber daya, dan mengadaptasikan berbagai kemungkinan perubahan yang
terjadidalam5tahunkedepan.
Pemahaman dan pertimbanganpertimbangan tersebut perlu dicermati dalam penyusunan
Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat. Tema pengembangan yang telah
ditentukan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan perlu lebih dimunculkan dan
diperkuat untuk mendukung pengembangan kawasan, yang diharapkan dapat dijadikan
sebagai motor penggerak kepariwisataan di Jawa Barat, sekaligus menumbuhkembangkan
potensikawasankawasanwisatalainnya.
Untuk lebih jelasnya, latar belakang penyusunan studi dapat dilihat pada gambar 1.1
berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 2

Laporan Akhir

Gambar1.1
PemahamanterhadapLatarBelakangPenyusunanStudi

RIPPDA Provinsi Jawa Barat 2005


Kebijakan pengembangan kepariwisataan Jawa Barat:
- aspek perwilayahan, pengembangan produk, pasar dan
pemasaran, SDM dan kelembagaan.

Kawasan Wisata Unggulan (KWU):


Memunculkan produk wisata yang unik dan khas Jawa
Barat, saling melengkapi dan meningkatkan daya tarik
wisata secara keseluruhan

ACTION PLAN
Pedoman pengembangan yang lebih implementatif dan
terintegrasi antarwilayah dan antarsektor.
Fokus pada peningkatan peran serta masyarakat melalui
penerapan Community Based Tourism Development.
Untuk memperkuat tema produk wisata unggulan di
masing-masing Kawasan

9 KWU Provinsi Jawa Barat


Kawasan Wisata Industri &
Bisnis Bekasi-Karawang

Kawasan Wisata Agro


Purwakarta Subang

Kawasan Wisata Perkotaan dan


Pendidikan Bandung
(2006)

RIPPDA/RTRW/Renstra, dll yang


terkait
Potensi, permasalahan, isu
strategis:
Produk unggulan
Potensi pasar, SDM, kelembagaan

Kawasan Wisata
Budaya Pesisir Cirebon
(2006)

Kawasan Wisata Minat Khusus


Jabar Selatan

Kawasan Wisata Alam


Pegunungan Puncak
Kawasan Wisata Rekreasi
Pantai Pangandaran

Kawasan Ekowisata
PALABUHAN RATU
(2007)

Kawasan Wisata
KRIA dan BUDAYA PRIANGAN
(2007)

Prinsip konservasi, edukasi,


partisipasi masyarakat, ekonomi,
wisata.

Community Based Tourism


Development, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal

RIPPDA/RTRW/Renstra, dll yang


terkait
Potensi, permasalahan, isu
strategis:
Produk unggulan
Potensi pasar, SDM, kelembagaan

1.2 DasarHukum
Dalam pekerjaan Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat ini,
terdapatlandasanhukumyangperludicermati,yaitusebagaiberikut:
1.

UndangUndang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara


Tahun1990,Nomor78,TambahanLembaranNegaraNomor3427).

2.

UndangUndangNomor5Tahun1990tentangKonservasiSumberDayaAlamHayati
danekosistemnya.

3.

UndangUndang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran


NegaraTahun1992,Nomor27,TambahanLembaranNegaraNomor3470)

4.

UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


(LembaranNegaraTahun1992Nomor68,TambahanLembaranNegaraNomor3699).

5.

UndangUndang Nomor 5 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004, Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor4421).

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 3

Laporan Akhir

6.

UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah (Lembaran


NegaraTahun2004,Nomor135,TambahanLembaranNegaraNomor4434)

7.

PeraturanPemerintahNomor67Tahun1996,tentangPenyelenggaraanKepariwisataan
(LembaranNegaraNomor101,TambahanLembaranNegaraNomor3638)

8.

Intruksi Presiden RI Nomor 16 Tahun 2005, tentang Kebijakan Pembangunan


KebudayaandanPariwisata.

9.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.64/HK.201/MKP/04,


tentangPedomanPengembanganPariwisataDaerah.

10.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.06/UM.001/MKP/06,


tentang Penetapan Rencana Strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Tahun
20052009.

11.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000, tentang Dinas Daerah
ProvinsiJawaBarat.

12.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2002, tentang Perubahan atas
PeraturanDaerahNomor15Tahun2000.

13.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003, tentang Pemeliharaan
Bahasa,SastradanAksaraDaerah.

14.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000, tentang Pemeliharaan
Kesenian.

15.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2003, tentang Pengelolaan
Kepurbakalaan,Kesejarahan,NilainilaiTradisionaldanMuseum.

16.

PeraturanDaerahProvinsiJawaBaratNomor1Tahun2004,tentangRencanaStrategis
ProvinsiJawaBaratTahun20032008.

17.

KeputusanGubernurJawaBaratNomor52Tahun2001,tentangTugas,Pokok,Fungsi
danRincianTugasUnitDinasKebudayaandanPariwisataProvinsiJawaBarat.

18.

KeputusanGubernurJawaBaratNomor64Tahun2003,tentangTupoksiUPTD(Balai)
diLingkunganDinasKebudayaandanPariwisataProvinsiJawaBarat.

19.

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006, tentang Rencana Induk
PengembanganPariwisataDaerah(RIPPDA)ProvinsiJawaBarat.

20.

Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Nomor
556/SK.1351/2006Binprog tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Nomor 556/SK707 Binprog/2005
tanggal 1 Juli 2005 tentang Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
ProvinsiJawaBaratTahun20052009.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 4

Laporan Akhir

21.

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 23 Tahun 2001 Tentang Rencana Induk
PengembanganPariwisataDaerahKabupatenGarutTahun20012010.

22.

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Retribusi


PelayananIzinUsahaKepariwisataan.

23.

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Retribusi


PelayananTempatdanSaranaRekreasi.

24.

Keputusan Bupati Garut Nomor 319 Tahun 2004 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan
TataKerjaDinasPariwisatadanKebudayaanKabupatenGarut.

25.

Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Rencana


PembangunanJangkaMenengahDaerah(RPJMD20062010).

26.

Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Rencana


DetailTataRuangIbukotaKabupatenTasikmalaya.

27.

PeraturanDaerahKabupatenTasikmalayaNomor2Tahun2005TentangRencanaTata
RuangWilayahKabupatenTasikmalaya.

28.

Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Retribusi Tarif
MasukdanPemanfaatanObyekdanDayaTarikWisataSituGede.

29.

KeputusanWalikotaTasikmalayaNomor14Tahun2003TentangTugasPokok,Fungsi
danRincianTugasUnitDinasPerindustriandnPerdaganganKotaTasikmalaya.

30.

Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 47 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik
PemerintahKotaBanjarTahun20042009.

31.

Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Ijin Usaha
KepariwisataanDalamKotaBanjar.

32.

Peraturan Walikota Banjar Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan
TatakerjaUnsurOrganisasiDinasPerindustrian,PerdagangandanPenanamanModal
KotaBanjar.

33.

Peraturan Walikota Banjar Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan
TataKerjaUnsurOrganisasiKantorKoperasidanUsahaKecilMenengahKotaBanjar.

34.

Keputusan Walikota Banjar Nomor 230/Kpts.90Huk/V/2004 Tentang Tugas Pokok,


FungsidanTataKerjaUnsurOrganisasiBadanPerencanaanDaerahKotaBanjar.

35.

Peraturan Walikota Banjar Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Unsur
OrganisasiDinasPerhubungan,KebudayaandanPariwisataKotaBanjar.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 5

Laporan Akhir

1.3 TujuandanSasaran
Action Plan ini bertujuan sebagai pedoman yang mengarahkan perkembangan
kepariwisataan Jawa Barat khususnya di KWU Kria dan Budaya Priangan, dengan
memperkuat tema utama masingmasing kawasan, secara terintegrasi antarwilayah dan
antarsektor,yangberbasismasyarakatdanberkelanjutan.
Untukmencapaitujuanpekerjaansepertiyangtercantum diatas,makasasaranyangperlu
dicapaiadalahsebagaiberikut:

MenguatnyatemakawasansebagaitemaprodukwisatayangdiunggulkandiKWUKria
danBudayaPriangan.

Berkembangnyasektorsektorlainyangmendukungtemaprodukwisataunggulan.

Meningkatnya keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangan produk wisata


unggulankawasan.

Meningkatnyaperhatianterhadappelestarianlingkungandidayatarikwisataunggulan
KWUKriadanBudayaPriangandansekitarnya.

1.4 Lingkup
1.4.1 LingkupWilayah
Ruang lingkup wilayah pada pekerjaan Penyusunan Action Plan Pengembangan
Kepariwisataan Jawa Barat Tahun 2007 ini adalah Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan,yangmerupakan salahsatukawasanunggulanProvinsiJawaBarat(lihatgambar
1.2dihalamanberikut).

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 6

Laporan Akhir

Gambar1.2
LingkupWilayahStudidalamKonstelasiProvinsiJawaBarat

1.4.2 LingkupMateri
Secara garis besar, lingkup materi Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan
JawaBaratmeliputi:
1. Rencanapengembangankepariwisataanmaupunpengembanganwilayahyangterkait.
2. Pengembanganwisatakriadanbudaya,sertawisatagunungapi.
3. Karakteristik Kawasan Wisata Unggulan (KWU) dan pasar wisatawan potensial,
khususnyadiwilayahperencanaan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 7

Laporan Akhir

1.5 Keluaran
Adapunkeluaranyangterkaitdengansubstansipekerjaanmeliputi:
1. ArahanpengembangankepariwisataandiKawasanWisataKriadanBudayaPriangan,
mencakup visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan kawasan, serta kebijakan dan
strategi pengembangan yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
dengandimensiwaktujangkamenengah(15tahun).
2. Rumusan program pengembangan / kegiatan yang merupakan penjabaran strategi,
yang memuat tujuan dan sasaran program, jangka waktu pelaksanaan, pengalokasian
sumberdaya,termasukinstansipelaksana,daninstitusiterkait,dalamdimensiwaktu5
(lima)tahun.
SkemakeluaranstudidapatdilihatdalamGambar1.3berikut.
Gambar1.3
SkemaKeluaranStudi

1.6 KerangkaPemikirandanPendekatanStudi
Action Plan merupakan suatu rencana yang strategik yang berisi programprogram
(termasuk indikasi kegiatan/proyek) dengan sasaran jangka pendek. Action Plan mencakup
apa, dimana, kapan, siapa, dan bagaimana mengembangkan pariwisata, dan menjadi
kerangkakerjabagiseluruhstakeholderkepariwisataanyangterkait.
Sebagaisuaturencanatindak,programyangdirumuskanharusterfokus,terukur,menjawab
kebutuhan, dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kedua
wilayahstudi,dalamjangkapendek,melaluipemanfaatansumberdayayangdimilikisecara
optimal.Programdisusunberdasarkan padatingkat kepentingan dankemampuan sumber
daya,danmengadaptasikan berbagai kemungkinanperubahanyang terjadidalam 5 (lima)
tahunkedepan.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 8

Laporan Akhir

Untukituperludikajidenganlebihrincidanmendalammengenai:
-

Kebijakandanrencanayangterkaitdenganpengembangankepariwisataandiwilayah
studi.

Potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan di wilayah studi, yang


mencakup aspek perwilayahan, produk wisata, pasar dan pemasaran, serta SDM dan
kelembagaanpariwisata,denganpenekananpadatemapengembangankawasanwisata.

Isuisu strategis pengembangan kepariwisataan di wilayah studi dan keterkaitannya


dengan perkembangan sektorsektor lain di wilayah, maupun dengan KWU lainnya di
ProvinsiJawaBarat.

Kajian tersebut akan didasarkan pada data hasil survei primer dan sekunder, serta diskusi
denganstakeholderskepariwisataandikeduawilayahstudi.Hasilkajiantersebutselanjutnya
akan menjadi bahan dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan
WisataKriadanBudayaPriangan,dariaspekperwilayahan,pengembanganproduk,pasar
danpemasaran,SDM,dankelembagaan,baikspasialmaupunnonspasial.
Selanjutnya kebijakan dan strategi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam rumusan
programprogram melalui diskusi terfokus (pelaksanaan FGD di wilayah studi) bersama
seluruhstakeholderskepariwisataanyangterkait.
Adapunrumusanprogramkegiatanyangdihasilkanmeliputi:
-

JUDULprogram/kegiatan,tujuan,dansasaranyangingindicapaidariprogramtersebut,
sertaindikatorkeberhasilanprogram.

penentuanBATASWAKTUpelaksanaanprogram

penentuan SUMBER DAYA yang diperlukan untuk melaksanakan program, dan


pengorganisasiannya.

penugasan TANGGUNGJAWABpelaksanaanprogram;siapayangbertanggungjawab
untukmelaksanakansuatuprogram.

Untuklebihjelasnyamengenaikerangkapemikiranstudiini,dapatdilihatpadagambar1.4
padahalamanberikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I 9

Laporan Akhir

Gambar1.4
KerangkaPemikiranStudi
RIPPDA Provinsi Jawa Barat
Kebijakan dan strategi pengembangan
Indikasi program pengembangan
9 Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi

KWU Lainnya
Kebijakan dan rencana terkait

Perkembangan sektor lain

Kawasan Wisata
Kria dan Budaya
Priangan

Kawasan
Ekowisata
Palabuhan Ratu

Potensi, permasalahan, dan isu-isu


strategis pengembangan kepariwisataan

Isu-isu strategis pengembangan


kepariwisataan regional/
nasional
Kepariwisataan regional,
nasional

ACTION PLAN
KWU Lainnya
Kawasan Wisata
Kria dan Budaya
Priangan

Kawasan
Ekowisata
Palabuhan Ratu

KEBIJAKAN dan STRATEGI


Pengembangan KWU
RINCIAN PROGRAM/KEGIATAN:
Judul, tujuan, sasaran
Penanggung jawab, kerangka waktu,
pengorganisasian sumber daya

Penyusunan action plan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan perencanaan


participatoryplanning(pendekatanperencanaanpartisipatif),denganmelibatkanberbagai
pihak yang berkepentingan dalam pembangunan kepariwisataan di wilayah studi. Pihak
pihakyangterlibat,dengankatalainberpartisipasi,selanjutnyamelakukankerjasamadalam
mencapaisuatutujuanyangmelibatkankepentingankepentinganmasingmasingpihak.
Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan di Kota Tasikmalaya, selaku pusat Kawasan
WisataKriadanBudayaPriangandihadiriolehstakeholderskepariwisataandiwilayahstudi.
FGD menghasilkan rumusan potensi, permasalahan, serta isuisu strategis yang dihadapi
dalam pengembangan wisata kria dan budaya, yang menjadi pertimbangan utama dalam
merumuskan arahan pengembangan kepariwisataan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Prianganini.

1.7 SistematikaPelaporan
LaporanAkhirStudiPenyusunanActionPlanPengembanganKepariwisataanJawaBaratini
terdiridari:

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I10

Laporan Akhir

Bab1PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran studi, lingkup wilayah dan materi,
keluaranpekerjaan,kerangkapemikirandanpendekatanstudi,sertasistematikalaporan.
Bab2KAJIANKEBIJAKANDANPUSTAKATERKAIT
Bab ini menguraikan kajian tentang RIPPDA Provinsi Jawa Barat serta konsep
pengembangan Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi, dan penjelasan mengenai
rencana tindak dan tahapan penyusunannya. Pada bagian akhir bab akan ditinjau pula
bahasandanpengertianmengenaiwisatakriadanbudaya,sertawisatagunungapi.
Bab 3 POTENSI DAN PERMASALAHAN DALAM
KEPARIWISATAANDIKWUKRIADANBUDAYAPRIANGAN

PENGEMBANGAN

Bab ini menguraikan potensi, permasalahan, maupun isuisu strategis pengembangan


kepariwisataan yang dihadapi kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan dengan fokus
padapengembangantemaprodukwisatautamadikawasantersebut.Padabagianakhirbab
iniakandisampaikanpositioningkawasandalamkonteksKWUProvinsiJawaBarat.
Bab4ARAHANPENGEMBANGANPARIWISATAKAWASAN
Bab ini akan menjelaskan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan masingmasing
kawasan, serta kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan yang terkait dengan
pengembangantemaprodukunggulandikawasan.
Bab5PROGRAMPENGEMBANGANKEPARIWISATAAN
Bab ini menguraikan rangkaian program pengembangan kepariwisataan di kawasan studi
untukaspekpengembanganproduk,pengembanganpasardanpemasaran,pengembangan
SDM, pengembangan kelembagaan, serta pengembangan investasi. Program akan dirinci
mencakuptujuandansasaranprogram,pentahapandanpengalokasiansumberdaya,serta
instansipenanggungjawabtiapprogram.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

I11

Laporan Akhir

BAB2

KAJIANKEBIJAKANDANPUSTAKA
TERKAIT

Pada bab ini akan ditinjau kembali RIPPDA Provinsi Jawa Barat dan penetapan KWU
ProvinsiuntukmendudukkanKawasanWisataKriadanBudayaPriangandalamkonteks
KWU Provinsi Jawa Barat. Selain itu juga akan diuraikan pemahaman tentang rencana
tindak pariwisata, serta pengertianpengertian mengenai wisata kria dan budaya,
maupunwisatagunungapi.

2.1

RIPPDAProvinsiJawaBaratdanKawasanWisataUnggulan

2.1.1 RIPPDAProvinsiJawaBarat
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Barat
merupakan pedoman utama bagi pemangku kepentingan pariwisata Jawa Barat,
termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. RIPPDA ini
mengakomodasi isuisu strategis dan perkembangan terbaru secara terintegrasi dan
sinerjis yang dimaksudkan untuk mengarahkan perkembangan kepariwisataan Jawa
Baratmencapaikesejahteraanmasyarakatsecaraberkelanjutan.
RIPPDAProvinsiJawaBaratmemfokuskanpadaperencanaansatuataubeberapadaerah
tujuan wisata yang memang menjadi, atau akan menjadi, unggulan provinsi.
Pengembangan kawasan wisata unggulan provinsi diharapkan akan berdampak ganda
terhadap pengembangan kawasankawasan wisata maupun sektorsektor lain di Jawa
Barat.
Sebagai pedoman utama, RIPPDA Provinsi Jawa Barat berisikan (1) konsep
pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat yang dilandasi pendekatan
perencanaan dan isuisu strategis pengembangan kepariwisataan Jawa Barat, (2)
identifikasi Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi Jawa Barat dan kawasan wisata
unggulan kabupaten/kota, serta (3) arahan kebijakan dan strategi pengembangan
kepariwisataan Provinsi Jawa Barat dan tahapan indikasi kegiatan pengembangan
kepariwisataandisetiapkawasanwisataunggulanprovinsi.
Konsep pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Barat menjadi kerangka dalam
menyusun visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan, serta arahan dan strategi
pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat, baik secara umum maupun khusus
dikawasanwisataunggulanprovinsi.KonseppengembangankepariwisataanJawaBarat
yang dirumuskan dalam RIPPDA terkait dengan potensi dan permasalahan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II1

Laporan Akhir

pengembangan kepariwisataan Jawa Barat, serta isuisu strategis pengembangan


kepariwisataanyangdihadapiJawaBarat.

2.1.2 VisidanMisiPengembanganPariwisataJawaBarat
VisipengembanganpariwisataJawaBaratadalahTerwujudnyapariwisataJawaBarat
yangmengangkatharkatdanmartabat,sertameningkatkankesejahteraansosial,budaya,
danekonomimasyarakatdalamlingkunganyangberkelanjutan.
Adapunmisipengembangannyameliputi:
1. Menyebarluaskanimplementasipengembanganpariwisatayangberkelanjutanmelalui
konservasi, preservasi, dan rehabilitasi sumber daya alam dan budaya untuk
meningkatkankualitaslingkunganhidupJawaBarat.
2. MeningkatkandayasaingpariwisataJawaBaratditingkatnasionaldaninternasional
melalui pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata, serta pemasaran
pariwisatayangtepatsasaranolehsumberdayamanusiaJawaBaratyangberkualitas
tinggi.
3. Mengurangi ketimpangan pembangunan melalui penyebaran kegiatan pariwisata
yangmencakupdaerahdaerahyangbelummajudiJawaBarat.
4. Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan yang berazaskan kerja sama yang
salingmenguntungkanantarasektorpemerintah,swasta,danmasyarakat.
5. Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat luas dan masyarakat lokal
dalam pengembangan dan kegiatan pariwisata untuk memperbaiki kesejahteraan
masyarakat.

2.1.3 KawasanWisataUnggulan(KWU)Provinsi
DalamRIPPDAini,definisikawasanwisatamengacupadakonsepyangdiajukanGunn
(1996), yaitu kawasan yang secara teknis digunakan untuk kegiatan pariwisata yang
ramahlingkungandenganbatasanbatasansebagaiberikut:

1. Kawasan wisata adalah area unggulan untuk pengembangan pariwisata provinsi


ataudaerah(kabupaten/kota).

2. Kawasan wisata akan atau sudah berfungsi sebagai identitas daerah, misalnya
kawasanbersejarah,pusatperbelanjaan,gunung,pantai,dansebagainya.

3. Kawasanwisatadapattumpangtindih(overlap)dengankawasanlain,baikkawasan
budidaya(misalnyakawasanpertanian,perdagangan)maupunkawasanlindung.

4. Memiliki keragaman daya tarik wisata, baik yang belum maupun yang sudah
berkembangataudikunjungiwisatawan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II2

Laporan Akhir

5. Memilikibataskawasansecaraimaginer,denganunsurpengikatyangdapatberupa
fisik (misalnya jalan), dan atau non fisik seperti pengaruh budaya atau tema
produk/kegiatanwisata.
Kawasan Wisata Unggulan (KWU) provinsi merupakan kawasan wisata yang
diunggulkan di tingkat provinsi yang berperan dalam menjawab isuisu pokok
pembangunan kepariwisataan provinsi. KWU berperan strategis karena keunikan lokasi
maupun tingginya intensitas kunjungan wisatawan. KWU Provinsi dapat terdiri dari
beberapa daya tarik wisata dalam daerah administratif yang berbeda
(lintaskabupaten/kota),yangmemilikikeunggulanprodukwisatayangdapatbersaingdi
tingkat regional, nasional (dan bahkan internasional), dengan target segmen pasar
wisatawannasional/internasional.Pemerintahprovinsimenjadipemainutamadalamhal
pembinaandanpengembanganKWUsertaikutbertanggungjawabdalammerencanakan
danmendukungpengembangannya.
KWU provinsi dapat memiliki cakupan wilayah yang berbeda luasannya dengan batas
imajinerkabupaten/kotayangberadadalamcakupannya.Dengandemikian,suatuKWU
memilikifaktorpengikatkawasanyangdapatbersifatfisik(geomorfologis),sepertijalur
jalandanjalurpantai,maupunnonfisikyangbersifatpengaruhsuatubudaya.
Selain itu, setiap KWU memiliki sumber daya wisata utama/kegiatan yang telah
berkembangatausumberdayawisatalainmaupunkegiatanwisatalainyangdiusulkan
untuk dikembangkan, serta potensi pasar wisatawan eksisting dan yang akan menjadi
sasaran pasar, baik dilihat dari daerah asal wisatawan, maupun karakteristik
wisatawannya. Sumber daya wisata utama suatu KWU nantinya menjadi tema produk
wisata utama yang akan diunggulkan dari KWU tersebut, dan akan terkait dengan
segmenpasarwisatawanyangmenjadisasaran.

2.1.4 Keterkaitan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan dengan KWU
ProvinsiJawaBarat
Berdasarkan hasil diskusi terfokus (FGD) yang mempertimbangkan aksesibilitas jalur
jalan utama dan daya tarik wisata unggulan yang membentuk tema produk kawasan,
makaRIPPDAProvinsiJawaBarattelahmenetapkanKawasanWisataUnggulan(KWU)
ProvinsiJawaBaratyangterdiridari9(sembilan)kawasansebagaiberikut:
1. KawasanWisataIndustridanBisnisBekasiKarawang
2. KawasanWisataAgroPurwakartaSubang
3. KawasanWisataBudayaPesisirCirebon
4. KawasanWisataAlamPegununganPuncak
5. KawasanWisataPerkotaandanPendidikanBandung
6. KawasanWisataKriadanBudayaPriangan
7. KawasanEkowisataPalabuhanRatu

8. Kawasan Wisata Minat Khusus Jabar Selatan


Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II3

Laporan Akhir

9. KawasanWisataRekreasiPantaiPangandaran
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 Pembagian KWU Jawa Barat di
halamanberikutini.
Gambar2.1
PembagianKawasanWisataUnggulan(KWU)JawaBarat

Sumber:RIPPDAProvinsiJawaBaratTahun2005

Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan memiliki produk unggulan yang menjadi
tema utama adalah barangbarang kria serta potensi budaya; dengan tema pendukung
adalah wisata gunung api dan fenomenanya. Kawasan ini merupakan kawasan yang
palingkentalnuansabudayaPriangannya.DiharapkanwisatawanyangdatangkeKWU
ini dapat mengenali kebudayaan Sunda Priangan, maupun keterkaitannya dengan
kondisipegununganapiyangmenjadisettingwilayah.
BudayaSundaPrianganhidupdanberkembangditanahPasundanatauTatarSundayang
dibatasi oleh Sungai Cilosari dan Citanduy (Harjoso, 1993). Dalam kehidupannya,
digunakan Bahasa Sunda (Basa Sunda) untuk pergaulan seharihari. Basa Sunda yang
dikenal halus (lemes) dan murni (pituin) adalah bahasa yang digunakan masyarakat
daerah Priangan, diantaranya Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, dan Cianjur
(Ekadjati,1995).

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II4

Laporan Akhir

Kata sunda sendiri berasal dari bahasa sansekerta suddha yang dipakai sebagai nama
sebuah gunung tertinggi yang berada di wilayah itu, yaitu Gunung Sunda (ketinggian
1.850meter).Gununginiterlihatdarijauhberwarnaputihbercahayamaknakatasuddha
dalam bahasa sansekerta karena tertutup oleh abu yang berasal dari letusan gunung
tersebut.Selanjutnya,namagunungitudipakaiuntukmenamaiwilayahdisekitarnya 1 .
Menurut data sejarah, istilah Sunda yang menunjukkan pengertian wilayah di bagian
barat Pulau Jawa dengan segala aktivitas manusiadi dalamnya baru dikenalpadaabad
ke9 Masehi. Istilah tersebut terdapat dalam prasasti yang ditemukan di Kebon Kopi,
Bogor. Sebelum masuknya pengaruh HinduBudha, di Tatar Sunda telah hidup
kebudayaanyangdiciptakandandidukungolehmasyarakatyangmendiamiwilayahini,
sebagaimana tampak dari peninggalan bendabenda budayanya. Sayangnya, pada masa
tersebut peninggalan berupa tulisan hampir tidak ada sama sekali. Maka oleh para ahli
sejarah, masa sejarah Tatar Sunda diperkirakan baru muncul sekitar 1600 tahun (dari
abadke5hinggaawalabad21).
Kebudayaan Sunda setelah masuknya pengaruh kebudayaan HinduBudha terbentuk
dan berkembang pada masa Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Galuh, dan Kerajaan
Sunda. Masa ini berlangsung pada abad ke5 hingga ke16 Masehi. Selanjutnya
terbentuklahmasaKerajaanSundaIslamiyangberkembangpadamasaKerajaanCirebon
dan Kasultanan Banten. Masa ini berlangsung dari abad ke16 hingga awal abad ke21.
Padaperkembanganselanjutnyasetelahabadke16,kebudayaanSundajugadipengaruhi
olehkebudayaanJawadanbudayabarat,akibatadanyakolonialisasiolehBelandaselama
kuranglebih3,5abad.PerkembangansejarahTatarSundamembuatsebagianwilayahnya
kini sudah tidak lagi memiliki budaya khas Sunda, karena sudah berakulturasi dengan
budayabudayalain,khususnyawilayahyangberadadipesisir.BudayaSundaPriangan
yangmasihasliumumnyaberadadiwilayahpegununganyangberadadibagiantengah
wilayahJawaBarat.
Sejarah panjang di kawasan Tatar Sunda membuat wilayah tersebut banyak memiliki
peninggalan sejarah maupun budaya, salah satunya berupa situs arkeologis, beberapa
perkampungan adat Sunda yang masih memegang teguh tradisinya, serta seni dan kria
yang dihasilkan masyarakatnya. Potensi yang khususnya berada di wilayah KWU Kria
dan Budaya Priangan ini kemudian berkembang menjadi daya tarik wisata. Salah satu
contohnyaadalahadanyadesawisata,yangmemilikiartiansuatubentukintegrasiantara
atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupanmasyarakatyangmenyatudengantatacaradantradisiyangberlaku 2 .Didesa
wisata ini, wisatawan yang datang dapat hidup dan mengalami aktivitas sebagaimana
layaknyapenghunidesa/kampungtersebut.PengalamanberadadalamkehidupanSunda
Prianganmemilikinilaitersendirijikadibandingkandenganwisatalainyangditawarkan
olehKWUlainnyadiJawaBarat.
Wilayah Priangan juga ditandai dengan pertanian perdesaan sebagai unit sosial yang
utama. Di beberapa tempat di wilayah ini masih dilakukan pertanian yang bersifat
tradisional. Dua macam penggarapan tanah pertanian yaitu pertanian di sawah dan di
Ekadjati,EdiS.KebudayaanSunda,SuatuPendekatanSejarahJilid1.PustakaJaya.Bandung2005.
Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi
InternasionalmengenaiPariwisataBudaya.Yogyakarta:GadjahMadaUniversityPress.Hal.23

1
2

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II5

Laporan Akhir

ladang, memiliki peranan penting bagi masyarakat Sunda. Para petani dan masyarakat
memilikihubunganbatinyangeratdenganlingkungan(patempatan),antaralaindengan
tanah,air,dansawah/ladanggarapannya(Priyani,2000).
Keterkaitan masyarakat Sunda dengan lingkungan alambudaya (cultural landscape)
ditunjukkan pula melalui kerajinan lokal yang kini berkembang ke arah industri kria.
Kria dapat didefinisikan sebagai seni dari rakyat untuk rakyat, berupa karya yang
anonim, dikerjakan melalui tangan, tidak mahal, berakar dari benda yang digunakan
secaramassaldanfungsionaldalamkehidupanseharihari,danmerupakanrepresentasi
wilayahtempatbendatersebutdiproduksi(ICCROM,2002)
Dalamstudiini,kriatidakhanyadipahamisebagaibarangataubendahasilbudidaya
manusia, tetapi juga sebagai proses pembelajaran, proses ekonomi, dan proses kreatif.
Wisata kria atau craft tourism, memiliki dua peran yang saling berkaitan. Di satu sisi,
wisata kria adalah salah satu strategi pemasaran dan promosi wilayah, dalam hal ini
Kawasan Wisata Unggulan Priangan, dan di sisi lain, berperan dalam upaya
pelestarian/konservasi craftsmanship keunikan lokal, menghadapi tantangan era
industrialisasidanglobalisasi.
Jika dilihat lokasinya dalam Provinsi Jawa Barat, Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan ini berada diantara KWU Pendidikan dan Perkotaan Bandung, KWU Rekreasi
PantaiPangandaran,danKWUBudayaPesisirCirebon.KWUPendidikandanPerkotaan
Bandung merupakan KWU yang banyak dikunjungi wisatawan, khususnya wisnus
Jakarta,sehinggamerupakansumberpasarwisatawanyangsangatpotensialbagiKWU
Priangan.
Selain itu, KWU Priangan juga dilalui oleh wisatawan yang akan menuju ke KWU
Pangandaran, atau bahkan melanjutkan perjalanan ke Jawa Tengah/Yogyakarta. Lokasi
ini strategis sebagai tempat persinggahan wisatawan. Kondisi yang telah terjadi,
Kampung Naga merupakan salah satu objek wisata yang disinggahi oleh banyak
wisatawan yang melakukan landtour ke Pangandaran atau Yogyakarta. Peluang ini
tentunyaperludimanfaatkanolehKWKriadanBudayaPriangandengansebaikbaiknya
melaluipengemasanobjekwisatayangmenjadiunggulannya.

2.2

RencanaTindakPariwisata

Karakteristik pariwisata Provinsi Jawa Barat yang memiliki ciriciri yang berupa
perpaduanantaradestinasipariwisatadikabupatendankotadidalamnya,menyebabkan
kompleksitas pengelolaan yang amat tinggi. Oleh karena itu dalam melakukan
perencanaannya harus secara cermat mengetahui tentang kondisi lingkungan strategis
kepariwisataansecaraefektifdanefisiendanjugaberorientasikepadapermintaanpasar.
Hal ini bertujuan agar kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat dimengerti,
disepakati, ditindaklanjuti dan dirasakan manfaatnya oleh pelaku pariwisata di tingkat
kabupaten/kotayangmenjadisasaranpembangunanyangdilakukan.
Rencana tindak (action plan) merupakan suatu dokumen perencanaan yang menjadi
rujukan operasional bagi pelaku atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi,
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II6

Laporan Akhir

biaya, instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan. Rencana tindak membagi strategi
strategi ke dalam bagianbagian yang dapat memudahkan koordinasi dalam
implementasirencanastrategismenujusasarandantujuan.Rencanatindakiniberkaitan
denganspesifikasitugastugasyangmencakuppenugasanorang/instansi,alokasisumber
daya manusia, alokasi sumber daya material dan finansial, dan jadwal untuk
penyelesaiantugastersebut.
Untuklebihmengoperasionalkankebijakanmaupunstrategi,programprogramstrategis
yangharusdilaksanakansehinggadiperlukansuaturencanatindakditingkatpelaksana
di lapangan (sektoral maupun regional). Tanpa rencana tindak ini, implementasi
perencanaan pengelolaan belum terjabarkan secara eksplisit karena program yang
diuraikan dari setiap isu hanya melahirkan strategistrategi. Rencana tindak memuat
kegiatankegiatan untuk mewujudkan pencapaian setiap sasaran sehingga rencana ini
harus disusun berdasarkan prioritas, tujuan, indikator, kerangka waktu dan sistem
pemantauan.
Rencana tindak pariwisata mencakup siapa, apa, dimana, kapan, dan bagaimana
membuat kegiatan pariwisata dapat berjalan. Kondisi tentu harus dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang pelaku kepentingan, tidak saja pemerintah daerah setempat,
namun juga pelaku industri pariwisata, organisasi/ lembaga swadaya masyarakat,
maupun stakeholder lainnya. Analisis mengenai sumber daya pariwisata dan berbagai
kepentingan yang ada sangat mendukung pengembangan dan pemasaran bagi wilayah
yang akan dikembangkan. Tujuan akhir dari rencana tindak selain untuk
mengembangkan sektor pariwisata di suatu wilayah, juga untuk meningkatkan
kontribusi sektor pariwisata khususnya bagi perekonomian lokal, sehingga pada
akhirnyadapatmemilikinilaikompetitifterhadapwilayahlainnya.
Rencana tindak pengembangan pariwisata berupa rencana detil program dan kegiatan
yangbersifataplikatifdantaktissebagaibagianatausubsistemdarikerangkakebijakan
makro dan strategi rencana pengembangan pariwisata. Strategi taktis yang dirumuskan
dalam rencana tindak ini merupakan suatu rencana implementasi yang bersifat fokus,
terukur, menjawab kebutuhan, dan dapat memecahkan persoalan pembangunan
kepariwisataan yang terjadi, khususnya dalam jangka pendek dan menengah. Lebih
lanjut, rencana yang disusun haruslah juga dapat mengendalikan proses berjalan dan
pengendalian sumber daya pariwisata secara proporsional. Penjabaran strategi menjadi
rencanatindakterhadappengembangankawasanpariwisataunggulansecarafungsional,
terpadu antarwilayah, dan saling menguntungkan. Rencana tindak pengembangan
pariwisata ini diharapkan akan mampu mendorong terwujudnya kedekatan visi dan
persepsi, menumbuhkembangkan prilaku koordinasi, kerjasama, dan self correction dari
parapelakuterkait.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II7

Laporan Akhir

2.2.1 KomponenkomponenRencanaTindakPariwisata
Pengembanganrencanatindakpariwisatamencakup5(lima)komponen,yaitu:
1. AtraksiWisata
Berupa daya tarik wisata, baik alam maupun buatan yang berada di dalam suatu
wilayah dan memiliki daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan, misalnya
pantai, danau, pegunungan, situs budaya, taman, industri, pameran, dan lain
sebagainya.
2. Promosi
Merupakan sarana pemasaran, berupa periklanan, pameran pariwisata, artikel di
media cetak, brosur, peta, video atau film, pemandu wisata elektronik, serta poster
danpusatinformasiwisatawan.
3. Infrastruktur
Berupa sarana dan prasarana dasar yang menunjang kegiatan pariwisata, misalnya
jalan, bandara, jaringan komunikasi, terminal, lokasi parkir, tempat pembuangan
sampah,pelayananlistrikdanairbersih,ramburambulalulintas,sertalapanganatau
area terbuka milik masyarakat yang dapat digunakan sebagai lokasi kegiatan
pariwisata.
4. Pelayanan
Berupa fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan perjalanan
wisata, mencakup diantaranya, akomodasi, camping ground, restoran dan rumah
makan,pertokoan,sertatokocenderamata.
5. Hospitality
Keramahtamahan merupakan kunci penting yang dapat menggabungkan keempat
komponen di atas menjadi satu kesatuan kepariwisataan yang utuh. Hal ini juga
menjadi faktor penting yang dapat membuat wisatawan menjadi nyaman dalam
berwisatadanbukantidakmungkinakankembalidatang,sertasecaratidaklangsung
turutmempromosikansuatuwilayahkepadakerabatnya.
Untuk dapat menghasilkan rencana tindak pengembangan pariwisata yang bersifat
terintegrasi, maka proses perencanaan yang bersifat koordinatif, komunikatif, dan
sinergisamatpentingdilakukanolehsetiappihakyangterlibatsesuaidengankapasitas,
fungsi, tugas dan tanggung jawab masingmasing. Oleh karena itu, untuk dapat
merumuskan rencana tindak pengembangan pariwisata yang terpadu (integrated) maka
dalam proses perencanaannya harus melibatkan berbagai pihak terkait (stakeholder).
Dengan kata lain diperlukan koordinasi yang baik antar stakeholder kepariwisataan
maupundenganpihaklainyangsecaralangsungmaupuntidaklangsungterkaitdengan
pengembangankepariwisataandikawasantersebut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II8

Laporan Akhir

2.2.2 TahapanPenyusunanRencanaTindakPariwisata
Secara garis besar penyusunan rencana tindak (action plan) pariwisata terdiri dari
beberapatahapansebagaiberikut:

Kesepakatan dan penentuan organisasi pelaksana pekerjaan, serta pembentukan


steering committee yang terdiri dari stakeholder atau pihakpihak yang memiliki
kepentingan,baikpemerintah,swasta/industripariwisata,organisasipariwisatadan
praktisi maupun masyarakat di kawasan studi. Steering committee akan memberikan
masukan maupun saran terhadap analisis dan langkahlangkah yang terkait dengan
rencanatindak.

Mengidentifikasipasarwisatawanyangadasekarang,untukmendapatkaninformasi
yang relevan mengenai kondisi pemasaran di wilayah studi. Informasi ini nantinya
akandigunakansebagaidatautamadalampenyusunanrencanatindak.Beberapahal
yangperludicermatidalammengidentifikasipasarwisatawaneksisting,antaralain:
-

Alasan kedatangan wisatawan, apakah untuk bisnis, pleasure, pelayanan lokal,


mengunjungikerabatatauteman,atauhanyasekedarmelewatikawasanstudi.

Pelayananyangbiasanyadiminatiataudicariolehwisatawanyangdatang.

Waktu kunjungan wisatawan; peak season dalam satu tahun, di bulanbulan apa
saja.

Modatransportasiyangbiasadigunakanbaikkedandarikawasanstudimaupun
didalamkawasanstudiitusendiri.

Lamatinggalwisatawan.

Biayayangmerekakeluarkanselamaberwisata/berkunjungkekawasanstudi.

Sosiodemografis wisatawan; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kelas


pendapatan,sertadaerahasalwisatawan.

Kecenderunganbaruwisatawanyangdapatmerubahgayaberwisata(jikaada).

Pengembangan profil pasar pariwisata, untuk mengetahui lebih detail mengenai


profil wisatawan yang datang ke kawasan studi, khususnya dari kegiatankegiatan
yang dilakukan di kawasan studi. Misalnya untuk jenis wisatawan bisnis, mereka
berkunjung untuk urusan pekerjaan, rapat atau temu bisnis; namun disamping itu
mereka juga berwisata ke pantai atau berbelanja cenderamata. Dengan mengetahui
profil wisatawan dengan lebih detail, maka akan lebih mudah dalam menentukan
pasardanpromosiyangtepatsertaefektifdikawasanstudi.

Menyusundaftarasetpariwisatayangadadikawasanstudi.Asetpariwisatasendiri
dapat dikategorikan ke dalam: (1) Atraksi/Daya Tarik Wisata; (2) Promosi; (3)
Infrastruktur; (4) Hospitality; dan (5) Pelayanan. Daftar aset ini penting untuk

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II9

Laporan Akhir

mengetahui potensi kepariwisataan yang telah ada ataupun yang dapat


dikembangkandikawasanstudi.

Mengenali kepentingan pariwisata, khususnya aspek negatif atau dianggap kurang


yangterkaitdikawasanstudi,mencakup:
-

Asetnegatif

Kekuranganyangada

Ide/rencana/proposalyangbelumdikembangkan

Dari ketiga aspek tersebut dapat dijabarkan kembali aspek mana yang dapat
dimanfaatkanuntukkepentingankegiatanpariwisatadikawasanstudi.Penentuanini
dapat dilakukan dengan diskusi khususnya bersama masyarakat sekitar kawasan
yang lebih memahami wilayah studi. Bukan tidak mungkin aspek yang awalnya
dinilai negatif atau mengalami kekurangan dapat menjadi aspek unggulan bagi
pariwisatadiwilayahtersebut.

Menentukan pasar wisatawan yang potensial, setelah sebelumnya mengidentifikasi


dan menganalisis mengenai profil wisatawan yang datang ke kawasan studi.
Penentuan pasar potensial menjadi salah satu dasar penentuan dalam fokus
pengembanganpariwisatadikawasanstudi.

Penentuan tujuan dan sasaran pariwisata yang sinergis dengan kebijakan pariwisata
di wilayah yang lebih luas (kabupaten atau provinsi) maupun kebijakan/ nilai lokal
kemasyarakatandikawasanstudi.Sebaiknyatujuandansasarandibuatsesederhana
mungkin agar realistis dan lebih mudah diukur. Sebaiknya tujuan dan sasaran juga
dibuatberdasarkananggaranbiayayangdirencanakansertatargetwaktupencapaian
yangjelas.

Pengembangan langkah atau tahapan program dan kegiatan yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tahapan ini harus dibuat lebih spesifik,
sedetail mungkin, dan harus realistis agar lebih mudah dipahami maupun
diimplementasilkan.

Mengadakanfocusgroupdiscussion(FGD),lokakaryaataudiskusidenganmelibatkan
stakeholder, khususnya masyarakat dan pelaku pariwisata di kawasan studi guna
mendapatkan umpan balik terhadap rencana yang telah disusun. Hasil diskusi dan
masukan yang diperoleh dari stakeholder nantinya akan digunakan untuk
menyempurnakanrencanatindakyangtelahdisusun.

Penyempurnaan rencana tindak (action plan) setelah mengevaluasi rencana


berdasarkanmasukandariFGD/diskusidenganstakeholder.

SetelahPenyusunanActionPlanPengembanganKepariwisataanmenghasilkandokumen
rencanatindak,beberapalangkahlagiyangperludilakukan,yaitu:

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II10

Laporan Akhir

Implementasi dari rencana tindak yang telah disepakati bersama oleh seluruh
stakeholder. Pada implementasi ini juga ditentukan badan pengelola atau pelaksana
rencanatindaksesuaidengankesepakatandariberbagaipihakyangberkepentingan.

Pendapat dari pihak yang berpengalaman di luar stakeholder terhadap implementasi


darirencanatindakyangtelahdilakukan.Pihakluarinidapatberupa(1)konsultan,
(2) publikasi di media, (3) organisasi swasta terkait pariwisata. Masukan, kritik dan
sarandaripihakluarinisebetulnyadapatbermanfaatbagiumpanbalikimplementasi
darirencanatindak,karenasecaratidaklangsungpihakpihakinitelahmengevaluasi
rencanatindakyangsedangdilakukan.

Monitoringatauevaluasidarihasilrencanatindakyangtelahdilakukan.Tahapanini
sebaiknyadilakukanolehpihakluaryangtidakterlibatdidalampenyusunanrencana
tindak, agar hasilnya lebih objektif. Beberapa garis besar evaluasi, antara lain (1)
rencana atau langkah yang telah dilakukan, (2) hasil yang signifikan dari rencana
tindakyangtelahdilaksanakan,(3)perubahandaritujuanmaupunsasaranyangtelah
ditentukandiawalpenyusunanrencanatindak,(4)usulanrevisirencanatindak(jika
diperlukan), (5) komentar personal dengan seobyektif mungkin, sesuai dengan
kondisiyangada.

BerikutadalahdiagramtahapanpenyusunanRencanaTindak.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II11

Laporan Akhir

Gambar2.2
TahapanPenyusunanRencanaTindak(ActionPlan)
Rencana
Strategis
Penyusunan
Action Plan

Pembentukan
Organisasi Pelaksana &
Steering Committe

Identifikasi dan
analisis profil Pasar
Wisatawan

Identifikasi Aset
Pariwisata
Kawasan Studi

Pasar Wisatawan
Potensial

Potensi
Kepariwisataan
Wilayah Studi

Review
Kebijakan &
Peraturan
Terkait

Penentuan
Tujuan & Sasaran
Pariwisata

Penyusunan/
Pengembangan
Tahapan Program
Focus Group
Discussion
(FGD)

Dokumen
Rencana Tindak

Denganselesainyatahapandarirencanatindakbukanberartipekerjaandikawasanstudi
sudah selesai, yang terpenting dalam penyusunan rencana tindak ini adalah bagaimana
seluruh stakeholder terkait dapat bekerjasama dengan efektif dalam mempertahankan
kondisisetelahrencanadijalankan.Jikatidak,sangatdimungkinkankondisidikawasan
tersebutakanjauhlebihburukdarisebelumpenyusunanrencanatindak.

2.3

WisataKriadanBudayaPriangan

Pariwisatamemilikiketerkaitanyangsangateratdenganbudayadankebudayaansuatu
daerah. Sesuai dengan sifatnya yang mobile dengan perjalanan menapaki ruang dan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II12

Laporan Akhir

waktu, kegiatan wisata dapat mengakibatkan terjadinya persentuhan antara wisatawan


denganaspekaspekbudayadaridaerahyangdikunjunginya.
Budaya atau kebudayaan sendiri dapat dipahami sebagai hal yang merupakan
keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk di dalamnya bendabenda
hasil kreativitas/ciptaan manusia. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkantarafhidup,melakukankomunikasidanupayauntukberadaptasidengan
lingkungan. Kebudayaan memiliki wujud yang konkrit/tangible (peralatan, arsitektur,
pakaian,makanan,hasilteknologi,kegiatanritual,upacarakeagamaan,senipertunjukan,
kerajinan,danlainnya),danabstrak/intangible(sistemkeyakinan,pengetahuan,nilaidan
norma). Dapat dikatakan bahwa pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang
berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, upacaraupacara, dan pengalaman
yang memotret suatu bangsa/suku bangsa dengan masyarakatnya, yang merefleksikan
keanekaragamandanidentitassuatumasyarakatataubangsa.
Budaya,kria,danpariwisatamerupakanbagianyangtidakdapatdipisahkan.Kerajinan
lokal sebagai hasil kria merupakan salah satu elemen penting dari budaya, dimana
wisatawan pergi untuk melihat dan menyelami budaya, tradisi dan cara hidup yang
asing dari apa yang biasa dirasakannya. Produk kria membentuk elemen penting yang
menjadi motor penjualan sehingga memberikan tambahan nilai ekonomi dalam skala
lokal. Kepariwisataan juga mendukung keberadaan kria dengan mempertahankan
keberlanjutanproduksikriadanmemperkuatbudayalokal.Contohprodukkriamisalnya
kerajinanyangterbuatdarikayu,batu,kertas,tekstildanlainnya.
Jalinan yang erat antara budaya, kria, dan pariwisata ini telah diakui sebagai sumber
peningkatan ekonomi dan sumber lapangan kerja. Budaya mempunyai peran penting
dalammembuatprodukwisatamenjadilebihkompetitifdimanaaspekaspektangibledan
intangiblenya dapat membuat suatu produk wisata mempunyai keunikan dan
diferensiasi tersendiri. Budaya juga menyediakan elemen hidup dari suatu produk
sehingga menghasilkan pengalaman tersendiri yang kian diminati oleh wisatawan. Hal
inididukungolehkecenderunganmasakiniyangmengalamipergeserandariwisatawan
massal ke wisatawan individual dimana motivasi wisatawan lebih didasari oleh
keinginan unuk mengunjungi dan melihat kebudayaan serta kerajinan lokal. Pada
akhirnya hal ini akan meningkatkan kualitas kehidupan sosial masyarakat karena
meningkatkanrasabanggaterhadapkebudayaanmasyarakatlokal.
Mengembangkan budaya, kria, dan pariwisata ke dalam suatu kesatuan produk dan
pengalamanwisatatidaklahmudah.Halinididasariolehketerbatasanakseswisatawan
dalam menikmati dan meresapi kebudayaan lokal yang antara lain disebabkan oleh
keterbatasan waktu yang mereka miliki. Diperlukan semacam jembatan budaya yang
berfungsi dalam mendistribusikan pergerakan dan pertukaran simbolsimbol budaya,
antarakebudayaanlokaldankebudayaanwisatawan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II13

Laporan Akhir

KARAKTERISTIKKRIADANASPEKASPEKTERKAIT
Kria, umumnya dikenal sebagai kerajinan tangan, memiliki beragam definisi sebagai
berikut:
-

Kria dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan, yang objeknya dihasilkan


dengantangan,denganmenggunakanalatalattertentudanmemerlukankeahlian
tertentu(Pye,1968,theNatureandArtofWorkmanshipdalamICCROM,2001).

Karakter kria dapat dikenali melalui tipe produk kerajinan tertentu, yang
umumnyamerupakanobjekobjekpentingdanfungsional.

Kria tidak dapat dipisahkan dari media, sehingga karakternya selalu dikaitkan
denganbahandanteknologipembuatan/manufaktur.

Dalam konteks produk kria Jepang, atau yang lebih dikenal sebagai mingei, kria
diartikan sebagai seni yang berbasis komunitas, dari rakyat dan untuk rakyat dengan
karakteristikberikutini(ICCROM,2001):
-

umumnyadikerjakanolehpengrajinyanganonim,

merupakanpekerjaantangan,

diproduksidenganjumlahbesar,

relatiftidakmahal,

digunakansecaramassal,

fungsional,untukkehidupanseharihari,

representasidaerah,tempatkriatersebutdiproduksi.

Merujuk pada definisidefinisi tersebut, kria bukan hanya berupa kerajinan tangan
maupun proses pembuatannya tetapi lebih dari itu, kria berakar pada latar belakang
suatu komunitas, misalnya struktur masyarakat, nilainilai sosial budaya, dan sejarah.
Lebih lanjut, kria dapat dirinci sebagai suatu proses (keahlian dan pengetahuan, proses
pembelajaran, proses ekonomi, dan proses kreatif), memiliki dimensi yang signifikan
(dimensi sosial, religius, dan budaya) serta memiliki keterkaitan dengan ruang dan
lingkungansecaradinamis,sepertidijelaskanpadaGambar2.3berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II14

Laporan Akhir

Gambar2.3KarakteristikKria:Proses,Dimensi,danKonteks

a. KriasebagaiKeahliandanPengetahuan
Kria membutuhkan kemampuan tingkat tinggi dalam mengkoordinasikan gerakan
tangan(karenasebagianbesarpembuatannyadilakukansecaramanual),yangterkait
dengan pengendalian motorik seseorang. Seorang pengrajin umumnya memiliki
intelejensikinetiktinggiyangdimanifestasikandalamkeahlian(skill)mengolahkria.
Kria juga merupakan suatu pengetahuan (tacit knowledge) yang tidak saja bersifat
personal,tetapijugayang diturunkan atau diwarisi melalui institusi dankomunitas.
Karakterinimenunjukkankompleksitaskria,terkaitpadalingkunganyanglebihluas,
yaitu komunitas. Melestarikan dan mengembangkan kria, dalam kasus Kria Budaya
Priangan di KWU ini, tidak dapat didekati secara personal atau perorangan saja,
tetapilebihcondongpadakomunitaspengrajindalamsuatuinstitusilokal.

b. KriasebagaiProsesPembelajaran
Menguasai proses pembuatan kria membutuhkan waktu yang panjang, mungkin
bertahuntahun.Keahlianumumnyadiwarisisecaratradisionaldanpembelajarannya
dimulaisejakmasakanakkanakatauremaja.Halinimenunjukkanbahwamenguasai
pembuatankrialebihbermaknapadakeberlangsungansuatutradisi,yangkemudian
dapatmendorongkreativitasindividu.
Menarik untuk dicermati, pembelajaran keahlian kria disampaikan dengan
melakukanataumendemonstrasikansuatuproses,bukandenganpenjelasanverbal
atau katakata. Pewarisan keahlian kria terkait dengan hubungan dekat secara
personal, misalnya dari orang tua ke anak, atau dari seseorang yang sudah ahli
kepadaseseorangyangbelumahli.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II15

Laporan Akhir

Aspek lain dari proses pembelajaran, di beberapa tempat, pembuatan kria terkait
denganjender.Padakasustertentu,ibuibuyangmemproduksikriauntukkonsumsi
rumahtangga, melakukan pembuatan kria secara informal di rumahmereka. Proses
pembuatan tersebut diamati dan kemudian diikuti atau diimitasi oleh anggota
keluarga (perempuan) lainnya. Kasus lain, proses pembelajaran kria juga dapat
dilakukan secara formal, di luar rumah, misalnya bapakbapak yang memproduksi
kriasebagaibendakomersial.

c. KriasebagaiProsesEkonomi
Kria yang dapat memberikan manfaat ekonomi secara signifikan sangat bervariasi,
tergantung pada budaya dan tipe kria yang dihasilkan. Walau demikian, menurut
Persatuan Bangsa Bangsa, lebih dari 90% perempuan di negara berkembang
menggantungkan hidupnya pada kegiatan [profesi] kerajinan sepanjang tahun
(www.craftscenter.org). Di tahun 1980an, negaranegara Dunia Ketiga mengekspor
kriakepusatpusatindustridengannilailebihdari1milyarUSD(ICCROM,2001).
Terkait dengan proses ekonomi, kegiatan kria di beberapa tempat, khususnya
komunitas perdesaan, dilakukan secara musiman sebagai bagian dari ritual budaya.
Objekyangdihasilkanseringkalidikonsumsisecaraperorangan,keluargaataudalam
lingkup komunitas dan etnik tertentu. Bahan diperoleh dengan membeli atau
membuatsendiri.Dalamkasuslainnya,pembuatankriaadalahkegiatanatauprofesi
purnawaktu (fulltime) dengan tujuan komersial. Benda yang dihasilkan dapat
berkontribusi untuk kebutuhan komunitas lokal atau diperjualbelikan di area yang
lebihluas.
KriasebagaiprosesekonomidiKWUinidijelaskanmelaluisalahsatujeniskerajinan
khasKotaTasikyaitubordir.
Rohayati Bordir merupakan perusahaan keluarga di Kecamatan Kawalu,
Tasikmalaya. Produk kria bordir yang yang dihasilkan antara lain berupa taplak
meja,bantalkursi,tas,mukena,dansajadah.ProdukinidipasarkandiwilayahJawa
BaratdanwilayahlaindiIndonesia,sertatelahdieksporkeMalaysiadanSingapura
(Hasilwawancara,2007).

d. KriasebagaiProsesKreatif
Kriaadalahkegiatankreasi,membuat sesuatu,suatu aspek yang berkontribusi pada
signifikansireligiusdalamberagambudaya.Produkkriamerupakantangibleheritage,
yang terkait dengan nilai intangible. Konsep kreativitas seringkali diasosiasikan
dengan orisinalitas dan kontribusi individu yang beragam bergantung pada tempat
dan waktu. Kria sebagai proses kreatif menghadapi dua hal yang dianggap
bertentantangan, yaitu orisinalitas individu yang dimulai dari pembuatan konsep,
desain, dan pelaksanaan serta karya kria yang anonim dan dikerjakan secara
berkelompok.

e. DimensiSosialKria
Pembuatan kria dapatmemiliki peran signifikan secarasosial. Bila kegiatan tersebut
bersifatmusiman,seluruhkomunitas[desa]umumnyaterlibat.Merekabekerjasama
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II16

Laporan Akhir

dengan pembagian tugas menurut umur, jender, dan keahlian. Etnik, klan, atau
keluarga tertentu, dapat diasosiasikan dengan keahlian kria yang spesifik. Meski
keahlian ini diturunkan dari generasi ke generasi, namun perubahan dapat terjadi
seiring dengan kemampuan pekerja/pengrajin dan perubahan cara pikir. Di
lingkunganperkotaan,organisasi atau gilda umumnyabekerja secara berkelompok
untuk menjamin standar produk, mengendalikan proses dan melindungi hakhak
pengrajin.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasik sejak tahun 1990an memberikan
bantuan dana Jaringan Pengaman Sosial untuk mengembangkan mutu kualitas
produk kerajinan Kota Tasik, khususnya bagi kelompok pengrajin yang tergabung
dalamRumahTasik(Hasilwawancara,2007).

f. DimensiReligiusKria
Pembuatan kria, dari sisi pembuat maupun masyarakat luas, dapat berdimensi
religius.Sebagaikegiatankreasiataumenghasilkansesuatu,kriadapatdipersepsikan
sebagai pekerjaan sakral. Membuat pedang (keris, kujang, dsb.) bagi komunitas
tertentu adalah kegiatan suci. Kesakralan umumnya ditunjukkan melalui ritual
pensucian alatalat dan aktor pembuat kria. Pekerjaan atau kegiatan ini umumnya
terintegrasi dengan tugas sosial/religius yang mengikutsertakan seluruh komunitas
dalamupacaraatauritualkeagamaan.

g. DimensiBudayaKria
Merujukpadapenjelasanpenjelasansebelumnya,kriamemilikiperanpentingdalam
membentuk identitas dan budaya beragam kelompok, baik secara etnik/suku,
nasional,danregional(antarnegara).Dimensibudayadalampembuatankriaantara
lain:
- Kria terkait dengan cara manusia hidup, yang berasosiasi pada produk yang
dibutuhkan dengan bahan yang tersedia. Misalnya, komunitas pegunungan,
petani,dannelayanmemilikikriayangsecaraspesifikberbeda.
-

Produk kria umumnya sangat spesifik, bersifat lokal, terkait dengan tempat
diproduksi. Sebagian hal ini mungkin terjadi karena ketersediaan bahan dan
kebutuhan khusus, tetapi juga karena produk tersebut ditujukan untuk
mengekspresikan identitas tertentu. Hal ini umumnya ditunjukkan melalui
produkfashion,sepertiragamhiasbordirTasikmalaya.

Kawaludikenalsebagaidaerahpengrajinbordiryangmemilikicorakragamhiaskhas
Tasikmalaya. Penelitian yang dilakukan oleh Hendar Suhendar, Fakultas Seni Rupa
dan Desain (FSRD) ITB menjelaskan bahwa kehidupan budaya agraris berpengaruh
pada ide dasar rancangan ragam hias bordir Kawalu. Hal ini, secara langsung
ditunjukkan melalui corak tumbuhan daun pecah beling, kembang wera, bunga
melati, kembang cengkih, bunga mawar, bunga matahari, daun vanili, kupukupu,
dankeong(KajianEstetikRagamHiasBordirKawaluTasikmalayaJawaBaratTahun
19902005,ThesisMagisterFSRDITB,2006).

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II17

Laporan Akhir

h. KeterkaitanKriadenganRuangdanLingkungan
Kriamelibatkanparapengrajindanprosespembuatannyadalamhubunganyangerat
denganruangyangberupalingkunganalammaupunbinaan.
Kria yang berbasis perdesaan, umumnya menggunakan bahan lokal, seperti
tumbuhan, tanah liat, kayu, dan bahan alam lainnya, serta produk hewani seperti
wool,tulang,dankulit.Halinimenunjukkanbahwapengrajinsangatfamiliardengan
bahan sehingga produk kria yang dihasilkan dapat diperbaiki dengan mudah oleh
dandengansumberdayalokal.Produksikriadalamhalini,bergantungpadamusim
panen(bahanyangdigunakan)danmungkinterkaitdenganmanajemenlahansecara
tradisional, yang menciptakan cultural landscape. Produk kria umumnya digunakan
dalamlingkungankhususdengankeunikanlokal.
Pembuatan kria di di beberapa tempat, umumnya di perkotaan dicerminkan dalam
struktur lingkungan binaan dan organisasi ruang, baik dalam bangunan (misalnya
galeri)danpermukimansebagaikeseluruhan.Organisasiruanginiberasosiasidengan
hubungan sosial penduduk. Struktur kota yang membagi ruang tempat bekerja dan
hunianterkaitdengankelompokkerja(gilda)kria.Umumnya,pusatkotamewadahi
tempatpertukaranuangdanpenyimpananbarang,sedangkanparapengrajintinggal
berkelompok di daerah sekitarnya. Struktur seperti ini memungkinkan terjadinya
aktivitasyangoverlappingdanintegrasiberbagaifungsi.
Kasus di KWU ini menunjukkan adanya keterkaitan kria dengan ruang dan
lingkungan.
Rumah Tasik merupakan sebuah showroom milik Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Tasik yang menampung aneka kerajinan khas Kota Tasik, seperti
bordir,anyaman,batik,dll.Tempatusahaberupatoko/butikyangberlokasidipusat
kota umumnya merupakan tempat display atau showroom sedangkan proses
pembuatan bordir dilakukan di tempat tinggal pengrajin di pelosok kampung
wilayahTasikmalaya,diantaranyaKecamatanCibalong(Hasilwawancara,2007).

A. WISATAKRIA
Produk kria perlu memperhatikan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Pemahaman
terhadap pasar wisatawan yang mencakup asal, karakteristik dan preferensi berwisata
menjadi hal yang penting, sehingga suatu produk kria dapat selain mendatangkan
keuntungan ekonomi bagi masyarakat juga memberikan esensi dari wisata itu sendiri,
yaitu kenangan atau pengalaman yang tak terlupakan bagi wisatawan (memorable
experience).
Pengembangan wisata kria tak akan berhasil tanpa pemasaran yang merupakan sistem
integratif untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam menyediakan suatu produk
tertentu(baikbarangmaupunjasa)padasaatyangtepat,tempat/lokasiyangcocok,dan
harga yang sesuai. Marketing mix (Product, Price, Promotion, Place, dan People) yang
tersusun dengan baik merupakan prasyarat bagi kesuksesan penjualan suatu produk
wisata,dalamhaliniadalahprodukkria.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II18

Laporan Akhir

Pengembangan wisata kria tak lepas dari dukungan masyarakat sebagai pelaku/
produsen produk kria. Pendekatan community tourism development merupakan hal yang
esensial karena masyarakat merupakan pihak yang paling terkena dampak maupun
perubahan dari suatu kegiatan wisata, sehingga mereka berhak menentukan,
merencanakandanterlibatlangsungdalampengembangandanpengelolaanwisata.
Kekhawatiran dari adanya pengembangan produk kria yang ditujukan bagi pariwisata
adalah adanya produksi barang kria secara massal yang mengurangi kualitas keaslian
atau keotentikan dari sebuah produk budaya tradisional. Istilah keotentikan atau
authenticity bisa diartikan sebagai suatu kualitas yang dapat menggambarkan suatu
benda,budaya,atau lingkunganyang sebenarbenarnya.Untukmenunjang produk kria
secara otentik sebagai basis bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan, perlu
diperhatikanbeberapaaspekberikutini:

Adanya identifikasi dan penilaian terhadap pengembangan kemampuan dalam


pembuatan produk kria tradisional, Hal ini didasari oleh kurangnya sumber daya
manusia/generasi penerus, persaingan bebas dengan produk kria berteknik modern,
serta persaingan horizontal dengan aktivitas ekonomi lain yang memberikan lahan
penghidupan yang lebih baik. Penerapan skema transfer kemampuan selain dapat
memberikan bekal ketrampilan berupa sistem produksi bagi masyarakat lokal, juga
dapat menarik wisatawan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kriadinamakan
dengan atelier tourism atau workshop tourism. Skema ini mempunyai banyak
keuntungan, antara lain merupakan sumber pemasukan langsung bagi masyarakat;
menjembatani keinginan masyarakat untuk dapat merasakan kebudayaan lokal dari
tangan pertama; menekankan pentingnya nilai produk kria bagi masyarakat lokal
sehingga menghasilkan multiplier effect dengan munculnya kegiatan usaha lain yang
menunjang wisata kria, yaitu tumbuhnya restoran, akomodasi dan lainnya sehingga
dapatmemperpanjanglamatinggalwisatawan.

Pengembangan program yang meningkatkan kemampuan pemasaran masyarakat


lokal(marketingskill).

Pengembangan sistem distribusi yang berkelanjutan (sustainable distribution system)


dengan memperhatikan harga barang, kontrak dan negosiasi dengan pihak lain, serta
mengamankanjalurdistribusidanpemasaran.

B. WISATABUDAYA
Abad industrialisasi dan modernisasi telah menggiring simbolsimbol budaya ke
dalambentukkegiatanekonomiyangterbahasakandalamprodukwisatayangkianhari
makin banyak diminati oleh wisatawan, dimana dalam prosesnya merupakan aktivitas
pertukaraninformasidansimbolsimbolbudayaantarawisatawansebagaitamudengan
masyarakat sebagai tuan rumah. Hal ini selaras dengan pemahaman pariwisata yang
cenderung untuk dikaitkan dengan kebutuhan manusia atas suatu kemajuan yang
menuntutadanyaunsurperubahansecaraterusmenerus.
Padaabadglobalisasiini,pariwisatabudayasebagaisebuahsistemtakdapatdipisahkan
dari sebuah industri. Namun patut digarisbawahi bahwa aspek budaya janganlah
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II19

Laporan Akhir

terjerumus pada pengertian komoditi (culture as a commodity), dimana fabrikasi dan


masalisasi kerap kali merupakan jawaban atas penalaran pendek supply dan demand.
Merupakan tantangan dalam mengembangkan suatu pariwisata budaya yang
berkelanjutan dengan tetap melestarikan warisan budaya masa lalu akan tetapi juga
mampumengakomodirkebutuhanmasakini.
Menempatkan pariwisata budaya dalam kerangka pembangunan berkelanjutan
menghasilkan dampak pada peningkatan lapangan kerja dan tingkat perekonomian
masyarakat, selain juga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
peningkatan nilai harga diri, serta menghasilkan dana bagi konservasi lingkungan alam
danbinaan.
Pariwisata budaya sebagai suatu kegiatan industri hendaknya mencakup pemahaman
yang menggabungkan unsur perencanaan dan pengelolaan secara terpadu. Hal ini
mencakup aspekaspek supply dan demand seperti daya tarik budaya sebagai supply dan
pasar pariwisata budaya sebagai demand. Kedua aspek ini dicermati dengan melihat
potensi, karakteristik dan daya dukungnya. Misalnya pasar pariwisata budaya yang
memperhitungkan keragaman pangsa pasar dengan karakteristik yang variatif, dilihat
dari status sosial, tingkat perekonomian, ataupun gaya hidup seseorang. Daya dukung
lingkungan alam, sosial dan budaya masyarakat khususnya masyarakat lokal terhadap
dampak negatif pariwisata pun sangat diperlukan. Pendekatan pengelolaan pariwisata
antaralainpadapembangunanfasilitaspendukungwisata,tingkatkunjunganwisatawan
dan kegiatan wisatawan di sebuah destinasi wisata misalnya, harus memperhatikan
carrying capacity yang mampu diterima oleh lingkungan alam, sosial dan budaya
masyarakatnya.
Dalam UU No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, Pasal 19 disebutkan bahwa
pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni
bangsa untuk dijadikan sasaran wisata. Produk wisata ini merupakan daya tarik unik
yang menyebabkan wisatawan bersedia untuk mengeluarkan biaya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan daerah. Dengan kemasan yang unik, wisatawan dapat
memperolehpengalamankebudayaandengancaramelihatsesuatusecaraberbedayang
memperkayakebutuhanspiritualnya.
Wisatabudayadapatdibedakanmenjadi:
-

wisatabudayapeninggalansejarah;mencakupberbagaibentukpeninggalansejarah
dan budaya, yang dapat berupa museum, artefak, struktur kota kuno/ unik, situs
arkeologis dan lainlain. Bentuk kegiatan wisata yang dapat dikembangkan antara
lainwisataarsitektural,wisatajalurarkeologis,wisataziarah.

wisata budaya kehidupan masyarakat (living culture); mencakup gaya hidup (life
style),pedesaandanesoterik.Wisataetnikyangberupakegiatangayahidupmemberi
pengetahuankepadawisatawanuntukmelakukankegiatankegiatankeseharianyang
biasadilakukanmasyarakatsetempat.

wisata etnik esoterik merupakan jenis wisata yang melakukan kegiatan spiritual
mediatifyangbersumberpadakebudayaan/agamasetempat.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II20

Laporan Akhir

Menurut Suranti (1995:29) hal inilah yang membedakannya dengan pariwisata budaya,
dimana wisata budaya hanya mencakup perjalanan dan aktivitas belaka, sedang
pariwisata budaya mencakup juga aktivitas atau upaya yang dilakukan pihak terkait
dalam menjaga keberlangsungan daya tarik budaya sebagai sumber daya yang bersifat
unik,terbatasdantidakterbarukan.
Pertimbanganpengembanganfasilitasuntukmendukungpengembanganobjekdandaya
tarikwisatapeninggalansejarahantaralainadalah:
-

mengembangkan fungsifungsi tertentu untuk mendukung penyelenggaraan


kegiatan,sepertimuseum,areapenelitiandanpendidikan,arearekreasipendukung,
pusatinformasipariwisata,rumahmakan,danlainlainsertaareapengelola.

denah kunjungan wisatawan; yang menginformasikan mengenai akses, pintu keluar


danjalurwisatawandidalamarea,signage,brosurmaupuninformasiinformasilain.

Pengelolaan pariwisata budaya selayaknya menonjolkan kehadiran interpretasi sebagai


suatu proses komunikasi yang didesain untuk mengungkapkan arti, makna dan
hubungan antara budaya dan tradisi yang hidup di suatu masyarakat secara interaktif
terhadap wisatawan. Dengan demikian, wisatawan dapat memaknai dan menyelami
kehidupan yang dirasakan asing baginya sehingga perannya beranjak dari sekedar
pengamat yang bersifat pasif menjadi aktif yang berpartisipasi secara fisik dalam
kegiatantersebut.
Tak dapat dipungkiri pula keterlibatan unsur pemasaran sebagai ujung tombak
pengelolaan pariwisata budaya. Upaya untuk membangun dan mengembangkan suatu
daya tarik wisata budaya dengan image atau citra tersendiri membutuhkan strategi
pemasaranyangmembedakankeunggulansuatuproduksatudenganlainnya.
Pengelolaan pariwisata budaya dapat berhasil jika proses pemantauan dan evaluasi
dilaksanakan oleh stakeholder dengan cara partisipatif yang melibatkan seluruh pihak.
Pemantauan dilakukan secara berkala pada setiap tingkatan implementasi, serta
menggunakan alat ukur atau indikator pengelolaan pariwisata budaya yang bertujuan
menjaga kelestarian lingkungan, sosial dan budaya maupun peningkatan ekonomi
masyarakat.
Intinya, prinsipprinsip yang menjadi dasar pengelolaan pariwisata budaya harus
berbasis pada masyarakat dengan melibatkan mereka pada seluruh kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pariwisata budaya. Hal ini berarti
membutuhkan kesadaran dan apresiasi mereka terhadap perlindungan aspekaspek
budaya.
Padaakhirnyapariwisatabudayamerupakansesuatuyangunikkarenakegiatanwisata
tidak hanya berupa kumpulan kegiatan komersial, akan tetapi berperan dalam
membentuk ideologi sejarah dan tradisi, yang pada akhirnya memiliki kekuatan untuk
membentukkembalibudayamasyarakatnyasendiri.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II21

Laporan Akhir

2.4

WisataGunungApi

Secaraumum,gunungapi(atauvolcanodalambahasaInggris)didefinisikansebagaisuatu
tempat di permukaan bumi dimana magma keluar. Dengan demikian sebenarnya,
terminologi gunung api tidak terbatas pada bentuk seperti pengertian umum yang
menganggap gunung api harus selalu berupa gunung berbentuk kerucut. Dengan
pengertian ini, segala bentuk morfologi dimana magma keluar disebut sebagai gunung
api,sepertimisalnyasatucelahdisuatudataran,ataubahkandidasarlaut.
Di Indonesia yang berada pada lingkungan tektonik penunjaman kerak samudra di
bawah kerak benua, umumnya menghasilkan jajaran gunung api yang bersifat strato,
atau gunung api dengan produk endapannya yang berlapislapis. Umumnya adalah
lapisan endapan piroklastik, yaitu produk letusan berbagai ukuran fragmen (dari abu
halushinggabongkahbongkahbesar)danlava,yaitualiranmagmayangmelelehkeluar
kepundan.Tipegunungapistratoumumnyamemberikanbentukkerucut.
Dengan cara terbentuknya yang sangat luar biasa karena melibatkan gayagaya dari
bawah permukaan Bumi dan mengeluarkan cairan batuan pijar magma yang mengalir
sebagai lava, aktivitas semburan gas atau uap air, serta aktivitas volkanisme lainnya,
kawasangunungapimenjadidayatarikyangluarbiasa.
Untuktujuanwisatagunungapi,ditinjaudarisisiwisatawansebagaisubjek,sedikitnya
akandibedakanatasduakegiatan,yaituyangbersifatpasifdanyangbersifataktif.
1. Wisatagunungapipasif
Kegiatanwisatagunungapipasifadalahwisatayangsebenarnyatelahdikategorikan
sebagai wisata alam biasa. Dalam kategori ini, wisatawan hanya menyaksikan
panorama,bentang alam atau sekedar mengamati aktivitas volkanisme. Wiasatawan
jenis ini biasanya wisatawan umum yang datang ke suatu kawah gunung api
kemudian melihat pemandangan dan berfotofoto. Kegiatan seperti ini bahkan bisa
berjalan tanpa ada faktor pendukung lainnya, seperti ketersediaan pemandu. Pada
tahap yang paling minimal, dengan pamflet pun wisata pasif ini dapat berjalan
dengan sendirinya. Untuk jenis ini, aksesibilitas, prasarana dan sarana penunjang
merupakan kebutuhan yang umumnya akan menjadi kewajiban pengelola wisata
gunung api. Misalnya jalan ke kawah dengan moda transportasinya, tempat parkir
yangtidakjauhdarikawah,sertasaranapenunjangpariwisatapadaumumnya.
2. Wisatagunungapiaktif
Berbeda dengan wisata gunung api pasif, wisata gunung api aktif memerlukan
berbagaiprogramyangterrencanadenganbaik,karenadalamkategoriini,wisatawan
bersifat aktif menjelajah dan berusaha untuk sebanyak mungkin mendapatkan
informasi tentang objek gunung api yang dikunjunginya. Dengan demikian, jenis
wisata gunung api aktif ini tidak hanya memerlukan sekedar pamflet, tetapi juga
buku panduan yang menjelaskan selain objek yang akan dilihat, juga pengetahuan
Geologi dan Vulkanologi dari objek tersebut, termasuk misalnya jenisjenis batuan,
jenisjenisaktivitaskawah,sejarahletusan,danlainsebagainya.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II22

Laporan Akhir

Jeniswisatagunungapiaktifsecaraekstrimbahkantidakmemerlukanfasilitasyang
lengkap seperti pada jenis wisata gunung api pasif. Wisatawan memang bertujuan
untuk menjelajah sudutsudut dan seluk beluk gunung api yang dikunjunginya.
Untuk itulah diperlukan pemandu yang berbakat yang selain mengenal medan dan
jalur trekkingnya, juga dilengkapi dengan latar belakang pengetahuan tentang ilmu
GeologidanVulkanologisecaraumum.
Dengan demikian, wisata gunung api aktif perlu terprogram dengan baik, baik dari
segi waktu (kapan jam terbaik mendaki gunung), segi jalur (terbagi atas jalurjalur
dengantingkatkesulitantertentu),pemanduyanghandal,bukubukusakuyangakan
menjadi dasar pengetahuan kegunungapian, peralatan standar tertentu tergantung
jalurpilihan,pemahamanakanaktivitasgunungapi,sertajugainformasipendukung
lainnya, seperti misalnya adat budaya masyarakat yang mendiami gunung api
(kemungkinanpantangan,upacaratertentu,dansebagainya).

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

II23

Laporan Akhir

BAB3

POTENSIDANPERMASALAHAN
DALAMPENGEMBANGAN
KEPARIWISATAANDIKWUKRIADAN
BUDAYAPRIANGAN

Bab ini menguraikan secara ringkas potensi, permasalahan, dan isuisu strategis
pengembangan kepariwisataan di salah satu Kawasan Wisata Unggulan (KWU) yang
menjadi lingkup studi, yaitu Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan. Uraian tersebut
mencakup potensi dan permasalahan objek dan daya tarik wisata terkait, fasilitas
pendukung khususnya yang mendukung tema kawasan, pasar wisatawan, SDM, serta
kelembagaanpendukungtermasukanalisistugas,pokokdanfungsi(tupoksi)kelembagaan
terkait.Dalambabinijugaakanmemuatreviewringkasmengenaiketerkaitankawasanstudi
denganKWUlainnyadalamRIPPDAJawaBarat,positioningkawasandalamkonteksKWU
Jawa Barat terhadap sektor maupun rencana dan kebijakan lainnya, serta pokok
permasalahandanisustrategisdikawasanstudiyangakandigunakansebagaiacuandalam
menentukanarahanpengembangankepariwisataanpadababselanjutnya.

3.1 ObjekdanDayaTarikWisata
Objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan
meliputi daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Garut bagian utara, Kota
Tasikmalaya, sebagian Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis bagian utara serta
Kota Banjar. Daya tarik wisata unggulan di kawasan ini mencakup potensi sumber daya
alamdansenibudayatradisionalPriangan.Untuklebihjelasnya,lokasikawasanwisatakria
danbudayaPriangandansebarandayatarikwisatadikawasantersebutdapatdilihatpada
2(dua)gambardihalamanberikutini.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III 1

Laporan Akhir

Gambar3.1
PetaKawasanWisataKriadanBudayaPriangan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III 2

Laporan Akhir

Gambar3.2
PetaSebaranDayaTarikWisatadiKawasanKriadanBudayaPriangan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III

Laporan Akhir

Budaya Priangan yang masih banyak terlihat di masyarakat, khususnya keterampilan kria
dan cenderamata, serta perilaku dalam kehidupan keseharian merupakan butir penting
yang kemudian diangkat sebagai tema kawasan ini. Kerajinan anyaman Rajapolah, tikar
mendong,payungdankelomgeulismaupunbordirTasiktelahterkenaltidakhanyadiJawa
Barat, tapi juga di tingkat nasional dan bahkan internasional. Demikian juga dengan
berbagai cenderamata makanan khas seperti dodol Garut. Budaya Priangan juga terlihat
jelaspadabeberapakampungtradisionalyangadadikawasanini,sepertiKampungNaga
diKabupatenTasikmalayadanKampungPulo diLeles,Garut.Matapencahariansebagian
besarpendudukkawasaninibergantungpadakegiatanpertanian.Kondisiinitidakterlepas
dari kesuburan tanah akibat keberadaan beberapa gunung api yang ada di kawasan ini,
sepertiGunungGalunggungdanGunungPapandayan.
SebagiandaripotensiyangdimilikiolehkawasanwisatakriadanbudayaPrianganinitelah
dimanfaatkanuntukkegiatanpariwisata.Kondisiinfrastrukturmaupunfasilitaspendukung
kepariwisataandikawasanPrianganinijugacukupbaik,walaupunbelummeratadisemua
lokasi. Pasar wisatawan di kawasan ini pada umumnya adalah wisatawan nusantara lokal
maupun regional dengan kecenderungan berupa wisatawan minat khusus. Wisatawan
minat khusus kebanyakan tertarik dengan budaya tradisional maupun alam atau gunung
api yang ada di kawasan ini. Potensi dan permasalahan yang terdapat pada daya tarik
wisata di kawasan wisata kria dan budaya Priangan secara terinci akan dirangkum dalam
penjelasanberikut.

3.1.1 WilayahGarut
Awalnya, pada tahun 1811 Garut termasuk ke dalam bagian dari wilayah Karesidenan
Balubur Limbangan yang saat itu terdiri dari 6 subdistrik, yaitu Balubur, Malangbong,
Wanaraja,Wanakerta,Cibeureum,danPapandak.Padatahun1813,olehThomasS.Raffles
Keresidenan ini kemudian dipindahkan ke wilayah Garut dan menjadiKeresidenan Garut.
RAA. Adiwijaya atau yang lebih dikenal dengan julukan Dalem Cipeujeuh kemudian
menjadi bupati pertama dari wilayah ini, dari tahun 1813 hingga tahun 1821. Setelah
kemerdekaannamaKeresidenanGarutberubahmenjadiKabupatenGarutyangtermasukke
dalamwilayahadministratifProvinsiJawaBarat.
Seiringdenganpelaksanaanotonomi daerah, KabupatenGarutkemudian menjadi wilayah
administratif dengan pemerintahan tersendiri. Secara administratif Wilayah Kabupaten
Garutterdiridari42Kecamatan,403Desadan21Kelurahan.PusatpemerintahanKabupaten
iniberadadiKecamatanGarut.LuaskecamatanterbesaradalahKecamatanCikeletdengan
luaswilayah301,27kmdankecamatanterkeciladalahKecamatanTarogongKiduldengan
luaswilayah12,59km.
Kabupaten Garutterletakdibagian selatanProvinsi JawaBarat atausekitar63 km kearah
tenggaraKotaBandung.Secarageografislokasinyaterletakpada6573474457LSdan
1072434 108734 BT. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah sekitar 306.688 Ha atau
kuranglebih6,94%darikeseluruhanwilayahProvinsiJawaBarat.Adapunbatasanwilayah
KabupatenGarutyaitu:

SebelahutaraberbatasandenganKabupatenBandungdanKabupatenSumedang.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III 4

Laporan Akhir

SebelahbaratberbatasandenganKabupatenBandungdanKabupatenCianjur.

SebelahselatanberbatasandenganSamuderaHindia.

SebelahtimurberbatasandenganKabupatenTasikmalaya.

Wilayah Kabupaten Garut merupakan daerah dataran tinggi yang dikelilingi sejumlah
pegunungan yang sebagian adalah gunung vulkanis. Iklim tropis berhawa sejuk yang
berkisar pada suhu 24C (76F) dengan curahhujan dan hari hujan yang tinggi di wilayah
ini,sertabanyaknyasungaimembuatkondisitanahKabupatenGarutmenjadisubur.Halini
membuat daerah Garut menjadi kawasan pertanian yang subur dan dikenal sebagai pusat
penghasilsayurmayur,jeruk,teh,sertatembakau.
GambaranPariwisataKabupatenGarutbagianUtara
Objek dan daya tarik wisata Garut bagian utara relatif lebih berkembang dibandingkan
denganGarutselatan,halinidikarenakanaksesyanglebihbaik.Padaumumnyadiwilayah
ini daya tariknya berbasis kekayaan alam seperti air panas Cipanas, Situ Bagendit, Situ
Cangkuang, Curug Citiis, Gunung Guntur, Gunung Haruman, Gunung Papandayan dan
Kawah Telaga Bodas. Selain itu terdapat pula potensi objek dan daya tarik wisata ziarah
yangcukupdikenalolehwisatawantertentu.
Konsep pengembangan pariwisata di wilayah Garut utara ini dititikberatkan kepada
pengembangan wisata alam dan budaya. Wisata budaya pada umumnya telah memiliki
mekanisme pasar tersendiri yang lebih kepada wisata ziarah. Adapun objek wisata di
Kabupaten Garut yang termasuk dalam wilayah studi Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Prianganadalahsebagaiberikut.
Tabel3.1
SebaranObjekWisatadanJumlahWisatawanKabupatenGarutyangTermasukDalamKawasan
WisataKriadanBudayaPriangan
ObjekWisata

Kecamatan

JenisWisata

DayaTarik

Jumlah
Wisman
1.159

Wisnus
24.423

Candi
Cangkuang
KampungPulo

Leles

Alam,Budaya

Candi,situ,danau

Leles

Alam,Budaya

Kampungadat

t.a.d

t.a.d

SituBagendit

Banyuresmi

Alam

Situ,tamanrekreasi

43

75.053

CurugCitiis

TarogongKaler Alam

Curug,airterjun

23

15.875

GunungGuntur
TamanRekreasi
Cipanas
TalagaBodas

TarogongKaler
Tarogong
Kidul
Wanaraja

Alam
Buatan

Alam

PanoramaAlam
Tamanrekreasi,kolam
airpanas,jogging
Telaga,danau

t.a.d
115

t.a.d
370.332

24.543

Kampung
Dukuh
Paraglaiding
Gn.Haruman

Cikelet

Alam,Budaya

KampungAdat

25.792

Kadungora

Alam,
Olahraga

Paraglaiding

t.a.d

t.a.d

1.385

37.191

Kawah
Cisurupan
Alam
Kawah
Papandayan
Keterangan:t.a.d=tidakadadata
Sumber:www.garut.go.id(data:sampaidenganJuni2007)
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III 5

Laporan Akhir

DayaTarikWisataKabupatenGarut

WISATAKRIA
a. IndustriKulit
Kerajinan kulit termasuk salah satu kerajinan tertua di wilayah Garut. Industri ini
berpusat di kawasan Sukaregang. Produk yang dihasilkan dari industri ini antara lain
jaket,dompet,ikatpinggang,topi,anekatasdansandalkhasyangdikenaldengannama
Tarumpah.DidalamindustrikulitGarut,popularitasprodukjaketkulitlebihmenonjol
dibandingkandengankomoditaskerajinankulitlainnya.Salahsatupenyebabnyaadalah
pengrajinuntukjaketkulityangdapatmemenuhipermintaanlebihsedikitdibandingkan
denganpengrajinsepatu,ikatpinggang,sarungtangan,dompetdankerajinandarikulit
lainnya,sehinggakesaneksklusifpadajaketkulitmasihdapatdirasakanolehkonsumen.
Meskipun demikian, semangat untuk terus meningkatkan kualitas dan kapasitas
produksi masih terus ditingkatkan, sejalan dengan peningkatan daya beli dan selera
masyarakat.JumlahkapasitasproduksikerajinankulitrataratapertahundiKabupaten
Garut adalah sarung tangan sebanyak 168.000 pasang, dompet sebanyak 31.500 buah,
sertasepatudansandalsebanyak135.000pasang.
Tabel berikut ini menunjukkan potensi usaha kerajinan kulit di Kabupaten Garut pada
tahun2006:
Tabel3.2
PotensiUsahaKerajinanKulitKabupatenGarut
Jumlah
Nilai
Nilai
Jumlah
UnitUsaha Investasi Produksi/Tahun TenagaKerja
45,96milyar
1.662orang
1,928
429unit,
Rupiah
milyar
yang
tersebardi8 Rupiah
kecamatan

Produkyang
Dihasilkan
Tas,sepatu/sandal,
dompet,topi,ikat
pinggang,sarung
tangan,danbarang
kerajinankulit
lainnya.

Daerah
Pemasaran
JawaBarat,
Jawa
Tengah,
Bali,Batam,
Kalimantan.

Sumber:www.garut.go.id,2007

b. BatikTulisGarutan
Kegiatan dan usaha pembatikan di Garut merupakan warisan nenek moyang yang
berlangsungturuntemurundantelahberkembangsejakmasakolonialisme.Padatahun
1945,BatikGarutsemakinpopulerdengansebutanBatikTulisGarutandanmengalami
masa jaya antara tahun 1967 sampai dengan tahun 1985 dengan jumlah industri
sebanyak126unitusahapadamasaitu.DalamperkembanganberikutnyaproduksiBatik
Garutanmengalamipenurunanyangcukupsignifikan.Halinidisebabkanolehsemakin
pesatnya batik printing atau batik cap, kurangnya minat generasi penerus pada usaha
batik tulis, ketidaktersediaan bahan dan modal, serta lemahnya strategi kebutuhan
sandangdanlainnya.
Batik Garutan umumnya digunakan untuk kain sinjang, namun dapat berfungsi pula
untuk memenuhi kebutuhan sandang dan lainnya. Bentuk motif Batik Garutan
merupakan cerminan dari kehidupan sosial budaya, falsafah hidup, dan adatistiadat
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III 6

Laporan Akhir

masyarakat Sunda. Beberapa perwujudan Batik Garutan secara visual dapat


digambarkan melalui motif dan warnanya. Berdasarkan pemikiran yang
melatarbelakangi penciptaan Batik Garutan, maka motifmotif yang dihadirkan
kebanyakan berbentuk geometrik yang sekaligus menjadi ciri khas ragam hiasnya.
Bentukbentuk lain dari motif Batik Garutan adalah flora dan fauna. Bentuk geometrik
umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk kawung atau belah ketupat. Warna
batik ini banyak didominasi oleh warna krem yang dipadukan dengan warnawarna
cerahlainnya,sepertihijau,merah,kuning,biru,ungudanwarnalainnyayangsekaligus
merupakan karakteristik khas batik Garutan. Saat ini pengolahan batik Garutan
terkonsentrasi di Kota Garut. Ratarata kapasitas produksi batik pertahunnya adalah
sebanyak 1.296 potong. Adapun potensi industri batik tulis garutan pada tahun 2006
dapatdilihatpadatabel3.3berikutini.
Tabel3.3
PotensiIndustriBatikTulisGarutanPadaTahun2006
Uraian
Formal
NonFormal
Jumlah
JumlahUnitUsaha(Unit)
1
2
3
TenagaKerja(Orang)
11
25
36
Investasi(000Rp)
10.000
20.000
30.000
NilaiProduksi(000Rp)
150.000
238.000
388.000
WujudProduksi
ProdukSandang,Sinjang,KainBahan,dll
DaerahPemasaran
Jakarta,Bandung,Bali,dll
Sumber:DinasPerindagdanPenanamanModalKabupatenGarut

c. KerajinanBuluUnggas
Kerajinan bulu unggas masih tergolong industri baru di wilayah Kabupaten Garut.
Kerajinan bulu unggas ini terpusat di Kampung Cipancar, Kecamatan Leles yang
kebanyakandikerjakanolehiburumahtangga.Produkyangdihasilkanberupaberbagai
jenis aksesoris seperti bros, penjepit rambut, dan lainnya. Selain asesoris produk
kerajinanbuluunggasinidapatdigunakansebagaipenambahkeindahaninteriorrumah
denganmenaruhnyadigordyn,sarungbantal,ataupadavasbunga.

d. KerajinanAkarWangi
KerajinanakarwangijugamerupakankerajinanyangrelatifbarudiwilayahKabupaten
Garut.Kerajinaninimemilikiprospekyangcukupbaik,karenabahanbakuyangcukup
banyak. Selain itu, akar wangi hanya dapat tumbuh di 3 (tiga) negara yaitu Haiti di
Amerika Tengah, Bourbon di Prancis, dan di Indonesia sendiri. Dari beberapa varietas
akar wangi yang terdapat di Indonesia, hanya akar wangi di wilayah Garut saja yang
dapat menghasilkan wewangian dengan baik. Pada umumnya akar wangi disuling
untuk diambil minyaknya sebagai bahan pengikat utama untuk parfum, kosmetik
maupunwewangianlainnya.Namun,diKabupatenGarut,akarwangidiubahmenjadi
kerajinan tangan yang indah, seperti tutup lampu, taplak meja, tas wanita, hiasan
dindingmaupunpelengkapinteriorlainnya.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III 7

Laporan Akhir

WISATAKULINER
a. IndustriMakananDodolGarut
DodolGarutmerupakansalahsatukomoditaspengananyangtelahmampumengangkat
citraKabupatenGarutsebagaiprodusendodolyangberkualitastinggidenganjenisyang
beranekaragam.DodolGarutdikenalluaskarenarasanyayangkhas,legitdanmemiliki
kekenyalanyangberbedadariproduksejenisdaridaerahlain.Bahandasardariindustri
dodoliniadalahtepungketan,gulaaren,dansantankelapa.
Industri dodol berkembang sejak tahun 1926, diawali oleh seorang pengusaha yang
bernama Ibu Karsinah dengan proses pembuatan yang sangat sederhana dan terus
berkembang hingga saat ini. Beberapa hal yang menyebabkan dodol Garut memiliki
kekhasantersendiriadalah:
1. Memiliki cita rasa yang berbeda dan mampu bersaing dengan jenis dodol yang
berasaldaridaerahlain;
2. Harganya terjangkau dan merupakan makanan yang sangat digemari oleh
masyarakat;
3. Prosespembuatannyasangatsederhanadanbahanbakunyamudahdiperoleh;
4. Tidak menggunakan bahan pengawet dan tambahan bahan makanan yang bersifat
sintetis;
5. Memilikidayatahancukuplama(3bulan).
Keunggulan lain dari komoditi ini adalah produknya yang mudah dikembangkan
dengan memodifikasi bahan baku utamanya yaitu dengan memanfaatkan bahan lain
seperti misalnya buah waluh, kentang, kacang, pepaya, nenas, sirsak dan lain
sebagainya. Dekranasda juga membantu pemasaran melalui pameranpameran,
perbaikan kualitas produk maupun perbaikan desain kemasan melalui pelatihan
ataupun training bagi pengusaha yang bergerak di industri ini. Ratarata kapasitas
produksidodolGarutpertahunadalahsebanyak4.378ton.PotensiindustridodolGarut
padatahun2006dapatdilihatpadatabelberikutini.
Tabel3.4
PotensiIndustriDodolGarutPadaTahun2006
Uraian
JumlahUnitUsaha(Unit)
TenagaKerja(Orang)
Investasi(000Rp)
NilaiProduksi(000Rp)

Formal

NonFormal

Jumlah

40

45

85

1.178

1.261

2.439

570.000

337.500

907.500

23.860.770

16.784.000

40.644.770

WujudProduksi

Dodolketan,kacang,susu,coklat,wijen,dandodol
buahbuahan

Daerahpemasaran

PulauJawa,Kalimantan,Sumatera,Bali,Brunai,
Malayasia,Jepang,ArabSaudi,Singapura,Inggris.

Sumber:DinasPerindagPenanamanModalKabupatenGarut

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III 8

Laporan Akhir

b. JerukGarut
Citra Kabupaten Garut sebagai sentra produksi jeruk di Jawa Barat khususnya dan
nasionalpadaumumnya,diperkuatmelaluiSuratKeputusanMenteriPertanianNomor:
760/KPTS.240/6/99 tanggal 22 Juni 1999 tentang Jeruk Garut yang telah ditetapkan
sebagaiJerukVarietasUnggulNasionaldengannamaJerukKeprokGarutI.Penetapan
tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa Jeruk Garut merupakan salah satu
komoditas pertanian unggulan nasional yang perlu terus dipertahankan dan
ditingkatkankualitasmaupunkuantitasproduksinya.
Sudah sejak lama, jeruk Garut telah populer dan menjadi trademark dari Kabupaten
Garut. Oleh karena itu, sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 1981, jeruk Garut kemudian
dijadikansebagaikomponenpenyusunlambangdaerahKabupatenGarut.Selainsebagai
buah yang menjadi ciri khas Kabupaten Garut, jeruk juga merupakan komoditas sub
sektor pertanian tanaman pangan yang mempunyai prospek cukup cerah dengan nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Sebagai komoditas unggulan khas daerah, jeruk Garut
mempunyai peluang tinggi untuk terus dikembangkan karena adanya keunggulan
komparatif dan kompetitifnya, serta adanya peluang yang masih terbuka luas. Dengan
berbagai usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksinya, jeruk Garut akan mampu bersaing dengan produk sejenis baik pada
tingkat nasional seperti halnya jeruk Medan, jeruk Pontianak serta jeruk impor seperti
jerukMandarindanjerukNewZealand.Investasipadakomoditasinicukupprospektif
dandapatmemberikannilaitambahekonomisyangcukuptinggibaikbagiparapetani
maupuninvestoryangterlibatdidalamnya.
Sebagaidaerahsentraproduksijeruk,PemerintahKabupatenGarutyangtelahdidukung
oleh berbagai pihak terkait terus berusaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
produksinya.SaatinibelumadasumberyangmelaporkankapasitasjerukGarutsecara
spesifik,karenapadaumumnyadalampelaporannya,komoditasjerukGarutterselipdi
antaratanamanjeruksiam/keprokyangtersebardibeberapawilayahKabupatenGarut.
c. MakananKhasGarutLainnya
Selaindodoldanjeruk,KabupatenGarutjugamemilikibeberapamakanankhasdaerah
yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat dan telah berkembang menjadi usaha
industrikecilmaupunrumahtangga,diantaranyayaitu:
Burayot
Burayot terbuat dari gula merah dan tepung beras pilihan, bahan dan rasanya sama
dengan makanan khas daerah lainnya yang dikenal dengan nama ali agrem atau kue
cuhcur. Bedanya yaitu dari segi bentuk, kue ini di Garut dibuat bundar keriput atau
dikenal dengan istilah ngaburayot (kata orang Sunda) maka kemudian kue terssbut
banyakdikenaldengannamaburayot.Makananinibanyakdiproduksiolehmasyarakat
Garut terutama di wilayah Leles, karena bahannya mudah didapat dan cara
membuatnyayangmudah.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III 9

Laporan Akhir

Ladu
Ladu adalah makanan yang terbuat dari beras ketan dan diolah sedemikian rupa
sehingga menjadi hidangan yang khas serta rasanya yang berbeda dengan makanan
lainnya. Pertama kali ladu diperkenalkan oleh masyarakat di wilayah Malangbong
Garut.
AnglengdanAnekaWajit
Angleng dan wajit, sebenarnya mirip dengan dodol Garut yang diproduksi dari beras
ketan dan gula merah. Bedanya kalau dodol diolah menjadi semacam karamel,
sedangkan wajit tidak. Makanan ini banyak diproduksi oleh masyarakat di Kabupaten
GarutkhususnyadiwilayahKecamatanCihurip.
KurupukKulitKhasGarut
Makananyangberupakerupukiniberkembangseiringdenganbanyaknyapenyamakan
kulitdiwilayahKabupatenGarut.Padaprosespenyamakanadabagiandaribahanbaku
kulityangtidakdiolahdankemudiandibuangbegitusaja.Untukmemanfaatkanbagian
yangterbuangini,makadiperoleh ideuntuk mengolahnyamenjadikerupukkulitagar
bernilai ekonomis. Kerupuk kulit atau dikenal dengan nama dorokdok Garut ini
mempunyai citarasa yang sangat khas. Produksi kerupuk kulit tersebar di Kota Garut,
wilayahTarogongdandaerahlainnyadisekitarnya.
PindangIkan
Penampilan ikan pindang Garut sama dengan ikan pindang dari daerah lainnya, yang
menjadikan pindang ikan Garut berbeda adalah cara pengolahan yang menjadikannya
memilikicitarasatersendiriyangkhas.Pindangikandapatdiperolehdiberbagaitempat
khususnya di daerah yang banyak memproduksinya, seperti di wilayah Cikajang,
Cisurupan,danCihideung.
SambelCibiuk
Menurut sumber yang tersebar di masyarakat Kecamatan Cibiuk, resep sambel Cibiuk
merupakanresepyangdibawalangsungdariArab.Terlepasbenaratautidaknya,sambel
yang dibuat di Kecamatan Cibiuk ini mempunyai perbedaan dengan sambalsambal
lainnya pada umumnya, karena dibuat dari bahan: tomat hijau, serawung atau daun
kemangi, cabe rawit dan bumbubumbu lainnya. Walaupun pedas tetapi tidak akan
menimbulkan panas pada perut orang yang menkonsumsinya. Karena terkenalnya,
maka sekarang restoran denganmenu sambelCibiuksudah adadiberbagai kota besar
khususnya di wilayah Bandung dan Jakarta. Sambal Cibiuk mulanya hanya disajikan
bila ada tamu istimewa. Zaman dahulu sambal ini hanya dapat dinikmati oleh
masyarakatCibiukdanparapejabatsaja,tetapiseiringperkembanganperadabanmaka
sekarangdapatdinikmatiolehseluruhkalangan.RumahmakansambalCibiukyangada
saat ini di Kecamatan Cibiuk merupakan keturunan langsung dari pemegang resep
Sambal Cibiuk yang asli. Akan tetapi untuk sekadar mengenal saja seperti apa bentuk
dancitarasasambalCibiuk,peminatdapatmemesannyadiberbagairumahmakanyang
beradadiwilayahdiKotaGarut,Tarogongdansekitarnya.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III10

Laporan Akhir

Ceprus
Makanan ini bisa diperoleh di Garut bagian Selatan. Ceprus adalah makanan yang
terbuat dari singkong bakar panas yang kemudian dicelupkan pada gula merah yang
telah dipanaskan (kinca). Makanan ini tergolong langka karena hanya tersaji di sentra
gulamerahaslidaripohonkawung(aren).

WISATABUDAYA
a. SituCangkuang
Situ Cangkuang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles atau sekitar 16 km dari
Kota Garutdan 54 kmjikaditempuhdari KotaBandung. Situ Cangkuang berada pada
ketinggian 600650 m dpl. Luas situ (danau) ini adalah 25,55 Ha dengan volume air
288.340 m3, tetapi kini keadaannya makin dangkal karena dibeberapa bagian sudah
tertutupolehtanamanencenggondok,ganggangdanteratai.SituCangkuangberbentuk
memanjangdaribaratketimur,mengikutilembahyangbagianbaratnyamenyempitdan
merupakandaerahpersawahan,sedangkandisebelahselatanbertepibukitterjal.Ada3
objek wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi di Situ Cangkuang ini, yaitu
KampungPulodenganmakamArifMuhamaddanCandiCangkuang.
Gambar3.3
MakamArifMuhamad

Untukmencapailokasiinibisaditempuhdenganmenggunakankendaraanumum/bus
dariBandungGarut,kemudiandariGarutmenujuKecamatanLelesdilanjutkandengan
angkutanumum(angkot).JalanmenujuSituCangkuangdarijalanrayaberjaraksekitar3
km dengan jalan beraspal, dapat dilalui dengan menggunakan kendaraan bermotor,
berjalan kaki selama 30 menit, atau naik kendaraan tradisional berupa andong. Untuk
melintasiSituCangkuangdanmengunjungiKampungPulo,makamArifMuhamaddan
Candi Cangkuang, pengunjung harus menaiki rakit dari bambu yang dicat dengan
beraneka warna. Rakit yang berkapasitas 30 orang ini baru beroperasi kalau
penumpangnya sudah penuh dengan tarif Rp. 2.000/orang, atau dapat disewa sebuah
rakit. Biasanya pengemudi dan rakitnya akan menunggu pengunjung untuk kemudian
diantarkembaliketempatkeberangkatan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III11

Laporan Akhir

Gambar3.4
PenyewaanRakitMenujuKawasanCandiCangkuangdanKampungPulo

Candi Cangkuang adalah candi yang berasal dari abad ke7 dan merupakan salah satu
dari sedikit candi peninggalan Hindu yang terdapat di Jawa Barat. Candi ini memiliki
ketinggian sekitar 8,5 m. Persis di samping Candi Cangkuang terdapat makam Embah
Dalem Arif Muhammad, yaitu seorang penyebar agama Islam di daerah ini. Arif
MuhammaddankawankawannyayangmensyiarkanIslamsendiriberasaldarikerajaan
Mataram di Jawa Timur. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan oleh wisatawan di
kawasan cagar budaya Candi Cangkuang, antara lain adalah melihat pemandangan,
memancing,berjalanjalan,berziarahdanmelakukanpenelitiantentangkebudayaan.
Gambar3.5
CandiCangkuang

Fasilitas yang terdapatdikawasanini antara lainadalah toilet umum sebanyak6 buah


dengan kondisi yang cukup baik. Terdapat pula 3 buah shelter, namun dengan kondisi
yangkurangbaik.Pusatinformasidanlokettiketyangletaknyadipinggirsitu.Sebuah
museumkecildanpendopoyangterdapatdidepancandi.Dikawasaninijugaterdapat
sebuahmasjidyangberadadikawasanadatKampungPulo.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III12

Laporan Akhir

WISATABUDAYAKAMPUNGTRADISIONAL
a. KampungPulo
Kampung Pulo merupakan suatu perkampungan tradisional yang terdapat di dalam
pulau di tengah kawasan Situ Cangkuang. Kondisi di kawasan ini memiliki kualitas
lingkungan yang baik dengan kebersihan yang cukup terjaga dan juga bentang alam
yang baik. Tingkat visabilitas di kawasan ini digolongkan cukup bebas dengan tingkat
kebisingan yang rendah. Dulu Kampung Pulo terletak di tengah pulau dan dikelilingi
Situ Cangkuang, tetapi sekarang sebagian telah menjadi lahan persawahan. Luas areal
perkampungan ini sekitar 2,5 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 61 jiwa yang
terhimpunkedalam6kepalakeluarga.
KampungPuloterdiridarienambuahrumahyangberderetdansalingberhadapansatu
denganlainnya,masingmasingtigadisebelahkiridantigadisebelahkanan,ditambah
dengan satu mushala. Suatu keunikan yang menjadi ciri khas Kampung Pulo adalah
adanyaaturanadatyangmengaturpolapermukimandanjumlahkepalakeluargayang
diperbolehkan tinggal di kampung tersebut, yaitu hanya boleh ditempati oleh 6 kepala
keluarga(atau6keluargainti)saja.KeseluruhanbangunanyangadadiKampungPulo,
yaitu 6 buah rumah dan sebuah langgar/surau dibangun di atas tanah seluah 0,5 Ha.
Tipologi,bentukan,bahanbangunanmaupunorientasirumahdiKampungPulosemua
seragam tanpa terkecuali. Batas antar rumah hampir tidak ada, sehingga letaknya
hampirberdempetan,pekaranganadadibagiantengahdarikeenambangunanrumah
tersebut. Rumah di Kampung Pulo memiliki orientasi dari arah barat ke timur dengan
arsitekturrumahpanggungyangmemilikikolongdibagianbawahnya.
Gambar3.6
KampungPulo

HinggasaatinimasyarakatpenghuniKampungPulomasihtetapteguhmemegangadat
dan tradisi yang telah ada secara turun temurun. Diantara tradisinya adalah
penyelenggaraan upacara adat yang sering dilakukan, antara lain Upacara Marhaban,
Upacara Kematian, Upacara Jaroh Mitembeyan, Upacara NgadegkeunSusuhunan, Upacara
NgibakanBendaPusaka.KeseniandanolahragadikalanganmasyarakatKampungPulo
kurang berkembang. Hal ini dikarenakan tidak adanya lapangan olahraga dan tidak
pernah diselenggarakannya pertunjukan kesenian. Selain tidak ada grup kesenian,
kondisi tersebut juga berkaitan dengan adanya peraturan adat yang mentabukan
pemukulangongbesar.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III13

Laporan Akhir

WISATAALAM
a. SituBagendit
Objek wisata Situ Bagendit terletak di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi atau
berjaraksekitar13kmdariKotaGarut.SituBagenditmerupakansebuahtempatrekreasi
air berupa danau dengan luas sekitar 124 Ha yang banyak dikunjungi oleh wisatawan
lokal. Objek wisata ini dikelola oleh Bapak Ajan Sobari dengan status kepemilikan
berada di tangan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut yang kewenangannya
dilimpahkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut yang
bekerjasamadenganpihakswastayaituBapakAdangKurnia.
KawasanwisataSituBagenditberjarak4kmdaripusatKotaGarut.Terdapatangkutan
umumberupaangkotjurusanTerminalGunturKp.MenggerdanGarutLimbangan
dengan tarif Rp. 1.500/orang dan ojeg dengan tarif sekitar Rp. 2.000. Kualitas
pemandangan dan tingkat keamanan sepanjang jalan menuju kawasan objek dan daya
tarikwisatainicukupbaik.
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di kawasan Situ Bagendit ini antara lain adalah
menikmati pemandangan dan mengelilingi danau dengan menggunakan perahu atau
rakit.Parapengunjungjugadapatmelakukankegiatanrekreasikeluarga,bersepedaair,
naik rakit atau perahu dari bambu, serta memancing. Di belakang telaga kecil itu,
terbentang pemandangan Gunung Guntur. Pada waktu pagi atau menjelang senja hari
bayangan gunung tersebut sering terpantul pada permukaan air, dan nampak sangat
indah.
Seperti juga beberapa daya tarik wisata laindi JawaBarat,SituBagenditjuga memiliki
ceritalegendaterbentuknyasituini.LegendatersebutdikenaldengansebutanNyiEndit.
Setiap tahunnya diadakan Festival Bagendit di lokasi ini dengan tujuan untuk
mempromosikanbudayasetempat.
Fasilitas yang tersedia di kawasan ini yaitu penyewaan 60 buah rakit dengan tarif Rp.
25.000/15 menit tiap rakitnya, 11 buah sepeda air dengan tarif Rp. 10.000/15 menit.
TerdapatjugakeretaapiminidengantarifRp.2.000dankolamrenangdikawasanSitu
Bagendit ini. Berdasarkan Perda No. 11 tahun 2001 harga masuk tiket ke kawasan ini
adalahRp.1.000/oranguntukdewasadanRp.500/oranguntukanakanak.
Di bagian depan kawasan Situ Bagendit terdapat tempat parkir dengan luas 1.400 m2
yang berdaya tampung 30 bus, 60 kendaraan pribadi dan 180 kendaraan bermotor.
Lokasi parkir ini dalam kondisi yang cukup baik walaupun lapisan permukaan masih
berupatanah.Terdapatsebuahpostiketyangjugaberfungsisebagaipintumasukdalam
kondisi yang cukup baik, serta beberapa toilet umum dalam kondisi bangunan dan
kebersihan yang cukup. Di kawasan ini juga terdapat taman bermain dengan vegetasi
peneduh, tempat ibadah berupa Mushola, serta beberapa kedai penjual makanan dan
cenderamata.
Jumlah karyawan di objek dan daya tarik wisata Situ Bagendit ini hanya berjumlah 6
orang.Jumlah pengunjungyangberkunjung ke objek wisata ini perbulannya mencapai

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III14

Laporan Akhir

sekitar 400 600 orang. Para pengunjung tersebut umumnya adalah wisatawan lokal
yangberasaldariGarut,Sukabumi,Tasikmalaya,Bogor,Bandung,danJakarta.

b. GunungPapandayan
ObjekdandayatarikwisataGunungPapandayanterletakdiDesaSirnaJayadanDesa
Keramat Wangi, Kecamatan Cisurupan, atau sekitar 28 Km barat daya wilayah Garut.
Gunung ini merupakan salah satu gunung yang masih aktif di Jawa Barat, gunung
berapidenganketinggian2.638mdpl.Luaskawasanobjekwisatainisecarakeseluruhan
adalah 7.132 Ha, yang terdiri dari cagar alam dengan luas 6.807 Ha dan taman wisata
alamseluas225Ha.PengelolakeduaobjekwisatatersebutadalahBKSDAJabarII.
Aksesibilitas menuju kawasan ini berupa jalan raya dari Garut Pameungpeuk yang
merupakanjalanProvinsidenganlebar6mdandalamkondisiyangcukupbaik.Akses
masuk dari Cisurupan Taman Wisata Alam berupa jalan sepanjang 9 km dan lebar 5
kmdengankualitasjalannyayangcukupbaikdandilanjutkandenganjalansetapakdari
tempat parkir ke kawah sepanjang kurang lebih 1 km. Dari tempat parkir wisatawan
harusberjalankakimendaki selama kuranglebih setengah jammenujuke kawah yang
terdiri dari kolam lumpur yang terus menerus mengeluarkan gelembung atau lubang
lubangyangmengeluarkanuappanasdanbelerang.
UntukmenujuTamanWisataAlamPapandayandapatmenggunakankendaraanpribadi
atau alat transportasi umum berupa bis pariwisata, angkot yang disewa khusus, atau
angkutan lokal berupa mobil pick up dari Cisurupan ke kawah atau ojeg dengan rute
yangsama.Selainitu,untukmencapaiGunungPapandayandengankendaraanumum,
wisatawandapatjugamenumpangminibusdariGarutkejurusanCikajang.
Gambar3.7
GunungPapandayan

DayatarikGunungPapandayanyangutamaadalahkawah,panoramapegunungandan
perkemahan. Kawah di Gunung Papandayan ada 4 (empat) buah, yaitu Kawah Baru,
Kawah Mas, Kawah Nagklak, dan Kawah Manuk. Gunung Papandayan merupakan
gunungberapidengankalderaterluasdiAsia.Dayatarikpotensiallainnyaberupahutan
yang terdapat di cagar alam yang memiliki sifat khusus untuk penelitian, pendidikan
maupun perkebunan. Terdapat juga kebun teh yang berada di luar kawasan yang kini
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III15

Laporan Akhir

dikelola oleh PTPN VIII Sedep, Bandung. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh
wisatawanyaitutrekking,hiking, fotografi, birdwatching, rekreasidanpiknikhutan, serta
berkemah yang dapat dilakukan di kawasan taman wisata alam. Sedangkan aktivitas
penunjangnyalainnyaadalahpenelitianfaunadanfloradicagaralam.
Tamanwisataalamdikawasaninimemilikiflorayangdominanyaitusuwagidankiteke,
sedangkanfaunayangdominanyaitubabihutandanburung.Didalamcagaralamjenis
flora yang dominan yaitu hiur, puspa, pasang hura, saninten, jamuju dan sega, sedangkan
jenisfaunayangdominandidalamcagaralamyaitubabihutan,beberapajenisburung,
macan kumbang dan macan tutul. Beberapa flora dan fauna langka yang terdapat di
cagaralaminidiantaranyaadalahsanintendanrusa,elangJawa,lutungdansurili.
Di Papandayan terdapat 10 buah kios serta 1 buah toko cenderamata yang terletak di
deket pintu masuk (loket karcis) yang berada di sekitar lahan parkir. Tempat parkir di
kawasaninimemilikiluas1haterletakdidekatpintumasukdanberkapasitas100bus,
200mobildanmotordenganjumlahyangcukupbanyak.Kondisitempatparkircukup
baik dengan lapisan permukaan bervariasi, sebagian beraspal, dan sebagian lainnya
masih tanah berbatu kerikil yang ditumbuhi rumput. Terdapat 1 buah toilet umum
dengan kebersihan/sanitasi cukup dan kondisi bangunan sederhana. Terdapat juga
sebuah shelter dan 3 buah tempat sampah berupa keranjang sampah yang terletak di
dekat lokasi parkir. Di kawasan Gunung Papandayaniniterdapat 2bumi perkemahan,
yaituPondokSaladayangberjarak3kmdaripintumasukkearahpuncakdenganluas
lahan2HadanCamp Davidyangterletakdibelakangtempatparkirdenganluaslahan
kurang lebih 1 Ha. Di bumi perkemahan ini tersedia fasilitas tempat api unggun dan
lapangan upacara. Sayangnya, air bersih di Camp David dan taman wisata alam belum
ada, akibat aktivitas gunung api, sedangkan di Pondok Salada terdapat mata air yang
berasal dari Sungai Cisalada. Tingkat kebersihan dan kondisi perkemahan di Gunung
Papandayan cukup baik. Sudah ada sebuah interpretative center dengan tingkat
kebersihandankondisinyabaikyangterletakdiposjagaatauloket.Kondisikeamanan
diwilayahinijugarelatifamandanterjagadenganbaik.

c. GunungGuntur
Gunung Guntur merupakan salah satu gunung yang berada di wilayah Kabupaten
Garut,yangterletakdiKampungDukuh,DesaPananjung,KecamatanTarogongKaler.
Gunung ini memiliki luas kawasan sekitar 250 ha yang sebagian besar masih berupa
areal terbuka, dan seluruhnya dikelola oleh BKSDA Jawa Barat II yang mengacu pada
aspek legalitas dari SK Menteri Kehutanan No: 274/kpts II/99. Gunung Guntur yang
merupakangunungapiaktifdenganaktivitasvulkanikini,memilikiketinggian2.000m
dpl dan memiliki satu kawah pada salah satu puncaknya. Gunung Guntur memiliki
karakter bentang alam yang unik yaitu memiliki tiga bukit pada puncaknya, yang
masingmasing bukitnya memiliki ketinggian 1.000 m (dari kaki gunung), 1200 m, dan
1.300mpadapuncakpalingtinggi.
Aksesibilitas untuk menuju wilayah Gunung Guntur berupa jalan raya dengan kelas
jalankecamatanyangmemilikilebar3mdanpanjang3kmdengankondisibaik.Jalan
aksesselanjutnyamemilikikondisiyangcukupdengankelasjalandesadenganlebar2.5
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III16

Laporan Akhir

3 m dan panjang 2 km. Terdapat pula akses jalan setapak dengan lebar 0.5 1 m
dengankondisi yang cukupbaik. Untuk mencapaike kaki gunung yangberjarak 5km
dari terminal Kota Garut, yaitu terminal Guntur, dapat menggunakan angkutan kota
jurusanGarutCipanasyangberoperasidaripukul05.00hinggapukul19.00WIB,atau
dapatmenggunakanangkutantradisionalberupadelman.
Gunung ini memiliki daya tarik berupa medan gunung yang menantang, lembah, air
terjun,sungai,panoramaalamdankawah.GunungGunturmemilikikonfigurasiumum
berupalahanbergunungdengankemiringanyangsangatcuramdan memilikimaterial
tanahberupatanahpasirberbatu.KawasanTamanWisataAlamGunungGunturbelum
dikembangkansecaraintensifuntukkegiatanpariwisata,saatinihanyaparapenjelajah
dan petualang (wisatawan minat khusus) saja yang mengunjungi kawasan Gunung
Guntur,khususnyauntukberkemah,hikingmaupuntrekking.
Kawasan wisata ini memiliki sumber mata air panas yang disalurkan ke kolamkolam
dan pemandian yang terdapat di berbagai penginapan di wilayah Cipanas. Tempat ini
dapat dijadikan pangkalan (base) sebelum menjelajahi beberapa objek wisata lain di
sekitarnya. Tempattempat peristirahatan dan pemandian air panas tersebut dikemas
bervariasi dalam bentuk mewah hingga yang sederhana. Tak jarang di beberapa
penginapan disediakan kolam renang air hangat dan tempat berendam yang berada di
dalamkamarkamar.Berjaraksekitar3KmdariCipanas,melaluijalanyangmendakike
arah puncak Gunung Guntur, terdapat air terjun yang dikenal dengan nama Curug
Citiis.Darilokasiairterjunini,wisatawandapatmelanjutkanpendakianselamakurang
lebih 4 jam ke puncak Gunung Guntur. Para pendaki umumnya memulai pendakian
sekitarjam5pagiuntukmendapatkanpemandanganyangjelaspadasaattibadipuncak
gunung.

d. CurugCitiis
Curug Citiis adalah air terjun yang terletak di Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong
denganluas30m2danberadapadaketinggian1.000mdpl.Konfigurasiumumlahandi
kawasan ini pada umumnya berbukitbukit dengan tingkat kemiringan yang agak
curam, dan stabilitas tanah yang sedang. Pada musim kemarau, debit air Curug Citiis
akanberkurang.Kualitaslingkungandisekitarkawasaninicukupbaikdengantingkat
sanitasiyangbaikdanbentangalamyangcukupindah.Pencemaranudarahampirtidak
ada, namun terdapat pencemaran air akibat sampahsampah sisa makanan yang
ditinggalkanparapengunjungdanpenambangpasiryangbekerjadikawasantersebut.
Objekiniberjaraksekitar10kmdariibukotaKec.Tarogong,dansekitar15kmdariKota
Garut.Jarakterminalterdekatmenujukawasaniniadalahdariperkampunganterdekat
yaituKampungDukuhyangberadadikakiGunungGunturdanberjaraksekitar5km.
JalanaksesmenujukeCurugCitiismemilikilebarsekitar4mdenganpanjangsekitar2
km,dandilanjutkanjalansetapakdenganlebar1mdanpanjang4km.Untukmenujuke
objek ini, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi hingga kaki Gunung
Guntur,sertaangkutantradisionaldariCipanasataupundariKotaGarutberupadelman
ataupunmenggunakanojeg.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III17

Laporan Akhir

Konon air terjun ini merupakan tempat bertemunya para raja dari seluruh Pulau Jawa.
Nama Curug Citiis sendiri berasal dari kata cai tiis yang berarti air dingin karena
menurut penduduk sekitar suhu air dari air terjun ini paling dingin sewilayah Garut.
Sumber air curug berasal dari Gunung Guntur yang mempunyai dua buah mata air,
yaitu mata air panas yang mengalir ke daerah Cipanas, dan mata air dingin yang
mengalir ke aliran Curug Citiis. Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain hiking,
trekking,menikmatipemandangan,berkemahdanberekreasi.
Di kawasan ini terdapat tiga buah shelter dalam kondisi cukup baik namun banyak
terdapat coretan, sebuah kios dalam kondisi yang cukup yang hanya buka pada hari
Minggu. Objek wisata ini belum memiliki fasilitas akomodasi, kamar kecil atau tempat
ibadah. Fasilitasfasilitas tersebut dapat dijumpai di kawasan Cipanas yang hanya
berjaraksekitar7kmdenganwaktutempuhsekitar2jam.Untukfasilitasrumahmakan
hanyaterdapatdiKecamatanTarogong.

e. TamanRekreasiCipanas
ObjekwisatabuatanberupatamanrekreasidankolamrenangairpanasCipanasterletak
di wilayah Cipanas, Kecamatan Tarogong. Luas keseluruhan tanah yang dimiliki oleh
Pemda Garut berikut Hotel Cipanas Indah adalah 9.335 m2. Lahan taman rekreasi ini
berbukitbukit, dengan kemiringan lahan agak curam, stabilitas tanah sedang, daya
seraptanahbaik,sertakualitaslingkungancukupbaik.SelainmilikPemda,dilokasiini
banyak terdapat penginapan atau hotel maupun kolam renang dan fasilitas berendam
yangdiusahakanolehmasyarakatsekitarataupunswasta.
Untuk menuju ke kawasan ini dapat menggunakan kendaraan pribadi yang akan
menempuh jarak kurang lebih 2 km dari Kecamatan Tarogong. Selain itu juga dapat
menggunakan angkutan kota dengan rute Cipanas Tarogong. Kondisi jalan menuju
kawasaninicukupbaik,denganlebarjalan34meter.
Fasilitasyangadadikawasaniniberupapenginapan,kolamrenang,sertapemandianair
panasyangdikelolaolehPemda,swastadanmasyarakat.Pengunjungyangdatangbebas
memilih tempat mana yang hendak dikunjungi di kawasan Cipanas ini. Umumnya
kolamrenangairpanasyangtersediaberukuransekitar20x10m2danmasingmasing
tempatmemilikitoiletumumataukamarmandi.Dikawasaniniterdapatsebuahpusat
informasi yang terletak di dekat pintu keluar masuk, dan sebuah menara pengawas.
Sarana umum lain yang terdapat di kawasan ini adalah tempat parkir yang dapat
menampung 30 kendaraan pribadi serta 80 sepeda motor. Aktivitas yang dapat
dilakukanwisatawanditamanrekreasiiniadalahberenang,berendam,berekreasiatau
bersantai. Di kawasan ini juga terdapat fasilitas resort hotel, hotel kelas melati sampai
dengan bintang tiga, beberapa restoran, lapangan tenis dan bulutangkis, kios
cenderamata&jajanan,masjidsertapemanduwisatadarimasyarakatlokalyangtinggal
disekitarkawasan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III18

Laporan Akhir

f.

TamanWisataAlamTalagaBodas

DisebelahtimurwilayahGarutterdapatGunungTelagaBodasdenganketinggian2.201
m dpl yang memiliki kawah berwarna hijau terang dan mengeluarkan gelembung.
TepatnyaterletakdiDesaWanaRaja,atausekitar27kilometerdariKotaGarut.Wisata
KawahTelaga Bodas ini termasukkedalamTaman Wisata Alam (TWA) Talaga Bodas.
KawasanTWAKawahTalagaBodasmemilikiluaskuranglebih23,85Hadanberadadi
ketinggian 1.512 m dpl. Air kawah Talaga Bodas ini sering berubahubah warna
tergantungdarisuhudankelembaban.Menurutsebuahpenelitianyangdilakukanoleh
E.W.deKroonpadatahun1938,suhudikawahTalagaBodasinimencapai94oC.
Stabilitas tanah dan daya serap air kawasan ini tergolong sedang. Jenis material tanah
adalah tanah cadas berbatu. Kondisi lingkungan di kawah Talaga Bodas cukup baik
dengan kebersihan dan bentang alam yang tergolong baik, terbukti dari tidak
terdapatnya pencemaran air, tanah, udara dan sampah, hanya saja masih terdapat
coretan ditempat tertentu yang dilakukan oleh pengunjung. Kawasan ini dikelola oleh
BKSDA Jawa Barat ll berdasarkan SK Menteri No: 98/KPTS/UM/1978, dengan status
kepemilikanlahanolehDepartemenKehutanan.
Aksebilitasmenujuobjekdandayatarikwisatainiberupajalankelaskecamatandengan
kondisi yang baik. Untuk mencapai lokasi TWA ini dapat menggunakan kendaraan
pribadi maupun alat transportasi umum berupa angkutan kota dengan trayek: Garut
Cibatu, Garut Cikelet, terminal Guntur Sukawening, dan jalur terminal Guntur
PerumnasCempakaIndah,ataudapatjugamempergunakanalattransportasitradisional
berupadelmandanojek.Parapengunjungumumnyamencapailokasidenganmembawa
kendaraan roda dua (motor). Untuk mencapai tempat ini dengan kendaraan umum
wisatawandapatmenumpangangkotkeWanarajadilanjutkandenganangkotketempat
parkir dan kemudian berjalan kaki menuju kawah. Keadaan jalan menuju lokasi ini
kondisinyarusakparahhinggapraktistidakdapatdilaluiolehmobilsekelassedanatau
citycar.
PengunjungyangdatangkeTWATalagaBodasinibiasanyamelakukanaktivitasberupa
trekking, hiking, piknik, atau sekedar jalanjalan dan bersantai. Di kawasan ini terdapat
pula hutan wisata, cagar alam yang sering digunakan untuk tempat berkemah. TWA
Talaga Bodas yang menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
98/Kpts/UM/2/1978 memiliki luas kurang lebih 23,85 Ha itu, sampai sekarang belum
dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai. Fasilitas yang kini tersedia di
kawasaniniadalah1posmasukdan2buahshelter.Fasilitasibadahterdekathanyaada
diDesaSukamanak.Dikawasaninijugatidakterdapatfasilitasakomodasidanrumah
makanyangmemadai.

g. ParaglidingGunungHaruman
Objek wisata dan daya tarik olah raga paraglading Gunung Haruman ini berlokasi di
DesaHarumanSari,KecamatanKadungora,KabupatenGarut.Statuskepemilikantanah
yang digunakan untuk paraglaiding adalah tanah masyarakat yang masih belum
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III19

Laporan Akhir

dikelolasecarakhusus.GunungHarumansendirimemilikiketingianlebihkurang1.300
mdpldanbukanmerupakanjenisgunungapi.Konfigurasiumumlahandikawasanini
adalah berbukit dengan kemiringan lahan agak curam, berdaya serap tanah baik,
stabilitastanahcukupbaik,sertajenismaterialtanahnyapasirberbatu.
Untuk mencapai kawasan terbang layang Gunung Haruman dapat melalui jalan raya
Garut Bandung yang melewati Kecamatan Kadungora. Dari Kecamatan Kadungora
dapat menggunakankendaraanpribadi atau ojeg menuju DesaHarumanSari. Adapun
jarak yang ditempuh dari Kecamatan Kadungora menuju Desa Haruman Sari berjarak
lebihkurang15kmdenganlebarjalan24myangberkondisiagakkurangbaik.Untuk
menuju landasan terbang layang dari Desa Haruman Sari masih berjarak sekitar 7 8
km, biasanya para pengunjung yang datang menggunakan mobil jeep atau sejenisnya
untuk menuju ke lokasi. Hal ini disebabkan oleh kondisi jalan yang sangat rusak
sehinggatidakmemungkinkanuntukdilaluiolehmobilselainjeep.
Kegiatanwisatayangdapatdilakukanwisatawandikawasaniniadalahterbanglayang,
trekking, menikmati pemandangan dan fotografi. Pengunjung yang datang ke Gunung
Haruman umumnya berasal dari Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan
pengunjung mancanegara berasal dari negara Singapura, Belanda, Korea dan Amerika
Serikatyangdatangkhususuntukmelakukanolahragaparaglaiding.
Landasanyangdigunakanuntukterbanglayangmemilikiluas40x15m2denganlapisan
permukaan tanah rerumputan berkemiringan lahan yang cukup landai. Untuk
melakukan olah raga terbang layang, setiap pengunjung biasanya membawa peralatan
sendiri, hal ini dikarenakan belum adanya pengelolaan secara khusus sehingga tidak
tersediatempatpenyewaanperalatanyangdibutuhkan.

WISATAKESENIANTRADISIONAL
a. SurakIbra
Kesenian Surak Ibra atau juga dikenal dengan nama Boboyongan merupakan kesenian
tradisional yang sudah ada sejak tahun 1910. Kesenian ini awalnya berkembang di
Kampung Sindang Sari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja yang diciptakan oleh
Raden Djajadiwangsa yaitu putra Raden Wangsa Muhamad atau Pangeran Papak.
Kesenian ini diciptakan untuk menyindir penjajahan yang kala itu sangat bertindak
sewenangwenang dengan pribumi. Surak Ibra ditampilkan oleh puluhan orang yang
terdiri dari pemain angklung, dogdog, serta instrumen lainnya, dan juga dilengkapi
dengan beberapa orang penari. Pada puncak acara salah seorang dari pemain
dilemparkankeatassambildikelilingiolehpembawaobor.

b. Lais
LaismerupakankesenianakrobatikyangsudahdikenalsejakjamanpenjajahanBelanda.
Nama lais sendiri diambil dari seorang penduduk Kampung Nangka Pait, Kecamatan
Sukawening,KabupatenGarutyangsangatterampilmemanjatpohonkelapa.Permainan
yang ditampilkan berupa kesenian akrobatik tradisional dimana pemain utamanya
bergelantungan sembari menari berputarputar pada seutas tambang yang dikaitkan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III20

Laporan Akhir

padaduabatangbambu.Padasaatberakrobat,pemaindiiringiolehmusikpencaksilat
tradisionalSundadengansesekalidiiringiolehceritajenakadariparapemainmusik.
b. Hadro
HadromerupakankesenianyangberasaldaridaerahBojongdiKecamatanBungbulang
yang sudah ada sejak tahun 1971. Kesenian ini pertama kali diperkenalkan oleh K.H.
Ahmad Sayuti dari Kampung Singuru, Kecamatan Samarang. Hadra berupa gabungan
dari lagulagu serta syairsyair keagamaan Islami yang diikuti dengan gerakan pencak
silatringandanalunanmusikdarirebanadandogdog.

c. PencakUlar
Pencak ular adalah kesenian yang berasal dari Kecamatan Samarang. Sebenarnya
kesenian ini tidak jauh berbeda dengan kesenian pencak silat dari daerah lainnya.
Bedanyaadalahpadakesenianiniparapemainnyamembawasertaularuntukdijadikan
sebagai bagian dari atraksi pencak silatnya. Uniknya ular yang dibawa biasanya masih
berbisa. Pada atraksinya para pemain dapat menjinakkan ular berbisa tersebut dan
bahkankebalakanracunnya,bilatergigit.

d. Gesrek
Kesenian Gesrek berasal dari Kampung Kamongan, Desa Pakenjeng, Kecamatan
Pamulihan. Kesenian ini disebut juga Seni Bubuang Diri yang artinya adalah seni
mempertaruhkan nyawa. Atraksinya mirip dengan kesenian debus, para pemain
memainkan golok yang tajam sembari disertai gerakan pencak silat, para pemain juga
saling memukul dengan bambu kemudian bergulingguling atau berjalan di atas bara
api. Kesenian ini terdiri dari 10 (sepuluh) pemain utama dan 4 sampai 7 orang pemain
yangbertugasmenjagapemainutama.

Permasalahan dan IsuIsu Strategis Pengembangan Daya Tarik Wisata di Wilayah


KabupatenGarut(terkiatdenganKawasanWisataKriadanBudayaPriangan)
Permasalahandanisustrategisyangterkaitpengembangandayatarikwisatadanbudayadi
KabupatenGarutyangterangkumdalamdokumenRencanaKerjaTahunan(Renjata)Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut tahun 2007, hasil penelitian melalui angket
danindepthinterviewyangterangkumdalamRencanaIndukPengembanganPariwisatadan
KebudayaanDaerahKabupatenGarutTahun2006,sertahasilFocusGroupDiscussion(FGD)
yang diadakan dalam rangka pengerjaan studi, khususnya pada objek wisata alam dan
budayaadalahsebagaiberikut:
Permasalahan

Belum maksimalnya upaya dalam menciptakan rasa aman bagi pengunjung, karena
padabeberapatempatobjekwisatamasihterjaditindakankejahatandanpemerasan.

Lemahnya kemampuan manajerial di dalam pengelolaan dan pemanfaatan produk


produkwisata,padahalpilihanobjekwisatasemakinberagamdanberkualitas.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III21

Laporan Akhir

Belum adanya apresiasi pengembangan yang memadai terhadap keunikan dan citra
kawasan.

Belumterintegrasinyakomplementaritasantarobjekdandayatarikwisata.

Pariwisata masih berada pada aspek nonrasional dan tidak pada apresiasi budaya,
kesejarahan,danpengemasandalamhubungandengannilainilaikesejamanan.

Kurangnya perhatian akan AMDAL atau bahkan tidak ada AMDAL sama sekali,
padahal ini merupakan salah satu syarat sebelum suatu sumber daya alam akan
dikembangkanmenjadiobjekwisataalam.

Kurangnyapenelitianakankebutuhansuatuobjekwisata,khususnyamelaluirisetpasar
baiksecararegional,nasionalmaupunglobal.

Kurangnyaketerkaitanantarobjekwisatayangsatudenganyanglainnya,baikdidalam
lingkupkabupatensendirimaupundengankabupatensekitarnya.

Kurangnya pemahaman dan perhatian akan tata guna lahan maupun tata ruang di
sekitarkawasanobjekdandayatarikwisata.

Kurangnyaapresiasimasyarakatterhadapsenibudayadidaerahnyasendiri.

Kurangnya perhatian akan sarana dan prasarana pada objek wisata baik dalam
perencanaan,implementasimaupunoperasionaldanperawatandilapangan.Khususnya
saranaMCKatauairbersihyangseringtidakmemperhatikansanitasiyangbaik.

Kurangnyadiversifikasiprodukdandayatarikwisatayangsudahadadanberkembang,
sehinggadikhawatirkanakanmembuatwisatawanjenuh.

Kurangmenariknyapengemasandanpemasaranhasil/produkkria.

Kurangnyapemeliharaandanpenataansektorpembinaansenitradisional.

Kurangnya koordinasi dengan pelaku wisata dan stakeholder lainnya, (4) perlu adanya
penataandanpemeliharaansitusbudaya.

Kurangnya kerjasama antara Kompepar dengan BMG untuk pengembangan wisata


gunungapi.

Daerahrawanbencanadanketidaksiapandalammenanganigempa/bencanaalam

Aksesibilitasyangmasihterbatasdalammengembangkanwisatagunungapi.

IsuisuStrategis

Kemajemukan suku, budaya, bahasa daerah dan adat istiadat merupakan daya tarik
wisatayangdapatdikembangkan.

Kekayaan cagar alam, seni dan lingkungan yang kondusif merupakan daya dorong
pengembanganwisata.

Melemahnya tatanan ekonomi nasional berpengaruh terhadap perkembangan wisata


lokal.

Lemahnyasistempelayananterhadapwisatawanyangdapatmemperlemahdayasaing.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III22

Laporan Akhir

Lambannya pembangunan daerahdaerah wisata yang menyebabkan tidak tergalinya


secaraoptimalpotensibudayadanwisatadiKabupatenGarut.

Bergesernya budaya santun, kekeluargaan, dan gotong royong ke budaya liberal,


terbuka,individualisme,materialisme,dankapitalisme.

PerhatianterhadapkearifanlokalurangPriangan.

Kegiatanpariwisataharusdapatmenciptakanlapangankerja.

Penanggulangankecelakaan,termasukmitigasibencanagunungapi.

Informasidankomunikasi.

Pengadaansaranadanprasaranapenunjangwisatabudaya.

3.1.2 WilayahTasikmalaya
Terbagikedalam2(dua)wilayahadministratif,yaitu:
A. KotaTasikmalaya
Kota Tasikmalaya sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tasikmalaya. Kemudian
Kota Tasikmalaya diresmikan menjadi Kota Administratif Tasikmalaya melalui Peraturan
Pemerintah No. 22 Tahun 1976. Pada awal pembentukannya, wilayah administratifnya
meliputi 3 kecamatan, yaitu Cipedes, Cihideung, dan Tawang yang membawahi 13 desa.
Seiring dengan perkembangan otonomi daerah, pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui
UndangUndang No. 10 Tahun 2001, Kota Tasikmalaya diresmikan menjadi wilayah
otonom. Sekarang, wilayah Kota Tasikmalaya meliputi 8 kecamatan dengan 15 kelurahan
dan54desa.
Secara geografis, Kota Tasikmalaya berada pada 1080838 1082402 BT dan 710
72632LS,tepatnyadibagiantenggaraProvinsiJawaBaratatausekitar105kmdariKota
Bandung dan kurang lebih 255 km dari Kota Jakarta. Adapun batasan wilayah Kota
Tasikmalaya,mencakup:

SebelahutaraberbatasandenganKabupatenTasikmalayadanKabupatenCiamis.

SebelahbaratberbatasandenganKabupatenTasikmalaya.

SebelahselatanberbatasandenganKabupatenTasikmalaya.

SebelahtimurberbatasandenganKabupatenTasikmalayadanKabupatenCiamis.

KotaTasikmalayamemilikiluaskeseluruhanadministratifsebesar17.156,20Haatausekitar
171,56Kmdenganjumlahpendudukpadatahun2005mencapai551.072jiwa.Untuklebih
jelasnyadapatmelihatpadatabelberikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III23

Laporan Akhir

Tabel3.5
LuasAdministratifKecamatan,JumlahKelurahan/Desa,serta
JumlahPendudukKotaTasikmalayaTahun2005
LuasWilayah
Jumlah
Kelurahan/Desa
(Km)
1. Cipedes
8,10
4
2. Cihideung
5,30
6
3. Tawang
5,33
5
4. Cibeureum
29,41
15
5. Tamansari
28,52
8
6. Kawalu
41,12
10
7. Mangkubumi
23,68
8
8. Indihiang
30,10
13
JumlahTotal
171,56
69
Sumber:KotaTasikmalayadalamAngka,2006

No.

Kecamatan

JumlahPenduduk
(jiwa)
66.997
64.367
52.522
89.370
52.161
72.759
70.683
82.213
551.072

KotaTasikmalayadikenaldenganhasilbarangbarangkerajinantangandarirotan.Dengan
bahan dasar dari daun palem dan bambu, kerajinan tangan yang dihasilkan banyak
menghasilkan tikar, keranjang, asbak, topi anyaman, dan payung kertas. Selain itu, Kota
Tasikmalayajugadikenaldengankerajinanrendabordel,sendalkayu(kelomgeulis),serta
industribatikskalakecil.BanyakwisatawanmenganggapKotaTasikmalayahanyalahkota
transit, namun di beberapa tempatdi sekitar Kota Tasikmalaya juga memiliki objek wisata
yang menarik untuk dikunjungi. Bahkan untuk mendukung kegiatan pariwisata dan
perdagangan, Pemerintah Kota Tasikmalaya membuat sebuah lokasi khusus yang menjadi
tempatpameranbordiruntukparapengrajinTasik,yangberlokasidiKawalu.Sekarangkota
iniberkembangmenjadisalahsatupusatperdagangandiJawaBarat.
Berdasarkan data tahun 2006 yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Tasikmalaya, jumlah unit usaha yang ada di wilayah ini berjumlah 3.426 unit yang
menyerap tenaga kerja sebanyak 33.744 orang dengan total nilai produksi sebesar 1,115
trilyunrupiah.IndustrikerajinanyangadadiKotaTasikmalayainitergabungkedalam133
sentraindustriyaitudapatdilihatpadatabel3.6berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III24

Laporan Akhir

Tabel3.6
SentraIndustriKerajinandiKotaTasikmalaya
SentraIndustri
SentraBordir

Jumlah
Lokasi
32 Kec.Kawalu,Tawang,Cihideung,Cibeureum,
Indihiang,Mangkubumi
SentraKelomGeulis
18 Kec.Mangkubumi,Cihideung,Tamansari,
Cibeureum
SentraKerajinanMendong
12 Kec.Cibeurum,Tamansari
SentraKerajinanBambu
5 Kec.Tawang,Indihiang,Tamansari
SentraKonveksi
13 Kec.Cibeureum,Tawang,Cipedes,Tamansari
SentraKerajinanPayung
1 Kec.Indihiang
SentraBatik
2 Kec.Indihiang,Cipedes
SentraKerajinanPandan
1 Kec.Kawalu
SentraMeubel
7 Kec.Tamansari,Tawang,Cipedes,Cibeureum
SentraMakanan
22 Tersebardisetiapkecamatan
SentraBataMerah
9 Kec.Kawalu,Indihiang,Tamansari
SentraBoneka
1 Kec.Mangkubumi
SentraKerajinanLogam
3 Kec.Cihideung,Cibeureum,Cipedes
SentraKerajinanKulit
6 Kec.Cipedes,Indihiang
Jumlah
133
Sumber:PotensiIndustridanPerdaganganKotaTasikmalayatahun2006

Dari keseluruhan industri yang ada di Kota Tasikmalaya, yang termasuk kedalam industri
kerajinanunggulanadalahindustrikerajinanbordir,kerajinananyamanmendong,kerajinan
anyaman bambu, kerajinan alas kaki/kelom geulis, kerajinan meubel, kerajinan batik, dan
kerajinanpayunggeulis.
Selainindustrikerajinan,diKotaTasikmalayajugaterdapatobjekdandayatarikwisatalain
yang berupa wisata budaya, alam maupun ziarah. Adapun beberapa objek wisata yang
terdapatdiKotaTasikmalayadapatdilihatpadatabel3.7dihalamanberikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III25

Laporan Akhir

Tabel3.7
SebaranObjekWisatadiKotaTasikmalayayangTermasukDalam
KawasanWisataKriadanBudayaPriangan
Nama
Lokasi
SituGede
Kec.Mangkubumi
TamanRekreasiMangkubumiIndah
Kec.Mangkubumi
TamanRekreasiMutiaraSukamulya/Aboh Kec.Inhidiang
TamanRekreasiKarangResik
PerbatasandenganKab.Tasikmalaya
KolamRenangAsia
Kec.Cihideung
KolamRenangGeloraSukapura
Kec.Cihideung
MakamSyechAbdulGhorib
Kec.Kawalu
MakamSyechAbdulMuchyi
GunungGedeKec.Kawalu
MakamEyangPrabudilaya
Kec.Mangkubumi
MakamDalemSakarembong
Kec.Indihiang
MakamEmbahJalari
Kec.Tamansari
PetilasanPurbasari
Kec.Cibeureum
HutanWisata
Kec.Kawalu
SitusLinggadanYoni
SukamajuKidul,Kec.Indihiang
SituCibeureum
Kec.Tamansari
SituRusdi
Kec.Tamansari
SituMalingping
Kec.Tamansari
SituBojong
Kec.Tamansari
SituCipajaran
Kec.Tamansari
SituCicangri
Kec.Tamansari
Sumber:KotaTasikmalayadalamAngka,2004dan2005

BukuSakuAdaApadiKotaTasik,2007

DayaTarikWisataKotaTasikmalaya

WISATAKRIA
a. SentraIndustriBordir
Bordir memang sudah menjadi industri perdagangan di wilayah Tasikmalaya, bahkan
sudah menjadi daya tarik wisata. Banyak wisatawan yang sengaja datang ke
TasikmalayauntukmelihatsekaligusberbelanjabordirkhasTasik.Produkkerajinanini
juga sudah menembus pasar ekspor. Negaranegara yang telah menjadi pasar bordir
Tasik di antaranya adalah Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Mesir,
dannegaranegaraTimurTengah,Australia,Kanada,AS,Prancis,NewZealand,Inggris,
dan Jerman. Meluasnya pasar bordir Tasik tidak terlepas dari harganya yang relatif
murah,namunkualitasnyacukupbagusdanbisadiandalkan.
SentraindustribordirTasikmalayatersebardi6kecamatandantelahmampumenyerap
tenaga kerja sebanyak 10.713 orang yang tersebar di 1.123 unit usaha. Ke6 (enam)
kecamatan itu adalah Kecamatan Kawalu, Tawang, Cihideung, Cibeureum, Indihiang
dan Mangkubumi. Di antara ke6 kecamatan itu, daerah yang paling dikenal sebagai
sentra industri bordir adalah Kecamatan Kawalu. Industri bordir di Kota Tasikmalaya
memilikinilaiproduksitotalsekitar442,5milyarrupiah.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III26

Laporan Akhir

Jenis produk bordir bermacammacam, salah satunya adalah pakaian. Permintaan


produk bordir berupa pakaian senantiasa mengalami peningkatan terutama menjelang
perayaan hari besar umat Islam yaitu pada Idul Fitri dan Idul Adha. Sebaliknya,
permintaan produk bordir jenis lainnya relatif stabil tidak terlalu terpengaruh dengan
hariharibesarIslam,misalnyaprodukberupabedcover,penunjangalatmakandanlain
lain. Hingga saat ini sebagian besar produk bordir yang dihasilkan ditujukan untuk
memenuhi permintaan konsumen luar negeri, hanya sekitar 40% produksi bordir saja
yangditujukanuntukkonsumendalamnegeri.
Sumber daya lokal yang digunakan dalam bidang usaha bordir adalah tenaga kerja.
Sedangkan bahan baku utama usaha bordir yang berupa kain dan benang masih
diperoleh dari luar daerah atau diimport dari luar negeri. Dengan demikian bidang
usahabordirpadadasarnyakurangmengakarpadasumberdayalokal.Kekuatanbidang
usaha bordir terletak pada ketersediaan tenaga kerja yang cukup murah, namun
memiliki keterampilan yang bisa diarahkan pada selera pasar. Bidang usaha yang
kurangmengakarpadasumberdayalokalsangatriskan,danrentanterhadapgoncangan
ekonomi global. Namundemikian, karena upah tenaga kerjayangmasihrelatif rendah
dibandingdenganupahyangberlakudalamtatananekonomiglobal,makausahabordir
masihdapatmengimbanginilaibahanbakuimportersebut.

b. IndustriKerajinanBambu
Industri kerajinan bambu merupakan kegiatan padat karya, seperti halnya industri
kerajinan lain yang telah diuraikan sebelumnya. Industri ini mampu menyerap lebih
banyaktenagakerjauntuksetiapsatusatuaninvestasi.MenurutDinasPerindustriandan
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, industri kerajinan bambu mampu menyerap
tenagakerjasebanyak632orangyangtergabungdalam75unitusahadanmemilikinilai
produksisekitar4,98milyarrupiah.
Kurang lebih 20% produk kerajinan bambu adalah produk untuk pemenuhan
permintaanekspor.Sasaranpasarkonsumenluarnegeriadalahparapeminatkerajinan
bambu dari negara Jepang, Italia, Jerman dan Hongaria. Jenis produk kerajinan bambu
yang diminati oleh konsumenkonsumen tersebut antara lain adalah aneka kerajinan
bambu yang memiliki fungsi seperti, tempat buah, kue, baki lamaran maupun tempat
sampah.
SistempenjualannyaadalahpembelidaridaerahTasikmalayasendirimaupundariluar
daerah sendiri yang datang langsung kepada pengrajin. Pembeli tersebut umumnya
membeli produk kerajinan bambu untuk dijual kembali kepada konsumen lainnya.
SebagianbesarpembelidatangdarikotabesarsepertiBandungdanJakarta.Disamping
itu ada pembeli yang datang dari daerah wisata, misalnya pembeli dari Bali. Untuk
memenuhi permintaan konsumen luar negeri dilakukan kerjasama pemasaran dengan
para eksportir kerajinan, khususnya yang tergabung dalam Asosiasi Handycraft
IndonesiacabangTasikmalayadanbeberapaeksportirlainyangberlokasidiCirebon.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III27

Laporan Akhir

c. IndustriKerajinanKelomGeulis
Kelom geulis yaitu sandal kayu wanita merupakan produk andalan Kota Tasikmalaya.
Kelomgeulisinitidakhanyadiminatiolehkonsumendalamnegerisaja,tetapijugaoleh
konsumenluarnegeri,khususnyawisatawanmancanegara.Kelomgeulistelahmenjadi
salahsatukomoditiekspordariKotadanKabupatenTasikmalayayangtelahmenembus
pasar Asia Tenggara, Panama, Korea, Jepang, Afrika, Timur Tengah, dan sebagian
wilayahEropa.
Gambar3.8
KerajinanKelomGeulis

Kini, jumlah unit usaha kerajinankelom geulis ada 419 unit dengan 4.657 tenaga kerja.
Kelomgeulis,sandalkhasTasikyangberasaldarikayudamarataualbazziainitermasuk
primadonakriayangcukupdiandalkan.Komoditasinitelahditekunimasyarakatsejak
tahun enam puluhan dan sempat mengalami puncaknya dua puluh tahun kemudian,
atau sekitar tahun 1980an. Wilayah perajin sandal kayu di Tasikmalaya meliputi
Kecamatan Mangkubumi, Cibeureum, Tamansari, dan Cihideung. Hasil penjualan
sandalkayuprodukTasikmalayadaritahunketahunterusmeningkat.Padatahun2006
nilaitotalproduksinyatercatatsekitar156,7milyarrupiah.

d. IndustriPayungGeulis
Umumnya orang membayangkan bahwa payung diciptakan untuk menaungi kita dari
terpaangerimisdanhujan.Tapitidakdenganpayunggeulis,payungyangjadiproduk
kebanggaandansalahsatusimbolKotaTasikmalayainipantangterkenagerimisapalagi
hujan. Mengapa demikian, karena payung ini menggunakan lapisan penutup yang
terbuat dari kertas. Tetapi, payung geulis punya peran yang lebih membuatnya sangat
dihargai. Payung geulis pada masa lalu adalah salah satu kelengkapan mode mojang
Tasik.MojangTasikyangcantikberkebayatakakansempurnakecantikannyabilatidak
menggenggampayungjenisiniuntukmelindungiwajahayunyadarisengatanmatahari
yangterik.Jadilahpayunginidikenaldenganistilahpayunggeulisyangberartipayung
yangmembuatpenampilantambahgeulisataucantik.
Keunikan lain dari payung geulis adalah adanya lukisan bunga maupun ornamen
berwarnawarni pada lapisan penutupnya. Lukisan ini kerjakan secara manual oleh
tangantanganterampilmojangTasikataupuniburumahtanggayangmengekspresikan
kekreativitasannya dalam membentuk aneka bunga. Payung geulis dibuat dari bahan
bahan seperti kertas atau kain kanvas, kayu, benang, serta keperluan untuk melukis
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III28

Laporan Akhir

seperticatwarnawarnidankuasberanekaukuran.Padatahun2006tercatatada4unit
usaha payung geulis dengan pekerja yang berjumlah 37 orang dengan nilai total
produksisekitar332,8jutarupiah.Industrikerajinanpayunginiterpusatdisatusentra
yangadadiKecamatanIndihiang.

e. IndustriBatikTasik
BatikbukansajadiproduksidiPekalongan,SurakartaataupundiYogyakartasaja.Batik
juga diciptakan di sejumlah kawasan Jawa Barat, salah satunya adalah Kota
Tasikmalaya.Padamasakejayaannya,batikTasiktelahmembuatkotainidijulukipusat
industribatikdiselatanJawaBarat.
Sama dengan produksi di wilayah lainnya, batik Tasik dikerjakan dengan dua teknik
yaknidenganteknikcetakdantekniktulis(handmade).Untukbatiktulis,nilainyacukup
tinggi sehingga mampu menjadi cenderamata yang bergengsi. Untuk produksi massal
menggunakanteknikcetakagarlebihhematbaikdarisegibiayadanwaktu.
Industri Batik Tasik yang memiliki motif yang khas kini tengah menggeliat. Ada dua
sentra batik di Kota Tasikmalaya, yakni industri batik di Kecamatan Cipedes dan
Indihiang. Berdasarkan data tahun 2006, tidak kurang dari 30 unit industri kecil dan
menengah yang menekuni industri batik dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak
446orang,sertadapatmenciptakanhasilproduksisenilaisekitar10,22milyarrupiah.

f.

IndustriMebelKayu

Satu lagi industri Kota Tasikmalaya yang berpotensi untuk menjadi produk unggulan
adalah industri pengolahan kayu. Ini terlihat dari mudahnya menjumpai tokotoko
mebel yang menjajakan aneka perangkat furniture, mulai dari meja dan kursi tamu
hingga tempat tidur. Industri mebel kayu memang sedang tumbuh pesat di Kota
Tasikmalaya, selain karena adanya pasar dari keluarga muda juga karena ketersediaan
bahanbakuyangcukupmemadaidisekitarwilayahKotaTasikmalaya.
Kawasan yang menjadi sentra industri pengolahan kayu di Kota Tasikmalaya adalah
Kecamatan Tamansari, Tawang, Cipedes dan Cibeureum. Berdasarkan data tahun 2006
ada 224 unit unit usaha industri kecil dan menengah yang bergerak di bidang industri
pengolahankayuini.Industriinimenyeraptenagakerjasebanyak1.463orangdantelah
menciptakanhasilproduksisenilai44,37milyarrupiah.
Namun demikian, industri mebel kini tengah menghadapi tantangan serius, terutama
dengan semakin dibatasinya bahan baku kayu. Kebijakan pelestarian alam, terutama
perlindungan hutan menyebabkan pasokan bahan baku kayu menjadi tidak semudah
tahuntahunsebelumnya.KarenanyaindustrikayuolahandiKotaTasikmalayapunkini
tengahdidoronguntukmemproduksikayuolahanyanghematbahanbakunamuntetap
bernilaitambahtinggi.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III29

Laporan Akhir

g. IndustriKerajinanMendong
Di Kota Tasikmalaya juga terdapat industri kerajinan anyaman mendong. Berdasarkan
datatahun2006,jumlahunitusahayangbergerakdiindustrikerajinanmendonginiada
165 unit dengan 2.055 orang tenaga kerja. Kerajinan mendong sendiri di Kota
Tasikmalayatelahmemilikinilaitotalproduksisekitar34,18milyarrupiah.

WISATAKULINER
a. IndustriMakananRinganOlahan
Selain wisata kria, Kota Tasikmalaya memiliki potensi industri yang lain yaitu industri
makanan.SelamainiKotaTasikmalayasudahdikenaldenganberanekaragammakanan
olahan,misalnyasaja,opak,rangginang,wajit,dodol,ladu,kuetambang,kupinggajah,
kue kering, kue sus, kue tar, kue lapis, kue bibika, kue pia, kue bawang, kue aci, kue
terigu,kueuceng,sukro,cangro,uniko,cistik,kerupuk,tahu,tempe,telurgabus,bolu,
agaragar, cincau, tepung hankue, kacang telur, manisan belimbing, lapis legit, kalua
jeruk,kembanggula,kolontong,pastel,kacangkanali,asinan,lontong,keripiksingkong,
miebumbu,rotitawar,rotimanis,miebasah,chiki,miejujut,miegulung,dantelorasin.
DaftarmakananinibisasemakinpanjangmengingatmasyarakatTasikyangkreatifdan
dikenalsukajajanan.
Sebagai sebuah industri tentu saja industri makanan sangat mendominasi, tak kurang
dari 338 unit usaha yang bergerak dalam industri makanan ini, belum termasuk yang
ditangani secara perorangan dan sebagai industri rumahan. Jumlah tenaga kerja yang
diserapnyapuncukupbesar,yaitumencapai2.147orangdantelahmampumenciptakan
hasilproduksisenilaiRp.49,23milyar(datatahun2002).

WISATAZIARAH
a. MakamSyechAbdulMuchyi
SetiapbulanMulud,RajabdanSapar,ribuanorangseringkalimelakukanwisataziarah
ke makam keramat Waliyulloh Syech Abdul Muchyi yang berada di Desa Pamijahan,
Kecamatan Bantarkalong atau sekitar 60 km dari pusat Kota Tasikmalaya. Ribuan
peziarah itu berasal dari berbagai kota di Pulau Jawa, Madura, dan Sumatera. Syech
AbdulMuhyiadalahseorangwaliyulloh(wali)yangmenyebarkanagamaIslamdiJawa
Barat bagianselatan, walaupunsyiarnyajuga menyebar luas ke berbagai kota di Pulau
JawadanMadurabahkanhinggakemancanegara.
Makam keramat Syech Abdul Muchyi cukup menarik untuk dikunjungi para peziarah.
Termasuk di dalamnya adalah Goa Saparwadi karena merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari peninggalan sejarah Syech Abdul Muchyi di dalam melaksanakan
pendidikan dan penyebaran agama Islam. Sebagai bukti keberadaan waliyulloh di
Pamijahan, di dalam goa tersebut ada ruanganruangan seperti masjid lengkap dengan
mihrob (pemimbaran), tempat penyimpanan kitab suci Alquran, Jabal Kopiah, padaringan
(tempat penyimpanan beras) dan lainnya. Selain itu, ada pula Cikahuripan, berupa
representasi air zamzam yang dilengkapi dengan bebatuan stalagtit dan stalagmit yang

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III30

Laporan Akhir

cukup indah. Konon salah satu ruangan goa memiliki jalan tembus menuju Cirebon,
Surabaya,dankotasuciMekkah.
Untuk dapat mengunjungi lokasi ini, para peziarah dapat memasuki kompleks
pemakaman keramat Syech Abdul Muchyi dengan terlebih dahulu melapor kepada
kuncen (juru kunci) untuk kemudian dicatat pada buku tamu peziarah. Setelah selesai
berziarah, para pengunjung dapat membeli beraneka ragam cenderamata berupa
kerajinantanganmaupunmakanandanminumantradisionalkhasPamijahandanKota
Tasikmalaya.

b. MakamSyechAbdulGhorib
Makam Syech Abdul Ghorib terletak di Kampung Cibeas, Kelurahan Gunung Tandala,
Kecamatan Kawalu. Untuk mencapai lokasi ini pengunjung dari pusat kota dapat
membawakendaraanpribadiataunaikangkutanumumNo.03laluditeruskandengan
berjalan kaki atau naik ojeg sejauh kurang lebih 300 meter. Syech Abdul Ghorib
merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah ini. Lokasi makamnya merupakan
kompleks pemakaman dengan 9 makam lainnya. Lokasi ini dijaga oleh juru kunci
(kuncen) turun temurun, kini kuncen yang menjaga lokasi makam merupakan kuncen
ketujuh.
Dibagianutarakomplekspemakamaniniadasebuahsumurdengandiameter1,5meter
yang dikelilingi oleh tiga pohon besar. Penduduk sekitar memberi nama sumur ini
dengan Sumur Sempur, karena salah satu pohon yang menaunginya adalah pohon
sempur. Di dekat sumur ini terdapat sebuah batu datar yang konon dijadikan tempat
sembahyang. Pada bagian selatan kompleks pemakaman terdapat sebuah sungai kecil
dengannamaSungaiCibeas,diberinamademikiankarenadulusungaiinimemilikiair
berwarnaputihseperticucianberas.Saranadanprasanayangterdapatdilokasiiniyaitu
lokasiparkir,terdapatjalansetapakdanpenghijauanyangrapidantertatadenganbaik.

WISATAALAM
a. SituGede
Situ Gede merupakan sebuah danau yang berlokasi di Kelurahan Mangkubumi dan
Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi atau sekitar 5 Km dari pusat kota Tasikmalaya.
Situinimemilikiluassekitar47Hadengankondisialamyangdikelilingiolehbukitdan
kawasanhijau.DitengahSituGedeterdapatdaratandenganluaskuranglebih1Haatau
yangdikenaldengan namaNusaGede.Di Nusa Gede tersebutterdapatmakam Eyang
Prabudilayayangseringdijadikansebagaitujuanberziarah.Selainberziarah,wisatawan
yang datang dapat berlakukan beragam aktivitas, mulai dari berekreasi, mengelilingi
danau dengan rakit atau perahu bermotor, memancing atau hanya sekedar duduk
bersantaisambilmenikmatipanoramaSituGedeyangindah.
AksesjalanmenujuSituGedesudahcukupbaikhinggaketepidanaunya.Selaindengan
kendaraan pribadi, objek wisata ini dapat dicapai dengan kendaraan umum
menggunakan angkutan kota no. 04 dan turun di Nagrog yang kemudian dilanjutkan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III31

Laporan Akhir

denganberjalankakisekitar600meterataunaikojeg.Saranadanprasaranayangadadi
Situ Gede antara lain adalah tempat parkir, kedai penjual makanan dan cenderamata,
shelter yang berupa saung, penyewaan rakit dan perahu motor, serta lokasi
pemancingan.UntukmasukdanberekreasikeSituGede,pengunjungharusmembayar
retribusi sebesar Rp. 4.000/orang untuk orang dewasa dan Rp. 2.000/orang untuk anak
usia 5 sampai 17 tahun. Pemanfaatan fasilitas lain berupa kegiatan memancing,
menyewarakit,danlainsebagainyajugaditarikbiayaretribusiyangtelahdiaturdalam
PeraturanDaerahKotaTasikmalayanomor5tahun2007.

PermasalahandanIsuIsuStrategisPengembanganKepariwisataandiKotaTasikmalaya
Terkait dengan Rencana Strategis (Renstra) Kota Tasikmalaya tahun 2002 2007, Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tasikmalaya tahun 2003 2013, serta hasil Focus Group
Discussion(FGD)dalamrangkapengerjaanstudi,terdapatbeberapapermasalahandanisu
strategisyangterkaitdenganobjekwisataalamdanbudayadiKotaTasikmalaya,yaitu:
Permasalahan

Pengelolaanobjekwisatayangbelumbaikdanbelumadanyasistemjaringaninformasi
yangmemadai.

Sistempenyajianpaketwisatayangmasihmemerlukanpembinaandaripihakterkait

Permasalahan persaingan teknologi industri kerajinan, khususnya dengan negara lain


(misalnya:kerajinanbordirKorea).

Pengemasanproduk.

Penatantempat/showroompengrajinyanglayak.

IsuisuStrategis

Pembinaandanpemberdayaanindustrikerajinantangan.

Pemeliharaandanpengembangankesenianlokalsebagaikekayaannasional.

Pengembangan budaya sebagai pengikat semangat kedaerahan dalam kerangka


kebangsaan.

Ketergantungan terhadap bahan baku dan sistem pemasaran terkait dengan kerajinan
cenderamata.

Lemahnya daya saing produksi industri kecil dan menengah, terbatasnya modal,
teknologidanketerampilan.

Masihrendahnyakualitasdandesainproduk.

Kurangnya investor yang bersedia menanamkan modalnya di daerahdaerah wisata di


KotaTasikmalaya.

Penataandanpengembangankawasanpariwisata.

Belum adanya kesadaran bahwa pariwisata dapat menjadi aset ekonomi yang
menguntungkan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III32

Laporan Akhir

B. KabupatenTasikmalaya
Sejak dikeluarkannya UndangUndang Nomor 10 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota
Tasikmalaya, maka pada tanggal 23 Juni 2001 Kabupaten Tasikmalaya berdiri sendiri
menjadidaerahotonom.WilayahKabupatenTasikmalayaterdiridari39kecamatandan348
desa/kelurahan.PusatpemerintahannyakiniberadadiKecamatanSingaparna.
Secara geografis, Kabupaten Tasikmalaya berada pada 10756 1088 BT dan 710 749 LS,
tepatnyadibagiantenggaraProvinsiJawaBaratataukuranglebih308kmdariKotaJakarta.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya beriklim pegunungan dan dataran rendah
dengan curah hujan ratarata 2.000 3.000 mm per tahunnya. Adapun batasan wilayah
KabupatenTasikmalaya,mencakup:

SebelahutaraberbatasandenganKabupatenSumedangdanKabupatenMajalengka.

SebelahbaratberbatasandenganKabupatenGarut.

SebelahselatanberbatasandenganSamuderaHindia.

SebelahtimurberbatasandenganKabupatenCiamis.

Kabupaten Tasikmalaya memiliki luas keseluruhan administratif sebesar 256.756.969 Ha


dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 mencapai 1.645.971 jiwa dengan kepadatan
penduduksekitar642jiwa/km.
Perekonomian Tasikmalaya umumnya bertumpu pada sektor pertanian, peternakan, dan
perikanan,selainjugabertumpupadasektorpertambangansepertipasirGalunggungyang
memiliki kualitas cukup baik bagi bahan bangunan, industri, dan perdagangan. Sama
dengan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya juga dikenal dengan industri kerajinan
tangannyayangkhas.Produkyangdihasilkanjugasama,sepertianyamanmendong,bordir,
alas kaki/kelom geulis, kerajinan payung, kerajinan bambu, payung kertas dan lain
sebagainya. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Tasikmalaya, produk kerajinan telah diekspor ke negara Jepang, Australia,
Brunei, Saudi Arabia, Malaysia, Korea, Spanyol dan Amerika Serikat dengan total nilai
eksporpadatahun2006mencapaiUS$1,48juta.
Selain industri kerajinan, di Kabupaten Tasikmalaya juga terdapat objek dan daya tarik
wisata lain yang berupa wisata budaya, alam maupun ziarah. Adapun beberapa objek
tersebutyangtermasukkedalamkawasanstudiinidapatdilihatpadatabel3.8dihalaman
berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III33

Laporan Akhir

Tabel3.8
SebaranObjekWisataKabupatenTasikmalayayangTermasukdalamKawasanWisataKriadan
BudayaPriangan

Nama
Lokasi
KawasanWisataGunungGalunggung
Kec.Sukaratu
MasjidKunoManonjaya
Kec.Manonjaya
SitusGimbal
Kec.Manonjaya
SitusCilangkap
Kec.Manonjaya
SitusKabuyutan
Kec.Cineam
KadalemanNagaratengah
Kec.Cineam
PrasastiGegerHanjuang
Kec.Leuwisari
CurugCiparay
Kec.Cigalontong
KampungNaga
Kec.Neglasari
Sumber:InformasiPariwisataKabupatenTasikmalaya,2007

DayaTarikWisataKabupatenTasikmalaya

WISATAKRIA
a. KerajinanAnyamanRajapolah
Pusat Kerajinan Rajapolah berada di jalur utama lintas selatan tepatnya di Jalan Raya
BandungTasikmalayayangmelaluiMalangbong.Lokasiiniberjaraksekitar15kilometer
dari pusat Kota Tasikmalaya, atau sekitar 85 kilometer dari Kota Bandung. Bagi
pengendarakendaraandaritimurkebarat(atausebaliknya)yangmelintasijalurselatan
melaluiwilayahTasikmalayapastiakanmelewatiRajapolah.Walaupunkinisekitartiga
kilometersebelumpusatkerajinanRajapolahdariarahbarattelahdibangunjalanlayang,
namun tetap saja para pengendara meluangkan waktu untuk dapat singgah di pusat
kerajinanini.
Daerah Rajapolah amat terkenal dengan kerajinan anyaman, seperti misalnya tikar,
anyaman dari bambu, perabotan rumah tangga, dan sebagainya. Industri kecil lainnya
yang juga menarik yaitu Payung Tasik, Kelom Geulis, dan Batik Tulis. Komoditas ini
mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak dan mempunyai ciri khas khusus yang
tidakdimilikiolehdaerahlain,sehinggamempunyaipeluangpositifuntukdapatterus
dikembangkan.Untukmemasarkanhasilproduksitersebut,KecamatanRajapolahsejak
tahun 1989 telah dicanangkan sebagai Pusat Pemasaran Kerajinan Rakyat Tasikmalaya
danjugadibangunPusatKerajinanRajapolah.Akibatdariperkembangannya,Rajapolah
kemudian menjadi salah satu penopang utama Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD)Tasikmalaya.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III34

Laporan Akhir

Gambar3.9
BeragamKerajinanKriayangDiperdagangkandiRajapolah

Di Pusat Kerajinan Rajapolah itu terdapat sekitar 102 buah toko yang berderet di
sepanjang jalan raya BandungTasikmalaya. Beberapa toko lainnya berada di Pusat
Promosi dan Pemasaran Kerajinan Tasikmalaya. Tokotoko itu berada di dua desa
berbeda. Toko yang berada di Kampung Kaum Kulon berada di Desa Manggungjaya
sedangkantokodiKampungKaumWetandanPasarKalertermasukkedalamwilayah
Desa Rajapolah. Hampir setiap toko di Pusat Kerajinan Rajapolah dilengkapi dengan
studioataubengkelkerajinan,hinggasetiappembeliyangdatangdapatmelihatproses
pembuatan kerajinan secara langsung. Selain berjualan, para pemilik toko itu pun tak
jarang merangkap menjadi pemasok atau supplier kerajinan khas Tasikmalaya ini ke
berbagaiwilayah,bahkanhinggakeluarnegeri.

b. IndustriKerajinanMendong
Produk kerajinan anyaman mendong telah ditetapkan sebagai komoditas khas
KabupatenTasikmalayaberdasarkanSKBupatiTasikmalayaNo.522.4/189LH/94Tahun
1994 tentang Penetapan Flora dan Fauna Kompetitif dan Komparatif yang mampu
menyumbangkan impact point terhadap pertumbuhan ekonomi. Produk kerajinan
anyaman mendong antara lain berupa topi, tikar, tas, boks, dan lainlain sesuai dengan
pesanankonsumen.Sepertihalnyaprodukkerajinanlainnya,produkkerajinananyaman
mendongditekuniolehmasyarakatluas,sehinggasetiapupayapengembangannyaakan
membawadampakmultiplierluas terhadap perekonomianmasyarakat.Sentraproduksi
mendong tersebar di 12 desa yang meliputi 4 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan
Cineam,Karangnunggal,Manonjaya,danSalopa.
Produkkerajinananyamanmendongmerupakanjeniskerajinanyangsedangmengalami
peningkatanpermintaan,baikdalamnegerimaupunluarnegeri.Permintaandaridalam
negeriterutamadarikotakotabesarsepertiJakarta,Bandung,danBali,sedangkandari
luar negeri permintaan datang dari negara Jepang, Belanda, Australia, Timur Tengah
dan Malaysia. Berdasarkan data tahun 1999 total produksi anyaman mendong adalah
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III35

Laporan Akhir

sebesar6.636.600satuanprodukdengantotalnilaimencapaiRp.49.245.300.000.padahal,
daritotalproduksitersebutbarusekitar10%nyasajayangdiekspor.
Gambar3.10
SalahSatuProdukKerajinanMendong

Kendalayangpalingdirasakandalambidangusahakerajinanmendonginiadalahbahan
baku yang tidak mencukupi untuk memenuhi keseluruhan pesanan. Untuk mengatasi
kebutuhanbahanbakutersebut,parapengrajinmedongmencaribahanbakuhinggake
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akibat kesulitan bahan baku ini, produksi
mendongbarubisamencukupikebutuhankuranglebih15%daritotalpesanan.Apabila
kesulitan bahan baku ini berlangsung terusmenerus maka akan mengakibatkan tidak
terpenuhinya skala ekonomis apabila harus memasarkan produk tersebut ke manca
negara.
Padahal wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki sumber air yang cukup, bahkan di
beberapa tempat dapat dikatakan melimpah. Fakta ini merupakan kondisi yang cocok
dalam pengembangan tanaman mendong untuk kemudian menjadi bahan baku
kerajinan.Habitattanamanmendongadalahlahanbasahsepertisawahataurawarawa.
Karakteristik tanaman mendong sesuai dengan agroklimat sebagian zona dataran di
wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Pengembangan tanaman mendong masih
memungkinkan di Tasikmalaya, namun harus dilakukan secara selektif yaitu pada
lahanlahanberawayangkurangproduktifuntuktanamanpadi.

c. IndustriKerajinanPandan
Usaha kerajinan pandan hampir sama dengan usaha kerajinan mendong, samasama
sudahditekunisejaklamaolehsebagianpenduduksecaraturuntemurun,khususnyadi
sekitarlokasisentraproduksinya.Kegiatanprosesproduksikerajinanpandandikerjakan
denganmenggunakanalatsederhanasehinggasangatmudahdikerjakanolehsiapapun
termasuk ibuibu rumah tangga. Pengadaan sarana produksi dan bahan baku usaha
kerajinan pandan diupayakan sendiri oleh para pengrajin. Bahan baku dan penunjang
industri kerajinan pandan yang biasa digunakan oleh para pengrajin yaitu anyaman
pandan,kain,benangjahit,kancingdaribatokkelapa,lem,zatwarna/pengkilap,pernis,
resluiting, tambang dan karton. Lokasi sentra produksi kerajinan pandan terletak di 11
(sebelas) desa yang berada di 5 (lima) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rajapolah,

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III36

Laporan Akhir

Cibalong, Cikalong, Cipatujah dan Pagerageung. Sentra produksi terbesar dari usaha
kerajinanpandaniniadadiKecamatanRajapolah.
Pemasaranhasilkerajinanpandanterbilangtidaksulit,karenapadaumumnyapembeli
datang sendiri ketempat pengrajin. Pembeli yang datang ke tempat pengrajin adalah
pedagang,baikpedagangbesarmaupunkecil,ataukonsumensecaralangsung.Pembeli
umumnya berasal dari Tasikmalaya dan daerah lain terutama dari kota besar seperti
Jakarta,Bandung maupunBali. Barang kerajinan yang dibeli di Tasikmalayaterkadang
dijadikanbarangcenderamatadengandijuallagididaerahpariwisatalain.Tidaksedikit
barang kerajinan pandan Tasikmalaya yang dijual di pasar seni di wilayah Bali yang
kemudian dianggap cenderamata khas Bali. Biasanya pembeli dari daerah pariwisata
untuk dipasarkan kembali agak sedikit mengubah tampilan kerajinan pandan ini,
misalnyadengantambahanfinishing.Sementaraitupembelidariluarnegerikebanyakan
datangdarinegaraJepang,Amerika,SingapuradanEropa.
Kebanyakan produk tas anyaman pandan dan produk setengah jadi diminati oleh
konsumen dari Jepang dan Eropa, sementara konsumen dalam negeri tidak begitu
banyak berminat terhadap jenis produk tersebut. Konsumen Eropa, terutama Italia
menggunakan produk anyaman pandan setengah jadi untuk bahan pendukung sol
sepatu,sedangkanpembelidariJermanmengggunakanproduksetengahjadiiniuntuk
bahan pendukung interior mobil. Produkproduk yang terbuat dari bahan dasar
anyamanpandaninibanyakdiminatiolehkonsumenmancanegarakarenamemilikisifat
produkyangmudahdidaurulangdanramahlingkungan,sehinggasampahprodukini
nantinyatidakmengganggulingkunganhidup.
Adanya peningkatan permintaan terhadap produk kerajinan pandan ini membuat
ketersediaanbahanbakuyangadadiTasikmalayatidakmencukupilagi,sehinggaharus
mendatangkanbahanbakudariluardaerahsepertiPangandaran,Ciamis,Gombongdan
Kebumen. Melihat kondisi ini, sebenarnya masih terbuka peluang yang sangat besar
untukmemanfaatkanlahanyangkurangproduktifuntukmenjadilahanbudidayabagi
tanaman pandan. Kendala lain yaitu walaupun usaha kerajinan pandan ini telah
memiliki dukungan sumber daya yang terampil dan berpengalaman, namun para
pengrajinumumnyaadalahkeluargapetaniyangmemanfaatkanwaktusenggangnyadi
saattidakmenggarapsawah.Alhasilpadasaatmasatanamataupanenbanyakpengrajin
yangtidakdapatbekerjakarenamengutamakanmenggarapsawahnyaterlebihdahulu.
Jika hal ini terus menerus terjadi, maka akan mengganggu keberlanjutan produksi
kerajinanpandansecarakeseluruhan.

d. WisataKriaNagaratengah
Berada di bawah Kompepar Kabuyutan Nagaratengah, wilayah Nagaratengah
merupakan salah satu desa pengrajin yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Salah satu
hasil produksinya adalah kerajinan dari batang salak yang dikembangkan oleh sarjana
desaininteriorITBasalCineam.Kerajinaninimemanfaatkanbatangsalakyangbanyak
terdapat di wilayah Cineam. Wilayah Cineam sendiri dikenal dengan banyaknya
perkebunan salak yang dimiliki oleh warganya. Adanya inovasi kerajinan dari batang
salak ini membuat masyarakat Cineam memiliki alternatif pekerjaan lain selain
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III37

Laporan Akhir

berkebun. Produk yang dihasilkan antara lain berupa taplak meja, tatakan piring dan
gelas, tas wanita dan lain sebagainya. Prospek kerajinan ini di masa mendatangsangat
baik dan bisa menjadi pelopor daerah lain untuk mengembangkan produk ini. Hanya
saja produksi kerajinan dari batang salak ini masih tergolong sedikit dan masih
disesuaikandenganpermintaansaja.
SelainkerajinandaribatangsalakdiKecamatanCineamjugaterdapatkerajinanlainnya,
antara lain, kerajinan anyaman bambu yang dikombinasikan dengan rotan dari Desa
Ciampanan, pembuatan peralatan gamelan dari Desa Cineam, pembuatan calung dari
DesaRajadatu,sertakerajinanpahatankayudanbatudari DesaNagaratengah.Jumlah
produk yang dihasilkan juga masih relatif terbatas dan terkadang hanya disesuaikan
denganpesanansaja.

WISATAKULINER
a. MakananTradisional
Selain industri kerajinan, di Kabupaten Tasikmalaya juga terdapat beberapa industri
makanan tradisional, khususnya makanan ringan. Beberapa industri makanan
tradisional itu antara lain, dodol sirsak yang berpusat di Kecamatan Singaparna, dodol
susuyangberpusatdiKecamatanPagerageung,gulaarenyangberpusatdiKecamatan
Salopa, gula kelapa dan gulampo yang berpusat di Kecamatan Cikalong, serta keripik
pisang dan sale pisang yang berpusat di Kecamatan Cipatujah. Umumnya makanan
ringan tersebut diproduksi pada industri kecil dan rumah tangga. Pemasaran utama
makanan ini dilakukan di Rajapolah bersama dengan hasil dari industri kerajinan
lainnya. Selain itu makanan buatan Kabupaten Tasikmalaya ini juga dipasarkan di
wilayah/kabupatensekitarnya,bahkanhinggakeBandungdanJakarta.

WISATABUDAYA
a. MasjidAgungManonjaya
Masjid Agung Manonjaya terletak di Desa Manonjaya, Kecamatan Manonjaya, atau
sekitar 12 Km dari pusat Kota Tasikmalaya. Masjid dengan gabungan arsitektur
tradisionaldanarsitekturklasikEropainimerupakansalahsatubangunancagarbudaya
yangdilindungiolehundangundangkepurbakalaanBadanArkeologiNasional.Masjid
ini dibangun pada tahun 1832 dan memiliki keterkaitan erat dengan sejarah Kerajaan
SukapurasertasejarahberdirinyawilayahTasikmalaya.Arsitekyangmerencanakandan
membangunmasjidiniadalahPatihRadenTumenggungDanuningrat,tepatpadamasa
pemerintahanBupatiSukapura yangke8 (delapan). Hinggasaat iniMasjid Manonjaya
masih terawat dengan baik dan masih berfungsi sebagaimana layaknya sebuah
bangunanmasjid.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III38

Laporan Akhir

WISATABUDAYAKAMPUNGTRADISIONAL
a. KampungNaga
Objek wisata ini cukup banyak dikunjungi wisatawan baik wisatawan mancanegara
maupunwisatawannusantarakarenaletaknyayangstrategisyaitudijalurTasikmalaya
BandungmelaluiGarut.KampungNagamerupakanperkampungantradisionaldengan
luasareal1,5hadenganlebihkurang325pendudukdari100keluargayanghinggasaat
inimasihmemegangteguhadatistiadatnya.Kampunginiberadadilembahyangsubur,
denganbataswilayah,dibagianBaratKampungNagadibatasiolehhutankeramatyang
di dalamnya terdapat makam para leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah
selatan dibatasi oleh sawahsawahpenduduk, dan disebelah utaraserta timur dibatasi
olehSungaiCiwulanyangsumberairnyaberasaldariGunungCikuraydidaerahGarut.
Secaraadministratif,KampungNagatemasukkedalamwilayahKampungLegokDage,
Desa Neglasari, Kecamatan Salawu. Umumnya penduduk Kampung Naga memiliki
mata pencaharian dari pertanian sawah dan ladang atau membuat kerajinan anyaman
daribambu.
Gambar3.11
KampungNaga

Ketaatan terhadap adat dicerminkan dalam tatanan masyarakat dan karakter fisik
permukiman tradisional Priangan yang khas. Daya tarik objek wisata Kampung Naga
terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Naga
tersebut. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyarakat modern, beragama
Islam,tetapimasihkuatmemeliharaadatistiadatleluhurnya,sepertimisalnyaberbagai
upacara adat, upacara harihari besar Islam, contohnya upacara bulan Mulud atau Alif
denganmelaksanakanPedaran(pembacaanSejarahNenekMoyang).Prosesinidimulai
denganmandidiSungaiCiwulandanwisatawanbolehmengikutiacaratersebutdengan
syaratharuspatuhpadaaturandisana.Upacaraupacarayangsenantiasadilakukanoleh
masyarakat Kampung Naga lainnya ialah Upacara Menyepi, Upacara Hajat Sasih, dan
UpacaraPerkawinan.
Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga memiliki pantangan mengadakan
pertunjukanjeniskeseniandariluarKampungNagasepertiwayanggolek,pertunjukan
musik dangdut, pencak silat, dan kesenian yang lain yang mempergunakan alat musik
sejenis gong. Hanya kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung
Naga, yaitu terbangan, angklung, beluk, dan rengkong yang boleh dipertunjukkan di
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III39

Laporan Akhir

dalamwilayahKampungNaga.Namundemikian,wargaKampungNagadiperbolehkan
untuk menyaksikan pertunjukan wayang atau kesenian lainnya asal pertunjukan
tersebutberadadiluarwilayahKampungNaga.
Rumah yang terdapat di Kampung Naga tidak boleh lebih dan kurang dari 108
bangunan baru, selain bangunan mesjid dan tempat pertemuan penduduk. Semua
bangunandiKampungNagamemilikitipologiarsitekturyangsamabaikrumah,mesjid,
patemon(balaipertemuan)danlumbungpadi.Atapnyaterbuatdaridaunrumbia,daun
kelapa,atauinjuksebagaipenutupbumbungan.Dindingrumahdanbangunanlainnya,
terbuat dari anyaman bambu (bilik) dengan pintu dan jendela bangunan yang terbuat
dariseratrotan.OrientasibangunandiKampungNagaseluruhnyamenghadapkeUtara
atau Selatan. Adanya tumpukan batu yang tersusun rapi dibeberapa tempat dengan
ketinggian berbeda dan penggunaan bahan alami dalam tatanan bangunan maupun
lingkunganmerupakancirikhasPerkampunganNaga.
Di sepanjang jalan menuju Kampung Naga banyak tokotoko yang menyediakan
berbagaimacamcenderamata hasil kerajinantangan warga Kampung Nagadanwarga
Tasikmalayapadaumumnyadenganhargayangsangatmurahdandenganpilihanyang
beraneka ragam. Cenderamata khas buatan warga Kampung Naga juga dapat dibeli
langsung di rumah penduduk yang memproduksinya. Beberapa penduduk bahkan
membuatdisplaykhususcenderamatadibagiandepanrumahnya.

WISATAALAM
a. KawasanWisataGunungGalunggung
Gunung Galunggung merupakan gunung api yang menjadi icon pariwisata Kabupaten
Tasikmalaya. Gunung dengan ketinggian 2.167 m dpl ini dapat dicapai melalui jalan
beraspaldenganmenggunakankendaraanrodaempatdanataurodadua.Jaraktempuh
kelokasiiniadalahsekitar17kmdaripusatKotaTasikmalaya.Objekwisatainiberupa
kawasanwanawisataKawahGunungGalunggungdenganluas5ha,termasukkedalam
RPH Cisayong, BKPH Tasikmalaya,KPH Tasikmalaya. Secaraadministratifwilayahini
termasuk kedalam Desa Linggajati, Kecamatan Indihiang, Kabupaten Tasikmalaya.
Kawasanwanawisatainiterletakpadaketinggian1.250mdplinimemilikisuhuudara
rataratasekitar250C.
Aktivitaswisatayangditawarkanantaralaindayatarikwanawisatadiarealseluas120
ha yang mencakup kawah Gunung Galunggung. Objek lainnya adalah keindahan
panorama hutan lindung, pemandian air dari sumber air panas pegunungan dengan
kandungan belerang yang bermanfaat untuk pengobatan dan kesehatan (cure tourism).
Perum Perhutani membangun Wana Wisata Cipanas Galunggung sejak tahun 1988.
Wisatawanyangdatangkeobjek wisata ini dapat melakukanberbagai aktivitas seperti
mandi,berendamdanberenangairpanas,hiking,camping,maupunsekedarberekreasi
sambilmenikmatipemandanganalampegunungan.
Kawah yang begitu luas dan indah tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Salah satu keunikan Gunung Galunggung adalah danau yang terdapat
dalam kawah, airnya dingin serta tidak tercium bau belerang dan ini merupakan hal

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III40

Laporan Akhir

yang berbeda dari gununggunung berapi lainnya. Pada saat cuaca yang cerah disertai
awanputih,wisatawandapatmenyaksikankeajaibanalamlainnyayaitusungaisungai
yangturundaribukitGunungGalunggungyangterlihatseolaholahdarilangit.Lubang
kepundaninimemangmenjadidayatarikkuatsehinggawisatawanumumnyatakpuas
hanya sekadar mandi air panas. Potensi wisata Gunung Galunggung dapat dan telah
dikembangkansebagaikawasanwisata.
Fasilitas yang ada di kawasan ini berupa pemandian air panas, sepeda air, toko
cenderamata&kiospedagang,mushola,tempatparkirdangardukeamanan.Pemandian
air panas (Cipanas) memiliki luas kurang lebih sekitar 3 hektar dan telah dilengkapi
denganfasilitaskolamrenang,kamarmandidanbakrendamairpanas,sertabangunan
untukpemandiansebanyak12(duabelas)pancuran.
Umumnya pengunjung objek wisata Galunggung adalah wisatawan lokal/domestik,
khususnya yang datang dari wilayah Priangan Timur. Kedatangan mereka biasanya
memanfaatkan hari libur nasional atau pada akhir pekan, biasanya hari Minggu. Peak
seasonkedatanganpengunjungterjadisetahunsekali,yaknisebelumpuasa(munggahan)
dansetelahLebaran.Kunjunganwisatawandarimancanegaramasihdibawahhitungan
100 orang ratarata per tahun. Ratarata wisatawan dalam maupun luar negeri yang
berkunjungkeGunungGalunggungberjumlah213.382orangpertahun.

Permasalahan dan IsuIsu Strategis Pengembangan Kepariwisataan di Kabupaten


Tasikmalaya
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tasikmalaya tahun 2004
2014 dan berdasarkan hasil Focus Group Disscussion (FGD) yang diadakan dalam rangka
pengerjaan, terdapat beberapa permasalahan maupun isu strategis yang terkait dengan
objekwisataalamdanbudayadiKabupatenTasikmalaya,diantaranya:
Permasalahan

Adanya beberapa kawasan rawan bencana, diantaranya kemungkinan meletusnya


Gunung Galunggung, bencana banjir khususnya di wilayah sekitar sungai,
kemungkinan tsunami di pesisir pantai selatan dan longsor pada wilayah dengan
kondisifisikkurangbaik,khususnyadibagianselatanKabupatenTasikmalaya.

Masih perlunya sarana dan prasarana transportasi, sistem komunikasi, promosi yang
baik, pengelolaan dan pemeliharaan objek wisata sesuai dengan karakteristik masing
masingpotensidayatarikwisata.

Masihkurangnyamodal/danadantempat/bengkelindustrikerajinan.

Aksesjalanyangburukdibeberapalokasidayatarik.

Rendahnyarisetsebagaidasarprogram

Bahanbakukerajinanyangterkadangkurang.

IsuisuStrategis

Mitigasibencanadikawasankawasantertentu.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III41

Laporan Akhir

Kualitaspengemasancenderamatasebagaidayatarikwisata.

Hubunganantarpengrajin.

Produkpariwisatayangsalingterkaitdanmenunjangsatusamalain.

3.1.3 WilayahCiamis
Sebelum otonomi daerah, Kabupaten Ciamis bersatu dengan Kota Banjar, namun sejak 11
Desember2002wilayahKabupatenCiamismerupakandaerahotonomyangberdirisendiri.
WilayahKabupatenCiamisterdiridari36kecamatandan339desa/kelurahandenganpusat
pemerintahanyangberadadiKotaCiamis.
Secarageografis,KabupatenCiamisterletakpada 1082010840BTdan74020LS,tepatnya
di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat atau sekitar 112 Km dari Kota Bandung. Adapun
batasanwilayahKabupatenCiamis,mencakup:

SebelahutaraberbatasandenganKabupatenMajalengkadanKabupatenKuningan.

SebelahbaratberbatasandenganKabupatenTasikmalayadanKotaTasikmalaya.

SebelahselatanberbatasandenganSamuderaHindia.

SebelahtimurberbatasandenganKotaBanjardanProvinsiJawaTengah.

Kabupaten Ciamis memiliki luas keseluruhan administratif sebesar 248.763 Ha dengan


jumlah penduduk pada tahun 2005 mencapai 1.457.146 jiwa dengan kepadatan penduduk
sekitar586jiwa/km.
Sebagian besarwilayahKabupaten Ciamis berupa pegunungan dan dataran tinggi,kecuali
di perbatasan dengan Jawa Tengah bagian selatan, serta sebagian wilayah pesisir pantai
selatan.KabupatenCiamismemilikigarispantaiyangmencapai91Kmdanterbentangdi6
kecamatan. Pantai selatan Ciamis bagian timur berupa teluk, diantaranya Teluk
Pangandaran,TelukParigi,danTelukPananjung.KondisialamKabupatenCiamismembuat
wilayah ini kaya akan potensi pertanian, perikanan, dan pariwisata alam. Khusus untuk
sektor pariwisata, unggulan dari Kabupaten Ciamis adalah keindahan pantai dan
peninggalan sejarah Kerajaan Galuh. Adapun beberapa objek dan daya tarik wisata yang
beradadalamkawasanstudiini,meliputi:
Tabel3.9
SebaranObjekWisataKabupatenCiamisyangTermasukdalamKawasanWisataKriadanBudaya
Priangan
Nama
Lokasi
Karangkamulyan
Kec.Cijeungjing
SitusGunungSusuru
Kec.Cijeungjing
KampungKuta
Kec.Tambaksari
UrugKasang
Kec.Tambaksari
AstanaGede
Kec.Kawali
SituLengkongPanjalu
Kec.Panjalu
CurugTujuh
Kec.Panjalu
Sumber:PetunjukPariwisataKabupatenCiamis,2007

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III42

Laporan Akhir

DayaTarikWisataKabupatenCiamis

WISATAKRIA
a. IndustriKerajinanKaligrafi
Warga Desa Padamulya, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, sudah lama
menggeluti berbagai kerajinan tangan, mulai dari kipas hias ukuran besar, anyaman
bambu untuk kebutuhan rumah tangga, hingga kaligrafi. Sebagian dari hasil kerajinan
itusejaktahun1993telahmamputembuskepasarluarnegeri.Keterampilanmembuat
kerajinaninisudahsejaklamadiperolehsecaraturuntemurun.SudahsejaklamaDesa
Padamulya menjadi sentra kerajinan, namun karena tidak memiliki pasar atau tempat
khususuntukmenjualnya,makasebagianbesarkerajinandariPadamulyadipasarkandi
wilayahRajapolah.
Perkembangankerajinankaligrafidiwilayahinididukungolehbahanbaku,yaitupohon
bambuyangrelatifmudahditemui.Kemudahanbahanbakuinisemakinmempermudah
usahamasyarakatdalammenjalankanusahanya.

WISATAKULINER
a. Galendo
Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang kaya akan makanan tradisional, terutama
makananringannya.Salahsatunyaadalahgalendo(gelendo)Ciamis.Pengananberwarna
merahyangterbuatdariampaspembuatanminyakkelapaitumemangidentikdengan
wilayahCiamis.Meskipenganansejenissudahbanyakbermunculandisejumlahdaerah
lain, galendo Ciamis tetap punya keistimewaan tersendiri di lidah konsumen. Uniknya
galendo khas Ciamis, kini memiliki banyak varian rasa, seperti cokelat, stroberi, nanas
danlainsebagainya.Makananringaniniumumnyadipasarkankekotaataukabupaten
lain di sekitar Kabupaten Ciamis, bahkan hingga ke Jakarta. Kini galendo selain
dipasarkan di toko oleholeh juga sudah banyak tersedia di sejumlah supermarket
ataupuntokoserbaadadandalamkemasaranyangmenawan.
b. SelaiPisang
Banyakdaerahmenghasilkanpangananringanberupaselaipisangini,salahsatunyaada
diKabupatenCiamis.BedanyaselaipisangkhasCiamisberupaselaipisangyangtelah
digulung ataupun variasi bentuk lainnya. Namanya pun tak kalah unik, misalnya saja
selai pisang lidah, selai pisang kipas dan lain sebagainya. Selai pisang khas Ciamis ini
banyak diproduksi di Kecamatan Cijeungjing dan sudah cukup dapat diandalkan
menjadi komoditas ekspor. Selain dipasarkan di dalam negeri, khususnya di wilayah
Jawa Barat, selai pisang ini juga telah diekspor ke negaranegara ASEAN dan Amerika
Serikat.

WISATABUDAYA
a. CagarBudayaAstanaGede
Cagar budaya AstanaGede terletak di Desa Kawali, Kecamatan Kawali yang berjarak
kurang lebih 21 km dari arah utara Kota Ciamis. Di sini terdapat beberapa buah batu

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III43

Laporan Akhir

bertulis(prasasti)yangmerupakancikalbakalbuktikeberadaanKerajaanSundayang
dibuat pada masa pemerintahan Prabu Niskala Wastu Kencana. Salah satu dari batu
bertulis tersebut bertuliskan Mahayunan Ayunan Kadatuan yang kemudian dijadikan
sebagaimottojuangKabupatenCiamis.Selainbatubatuprasastitersebutterdapatpula
peninggalanlainnyayaitu:
-

Seperangkatbatudisolit,yaknibatutempatpelantikanrajayangdisebutPalangka.
Batutelapakkakidantangandengangarisretakretakmenggambarkankekuasaan
danpenanggalan(kalender).
Tiga buah batu menhir: Batu Panyandaan, Batu Panyandangan, Batu Pamuruyan
(alatuntukbercermin).

b. CagarBudayaKarangkamulyanCijeungjing
Cagar Budaya Karangkamulyan merupakan peninggalan dari pusat Kerajaan Galuh
PusakayangdikukuhkanolehSangHyangParmanadikusumah.Lokasicagarbudayaini
terletak di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, atau lebih kurang sekitar 16
km dari Kota Ciamis menuju ke arah timur. Fasilitas yang ada di lokasi ini antara lain
adalahlapanganparkir,kioskiosmakanansertacenderamata,restarea,masjiddantoilet.
Gambar3.12
SalahSatuBatudiSitusKarangKamulyan

DisitusinikitajugadapatmelihattempattempatbekaspeninggalandarilegendaCiung
Wanara yang merupakan salah seorang putera Sang Hyang Permanadikusumah.
Peninggalanpeninggalantersebutantaralain:
-

Batu Pangcalikan yaitu merupakan bekas singgasana yang juga berfungsi sebagai
tempatbermusyawarahRaja.
Penyambungan ayam, tempat Ciung Wanara menyabung ayam dengan Bondan
Sarati.
SanghyangBedil.
LambangPeribadatan.
SumberAirCiteguhdanCirahayu.
MakamAdipatiPanaekan.
Pamangkonan.
BatuAnyandaan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III44

Laporan Akhir

Patimuan.
LeuwiSipatahunanyangmerupakantempatbayiCiungWanaradibuangdiSungai
Citanduy.

c. SituLengkongPanjalu
Objek wisata ini terletak di Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu yang berjarak kurang
lebih 41 km dari Kota Ciamis ke arah utara. Situ Lengkong Panjalu merupakan
perpaduanantaraobjekwisataalamdanobjekwisatabudaya.Diobjekwisatainikita
bisa menyaksikan indahnya danau (situ) yang berhawa sejuk dengan sebuah pulau
terdapat di tengahnya (nusa) yang dikenal dengan nama Nusa Larang. Luas danau
tersebut sekitar 70 Ha dan pulau Nusa Larang yang ada tengahtengahnya memiliki
luassekitar9,25Ha.
Gambar3.13
SituLengkong

Di Nusa Larang terdapat Makam Hariang Kencana yang merupakan putra dari
Hariang Borosngora, yaitu Raja Panjalu yang membuat Situ Lengkong pada masa
beliaumemerintahdiKerajaanPanjalu.UntukmenghormatijasaparaleluhurPanjalu,
maka hingga saat ini warga keturunan Panjalu biasa melaksanakan semacam upacara
adat yang disebut Nyangku. Acara ini dilaksanakan pada tiaptiap bulan Maulud
dengan cara membersihkan bendabenda pusaka yang disimpan di sebuah tempat
khususyangdisebutBumiAlit.Bumialitinitermasukdalamsalahsatumuseumkecil
yang ada di Kabupaten Ciamis dan memiliki koleksi berjumlah9 buah yang berupa
sebuahpedangcis,2(dua)buahpedangbiasa,3(tiga)buahkeris,sebuahnaskah,serta
sebuahbajukebesaranpeninggalanRajaPanjalu.
Kegiatan wisata yang bisa wisatawan di lokasi ini antara lain, berperahu mengelilingi
Nusa Larang, memancing, berkemah, berekreasi, atau hanya sekedar dudukduduk
santaisembarimelihatkeindahandanau.

d. UrugKasang
Urug kasang berupa lokasi dimana telah ditemukannya fosilfosil purba. Lokasi ini
beradadiDesaTambaksari,KecamatanTambaksariyangberadakearahtimurlautKota

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III45

Laporan Akhir

Ciamis.Fosilfosilyangditemukandilokasiinidiperkirakanberasaldarisekitar700.000
sampaidengan2jutatahunyanglalu.
DilokasiiniterdapatsebuahmuseumkecilyangdiberinamaMuseumFosilTambaksari.
Museum ini memiliki 21 benda koleksi yang terdiri dari 4 (empat) bagian fosil gajah
purba,2(dua)bagianfosilrusapurba,3(tiga)bagianfosilkerbaupurba,6(enam)jenis
fosilkeranglaut,dan3(tiga)jeniskeramik.

e. SitusGunungSusuru
Lokasi situs ini terletak di Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing. Situs Gunung
Susuru ini merupakan peninggalan cagar budaya berupa punden berundak dari masa
Kerajaan Hindu (klasik). Luas situs ini kurang lebih 7 Ha yang berada diantara dua
sungai,yaituSungaiCimunturdanSungaiCileueur.Padalokasiinijugaterdapat3(tiga)
buahgua,sebuahsumurbatu,3(tiga)buahdolmen,3(tiga)buahaltardanpeninggalan
lainnya seperti manikmanik, keramik, senjata, batu pipisan, batu peluru, dan lain
sebagainya.

WISATABUDAYAKAMPUNGTRADISIONAL
a. KampungKuta
Kampung Kuta secara administratif berada di wilayah Kecamatan Tambaksari,
Kabupaten Ciamis, tepatnya di Desa Karangpaningal dan ditetapkan sebagai sebuah
Dusun yaitu Dusun Kuta. Untuk menuju ke lokasi ini jarak yang harus ditempuh dari
kota Kabupaten Ciamis berjarak sekitar 34 km menuju ke arah utara. Secara geografis,
Kampung Kuta letaknya terpisah dengan kampung lain yang ada di Desa
Karangpaninggal, karena berada di suatu lembah yang dikelilingi tebingtebing tegak
lurusyangsekaligusmenjadibatasanwilayahdengankampunglainnya.Sebagaidaerah
yangberadadilembah,KampungKutamerupakandaerahyangsubur.
AmanatleluhurnyayangmasihtetapdipertahankandiKampungKutaini,antaralain:
1. Rumahpanggungharusberataprumbiaatauijuk(tidakbolehpermanen).
2. Bentukrumahpersegidantidakbolehberbentuksikon.
3. PendudukyangmeninggalharusdimakamkandiluarKampungKuta.
4. DilarangketempatkeramatselamahariSenindanJumat.
5. Tidakbolehmenggunakanpakaianyangserbahitam.
Karena ketaatannya memegang teguh adat dan aturan termasuk dalam menjaga
kelestarianlingkungannya,padatahun2002,KampungKutamemperolehpenghargaan
untukkategoripenyelamatlingkungan.

WISATAALAM
a. CurugTujuhCibolang
ObjekwisatainidiberinamaCurugTujuhCibolangkarenamempunyai7(tujuh)buahair
terjun(curug)yangterdapatpadasebuahbukitdikakiGunungSawal.Luaskeseluruhan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III46

Laporan Akhir

Wana Wisata Curug Cibolang ini adalah sekitar 20 Ha yang terletak di RPH Panjalu
BKPH Ciamis. Lokasitepatnya terletakdi DesaSandingtaman,Kecamatan Panjalu, atau
lebih kurang 35 km arah utara Kota Ciamis. Wana wisata ini terletak pada ketinggian
antara 800 900 m dpl, dengan konfigurasi lahan umumnya bergunung. Kawasan ini
mempunyaisuhuudararatarataantara18170C.
Lokasi Curug Tujuh Cibolang ini berjarak sekitar 5 km dari Kecamatan Panjalu, 31 km
dari Kabupaten Ciamis dan 112 km dari Kota Bandung. Kondisi jalan pada umumnya
beraspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Sarana transportasi umum yang
adahanyaojek.Untukmenujuobjekwisatainidapatmenggunakankendaraanrodadua
dan roda empat atau mountain bike bagi yang mempunyai hobi olahraga bersepeda. Jika
menggunakan kendaraan umum, dapat berangkat dari Terminal Ciamis menggunakan
angkutan dengan jurusan Kawali Panjalu, atau langsung dari Bandung menggunakan
angkutanjurusanCiamisviaPanjalu.
SebagianbesarlokasidiwanawisataCurugTujuhCibolangterdiridarihutantanaman
pinus. Sumber air yang ada di wilayah ini berupa mata air dan sungai yang saat ini
dimanfaatkan dengan cara membuat instalasi penampungan untuk kepentingan air
bersih dan MCK. Kita dapat menikmati keindahan dan keasrian ketujuh air terjun
tersebut dengan cara mengitari bukit, menapaki jalan setapak mulai dari kaki bukit
sampaikepuncakbukitdanberjalanmemutarkembali.Potensivisuallansekapmenuju
lokasiairterjuninicukupmenarikdenganpemandanganalamberupapanoramahutan
danpegunungan.
Wana wisata ini umumnya digunakan untuk wisata harian dan wisata berkemah.
Kegiatan wisata harian yang dapat dilakukan adalah mandi di air terjun, piknik, jalan
santai, hiking, trekking dan melihat adu binatang, sedangkan untuk kegiatan berkemah
tersediasebuahkompleksperkemahanseluaskuranglebih2Ha.

PermasalahandanIsuIsuStrategisPengembanganKepariwisataandiKabupatenCiamis
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ciamis tahun 2004 2013
serta berdasarkan hasil Focus Group Disscussion (FGD) terangkum permasalahan dan isu
strategis yang terkait dengan objek wisata alam dan budaya Kabupaten Ciamis, yang
mencakup:
Permasalahan

Perkembangan pembangunan fisik di bagian utara kabupaten pada areal yang


seharusnyauntukkawasanlindungdankawasanpenyangga.

Pengembangan bandar udara Nusawiru di Cijulang yang berfungsi untuk menunjang


kepariwisataan dan pengembangan wilayah Kabupaten Ciamis bagian selatan yang
kurangtermanfaatkandenganoptimal.

Kawasan yang memiliki peranan khusus berupa fungsi lindung, sejarah dan
kepariwisataanyaitukawasancagarbudayaSituPanjalu,kawasanKarangkamulyandi
Kecamatan Cijeungjing, serta kawasan Kampung Kuta. Namun dalam
pengembangannyabelumoptimal.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III47

Laporan Akhir

Saranaaksesibilitasyangsebagianmasihdalamkondisiburuk.

Saranadanprasaranapendukungkepariwisataanyangbelummemadai.

IsuisuStrategis

Perpindahantenagakerjadarisektorpertaniankurangterserapolehsektorindustridan
pariwisata. Dengan demikian sektor industri dan pariwisata di Kabupaten Ciamis
memiliki laju peryumbuhan nilai tambah yang tidak seimbang dibandingkan dengan
lajukesempatankerjanya.

Pengembangan kawasan pariwisata berada di bagian selatan kabupaten, yaitu di


wilayahPangandaran,CijulangParigidanCimerak,sekaligusmerupakanketimpangan
denganwilayahCiamisbagianutara.

3.1.4 WilayahBanjar
PembentukanKotaBanjartidakterlepasdariperkembanganKabupatenCiamis.Padatahun
1992,BanjarmenjadiKotaAdministratifberdasarkanPeraturanPemerintahnomor54tahun
1991tentangPembentukanBanjarKotaAdministratifyangdiresmikanolehMenteriDalam
Negeri pada tanggal 2 Maret 1992. Seiring dengan otonomi daerah, sejak tanggal 11
Desember 2002 wilayah Banjar ditetapkan menjadi kota yang otonom dan terpisah dari
Kabupaten Ciamis. Secara administratif Kota Banjar terdiri dari 4 kecamatan, yaitu
Kecamatan Pataruman, Banjar, Purwaharja, dan Langensari, serta terdiri dari 24
desa/kelurahan.
Secarageografis,KotaBanjarterletakpada1082610840BTdan07190726LS,tepatnyadi
bagian tenggara Provinsi Jawa Barat atau sekitar 3 jam perjalanan berkendara dari Kota
Bandung.AdapunbatasanwilayahKotaBanjar,mencakup:

SebelahutaraberbatasandenganKecamatanCisagaKabupatenCiamis.

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cimaragas dan Kecamatan Cijeungjing


KabupatenCiamis.

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lakbok dan Kecamatan Pamarican


KabupatenCiamis.

SebelahtimurberbatasandenganKecamatanLakbokKabupatenCiamisdanKecamatan
WanarejaKabupatenCilacapProvinsiJawaTengah

Kabupaten Ciamis memiliki luas keseluruhan administratif sebesar 13.197,23 Ha dengan


jumlah penduduk pada tahun 2006 mencapai 168.912 jiwa dengan kepadatan penduduk
sekitar1.477,67jiwa/km.
Kota Banjar merupakan wilayah dengan ketinggian antara 20 sampai dengan 500 m dpl
yang beriklim tropis. Tingkat kesuburan tanah di Kota Banjar umumnya tergolong sedang
(baik). Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan cukup besar dalam
perekonomian Kota Banjar, karena sebagian besar penduduk Kota Banjar masih
menggantungkan mata pencaharian pada sektor ini. Selain itu sektor industri dan
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III48

Laporan Akhir

perdagangan juga menjadi sektor penting di kota ini. Berdasarkan data dari Dinas
Perindustrian,Perdagangan,KoperasidanPenanamanModalKotaBanjar,sektorindustridi
kota ini berjumlah 1.517 unit usaha dengan 6.897 tenaga kerja dan telah menghasilkan
investasi sebesar 20,97 milyar rupiah. Sedangkan sektor perdagangan sendiri jumlah unit
usaha ada 947 yang menyerap 3.272 tenaga kerja dan telah menghasilkan investasi sebesar
52,52milyarrupiah.Sektorindustriyangcukupberkembangadalahindustrikerajinandan
makananolahan.Daridatatersebutsebelumnyaindustrikerajinanmemiliki117unitusaha
yang menyerap 1.305 tenaga kerja dan memiliki nilai investasi sebesar 358,5 juta rupiah.
Adapunkomoditiunggulan dari sektorindustridanperdagangandiKota banjarini dapat
dilihatpadatabeldihalamanberikut.
Tabel3.10
KomoditiUnggulanKotaBanjar
No.
1.

Komoditi

2.

Bordir/konveksi
Kaos,bajukoko,celana
pendek
Busanamuslim,kebaya
Tikarmendong

3.

Meubel

4.

Anyamanbambu

5.
6.

11.

Industrikerajinanbambu/kayu
Kerajinan
Miniaturalatmusik
Sanggarburung
Ukirantunggulkayu

Industrimakananolahan
Salepisang
Keripikpisang,singkong
Rangginang
Makananringan

Airminumdalamkemasan
Gulakelapa
Industrilogamalatrumah
tangga
Batamerah

12.
13.
14.

KambingPE
Berasorganik
Kentanghitam

7.

8.
9.
10.

JumlahUnitUsaha Kapasitas/Tahun
5kelompok

44,3potong

2unitusaha,
30plasma
43unitusaha

960kodi

Langensari

780pasang

Banjar,Pataruman,
Purwaharjadan
Langensari
Langensari,Neglasari

1.080.000buah

1.200set
96buah

Banjar,Neglasari

Pataruman,Neglasari,
danPurwaharja

20unitusaha
15unitusaha
25unitusaha
6unitusaha

440ton
53,2ton
80ton
72bungkus

Pataruman,Langensari
Pataruman
Purwaharja
Banjar

1unitusaha
602unitusaha
1unitusaha

35.800galon
1.200ton
6.300kodi

Banjar
Langensari
Langensari

400unitusaha

17.863buah

1.350ekor
998,7Ha
356,7Ha

200liter/hari
20ton
68ton

Pananjung,
Karangpucung,dan
Langensari
Langensari
KoptanBanjar
Langensari

2sentra,
65unitusaha
1unitusaha

4unitusaha
1unitusaha
2unitusaha

372.074buah

Lokasi
Banjar,Pataruman

Sumber:http://www.banjarjabar.go.id/

Sementara itu sektor pariwisata saat ini belum menjadi sektor andalan bagi Kota Banjar.
Namundemikiandiwilayahiniterdapatbeberapaobjekdandayatarikyangcukupsering

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III49

Laporan Akhir

dikunjungi,khususnyaolehwisatawanlokaldanregional.Untuklebihjelasnyadapatdilihat
padatabel3.11berikut.

Tabel3.11
SebaranObjekWisatadiKotaBanjaryangTermasukDalam
KawasanWisataKriadanBudayaPriangan
Nama

SituMustika

PuloMajeti/RawaOnom

Kokoplak

Terowongan

Lokasi
DesaPurwaharja,
KecamatanPurwaharja
DesaPurwaharja,
KecamatanPurwaharja
DesaMulyasari,
KecamatanPataruman
DesaBinangun,
KecamatanPataruman

Luas
2,5Ha
2Ha
1Ha

Sumber:PetunjukPariwisataKabupatenCiamis,2007

DayaTarikWisataKotaBanjar

WISATAKRIA
a. MiniaturAlatMusik
Kota Banjar memiliki komoditi unggulan berupa kerajinan tangan dari kayu yaitu
miniatur alat musik. Kerajinan ini berpusat di Kecamatan Pataruman, Neglasari dan
Purwaharja. Kerajinan miniatur alat musik saat ini terdiri dari 4 unit usaha dengan
kapasitas total ratarata pertahun sebesar 1.200 set produk miniatur alat musik. Pasar
dari usaha kerajinan miniatur alat musik ini masih terbatas pada pasar lokal, terutama
kota atau kabupaten di sekitar Kota Banjar, seperti Tasikmalaya, Garut, Ciamis dan
Bandung.

b. SangkarBurung
ProdukkrialainnyayangdiproduksiolehKotaBanjaradalahkerajinansangkarburung.
Kerajinansangkarburunginiterbuatdarikayu.Samahalnyadengankerajinanminiatur
alat musik, kerajinan sangkar burung ini berpusat di Kecamatan Pataruman, Neglasari
dan Purwaharja. Kerajinan sangkar burung pada saat ini terdiri dari 1 unit usaha,
dengantotalkapasitasrataratapertahunsebanyak96buahsangkarburung.Pasardari
usaha kerajinan sarang burung adalah pasar lokal wilayah Jawa Barat, khususnya
wilayahkabupatendankotadisekitarKotaBanjar.

WISATAKULINER
a. SalePisang
Sale pisang, merupakan jenis makanan ringan umum yang terbuat dari bahan dasar
pisang.Hampirsetiapdaerahmemilikimakanankhasberupasalepisangini,tetapisale
pisang produksi Kota Banjar memiliki citarasa yang khas dan berbeda dengan sale
pisangyangadaditempatlain.ProduksisalepisanginibanyakterdapatdiKecamatan
PatarumandanLangen.Saatini,produksiindustrimakananringansalepisangyangada

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III50

Laporan Akhir

diKotaBanjarberjumlahsekitar20unitusahayangsetiaptahunnyamenghasilkantotal
produksikuranglebihsekitar440tonsalepisang.Hasildariindustriinididistribusikan
ke wilayah Tasikmalaya, Garut, Banjar dan Ciamis untuk kemudian dijual di sentra
makanantradisionalatautokooleholeh.

b. KeripikPisangdanSingkong
Banyaknya sumber daya berupa bahan baku buah pisang dan singkong menjadi suatu
peluangbernilaiekonomibagimasyakaratKotaBanjar.Dengankreativitasdankeuletan
warga Kecamatan Pataruman, buah pisang dan singkong diubah menjadi makanan
olahan khas Banjar yaitu keripik pisang dan singkong. Pada saat ini industri makanan
ringan olahan berupa keripik pisang dan singkong berjumlah sekitar 15 unit usaha,
dengan total produksi yang dihasilkan pertahunnya sebanyak kurang lebih 53,2 ton.
Keripik pisang dan singkong ini umumnya dipasarkan ke wilayah Tasikmalaya,
Bandung,Ciamis,BanjardanGarutuntukdijualdisentramakanantradisionalataupun
tokooleholeh.

WISATAALAM
a. SituMustika
SituMustikaadalahdayatarikwisataalamyangberupadanaudanberlokasidiDusun
Katapang,DesaPurwaharja,KecamatanPurwaharja.KawasanSituMustikainimemiliki
luasarea2,5HayangmerupakanmilikPT.Perhutani.Lokasiinimemilikijaraksekitar1
Km dari pusat Kota Banjar. Situ Mustika merupakan situ atau danau buatan yang
awalnyaberfungsisebagaipenampunganairpadakawasanhutanjati.
Aktivitas pariwisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan antara lain adalah
memancing, berperahu, berekreasi, bersepeda air, serta berkemah. Biasanya lokasi ini
dipadati pengunjung pada akhir pekan atau hari libur. Untuk masuk ke objek ini
wisatawan yang datang ditarik retribusi sebesar Rp. 2.500/orang. Hingga saat ini
wisatawan yang datang seluruhnya merupakan wisatawan nusantara (wisnus).
Berdasarkan data tahun 2005, jumlah wisnus yang datang ke Situ Mustika sebanyak
1.575 orang, sedangkan pada tahun 2006, wisnus yang datang sebanyak 1.560 orang.
Saranadanprasaranayangadadikawasaninimencakuppintugerbangyangberfungsi
sebagailoketkarcis,tempatparkirdanfasilitastoiletyangkurangterawat.

WISATABUDAYA
a. SitusPuloMajeti
Situs Pulo Majeti berlokasi di Dusun Siluman Baru, Desa Purwaharja, Kecamatan
Purwaharja.Lokasiiniberjaraksekitar4KmdaripusatKotaBanjar.KawasanSitusPulo
Majeti memiliki luas lahan sekitar 2 Ha dengan status kepemilikan oleh masyarakat.
Wisatawan yang banyak datang ke situs ini seluruhnya adalah wisatawan nusantara
(wisnus). Berdasarkan data tahun 2005, jumlah wisnus yang berkunjung ke Situs Pulo
Majetiberjumlah117orang.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III51

Laporan Akhir

b. SitusKokoplak
Situs Kokoplak terletak di Dusun Pananjung, Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman
atausekitar2KmdaripusatKotaBanjar.Kawasaninimemilikiluaskuranglebih1Ha
yang statusnya masih merupakan tanah milik masyarakat. Wisatawan yang banyak
datang kesitusiniseluruhnya adalah wisatawan nusantara(wisnus).Berdasarkandata
tahun 2005 dari Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kota Banjar, jumlah wisnus yang
berkunjungkeSitusKokoplakiniberjumlah265orang.

c. WisataSeniBudayaCalang/ReogTumaritisBatulawang
Wisata seni budaya Calang atau lebih dikenal dengan sebutan Reog Tumaritis
BatulawanginimerupakanpertunjukankeseniankhasKotaBanjar.Kesenianinibanyak
diminati olehmasyarakatBanjardanbiasanyaditampilkanpadaeventeventatauacara
tertentu.

PermasalahandanIsuIsuStrategisPengembanganKepariwisataandiKotaBanjar
Terkait dengan pengembangan objek wisat alam dan budaya di Kota Banjar terdapat
beberapapermasalahandanisustrategis,yangmencakup:
Permasalahan

Objek dan daya tarik wisata yang ada belum dimanfaatkan secara optimal untuk
menunjangpengembanganwisatakriadanbudayaPriangan,padahalbanyakdayatarik
yangpotensial.

Sarana dan prasarana di objek dan daya tarik wisata masih kurang. Fasilitas yang
sekarangtersediapunbanyakyangkurangterawatdenganbaik.

IsuStrategis

PariwisatabelummenjadisektorandalanbagiKotaBanjar.

Potensi sektor pendukung (misalnya: sektor pertanian) belum dimanfaatkan secara


optimaluntukmenunjangpariwisataKotaBanjar.

3.1.5 PotensiWisataGunungApi
Wilayah Priangan yang meliputi gununggunung utama di Jawa Barat memang terkenal
denganpuncakkerucutgunungapinya.WilayahPrianganyangmeliputiKabupatenGarut,
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar, dikelilingi
olehgununggunungapi,baikyangaktif,istirahat,maupunyangsudahtidakaktif.
Tabel 3.12 berikut ini menunjukkan beberapa gunung api dan kemungkinan daya tarik
wisatayangdapatdikembangkan.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III52

Laporan Akhir

Tabel3.12
GunungApidiWilayahPriangandanKemungkinanDayaTarikWisatayangDapat
Dikembangkan
No. NamaGunungApi
Daerah
1
Guntur
Kab.Garut

Papandayan

Kab.Garut

Cikuray

Kab.Garut

Kamojang
Darajat

SituCangkuang

Kab.Garut

Galunggung

Kab.Tasikmalaya

SituGede

KotaTasikmalaya

Sawal

KabupatenCiamis

dan Kab.Garut

DayaTarikWisata
Mata air panas di kaki Gunung Guntur
(Cipanas), hiking ke puncak/kawah 7
jam perjalanan melewati beberapa
fenomena seperti air terjun, aliran lava,
dan aktivitas kawah. Perlu dirancang
pencapaian di puncak ketika matahari
terbit
Hiking ke berbagai kawah yang muncul
setelah letusan tahun 2002; pengamatan
aktivitas kawah utama maupun kawah
kawah penghasil belerang. Camping di
beberapa puncak yang agak jauh dari
kawah aktif seperti di Tegal Alunalun.
Penjelajahan hingga menembus ke arah
perkebunan teh Sedep dan Malabar di
KabupatenBandung.
Catatan: gunung api aktif. Sewaktu
waktu ditutup. Perlu pengetahuan
tentangperilakugunungapi
Hiking ke puncak untuk mendapatkan
suasana matahari terbit. Memandang
lautselatandaripuncak
Aktivitaspanasbumi(pembangkitlistrik
tenaga geotermal / PLTG). Beberapa
tempat
bisa
dikembangkan
spa
(berendamdalammataairpanas/hangat)
Danau sisasisa dari hasil letusan G.
Gunturpurba.
Pengamatan kawah baru setelah letusan
tahun 1982 dengan mendaki 620 anak
tangga.Penjelajahanbeberapapuncakdi
sekitar kawah, dan fenomena di kaki
gunung api seperti Perbukitan Sepuluh
Ribuataumataairpanas
Seperti juga Situ Cangkuang di Garut,
Situ Gede adalah danau yang terbentuk
setelah letusan purbakala dari Gunung
Galunggung,
bersamaan
dengan
terbentuknyaPerbukitanSepuluhRibu.
Perludisurveikemungkinanjalurhiking
ke puncak Gunung Sawal, gunung api
yangsudahtidakaktiflagi.

Sesuai dengan tema KWU Priangan yaitu kria dan budaya, pengembangan wisata gunung
api dapat dikaitkan dengan tema utama, karena produk budaya masyarakat gunung api
tentunya akan menghasilkan sutau budaya yang khas. Sebagai contoh, selain volcano
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III53

Laporan Akhir

trekking ke puncakpuncak gunung api, juga dapat dirancang penjelajahan situssitus


purbakalayangberadadikakiataulerengtengahgunungapi.Mengapasitusadaditempat
itu, dari bahan batu apa situs dibangun, adakah kaitannya dengan letusan gunung api di
masa lalu, hingga aktivitas upacara adat yang mungkin terkait dengan gunung api, bisa
dikembangkan.
Rekomendasi terbaik untuk wisata gunung api ketika aksesibitas dan fasilitas pendukung
belum layak mendekati objek kawah, adalah dengan mengembangkan wisata gunung api
aktif. Contohnya adalah volcanotrekking dengan pemandu handal dalam beberapa grup
kecil,jikadikemasdenganbaik,akanmenghasilkansuatudayatarikwisatayangpotensial.

3.2 FasilitasPendukungKepariwisataan
3.2.1 Akomodasi
Sebagai pendukung kegiatan berwisata, sarana akomodasi memegang peranan penting,
khususnya untuk wisatawan yang datang dari luar daerah. Selain menunjang kegiatan
pariwisataitu,keberadaansaranaakomodasijugaakanberpengaruhbagipendapatansektor
pariwisatakhususnya,danpendapatandaerahpadaumumnya.Jumlahhotelberbintangdi
masingmasing kabupaten/kota yang termasuk dalam KWU Kria dan Budaya Priangan
sebanyak8hotel,331jumlahkamardan542tempattidur.JumlahhoteldiKabupatenGarut
sebanyak 5 buah, dengan 176 jumlah kamar dan 360 jumlah tempat tidur, Kabupaten
Tasikmalaya tidak memiliki hotel berbintang, Kabupaten Ciamis memiliki 1 buah hotel
berbintang dengan jumlah kamar sebanyak 69dan jumlah tempat tidur sebanyak 59 buah,
Kota Tasikmalaya memiliki 2 hotel berbintang dengan jumlah kamar 86 buah dan jumlah
tempattidur123buah,sedangkanKotaBanjartidakmemilikihotelberbintang.Untukdata
selengkapnnyatercantumdalamtabel3.13,3.14dan3.15berikutini.

Tabel3.13
JumlahHotelBerbintang
diKabupaten/KotayangWilayahnyaTermasukdalamKWUKria&BudayaPrianganTahun2006
JumlahHotel
Bintang
Kab.Garut
5
Kab.Tasikmalaya
0
Kab.Ciamis
1
KotaTasikmalaya
2
KotaBanjar
0
Jumlah
8
Sumber:HasilKompilasiData,2007
NamaKota/Kab

Jumlah
Kamar
176
0
69
86
0
331

Jumlah
TempatTidur
360
0
59
123
0
542

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III54

Laporan Akhir

Tabel3.14
JumlahAkomodasiLainnya
diKabupaten/KotayangWilyahnyatermasukdalamKWUKria&BudayaPrianganTahun2005
NamaKota/Kab

Akomodasi(MenurutJumlahKamar)
<10
1024
2540
41100
Unit Kamar Unit Kamar Unit Kamar Unit Kamar
50

322

30

506

222

107

21

71

105

713

86

1.535

69

10

726

KotaTasikmalaya

20

12

242

101

203

KotaBanjar

133

162
1085
137
Jumlah
Sumber:JawaBaratdalamAngka2006,BPS

2.487

392

15

1036

Kab.Garut
Kab.Tasikmalaya
Ciamis

Tabel3.15
JumlahPondokWisata
diKabupaten/KotayangWilayahnyaTermasukkeDalamKWUKria&BudayaPrianganTahun
2006
Jumlah
PondokWisata
1
Kab.Garut
1
Kab.Tasikmalaya

Kab.Ciamis
KotaTasikmalaya

KotaBanjar
2
Jumlah
Sumber:HasilKompilasiData,2007
NamaKota/Kab

Jumlah
Kamar
20
60

80

Jumlah
TempatTidur
40
60

100

Tingkat ketersediaan sarana akomodasi di tiaptiap kabupaten/kota yang termasuk dalam


KWU Kria dan Budaya Priangan berbedabeda. Kabupaten Garut memiliki sarana
akomodasi yang lebih lengkap dibandingkan kabupaten/ kota lainnya. Sarana akomodasi
yang ada di KWU Kria dan Budaya Priangan memiliki beragam variasi jika dilihat dari
jenis/kelas dari hotel bintang 4 hingga melati 1, sehingga cukup menunjang kebutuhan
wisatawan akan tempat menginap dari berbagai kalangan. Akan tetapi terdapat beberapa
permasalahanantaralainmasalahsumberdayamanusiadanmanajemenpengelolaanhotel.
Banyak tenaga kerja di fasilitas akomodasi yang belum memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai operasional hotel. Pihak manajemen hotel juga belum seluruhnya menerapkan
sistem pelayanan yang profesional yang sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure)
hotel, sehingga seringkali ada keluhan dari wisatawan baik mancanegara maupun
nusantara.

3.2.2 RestorandanRumahMakan
Restorandanrumahmakantermasukkedalamfasilitaspendukungsaranapariwisatadalam
suatu kawasan wisata. Rincian restoran yang terdapat dalam wilayah studi, mencakup
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III55

Laporan Akhir

KabupatenGarutyangmemiliki1buahrestorandenganjumlahkursisebanyak10buahdan
jumlah kursi sebanyak 50 buah, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis tidak
memilikirestoran,KotaTasikmalayaterdapat6buahrestorandenganjumlahmeja88buah,
dan jumlah kursi 417 buah, sedangkan di Kota Banjar terdapat 3 restoran dengan jumlah
mejasebanyak42buahdanjumlahkursisebanyak168buah.Untuklebihjelasnyamengenai
data jumlah dan lokasi restoran dan rumah makan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangandapatdilihatpadatabel3.16dibawahini.
Tabel3.16
JumlahRestorandiKabupaten/KotayangTermasukkeDalamKWUKria&BudayaPriangan
Tahun2006
Jumlah
Restoran
KabupatenGarut
4
KabupatenTasikmalaya

KabupatenCiamis

KotaTasikmalaya
10
KotaBanjar
3
Sumber:HasilKompilasiData,2007
Kabupaten/Kota

Jumlah
Meja
75

132
42

Jumlah
Kursi
446

635
168

JumlahrumahmakandiKabupatenGarutsebanyak81rumahmakandenganjumlahmeja
748 buah dan jumlah kursi 3447 buah, Kabupaten Tasikmalaya memiliki 48 rumah makan
denganjumlahmejasebanyak499buahdanjumlahkursi1.800buah,diKabupatenCiamis
terdapat188rumahmakandenganjumlahmeja946buahdanjumlahkursi3.943buah,Kota
Tasikmalayaterdapat49rumahmakandenganjumlahmeja253buahdanjumlahkursi1691
buah,danKotaBanjarmemiliki12rumahmakandenganjumlahmejasebanyak94buahdan
jumlahkursi410buah.SementaracafetariahanyaterdapatdiKabupatenGarut,sebanyak1
buahdenganjumlahmejasebanyak94buahdankursi50buah.Selengkapnyadapatdilihat
padatabel3.17berikutini.
Tabel3.17
JumlahRumahMakandiKabupaten/KotayangTermasuk
KWUKria&BudayaPrianganTahun2006
Kabupaten/Kota

Jumlah
RumahMakan
KabupatenGarut
81
KabupatenTasikmalaya
48
KabupatenCiamis
188
KotaTasikmalaya
107
KotaBanjar
12
Sumber:HasilKompilasiData,2007

Jumlah
Meja
748
499
946
1.015
94

Jumlah
Kursi
3.447
1.800
3.943
3.708
410

SecaraumumrumahmakanyangadadiKawasanKriadanBudayaPriangansudahcukup
baik dalam mengakomodir kebutuhan wisatawan. Jumlahnya mencukupi dan mudah
ditemui di mana saja. Hanya saja variasi makanannya hanya terbatas pada jenis masakan
Sunda,Padang,dananekamasakanIndonesialainnya.Halinidapatmenyulitkanterutama
bagi wisatawan mancanegara yang tidak menyukai masakan Indonesia. Tenaga kerja yang
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III56

Laporan Akhir

bekerja pada restoran dan rumah makan belum seluruhnya memiliki pengetahuan tentang
pelayanandikarenakantingkatpendidikanyangbelummencukupi.

3.2.3 BiroPerjalananWisata
BiroPerjalananWisata(BPW)termasukkedalamsalahsatufasilitaspendukungpariwisata,
yangdapatmempermudahsuatuperjalananwisata.Namunbiroperjalananwisatayangada
di kawasan ini jumlahnya masih terbatas. Umumnya wisatawan memakai jasa biro
perjalanan wisata yang ada di luar kota seperti Bandung dan Jakarta. Keberadaannya pun
hanya ada di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut dan Kabupaten Ciamis, sehingga
menyulitkanakseswisatawankhususnyayangberadadiluarkota/kabupatentersebutuntuk
menggunakan jasa usaha perjalanan wisata. Data mengenai jumlah biro perjalanan wisata
dapatdilihatpadatabel3.18dibawahini.
Tabel3.18
DataUsahaPerjalananWisatadiKabupaten/KotayangTermasukDalam
KWUKria&BudayaPrianganTahun2006
Kabupaten/Kota
KabupatenGarut
KabupatenTasikmalaya
KabupatenCiamis
KotaTasikmalaya
KotaBanjar
Sumber:HasilKompilasiData,2007

BPW
2

2
3

3.2.4 SaranaWisata
Sarana wisata lainnya yang menunjang kegiatan pariwisata antara lain mencakup usaha
angkutan wisata, kolam pemancingan, kolam renang dan rumah billiard. Permasalahan
yangdihadapiolehsaranawisatadiKawasanWisataUnggulanKriadanBudayaPriangan
adalah keterbatasan jumlah dan sebaran yang tidak merata, karena hanya terbatas pada
kota/kabupaten tertentu. Permasalahan lainnya yang ada yaitu menyangkut sumber daya
manusia dan manajemen pengelolaan. Data mengenai jumlah dan jenis sarana wisata
lainnyadikawasandapatdilihatpadatabel3.19berikut.
Tabel3.19
DataSaranaWisataLainnyadiKabupaten/KotayangTermasukDalam
KWUKria&BudayaPrianganTahun2005
SaranaWisataLainnya
UsahaAngkutan
Kolam
Kolam
Wisata
Pemancingan
Renang
KabupatenGarut

11
10
KabupatenTasikmalaya

2
2
KabupatenCiamis

KotaTasikmalaya
2
6
4
KotaBanjar

2
Sumber:KebudayaandanPariwisataJawaBaratDalamAngka2005
Kabupaten/Kota

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

Rumah
Billiard
2

III57

Laporan Akhir

3.2.5 TransportasidanInfrastruktur
A.JaringanJalan
Perhubungandaratmerupakankebutuhansaranadanprasaranatransportasiyangpenting
untuk memperlancar kegiatan pariwisata. Dengan makin meningkatnya usaha
pembangunan di bidang pariwisata maka menuntut peningkatan pembangunan prasarana
transportasisepertijalanuntukmemudahkanmobilitaspendudukterutamawisatawan,dan
memperlancar lalu lintas penumpang dari satu daerah ke daerah lain. Di samping itu,
perhubungan darat memiliki peranan yang cukup besar karena kontribusinya untuk
menembus isolasi ke suatu daerah tujuan wisata terkait pengembangan objek wisata di
kawasanwisata.
Di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan, peranan transportasi cukup dominan
terutamauntukmemudahkanparawisatawanuntukmencapaidaerahtujuanobjekwisata.
Selainitu,transportasisangatdibutuhkanuntukmelayanikebutuhanmasyarakatterutama
menggerakkanperekonomiandipedesaan.
Tabel3.20
PanjangJalanKabupaten/KotaMenurutKelas
diKawasanKriadanBudayaPriangan(Km)Tahun2005
Kabupaten/Kota

II

III

Kelas
IIIB

IIIA

Kab/Reg.

Tidak

Garut

30,080

Tasikmalaya

188,300 572,200 10,500

30,080

Jumlah

3 Ciamis
Jumlah

64,810 1,044,920

IIIC

1,080

1,140,890

1,051,850

1,051,850

64,810 1,233,220 572,200

771,000

10,500 1,052,930

2,963,740

Kota/City
4

Tasikmalaya

5 Banjar
JumlahKota

644,406

38,730

38,730

KWUPriangan
38,730 30,080
64,810 1,233,220 572,200
(2005)
Sumber:BadanPusatStatistikProvinsiJawaBarat,2006

10,500 1,697,336

644,406

38 730
683,136
3,646,876

DariseluruhjalanyangadadiKawasanPriangan,secaraumumberadadalamkondisibaik
dan sedang. Hanya sebagian kecil yang berada dalam kondisi rusak dan rusak berat.
BerdasarkandatadariDinasBinaMargaJawaBarat,panjangjalandiJawaBaratpadaakhir
tahun 2005 adalah 21.717 km. Jika dirinci menurut jenis permukaan jalan maka sepanjang
17.661 km atau sebesar 81,32% sudah beraspal, 2.587 km atau 11,91% berkerikil, sisanya
sepanjang 901,015 kmatau sebesar 4,15% masih batu dan belum dirinci.Dariseluruhjalan
yangadadiJawaBarat,hanya8.357,55km(38,48%)dalamkondisibaik,sepanjang6.388,82
km(29,42%)dalamkondisisedangsedangkansisanyasepanjang6.970,73km(32,09%)dalam
kondisirusakdanrusakberat.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III58

Laporan Akhir

Sedangkan kondisinya secara umum, seperti dilaporkan oleh Bapeda Provinsi Jawa Barat
(2006) 1, kondisi jaringan jalan di Provinsi Jawa Barat terdapat 32,59% panjang jalan dalam
kondisiburuk.Jaringanjalanyangberadadalamkondisiburukinisebagianbesarberadadi
wilayah Jawa Barat bagian Selatan. Jaringan jalan yang berada dalam kondisi mantap
(34,51%)beradadalamwilayahperkotaan.
Hampir 43% ruas yang sebagian besar berada di wilayah Jawa Barat bagian Selatan
mempunyai tingkat LHR yang rendah. Oleh karena itu kecepatan ratarata sistem jaringan
jalandiJawaBaratmasihcukuptinggiyaitu44,19km/jam.Mobilitasjalanjugaburukakibat
dari hambatan samping yang tinggi. Beberapa jaringan jalan provinsi ini melalui pasar di
ibukotakecamatanmaupunibukotakabupaten.Pengembanganwilayahdikanankirijalan
provinsi juga kurang dijaga sehingga mengurangi fungsi mobilitas dan kecepatan operasi
jaringanjalanprovinsi.
Berdasarkan informasi ini dapat disimpulkan bahwa terdapat permasalahan dalam
penyediaansaranadanprasaranatransportasisecaraumumadalah:

Kurangnya pemeliharaan jaringan jalan di daerah KWU Priangan untuk memperlancar


mobilitaswisatawansertameningkatkanaksesibilitaskeobjekdandayatarikwisata.

Perlunya peningkatan jaringan jalan akses menuju kawasan wisata sehingga


memudahkanwisatawanmencapaiobjekdandayatarikwisata.

Kurangtersedianyapapaninformasimenujulokasiobjekdandayatarikwisatasehingga
wisatawan yang belum mengetahui secara jelas lokasi tujuannya mendapat kesulitan
dalammenentukanarahperjalanan.

Kondisi pelayanan angkutan umum yang masih perlu ditingkatkan dalam melayani
kebutuhanwisatawanuntukmenujulokasiobjekdandayatarikwisata.

B.Infrastruktur
Selain transportasi, infrastruktur juga tidak kalah pentingnya dalam pengembangan
kepariwisataan daerah. Pengembangan pariwisata tanpa didukung ketersediaan
infrastruktur yang baik akan sulit untuk berkembang. Masih banyak juga daerah tujuan
wisatayangbelummemilikijaringanairbersih.Haliniperludicermatiagarkawasanwisata
memiliki infrastruktur air bersih yang memadai sehingga dapat memenuhi kebutuhan
wisatawan dan masyarakat akan air bersih di lokasi wisata yang mereka kunjungi.
Diperlukan kordinasi yang baik dalam mengembangkan jaringan air bersih ke daerah
daerahtujuanwisata.
Kebutuhan terhadap penyediaan fasilitas air bersih dan sanitasi di kawasan wisata
merupakan salah satu bentuk layanan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kenyamanan
wisatawan. Masih terdapat kesulitan untuk menemukan fasilitas toilet yang memadai di
beberapa objek wisata. Hal ini memerlukan komitmen pengelola objek wisata agar dapat
menyediakandanmemeliharafasilitastoiletdanairbersihdikawasanyangdikelolanya.
1

StudiPenyusunanRencanaPengembanganInfrastrukturWilayahJawaBarat,LaporanAkhir,BapedaProvinsi
JawaBarat,2006

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III59

Laporan Akhir

Dalammengembangkanjaringanairbersihdiperlukankajianmengenaianalisiskebutuhan
airbersihdankajiansumberairbersihnya.Halinipentinguntukdilakukansehinggadalam
pengembangannya dapat diterapkan strategi yang tepat untuk pengembangannya dengan
menggunakansumberdayaseefisienmungkin.
Selainjaringaninfrastrukturyangtelahdisebutkandiatas,kebutuhanjaringaninfrastruktur
telekomunikasi juga merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang
pelayanan daerah tujuan wisata daerah. Telekomunikasi sebagai sarana komunikasi yang
paling efektif telah menjangkau keseluruhan wilayah KWU Priangan. Jaringan telepon
sudah tersedia di kotakota dan daerah sekitarnya bahkan jaringan telepon selular juga
sudahmenjangkaukawasanini.Halinimemudahkanwisatawanuntukmenghubungiobjek
dan daya tarik wisata untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Hal ini
termasukpemenuhanterhadapkebutuhanberkomunikasi.
Permasalahan yang muncul di bidang telekomunikasi, secara umum, cenderung untuk
pemeliharaan dan peningkatan layanan daerah jangkauan telekomunikasi, baik
telekomunikasiteleponmaupunteleponselular.Untukitu diperlukanjugapengembangan
jaringan infrastruktur telekomunikasi ini ke daerahdaerah tujuan wisata untuk melayani
kebutuhankomunikasiparapengunjung.
Untuk dapat mengembangkan jaringan infrastruktur ini secara terpadu diperlukan kajian
dan penyusunan strategi pengembangannya yang melibatkan sektorsektor terkait. Kajian
bersamadanterpaduinidapatmengoptimalkansumberdayayangadasehinggakebutuhan
jaringan infrastruktur ini dapat terpenuhi sesuai dengan target pengembangan yang telah
disusun sebelumnya. Keberhasilan penyediaan jaringan infrastruktur yang memadai dapat
membantu dan mendorong pengembangan industri pariwisata daerah secara langsung
maupuntidaklangsung.

3.2.6 PotensidanPermasalahanFasilitasPendukung
Bagian berikut akan membahas lebih detil mengenai potensi dan permasalahan fasilitas
pendukung pariwisata di Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis,
KotaTasikmalaya,danKotaBanjar.

KabupatenGarut

A.Akomodasi
Fasilitas akomodasi di Kabupaten Garut memiliki jumlah yang relatif lebih banyak
dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Kawasan Wisata Unggulan Kria dan Budaya
Priangandenganjenis/kelasbervariasidarikelasmelati1,melati2danmelati3hinggahotel
bintang2,bintang3danbintang4.Padakawasaniniterdapat14hotelmelatiI,4hotelmelati
II,danmelatiIIIsebanyak6hotel,sedangkanhotelbintangIIsebanyak1hotel,hotelbintang
III sebanyak 3 hotel dan hotel bintang IV hanya ada satu hotel. Jumlah total keseluruhan
sarana akomodasi di Kabupaten Garut sebanyak 29 hotel. Lebih lengkapnya dapat dilihat
padatabel3.21berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III60

Laporan Akhir

Tabel3.21
SaranaAkomodasidiKabupatenGarutTahun2006
Kelas/JenisSaranaAkomodasi
MelatiI
MelatiII
MelatiIII
BintangII
BintangIII
BintangIV
Jumlah
Sumber:garut.go.id,(31Juli2007)

Jumlah
14
4
6
3
1
1
29

JumlahwisatawanyangmenginapdihotelberbintangdiKabupatenGarutpadatahun2001
sebanyak 19.923 orang, terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 1.226 orang dan
wisatawannusantarayangjumlahnyajauhlebihbanyakyaitu18.697orang.Padatahun2002
mengalamipenurunanjumlahwisatawansebesar12,10%,denganrincianjumlahwisatawan
mancanegara sebanyak 562 orang yang menurun dari tahun sebelumnya sebesar 54,15%,
dan jumlah wisatawan nusantara sebanyak 16.950 orang atau menurun sekitar 9,34% dari
jumlahtahun2001.Padatahun2003totalwisatawanmenurunkembalimenjadi9.551orang
atau menurun sekitar 45,46% dibanding tahun 2002, dan jumlah wisatawan mancanegara
danwisatawannusantaramenurunmasingmasing61,92%dan44,91%daritahun2002.
Padatahun2004terjadisedikitkenaikanjumlahwisatawansebesar27,41%,denganjumlah
wisatawanmancanegaranaiksebesar63,85%danwisatawannusantara23,99%.Padatahun
2005 jumlah wisatawan meningkat lagi sebesar 85,12% dari jumlah tahun sebelumnya,
jumlahwisatawanmancanegaranaiksekitar6,75%danwisatawannusantarasebesar86,80%
dari tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 jumlah wisatawan mancanegara naik sebesar
44,94% dibandingkan wisatawan usantara yang mengalami penurunan jumlah dari tahun
sebelumnya sebesar 307,11%. Selengkapnya mengenai perbandingan jumlah wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara pada hotel berbintang di Kabupaten Garut dapat
dilihatpadatabel3.22berikut.
Tabel3.22
BanyaknyaWisatawanMancanegaradanNusantarayangMenginapdiHotelBerbintangdi
KabupatenGarutPadaTahun20012006(orang)

Jenis
Wisatawan
2001
2002
Wisman
1.226
562
Wisnus
18.697
16.950
Jumlah
19.923
17.512
Sumber:HasilKompilasiData,2007

Tahun
2003
2004
214
592
9.337 11.577
9.551 12.169

2005
632
21.626
22.258

2006
1.148
5.312
6.460

Jumlah wisatawan yang menginap di hotel nonbintang di Kabupaten Garut pada tahun
2001 sebanyak 86.849 orang, dengan perincian wisatawan mancanegara sebanyak 1.741
orang dan jumlah wisatawan nusantara sebanyak 85.108 orang. Jumlah wisatawan
mengalami kenaikan 142,87% pada tahun 2002, dengan rincian jumlah wisatawan
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III61

Laporan Akhir

mancanegara naik sebesar 0,28% dan wisatawan nusantara sebesar 145,79% dari tahun
sebelumnya. Penurunan drastis dialami pada tahun 2003 menjadi 909 orang wisatawan
mancanegara atau turun dengan persentase sebesar 47,93% sedangkan jumlah wisatawan
nusantaranaiksebesar46,11%daritahun2002.
Tahun 2004 wisatawanmancanegara menurun lagi sebanyak 79 orang atau sebesar 91,30%
sedangkanjumlahwisatawannusantaranaikmenjadi337.918atau10,55%daritahun2004.
Pada tahun 2005 jumlah wisatawan mancanegara naik menjadi 160 orang atau sebesar
102,53% dari tahun 2004, sedangkan jumlah wisatawan nusantara mengalami kenaikan
sebesar 19,04% dibandingkan tahun 2004, tahun 2006 jumlah wisatawan mancanegara
nmengalami kenaikan sebesar 71,32% dari tahun sebelumnya hingga mencapai angka 558
orang wisatawan mancanegara, sedangkan jumlah wisatawan nusantara mengalami
penurunan sebesar 626% menjadi 37.679 wisatawan nusantara. Selengkapnya dapat dilihat
padatabel3.23dibawahini.
Tabel3.23
BanyaknyaWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarayangMenginappada
HotelNonBintangdiKabupatenGarutpadaTahun20012006(orang)

Jenis
Wisatawan
2001
2002
Wisman
1.741
1.746
Wisnus
85.108 209.187
Jumlah
86.849 210.933
Sumber:HasilKompilasiData,2007

Tahun
2003
2004
909
79
305.646 337.918
306.555 337.997

2005
160
273.550
273.710

2006
558
37.679
38.237

Ratarata lama menginap wisatawan mancanegara pada hotel berbintang di Kabupaten


Garutpadatahun2001ratarataselama1,73haridanwisatawannusantararatarataselama
1,08 hari. Pada tahun 2002 ratarata lama menginap wisatawan mancanegara pada hotel
berbintang di Kabupaten Garut selama 1,54 hari atau menurun sebesar 10,98% sedangkan
wisatawannusantaraselama1,12harinaiksebesar3,70%daritahun2001.Tahun2003rata
ratamenginapwisatawanmancanegaraselama3,18harinaikdaritahunsebelumnyasebesar
106,49%danwisatawannusantara1,21harinaikdaritahun2002sebesar8,03%.Padatahun
2004 selama 1,85 hari atau menurun sebesar 41,82 hari dan wisatawan nusantara juga
menurun sebesar 4,95% dari tahun sebelumnya. Ratarata lama menginap wisatawan
mancanegarapadatahun2005selama2,82hariataunaiksebesar52,43%danrataratalama
menginapwisatawannusantaraselama1,17hariataunaikdenganpersentasesebesar1,73%.
Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.24berikut.
Tabel3.24
RatarataLamaMenginapWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarayangMenginap
padaHotelBerbintangdiKabupatenGarutPadaTahun20012005(hari)
Jenis
Tahun
Wisatawan
2001
2002
2003
2004
2005
Wisman
1,73
1,54
3,18
1,85
2,82
Wisnus
1,08
1,12
1,21
1,15
1,17
Ratarata
1,40
1,33
2,19
1,3
1,99
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBaratTahun20012005,BPSJawaBarat

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III62

Laporan Akhir

Ratarata lama menginap wisatawan mancanegara pada hotel nonbintang di Kabupaten


Garutpadatahun2001ratarataselama6,69haridanwisatawannusantararatarataselama
1,10 hari. Pada tahun 2002 ratarata lama menginap wisatawan mancanegara pada hotel
berbintang di Kabupaten Garut selama 1,05 hari atau menurun sebesar 84,30% sedangkan
wisatawannusantaraselama1,23harinaiksebesar11,81%daritahun2001.Tahun2003rata
ratamenginapwisatawanmancanegaraselama6,38harinaikdaritahunsebelumnyasebesar
507,61%dan wisatawan nusantara 1,04 hari menurun dari tahun 2002 sebesar 15,44%. Pada
tahun 2004 selama 3,97 hari atau menurun sebesar 37,77% dan wisatawan nusantara naik
sebesar 6,73% dari tahun sebelumnya. Ratarata lama menginap wisatawan mancanegara
pada tahun 2005 selama 5,61 hari atau naik sebesar 41,30% dan ratarata lama menginap
wisatawan nusantara selama 1,07 hari atau turun dengan persentase sebesar 3,60% dari
tahunsebelumnya.Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.25berikut.
Tabel3.25
RatarataLamaMenginapWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarapadaHotelNon
BintangdiKabupatenGarutpadaTahun20012005(hari)
Jenis
Tahun
Wisatawan
2001
2002
2003
2004
2005
Wisman
6,69
1,05
6,38
3,97
5,61
Wisnus
1,10
1,23
1,04
1,11
1,07
Ratarata
3,89
1,14
3,71
2,54
3,34
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBarattahun20012005,BPSJawaBarat

PotensidanPermasalahan
Fasilitas akomodasi di Kabupaten Garut memiliki variasi yang cukup banyak, dari hotel
kelasbintang4hinggakelasmelati1.Bahkanadasalahsatuhotelyangjustrumenjadidaya
tarikwisata,karenamemilikikeunikantersendiri.Banyakwisatawanyangdatangkehotel
tersebutsekedaruntukberkunjungdanmenikmatikesejukandanketenangansuasana,atau
datang untuk menikmati suasana dan pelayanan. Permasalahan yang ada di dalam
pengelolaan fasilitas akomodasi di Kabupaten Garut lebih kepada masalah sumber daya
manusia, tingkat pendidikan tenaga kerja yang masih kurang, serta sebagian besar
akomodasi di Kabupaten Garut belum memiliki manajemen pengelolaan yang baik.
Menurunnya jumlah wisatawan yang menginap di hotel disebabkan oleh berbagai faktor
seperti bencana alam dan tingkat keamanan. Pada tahun 2003 jumlah wisatawan yang
menginap di hotel berbintang di Kabupaten Garut menurun drastis dibandingkan tahun
sebelumnyadikarenakanaktifnyaGunungPapandayan.

B.RestorandanRumahMakan
SaatinimenurutdatadariDinasPariwisatadanKebudayaanKabupatenGaruttahun2006
jumlah rumah makan di Kabupaten Garut sekitar 81 buah rumah makan, dengan jumlah
meja sebanyak 748 buah, 3.447 buah kursi dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja
sebanyak 648 orang. Restoran di Kabupaten Garut pada saat ini berjumlah 4 buah dengan
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III63

Laporan Akhir

jumlah meja sebanyak 75 buah dan jumlah kursi senabyak 446 buah kursi. Untuk lebih
jelasnyadapatdilihatpadatabel3.26dantabel3.27berikut.
Tabel3.26
DataJumlahRumahMakandiKabupatenGarutTahun2006
Jumlah
JumlahMeja
JumlahKursi
JumlahTenaga
RumahMakan
Kerja
81
748
3.447
648
Sumber:DataStatistikPariwisatadanKebudayaanKabupatenGarut2006

Tabel3.27
DaftarRestorandiKabupatenGarutTahun2006
NamaRestoran

Jumlah
Meja
Kursi
GrahaIntanBalarea
10
50
RoemahDoeloe
22
132
Pujasega
39
224
Sederhana
4
40
Jumlah
75
446
Sumber:DataStatistikPariwisatadanKebudayaanKabupatenGarut2006

PotensidanPermasalahan
Keberadaanrestoran/rumahmakandiKabupatenGarutmemegangperananpentingdalam
rangkamenyediakanjasauntukkeperluanwisatawan.Padaumumnyarestorandanrumah
makan didirikan atas dasar pertimbangan ketersediaan konsumen baik konsumen
wisatawan maupun penduduk lokal. Kecenderungan yang ada dalam keberadaan rumah
makan dan restoran lebih merupakan respon atas banyaknya pembeli. Karena itu restoran
yang ada pada umumnya terdapat di pusatpusat keramaian. Namun berdasarkan hasil
surveimemperlihatkandiberbagaiobjekwisatadiKabupatenGarutterdapatwarungnasi
atau rumah makan kecil yang pemiliknya adalah masyarakat setempat, namun
pengelolaannyamasihkurangprofesionaldanjenismakanannyakurangvariatif.

KabupatenTasikmalaya

A.Akomodasi
Data mengenai daftar dan jumlah hotel yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya untuk
sementara berdasarkan data dari BPS Jawa Barat. Kabupaten Tasikmalaya memiliki 5 unit
hotel non bintang, diantaranya 1 hotel melati I dengan jumlah kamar sebanyak 16 dan
jumlahtempattidursebanyak77buah,3hotelmelatiIIdenganjumlahkamarsebanyak46
dan jumlah tempat tidur 67 buah, dan 1 hotel melati 3 dengan jumlah kamar sebanyak 26
dantempattidursebanyak46buah.Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.28berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III64

Laporan Akhir

Tabel3.28
DaftarBeberapaHotelNonBintangdiKabupatenTasikmalayaTahun2005
Jumlah
Jumlah
Kamar
TempatTidur
MelatiI
1
16
77
MelatiII
3
46
67
MelatiIII
1
26
46
Jumlah
5
149
129
Sumber:DataStatistikKantorPariwisatadanKebudayaanKabupatenTasikmalaya2006

Kelas/Jenis

Jumlah
Hotel

Banyaknya wisatawan mancanegara dan nusantara yang menginap di akomodasi non


bintang pada tahun 2006 triwulan I berjumlah 9 orang dan 3.017 orang, pada triwulan II
jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di akomodasi jumlahnya tetap yaitu
sebanyak9orangsedangkanjumlahwisatawannusantarameningkatsebanyak30,82%atau
sebanyak 3947 orang wisatawan, triwulan III jumlah wisatawan mancanegara mengalami
penurunan sebesar 22,22% menjadi sebanyak 7 orang wisatawan mancanegara dan jumlah
wisatawannusantaramengalamikenaikansebesar7,6%menjadi4.226wisatawan,danpada
triwulanIVjumlahwisatawanmancanegaratidakmengalamikenaikanmaupunpenurunan
sedangkan wisatawan nusantara jumlahnya mengalami penurunan dari triwulan
sebelumnya menjadi 3.705 orang wisatawan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.29
berikut.
Tabel3.29
DataKunjunganWisatawankeAkomodasidiKabupatenTasikmalayaTahun2006
Jenis
TriwulanI TriwulanII TriwulanIII TriwulanIV
Wisatawan

Wisman
9
9
7
7
Wisnus
3.017
3.947
4.226
3.705
Jumlah
3.026
3.956
4.233
3.712
Sumber:DataStatistikKantorPariwisatadanKebudayaanKabupatenTasikmalaya2006

Ratarata menginap wisatawan mancanegara pada hotel nonbintang di Kabupaten


Tasikmalayapadatahun2001selama4,94haridanwisatawannusantaramenginapratarata
selama 1,45 hari. Sedangkan pada tahun 2002 ratarata menginap wisatawan mancanegara
selama 1,15 hari berkurang sebesar 76,72% dan ratarata lama menginap wisatawan
nusantara pada tahun 2002 berkurang 2,06% dari tahun sebelumnya. Tahun 2003 ratarata
lama menginap wisatawan mancanegara bertambah selama 7,21 hari dengan persentase
526,95%.Tahun2004rataratalamamenginapwisatawannusantarabertambahmenjadi1,09
hari atau sebesar 6,86% dan berkurang lagi sebesar 1,00 hari atau sebesar 8,25%.
Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.30berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III65

Laporan Akhir

Tabel3.30
RataRataLamaMenginapWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarapadaHotelNon
BintangdiKabupatenTasikmalayaTahun20012005(hari)
Jenis
Wisatawan
Wisman
Wisnus
Ratarata

2001
4.94
1,45

2002
1,15
1,42

Tahun
2003
7,21
1,02

2004

1,09

2005

1,00

3,19

1,28

4,11

0,54

0,5

Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBarattahun20012005,BPSJawaBarat

PotensidanPermasalahan
Kabupaten Tasikmalaya memiliki fasilitas akomodasi yang cukup memadai, tetapi hanya
terbatas pada hotel dengan kelas melati, dengan jumlah kamar yang masih terbatas.
Keterbatasan jumlah hotel menjadi suatu kendala bagi wisatawan yang datang ke
Kabupaten Tasikmalaya, khususnya bagi yang mengunjungi objek dan daya tarik wisata
yang ada di wilayah tersebut. Letak hotel yang ada sebagian besar berada di Kota
Tasikmalaya, kondisi ini membuat wisatawan yang datang lebih memilih menginap untuk
diKotaTasikmalaya.

B.RestorandanRumahMakan
FasilitasrumahmakandiKabupatenTasikmalayatersebardibeberapakecamatan,sebaran
palingbesarterdapatdisepanjangJalanRayaJamanisdiKecamatanRajapolah,karenaJalan
RayaJamanismerupakanjalanutamayangmenghubungkanantarasatukabupatendengan
kabupaten lainnya, sedangkan sisanya tersebar merata, di Kecamatan Ciawi sebanyak 4
buah, di Kecamatan Salawu sebanyak 2 buah, di Kecamatan Singaparna sebanyak 2 buah,
dan Kecamatan Manonjaya sebanyak 1 buah. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikutini.
Tabel3.31
DataRumahMakandiKabupatenTasikmalayaTahun2006
Kecamatan

Jumlah
RumahMakan
Rajapolah
12
Ciawi
4
Salawu
2
Singaparna
2
Manonjaya
1
Jumlah
21
Sumber:BukuInformasiPariwisataKabupatenTasikmalaya2006

PotensidanPermasalahan
Adanya rumah makan di Kabupaten Tasikmalaya cukup membantu dalam menunjang
kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Tasikmalaya, hanya saja kendala yang ada
restoran/rumah makan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya masih kurang variatif, hanya
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III66

Laporan Akhir

terbatas pada penyediaan masakan Sunda dan Indonesia. Sebagian besar rumah makan di
KabupatenTasikmalayamerupakanusahakecilyangdimilikiolehmasyarakatsetempat.

KotaTasikmalaya

A.Akomodasi
Kota Tasikmalaya sebagai pusat dari Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan memiliki
fasilitasfasilitaspendukungkegiatanpariwisatayangmemadai.Untukfasilitasakomodasi,
Kota Tasikmalaya memiliki jumlah dan jenis hotel yang variatif. Jumlah hotel di kota ini
sebanyak32buahdarikelasbintang3sebanyak1hoteldenganjumlahkamar106buahdan
jumlahtempattidur92;bintang1sebanyak1hoteldenganjumlahkamarsebanyak25dan
jumlah tempat tidur sebanyak 31, hingga melati 1 sebanyak 5 hotel dengan jumlah kamar
106buahdanjumlahtempattidur160,melati2sebanyak13hoteldenganjumlahkamar310
danjumlahtempattidur479,danmelati3sebanyak12hoteldenganjumlahkamar400dan
jumlahtempattidur679.
Adapun data hotel yang berada di Kota Tasikmalaya berdasarkan jenis kelasnya dapat
dilihatpadatabel3.32berikut.
Tabel3.32
JumlahAkomodasidiKotaTasikmalayaTahun2006
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Hotel
Kamar TempatTidur
MelatiI
5
106
160
MelatiII
13
310
479
MelatiIII
12
400
679
BintangI
1
25
31
BintangIII
1
61
92
Jumlah
32
902
1.441
Sumber:HasilKompilasiData,2007

Kelas/Jenis

Banyaknya wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang di Kota


Tasikmalaya pada tahun 2003 sebanyak 478 orang sedangkan wisatawan nusantara
sebanyak 12.670 orang. Pada tahun berikutnya 2004 jumlah wisatawan mancanegara
bertambah sebanyak 72,17% menjadi 823 orang sedangkan wisatawan nusantara menurun
sebesar4,65%menjadi12.080orang.
Tahun 2005 wisatawan mancanegara menurun jumlahnya sebanyak 15,18% menjadi 698
orang sedangkan wisatawan nusantara naik sebesar 7,29% menjadi 12.961 orang. Untuk
lebihlengkapnyadapatdilihatpadatabel3.33diberikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III67

Laporan Akhir

Tabel3.33
BanyaknyaWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarapadaHotelBerbintangdiKota
TasikmalayaTahun20032005(orang)
Jenis
Wisatawan
Wisman

Tahun
2004
2005
823
698
Wisnus
12.670
12.080
12.961
Jumlah
13.148
12.903
13.659
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBaratTahun20012005,BPSJawaBarat

2003
478

BanyaknyawisatawannusantarayangmenginapdihotelnonbintangdiKotaTasikmalaya
pada tahun 2003 sebanyak 478 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 12.670 orang.
Tahun2004mengalamikenaikansebesar72,17%menjadi823untukwisatawanmancanegara
danwisatawannusantaramengalamipenurunanmenjadi12.080orang.Tahun2005jumlah
wisatawan mancanegara menurun menjadi 698 orang sedangkan wisatawan nusantara
menurunmenjadi12.961orang,tahun2006jumlahwisatwanmancanegarayangmenginap
di hotel nonbintang mengalami penurunan sebanyak 673 wisatawan sehingga menjadi 25
orang wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara justru mengalami kenaikan
sebesar3,92%daritahunsebelumnya2005.Untuklebihlengkapnyadapatdilihatpadatabel
3.34dibawahini.

Tabel3.34
BanyaknyaWisatawanMancanegaradanWisatawanMancanegarapadaHotelNonBintang
diKotaTasikmalayaTahun20032006(orang)

Jenis
Tahun
Wisatawan
2003
2004
2005
2006
Wisman
478
823
698
25
Wisnus
12.670
12.080
12.961
21.323
Jumlah
13.148
12.903
13.659
21.348

Sumber:HasilKompilasiData,2007

Ratarata lama menginap wisatawan mancanegara pada hotel berbintang di Kota


Tasikmalaya tahun 2003 ratarata selama 1,19 hari sedangkan wisatawan nusantara selama
1,05hari.Tahun2004rataratalamamenginapwisatawanmancanegaraselama1,81haridan
wisatawan nusantara selama 1,10 hari. Tahun 2005 wisatawan mancanegara menginap di
hotel berbintang di Kota Tasikmalaya ratarata selama 1,33 hari sedangkan wisatawan
nusantararatarataselama1,01hari.Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.35berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III68

Laporan Akhir

Tabel3.35
RataRataLamaMenginapWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarapadaHotel
BerbintangdiKotaTasikmalayaTahun20012005(hari)
Jenis
Tahun
Wisatawan
2003
2004
2005
Wisman
1,19
1,81
1,33
Wisnus
1,05
1,10
1,01
Ratarata
1,12
1,45
1,17
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBaratTahun20012005,BPSJawaBarat

Ratarata lama menginap wisatawan mancanegara pada hotel nonbintang di Kota


Tasikmalaya tahun 2003 ratarata selama 8,56 hari dan wisatawan nusantara selama 1,08
hari.Tahun2004rataratalamamenginapwisatawanmancanegaraberkurangsebesar1,51%
daritahun2003danwisatawannusantarabertambahsebesar1,85%.Sedangkanpadatahun
2005 ratarata lama menginap wisatawan mancanegara merkurang sebesar 35,82% dari
tahun sebelumnya menjadi selama 5,41 hari dan wisatawan nusantara bertambah menjadi
1,21hari.Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.36berikut.
Tabel3.36
RataRataLamaMenginapWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarapada
HotelNonBintangdiKotaTasikmalayaTahun20012005(hari)
Jenis
Tahun
Wisatawan
2003
2004
2005
Wisman
8,56
8,43
5,41
Wisnus
1,08
1,10
1,21
Ratarata
4,82
4,76
3,31
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBaratTahun20012005,BPSJawaBarat

PotensidanPermasalahan
Secara umum fasilitas hotel di Kota Tasikmalaya sudah cukup memadai. Dengan adanya
hotel bintang 3 dan bintang 2 yang mendukung kegiatan kepariwisataan di Kota
Tasikmalaya,sebagaipusatKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.
B. Restorandanrumahmakan
Fasilitas rumah makan dan restoran di Kota Tasikmalaya memiliki cukup keberagaman,
menurutDataStatistikpariwIsatadanKebudayaanKotaTasikmalayapadasaatinijumlah
rumahmakandikotatasikmalayaadalahsebanyak107rumahmakandenganjumlahmeja
sebanyak 1015 buah dan jumlah kursi 3708 buah, sedangkan untuk restoran di Kota
Tasikmalaya berjumlah 10 restoran dengan total jumlah meja sebanyak 227 buah meja dan
1104buahkursi.Untuklebihjelasnyadapatdilihatpadatabel3.37dantabel3.28berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III69

Laporan Akhir

Tabel3.37
DaftarRumahMakandiKotaTasikmalayaTahun2006
Jumlah
Jumlahmeja
Jumlahkursi
RumahMakan
107
1015
3708
Sumber:DataStatistikPariwisatadanKebudayaanKotaTasikmalaya2006

Tabel3.38
DaftarRestorandiKotaTasikmalayaTahun2006
NamaRestoran

Jumlah
Kursi
6
24
6
50
12
72
4
40
25
125
7
42
15
60
5
52
17
64

Meja

Tasik
Hobby
Cahaya
CrownCoffeShop
Ramayana
NyiurIndah
BataraNusantara
SariAlam
LinggaJaya
MovieResto
15
50
Mangkubumi
Jumlah
227
1104
Sumber:DataStatistikPariwisatadanKebudayaanKotaTasikmalaya2006

PotensidanPermasalahan
Adanyarestoran/rumahmakandiKotaTasikmalayamenjadimediapenyediaanjasakuliner
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Restoran dan rumah makan di Kota Tasikmalaya
dikelola oleh masyarakat setempat, sampai saat ini yang menjadi permasalahan adalah
sistem pengelolaan dan manajemen restoran dan rumah makan masih kurang profesional
serta jenis makanannya kurang variatif dan kapasitas restoran dan rumah makan dalam
menampungpengunjungdirasakanmasihkurang.
C. UsahaPerjalananWisata
Kota Tasikmalaya memiliki 4 buah usaha perjalanan wisata, dimana jenis dari usaha
perjalananwisataadalahBPW,denganjumlahtotaltenagakerjasebanyak27orang.Untuk
lebihjelasnyadapatdilihatpadatabel3.39dibawahini.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III70

Laporan Akhir

Tabel3.39
DataUsahaPerjalananWisatadiKotaTasikmalayaTahun2006

Namausaha
perjalananwisata
Cipagantitravel
Alamin
Sukapuraholydays

Jenisusaha
perjalanan
BPW
BPW
BPW

Totaltenaga
kerja
17
4
6

Sumber:DataStatistikPariwisatadanKebudayaanKotaTasikmalaya2006

Potensidanpermasalahan
BiroPerjalananWisata(BPW)termasukkedalamsalahsatufasilitaspendukungpariwisata,
yang dapat mempermudah suatu perjalanan wisata. Umumnya wisatawan memakai jasa
biroperjalananwisatayangadadiluarkotasepertiBandungdanJakartadaripadamemakai
jasabiroperjalananyangadadiKotaTasikmalaya.

KabupatenCiamis

A.Akomodasi
UntukmenunjangkepariwisataandiKabupatenCiamisterdapat1unithotelberbintangdan
95 unit hotel non bintang, jumlah pondok wisata sebanyak 40 buah dan akomodasi
lainnya/cottagesebanyak6buah.Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.40berikut.
Tabel3.40
DataSaranaAkomodasidiKabupatenCiamis(selaindiKawasanPangandaran)Tahun2006
Kelas/Jenis
Jumlah
HotelBintang
1
HotelMelati
95
PondokWisata/Wisma
40
Lainnya/Cottage
6
Jumlah
142
Sumber:HasilKompilasiData,2007

Banyaknya wisatawan mancanegara dan nusantara yang menginap di hotel berbintang di


Kabupaten Ciamis pada tahun 2001 sebanyak 10.937 orang, dengan jumlah wisatawan
mancanegara sebanyak 1011 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 9962 orang. Pada
tahun 2002 mengalami penurunan jumlah mengalami menjadi 522 orang wisatawan
mancanegara atau turun sebesar 48,36% dari tahun sebelumnya dan wisatawan nusantara
turun menjadi 9723 atau sebesar 2,39%. Tahun 2003 jumlah wisatawan mancanegara yang
menginap di hotel sebanyak 654 orang atau naik sebesar 25,28% sedangkan wisatawan
nusantara mengalami penurunan jumlah kembali menjadi 9158 orang atau sebesar 5,81%.
Tahun 2004 sebanyak 399 orang wisatawan mancanegara turun sebesar 39% dan jumlah
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III71

Laporan Akhir

wisatawan nusantara menurun sebesar 15,9. Tahun 2005 sebanyak 312 orang wisatawan
mancanegara dengan penurunan persentase sebesar 21,8% dan wisatawan mancanegara
jugamenurunsebesar19,25%.Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.41berikut
Tabel3.41
BanyaknyaWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarapadaHotelBerbintang
diKabupatenCiamisTahun20012005(TermasukPangandaran)
Jenis
Tahun
Wisatawan
2001
2002
2003
2004
2005
Wisman
1.011
522
654
399
312
Wisnus
9.962
9.723
9.158
7.701
6.218
Jumlah
10.973
10.245
9.812
8.100
6.530
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBarattahun20012005,BPSJawaBarat

Banyaknyawisatawan mancanegara yang menginap di hotel nonbintang pada tahun 2001


sebanyak 6112 orang dan jumlah wisatawan nusantara sebesar 232.214 orang. Pada tahun
2002jumlahwisatawanmancanegaranaikmenjadi7696orangataunaiksebesar25,91%dan
jumlahwisatawannusantarajuganaikmenjadisebesar703.133orangatausebesar202,79%
dari tahun 2001. Tahun 2003 jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di hotel
menurun menjadi sebanyak 7189 orang atau 6,58% sedangkan wisatawan nusantara
jumlahnya naik menjadi 1.116.970 orang atau 58,85%. Tahun 2004 menurun menjadi 2102
orang wisatawan mancanegara atau 70,76% dan wisatawan nusantara menurun sebesar
7,32%daritahunsebelumnya2003.Tahun2005jumlahwisatawanmancanegaranaiksebesar
84,39%dibandingkantahun2004sedangkanwisatawannusantaramenurunsebesar186,7%
darijumlahtahun2004.Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.42berikut.
Tabel3.42
BanyaknyaWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarapadaHotelNonBintang
diKabupatenCiamisTahun20012005(orang)
Jenis
Tahun
Wisatawan
2001
2002
2003
2004
2005
Wisman
6112
7.696
7.189
2.102
3.876
Wisnus
232.214
703.133
1.116.970
1.035.110
841.817
Jumlah
238.326
710.829
1.124.159
1.037.212
845.693
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBarattahun20012005,BPSJawaBarat

Ratarata menginap wisatawan mancanegara pada hotel berbintang di Kabupaten Ciamis


padatahun2001selama2,52haridanwisatawannusantaramenginapratarataselama1,90
hari. Tahun 2002 ratarata menginap wisatawan mancanegara selama 1,80 hari berkurang
sebesar 28,5%danratarata menginap wisatawan nusantara berkurang sebesar 41,05% dari
tahunsebelumnya2001.Tahun2003rataratamenginapwisatawanmancanegarabertambah
sebesar 40,96% dan wisatawan nusantara bertambah sebesar 36,60% dibandingkan tahun
2002.
Tahun 2004 ratarata menginap wisatawan mancanegara bertambah sebesar 40,96% dari
tahun sebelumnya sedangkan ratarata lama menginap wisatawan nusantara menurun
sebesar10,45%.Tahun2005rataratamenginapwisatawanmancanegaraberkurangmenjadi
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III72

Laporan Akhir

1,52haridanwisatawannusantarabertambahmenjadi1,42hari.Selengkapnyadapatdilihat
padatabel3.43berikut.

Tabel3.43
RatarataLamaMenginapWisatawanMancanegarapadaHotelBerbintang
diKabupatenCiamisTahun20012005(hari)
Jenis
Tahun
Wisatawan
2001
2002
2003
2004
2005
Wisman
2,52
1,80
2,27
3,20
1,52
Wisnus
1,90
1,12
1,53
1,37
1,42
Ratarata
2,21
1,46
1,88
2,28
1,47
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBaratTahun20012005,BPSJawaBarat

Ratarata menginap wisatawan mancanegara pada hotel nonbintang di Kabupaten Ciamis


pada tahun 2001 selama 4,33 hari dan wisatawan nusantara selama 1,09 hari. Tahun 2002
rataratamenginapwisatawanmancanegaraberkurangmenjadi1,10haridenganpersentase
penurunan sebesar 74,59% sedangkan wisatawan nusantara bertambah menjadi 1,35 hari
atau sebesar 23,85% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2003 ratarata menginap
wisatawan mancanegara bertambah sebesar 400% dan wisatawan nusantara berkurang
sebesar 23,70%. Tahun 2004 ratarata lama menginap wisatawan mancanegara pada hotel
nonbintang berkurang sebesar 60,72% dan wisatawan nusantara bertambah sebesar 6,79%
daritahunsebelumnya2003.Tahun2005rataratalamamenginapwisatawanmancanegara
bertambah sebesar 7,40% dan wisatawan nusantara berkurang hari nya sebesar 0,9% dari
tahunsebelumnya.Untuklebihjelasnyadapatdilihatpadatabel3.44dibawahini.
Tabel3.44
RatarataLamaMenginapWisatawanMancanegaradanWisatawanNusantarapada
HotelNonBintangdiKabupatenCiamisTahun20012005(hari)
Jenis
Tahun
Wisatawan
2001
2002
2003
2004
2005
Wisman
4,33
1,10
5,50
2,16
2,32
Wisnus
1,09
1,35
1,03
1,10
1,09
Ratarata
2,71
1,22
3,26
1,63
1,70
Sumber:StatistikHoteldanAkomodasiLainnyadiJawaBaratTahun20012005,BPSJawaBarat

AruskunjunganwisatawankeobjekdandayatarikwisatadiKabupatenCiamispadatahun
2003 jumlah wisatawan mancanegara yang datang berkisar sekitar 4.206 orang sedangkan
wisatawan nusantara jumlahnya mencapai 1.416.450 orang. Pada tahun 2004 jumlah
wisatawan mancanegara mengalami penurunan sebesar 169,9% dari tahun sebelumnya
menjadi 1.558 orang wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara mengalami
kenaikan jumlah dengan persentase sebesar 2,83%, tahun 2005 merupakan tahun dengan
jumlahkedatanganwisatawanmancanegaraterbesardibandingkandengantahun2004dan
2003, pencapaian jumlah kedatangan wisatawan mancanegara menacapai 80,51%,
sedangkan pada tahun 2005 jumlah wisatawan nusantara berbanding terbalik dengan
wisatawan mancanegara, jumlah wisatawan nusantara yang datang ke Objek dan Daya
TarikWisatadiKabupatenCiamismenjadi990.076orangwisatawan,tahun2006merupakan
tahundenganjumlahkunjunganwisatawanterkecildibandingkandengantahun2003,2004,
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III73

Laporan Akhir

dan 2005, jumlah wisatawan mancanegara menurun sebesar 207,34% dan wisatawan
nusantaramenurunsebesar70,75%.Selengkapnyadapatdilihatpadatabel3.45dibawahini.

Tabel3.45
ArusKunjunganWisatawankeObjekdanDayaTarikWisatadiKabupatenCiamis
Tahun20032006

Tahun
Wisatawan
2003
2004
2005
2006
Wisman
4.206
1.558
7.997
2.602
Wisnus
1.416.450
1.457.784
990.076
579.837
Jumlah
1.420.656
1.459.342
998.073
582.439
Sumber:HasilKompilasiData,2007

PotensidanPermasalahan
Kabupaten Ciamis memiliki fasilitas akomodasi yang cukup memadai, tetapi jumlah yang
besartersebutterkonsentrasidiKawasanPangandaran.Fasilitasakomodasiyangterdapatdi
Kota Ciamis, jauh lebih sedikit jumlahnya. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke
kabupaten ini memang sebagian besar mengunjungi Kawasan Pangandaran dan juga
menginapdisana.

B.RestorandanRumahMakan
DiKabupatenCiamisterdapat11restorandanrumahmakanyangtersebardiCiamisUtara
yang termasuk ke dalam Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan. Lebih lengkapnya
dapatdilihatpadatabel3.46berikutini.

Tabel3.46
DaftarBeberapaRestorandanRumahMakandiKabupatenCiamisTahun2006
NamaRestoran/RumahMakan
Alamat
Nikmat
Jl.AhmadYaniCiamis
SaungPujaseda
Jl.AhmadYaniCiamis
Samudra
Jl.JenderalSudirmanCiamis
Ampera
Jl.JenderalSudirmanCiamis
MustikaSaungKuring
Jl.RayaGunungCupuCiamis
GunungCupu
Jl.RayaGunungCupuCiamis
Mergosari
Jl.RayaPamalayanCiamis
SimpangRaya
Jl.JenderalSudirmanCiamis
Manjabal1
Jl.RayaGunungCupuCiamis
Manjabal2
Jl.RayaGunungCupuCiamis
PanoramaElok
JalanRayaBanjarCiamisCiamis
Sumber:CiamisTourismGuideBook2006

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III74

Laporan Akhir

PotensidanPermasalahan
Keberadaan rumah makan di Kabupaten Ciamis cukup membantu dalam menunjang
kegiatan kepariwisataan di kabupaten ini, hanya saja kendala yang ada restoran/rumah
makan yang ada di Kabupaten Ciamis masih kurang variatif jenis makanannya, dan
pengelolaannyamasihbelumprofesional.

KotaBanjar

A.Akomodasi
Untukmenunjangkegiatankepariwisataanterdapat9buahhotelnonbintangdiKotaBanjar
denganperincian:hotelmelatiIsebanyak3hoteldenganjumlahkamarsebanyak46dan85
tempattidur,hotelmelatiIIsebanyak5hoteldenganjumlahkamarsebanyak92buahdan
178buahtempattidur,danhotelmelatiIIIsebanyak1hoteldenganjumlahkamar21buah
dan 42 tempat tidur. Data selengkapnya mengenai hotel dan fasilitas wisata lainnya dapat
dilihatpadatabel3.47dibawahini.
Tabel3.47
DaftarBeberapaHoteldiKotaBanjarTahun2005
Jenis/Kelas

Jumlah
Jumlah
Jumlah
Hotel
Kamar
TempatTidur
MelatiI
3
46
85
MelatiII
5
92
178
MelatiIII
1
21
42
Jumlah
9
159
305
Sumber:KebudayaandanPariwisataJawaBaratDalamAngka2005

Jumlah wisatawan yang datang ke akomodasi di Kota Banjar pada tahun 2005 sebanyak
11.776 orang. Jumlah tersebut sama dengan jumlah wisatawan nusantara yang datang ke
akomodasidiKotaBanjar.Untuklebihjelasnyadapatdilihatpadatabel3.48dibawahini
Tabel3.48
DataKunjunganWisatawankeAkomodasidiKotaBanjarTahun2005(orang)
JenisWisatawan
Tahun2005
Wisman

Wisnus
11.776
Jumlah
11.776
Sumber:KebudayaandanPariwisataJawaBaratDalamAngka2005

B.RestorandanRumahMakan
Jumlah rumah makan di Kota Banjar sebanyak 18 buah tersebar di Kecamatan Purwaharja
sebanyak 6rumah makan, Kecamatan Pataruman sebanyak 3 buah, dan Kecamatan Banjar
Kotasebanyak9buah.Dapatdilihatpadatabel3.49berikutini.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III75

Laporan Akhir

Tabel3.49
DataRumahMakandiKotaBanjartahun2006
Kecamatan

Jumlah
RumahMakan
Purwaharja
6
Pataruman
3
BanjarKota
9
Jumlah
18
Sumber:KebudayaandanPariwisataKotaBanjarDalamAngka2006

PotensidanPermasalahan
Adanya rumah makan di Kota Banjar cukup membantu dalam menunjang kegiatan
kepariwisataan di Kota Banjar, jumlahnya cukup banyak, tetapi kendala yang ada
restoran/rumahmakanyangadadiKotaBanjarmasihkurangvariatifdenganpengelolaanya
yangmasihsederhana.

3.3 PasarWisatawan
3.3.1 PotensiPasarWisatawanNusantara
Potensi pasar wisatawan nusantara Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan tak dapat
dilepaskan dari jumlah dan perkembangan penduduk Kota Tasikmalaya, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar, serta lebih luas lagi
penduduk Provinsi Jawa Barat. Menurut data statistik tahun 2006, jumlah penduduk
kabupaten/kotayangtermasukdalam Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan,sebagai
sumberpasarwisatawannusantaraterdekat,adalahsebesar4.003.874jiwa,sekitar10%dari
jumlahpendudukProvinsiJawaBaratpadatahunyangsama.
Sumber pasar wisatawan nusantara berikutnya adalah penduduk di daerahdaerah sekitar
Kawasan Wisata Kria dan Budaya, seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan
KabupatenSumedang.Selaintingkataksesibilitasnyatinggi(jaraktempuhpendek,kualitas
prasarana jalan baik, angkutan umum tersedia), penduduk daerah tersebut memiliki
kecenderunganbepergian yang tinggi,terutamapendudukKotaBandung, sertadaya tarik
wisata yang dimiliki daerahnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan daya tarik
wisata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan. Penduduk di daerah Jawa Barat
lainnya, juga merupakan potensi pasar yang harus dapat dimanfaatkan oleh Kawasan
WisataKriadanBudayaPriangan.
Hal ini hendaknya dapat ditangkap sebagai potensi pasar yang dapat memacu
perkembangankepariwisataankawasankarenapariwisatamerupakansalahsatupenggerak
perekonomian daerah di era otonomi dan mendorong penciptaan manfaat serta
pendukung bagi usaha perekonomian masyarakat. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.50
berikut.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III76

Laporan Akhir

Tabel3.50
JumlahPendudukProvinsiJawaBaratTahun2005
Provinsi/Kabupaten
JumlahPenduduk
JawaBarat:
39.960.869
KabupatenBogor
4.100.934
KabupatenSukabumi
2.224.993
KabupatenCianjur
2.098.644
KabupatenBandung
4.263.934
KabupatenGarut
2.321.070
KabupatenTasikmalaya
1.693.479
KabupatenCiamis
1.542.661
KabupatenKuningan
1.096.848
KabupatenCirebon
2.107.918
KabupatenMajalengka
1.191.490
KabupatenSumedang
1.067.361
KabupatenIndramayu
1.760.286
KabupatenSubang
1.421.973
KabupatenPurwakarta
770.660
KabupatenKarawang
1.985.574
KabupatenBekasi
1.953.380
KotaBogor
844.778
KotaSukabumi
287.760
KotaBandung
2.315.895
KotaCirebon
281.089
KotaBekasi
1.994.850
KotaDepok
1.373.860
KotaCimahi
493.689
KotaTasikmalaya
594.158
KotaBanjar
173.576
Sumber:JawaBaratdalamAngkaTahun2006,www.bps.go.id

Selain penduduk, wisatawan nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Kota


Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, dan Kota
Banjar,padasaatinijugadapatmenggambarkanseberapabesarpasarwisatawannusantara
yang dapat dijaring oleh Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan. Pada tahun 2005,
kabupaten/kotayangtermasukdalamKawasanWisataKriadanBudayamampumenjaring
wisatawan sebanyak 3.892.729 orang, atau sekitar 16,5% dari jumlah wisatawan nusantara
JawaBarat.
Berdasarkan data statistik Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka 2005,
jumlah kunjungan wisatawan nusantara yang menginap dan jumlah wisatawan yang
berkunjung ke objek wisata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan dapat dilihat
padatabel3.51dan3.52dibawahini.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III77

Laporan Akhir

Tabel3.51
JumlahWisnusyangMenginapdiKWKriadanBudayaPrianganTh2005
No

Kabupaten/Kota

1
2
3
4
5

JumlahWisnus
diAkomodasi
252.401
8.947
214.868
146.103
11.776
634.095
5.398.510

Kab.Garut
Kab.Tasikmalaya
Kab.Ciamis
KotaTasikmalaya
KotaBanjar
Jumlah
JumlahTotalProv.
JawaBarat
Sumber:DataStatistikKebudayaandanPariwisata,JabardalamAngka2005

Tabel di atas memperlihatkan bahwa Kabupaten Garut merupakan daerah yang paling
banyakdikunjungiwisatawan,baikyangmenginap(sebanyak252.401jiwaatau4,67%dari
jumlah keseluruhan wisnus yang berkunjung ke Provinsi Jabar,) diikuti oleh Kabupaten
Ciamis dengan jumlah wisatawan yang menginap sebanyak 214.868 jiwa atau 3,98% dari
jumlah keseluruhan. Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah yang paling sedikit
menerima wisatawan yang menginap di akomodasi (9.052 jiwa atau sekitar 0,16% dari
jumlahkeseluruhan).

Tabel3.52
JumlahWisnusyangBerkunjungkeObjekWisatadiKWKriadanBudayaPrianganTahun2005
No

Kabupaten/Kota

1
2
3
4
5

JumlahWisnuske
ObjekWisata
1.264.549
644.903
1.160.401
186.824
1.957
3.258.634
16.890.316

Kab.Garut
Kab.Tasikmalaya
Kab.Ciamis
KotaTasikmalaya
KotaBanjar
Jumlah

JumlahtotalProv.

JawaBarat
Sumber:DataStatistikKebudayaandanPariwisata,JabardalamAngka2005

3.3.2 PotensiPasarWisatawanMancanegara
Pada tahun 2005, kabupaten/kota yang termasuk dalam Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan hanya berhasil menjaring wisatawan mancanegara sebanyak 38.833 orang atau
sekitar6,7%darijumlahwisatawanmancanegarayangberkunjungkeJawaBarat.Kawasan
Wisata Kria dan Budaya Priangan harus dapat memanfaatkan secara optimal wisatawan
mancanegara yang mengunjungi kabupaten/kota lain di Jawa Barat sebagai sumber utama
pasar wisatawan mancanegara bagi kawasannya. Jumlah wisatawan mancanegara yang

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III78

Laporan Akhir

berkunjung ke kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2005 dapat dilihat pada
tabeldibawahini.
Sementara itu, berdasarkan data statistik Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam
Angkatahun2005,jumlahkunjunganwisatawanmancanegarayangmenginapdanjumlah
wisatawanyangberkunjungkeobjekwisatadiKawasanWisataKriadanBudayaPriangan
dapatdilihatditabel3.53bawahini.
Tabel3.53
JumlahWisatawanMancanegarayangBerkunjungkeObjekWisatadiKWKriadanBudaya
PrianganTahun2005
No

Kabupaten/Kota

JumlahWismanke
ObjekWisata
1
Kab.Garut
4.951
2
Kab.Tasikmalaya
6.303
3
Kab.Ciamis
15.870
4
KotaTasikmalaya
0
5
KotaBanjar
0
Jumlah
27.124

JumlahTotalProv.JawaBarat
207.953

Sumber:DataStatistikKebudayaandanPariwisata,JabardalamAngka2005

DaritabeldiatasterlihatbahwaKabupatenCiamismerupakandaerahyangpalingbanyak
dikunjungi oleh wisatawan mancanegara, yaitu sebanyak 15.870 jiwa. Hal ini disebabkan
olehberkembangnyaberbagaiprodukdanaktivitaswisatapantaidanlaut.
Berdasarkan data jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara yang berkunjung ke
KawasanWisataKriadanBudayaPrianganpadatahun2005,KabupatenGarutmerupakan
destinasi pariwisata yang paling banyak diminati wisatawan, baik yang menginap di
akomodasimaupunyangberkunjungkeobjekwisata.
Tabel3.54
JumlahWisatawanNusantaradanMancanegara
diKawasanWisataKriadanBudayaPrianganTahun2005
No

1
2
3
4
5

Kabupaten/Kota

JumlahTotalWisatawan
diAkomodasi

JumlahTotalWisatawan
keObjekWisata

Kab.Garut
256.742
1.269.500
Kab.Tasikmalaya
9.052
651.206
Kab.Ciamis
221.388
1.176.271
KotaTasikmalaya
146.846
186.824
KotaBanjar
11.776
1.957
Jumlah
645.804
3.285.758
Sumber:DataStatistikKebudayaandanPariwisataJabardalamAngka2005

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III79

Laporan Akhir

Kesimpulanyangdapatditarikdaritabeldiatasadalahsebagaiberikut:

Walaupun beberapa daerah seperti Kabupaten Garut dan Kabupaten Ciamis memiliki
jumlah kunjungan wisatawan di atas ratarata kunjungan wisatawan yang datang ke
JawaBarat,akantetapitingkatkunjunganwisatawankedaerahlaindiKawasanWisata
Kria dan Budaya Priangan masih relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh ketimpangan
atau kesenjangan antara kualitas dan kuantitas produk wisata (atraksi, amenitas,
aksesibilitas)disetiapdaerah.

Kunjunganwisatawankedayatarikwisatayangrelatifkecil(1.957jiwa)keKabupaten
Banjar,disebabkanolehkurangnyaatraksiwisatayangtersediadidaerahini,baikdari
segijumlahmaupunkualitas.Saatini,SituMustikamerupakansatusatunyadayatarik
wisata unggulan di Kabupaten Banjar. Daya tarik wisata ini pun lebih menekankan
karakter alam dengan motivasi wisatawan yang lebih ditujukan untuk berekreasi dan
bersenangsenang.SementaraitusitusbudayasepertiPuloMajetiwalaupunmempunyai
potensi yang berkaitan erat dengan sejarah dan budaya Sunda belum digarap sebagai
objekwisataunggulan.

Hal yang sama terjadi pada Kota Tasikmalaya. Minimnya objek wisata unggulan
mengakibatkan kurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata.
Sementaraitu,relatif besarnya jumlah wisatawan yang menginap(146.846 jiwa) diKota
Tasikmalaya disebabkan oleh ketersediaan fasilitas penunjang kepariwisataan
(akomodasi, restoran, mall, toko, wartel, warnet, dan lainlain) yang tinggi, baik
kuantitas maupun kualitas. Hal ini ditunjang oleh fungsinya sebagai kota transit
mendukungpembangunanfasilitaspenunjang.

Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Tasikmalaya yang cukup tinggi ditunjang oleh


keberadaan daya tarik wisata Gunung Galunggung, Kampung Naga, Gua Pamijahan,
PantaiCipatujah,sertasentrakerajinanRajapolahdanIndihiang.

Besarnya arus kunjungan wisatawan nusantara ke Kabupaten Garut, baik yang


menginap maupun yang hanya mengunjungi daya tarik wisata disebabkan oleh
keanekaragaman dan keunikan daya tarik wisata dan fasilitas pendukung, baik dalam
segi keragaman karakteristik daya tarik wisata (misal Cipanas, Situ dan Candi
Cangkuang, Kampung Pulo, Situ Ciburuy), serta industri kreatifnya (industri kulit,
makanan/kuliner,jerukgarut,dombagarut,danlainlain).

BesarnyaaruskunjunganwisatawankeKabupatenCiamisdisebabkanolehkeberadaan
daya tarik wisata alam bernuansa pantai dan laut yang cukup terkenal di mata
wisatawannusantara,yaituPantaiPangandaran,BatuHiu,Cikaras,yangdisokongoleh
ODTW pendukung Cukang Taneuh. Jaraknya yang relatif jauh dari kotakota pusat
pelayanan di Jawa Barat membuat wisatawan lebih memilih untuk menginap sehingga
menimbulkanmaraknyapengembanganakomodasidiPangandaran.

Sepertiyangtelahdisebutkansebelumnya,mengamatikarakteristikwisatawandiKawasan
Wisata Kria dan Budaya Priangan tak dapat dilepaskan dari karakteristik wisatawan yang
datang ke Provinsi Jabar. Karakteristik ini mencakup jumlah dan karakteristik sosioeko
demografiswisatawandankarakteristikperjalanan.Termasukkedalamkarakteristiksosio
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III80

Laporan Akhir

demografis adalah jenis kelamin, kelompok usia, asal tempat tinggal, tingkat pendidikan,
pekerjaan; sedang termasuk ke dalam karakteristik perjalanan adalah maksud perjalanan,
lamatinggal,waktukunjungan,motivasi,modatransportasiyangdigunakan,danlainlain.
Berikutadalah identifikasi mengenai pasar utama wisatawan (Jawa Barat dan DKIJakarta)
dan pasar potensial wisatawan (Banten, Jawa Tengah, Lampung) yang melakukan
perjalanan ke Jawa Barat. Lima penyumbang kunjungan wisatawan nusantara teratas ini
secara lebih lanjut diidentifikasi dan dianalisis untuk menghasilkan proyeksi kebutuhan
wisata seperti apa yang disesuaikan dengan karakteristik wisatawan (lihat tabel 3.55 di
halamanberikut).

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III81

Laporan Akhir

Tabel3.55
KarakteristikWisatawanNusantarayangBerkunjungkeProvinsiJabar
Karakteristik
Jeniskelamin
Kelompokumur

Pekerjaan

Pengaturan
kunjungan
Motivasikunjungan

Modatransportasi

Rataratalama
tinggal
Frekuensi

Pembelanjaan

JawaBarat
Dominasipria
(52,64%)
2534(26,83%)
1524(18.21%)
Pegawaiswasta
(26,83%)
Pelajar/mahasiswa
(16.78%)
Dengankeluarga
(31,67%)
Sendiri(24,18%
Lainnya(32,81%)
Berlibur(21,44%)

Kendaraanpribadi
(48,1%)
Bus(41,5%)

2,35hari
Repeater(86,18%)

Angkutan(24,56%)
Akomodasi
(21,65%)

DKIJakarta
Dominasipria
(56,44%)
2534(22,32%)
3544(21,81%)

JawaTengah
Dominasipria
(54,63%)
2534(23,87%)
3544(20,09%)

Banten
Dominasipria
(54,95%)
2534(24,20%)
3544(21,67%)

Lampung
Dominasipria(64,82%)
3544(23,82%)

1524(20,41%)
Pegawaiswasta(19,32%)
Pegawaipemerintah
(17,58%)

Pegawaiswasta
(23,51%)
Pelajar/mahasiswa
(14,93%
Dengankeluarga
(27,30%)
Sendiri(25,37%)
Mengunjungi
keluarga(31,32%)
Berlibur(23,38%)

Pegawaiswasta
(24,06%)
Pelajar/mahasiswa
(21,32%)
Dengankeluarga
(24,35%)
Sendiri(23,66%)
Mengunjungi
keluarga(35,16%)
Berlibur(21,05%)

Bus(78,52%)
Kendaraanpribadi
(21,48%)

Bus(46,35%)
Keretaapi(40,02%)

Kapallaut(51,19%)
Bus(36,66%)

2,44hari

2,19hari

3,25hari

3,12hari

Repeater(73,58%)
Firsttimer(21,55%)

Angkutan(25,58%)
Akomodasi
(19,76%)

Repeater(76.36%)
Firsttimer(19,21%)

Firsttimer(49,30%)
Repeater(45,32%)

Firsttimer(44,53%)
Repeater(44,82%)

Angkutan(26,37%)
Akomodasi(21,12%)

Angkutan(26,97%)
Akomodasi
(22,69%)

Angkutan(29,78%)
Akomodasi(22,43%)

Pegawaiswasta
(21,53%)
Pelajar/mahasiswa
(15,74%)
Dengankeluarga(
Sendiri(
Mengunjungi
keluarga(45,36%)
Bisnis/pekerjaan
(15,24%)
Bus(53,67%)
Keretaapi(28,61%)

Sendiri(26,63%)
Rombongan(24,81%)
Bisnis(26,05%)
Mengunjungi
teman/keluarga(24,31%)

Sumber:RisetPasarWisatawanJabar,KementerianKebudayaandanPariwisataDeputiPemasaran2003
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III

82

Laporan Akhir

Potensidanpermasalahandalammenyikapikarakteristikwisatawanyangdapatditelaah
adalahsebagaiberikut:
Potensi
-

Dominasi wisnus kelompok umur usia produktif (2534 tahun) yang mengunjungi
Provinsi Jabar dapat dicermati sebagai potensi dalam pengembangan produk wisata
berjenis wisata outdoor, rekreasi dan belanja, serta spa dan health. Hal ini tak dapat
dilepaskan dari gaya hidup (lifestyle) masyarakat urban masa kini serta kecenderungan
wisatawansekarangini.

Karakter pola kunjungan wisatawan bersifat repeater atau berulang menghasilkan


kesempatan berupa peningkatan kualitas pelayanan dan optimalisasi pengembangan
berbagaiprodukwisatadiKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

Secara keseluruhan, ratarata menginap atau length of stay para wisatawan nusantara
adalah 2 3 hari. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan semacam jalur
wisatayangmengaitkanantarasatudayatarikwisatadenganlainnya(tourismdestination
linkage).

Anggaran terbesar para wisatawan dialokasikan untuk transportasi, akomodasi, dan


belanja. Aspek terakhir hendaknya menjadi salah satu peluang dalam peningkatan
produkwisatakriadanbudayamisalnyacenderamata,pakaian,danmakanan.

Permasalahan
-

Belumadanyapaketdanpolaperjalananwisatayangmengintegrasikanberbagaidaerah
di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan menyebabkan terbatasnya kunjungan
wisatawan.

Belum optimalnya pengembangan berbagai daya tarik wisata, sarana dan prasarana
pendukung pariwisata menghasilkan keterbatasan kunjungan wisatawan ke Kawasan
WisataKriadanBudayaPriangan.

Belum dilakukannya riset pasar detil, khusus untuk Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan sehinggakarakteristik dan kebutuhan wisatawan terhadapproduk pariwisata
di kawasan wisata unggulan ini belum teridentifikasi. Riset pasar ini perlu dilakukan
dalampengembanganprodukpariwisatadiKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

Keterbatasan informasi, promosi, dan pengemasan produk wisata yang diterima


wisatawan sehingga mereka kurang berminat untuk berkunjung ke berbagai objek
wisatakriadanbudaya.

3.4 SumberDayaManusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan
kepariwisataan daerah, di mana kesuksesan pengembangannya, baik dalam segi produk
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III83

Laporan Akhir

maupun pelayanan bergantung kepada kualitas SDM yang berkecimpung dalam


kepariwisataan. Untuk lebih mengetahui potensi dan permasalahan SDM yang terdapat di
KWKriadanBudayaPriangan,terlebihdahulukitalihatkarakteristikSDMdikawasanini.
Tabel3.56
JumlahPendudukUsiaProduktifdiKWKriadanBudayaPrianganTahun2005

No

Daerah

JumlahPenduduk
UsiaProduktif

1
2
3
4
5

Kab.Garut
Kab.Tasikmalaya
Kab.Ciamis
KotaTasikmalaya
KotaBanjar
Jumlah

Sumber:JawaBaratDalamAngka2006,BPS

1.421.245
1.096.743
1.027.024
398.388
113.238
4.056.638

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk usia produktif di Kawasan Wisata Kria dan
Budaya Priangan berjumlah 4.056.638 jiwa atau sekitar 64,14% dari keseluruhan jumlah
penduduk berusia produktif di kawasan ini. Kabupaten Garut mempunyai jumlah
penduduk usia produktif terbanyak, yaitu 1.421.245 atau sekitar 35,03% dari keseluruhan.
Kabupaten Tasikmalaya menduduki urutan kedua yaitu 1.096.743 jiwa atau 27,03% dari
jumlah keseluruhan. Sebaliknya Kota Banjar mempunyai jumlah penduduk usia produktif
palingsedikit,yaitu113.238jiwaatau2,79%darijumlahkeseluruhan.
Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pariwisata, khususnya pada
bidang perhotelan dapat dilihat pada tabel di bawah ini, dimana Kabupaten Garut
merupakandaerahterbesaryangmempekerjakanSDMdiberbagaihotelbintang,yaitu218
jiwa atau 59,72% dari jumlah keseluruhan, diikuti oleh Kota Banjar sebanyak 77 jiwa atau
sebanyak21,1%darijumlahkeseluruhan.
Tabel3.57
JumlahTenagaKerjadiHotelBintang
No

Daerah

JumlahPendudukyang
BekerjadiHotelBintang

1 Kab.Garut
218
2 Kab.Tasikmalaya

3 Kab.Ciamis
70
4 KotaTasikmalaya

5 KotaBanjar
77

Jumlah
365orang
Sumber:JawaBaratDalamAngka2006,BPS

Dengan melihat pada gambaran di atas, maka dapat ditelaah potensi dan permasalahan
aspekSDMdiKWUPrianganberikutini.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III84

Laporan Akhir

Potensi:

Jumlah penduduk usia produktif yang mendominasi jumlah keseluruhan penduduk di


KWU Priangan (64,14%) dapat dilihat sebagai potensi bagi penyediaaan tenaga kerja
yang berlimpah. Hal ini tentunya harus ditunjang dengan perkuatan kualitas SDM,
misalnyadenganadanyaprogrampelatihandanpembinaantenagakerja.

Sifat masyarakat yang kreatif dan berdaya usaha tinggi menghasilkan peluang bagi
pengembangan produk kria dan budaya. Hal ini dapat dilihat dari tumbuh dan
berkembangnya berbagai sentra kerajinan dan industri kria dan budaya di berbagai
tempatdiKWUPriangandenganmenonjolkancirikhasdanlokaliatasmasingmasing.

Pesatnya kemajuan teknologi mengakibatnya cepatnya akses informasi yang dapat


diterimaolehpengusahawisata(baikdariinternet,tv,radio,koran,dantelekomunikasi),
sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan usaha
kepariwisataan.

Permasalahan:

Terbatasnyajumlahtenagakerjayangbekerjapadainstansipemerintahan,dalamhalini
yang terkait dengan kepariwisataan, misalnya Kota Banjar. Minimnya personil yang
berbanding terbalik dengan tingginya beban/load pekerjaan berpotensi untuk dapat
menghasilkan terbatasnya pencapaian target dalam pengembangan kepariwisataan
daerah.

Terbatasnya jumlah dan keterlibatan organisasi masyarakat yang diharapkan dapat


menjadi generator pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat (tourism
community development). Walaupun pada beberapa daerah sudah terdapat KOMPEPAR
(Kelompok Penggerak Pariwisata), akan tetapi hal ini belum menunjukkan hasil yang
signifikanbagipengembangankepariwisataanKWUPriangan.

Persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata tidak selamanya baik. Hal ini dapat
dilihat dari penolakan terhadap pengembangan wisata di kawasankawasan tertentu.
Harusdiperhatikanpengembanganpariwisatayangmenghormatinilainilailokal.

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pariwisata, misalnya terbatasnya kualitas


pelayanan yang diberikan dan kurangnya kebersihan yang terdapat di berbagai objek
wisata.Kualitasinimenjaditolokukurkenyamananwisatawan.

Minimnyapelatihandanpendidikanmengenaipengembangankeahlianusahakriadan
budaya pada masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan stagnasi produk dengan
ketiadaan terobosan atau inovasi produkproduk baru. Akibatnya daya jual menurun,
karena ketidakmampuan pengusaha untuk mengembangkan daya saingnya di bidang
usahapariwisata.

Hal yang sama terjadi pada ketidakmerataan akses informasi (baik dari internet, radio,
tv, koran,dll) yang diterima para pelaku usaha pariwisata yang mengakibatkan
keterbatasaninovasisertakegagalandalammenangkappangsapasar.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III85

Laporan Akhir

Terbatasnya jumlah guide atau pemandu baik lokal maupun regional yang memenuhi
syarat, yaitu penguasaan interpretasi dan bahasa. Hal ini dapat menghasilkan
dangkalnyamuataninterpretasiterhadapprodukprodukwisata.

Guide pada umumnya merupakan tenaga kerja BPW yang sebagian besar terdapat di
kotakotabesardiluar wilayahKWUPriangan,misalnyaBandung,Jakarta,dll.Halini
menghasilkan terbatasnya kesempatanbagi penduduksetempat untuk berkarir sebagai
guide. Hal ini diperkuat oleh karakteristik kunjungan wisatawan yang bersifat repeater
atau berulang (lihat Tabel Karakteristik Wisatawan yang Datang Berkunjung ke Jawa
Barat), dimana karakteristik wisatawan seperti ini umumnya lebih mempercayakan
perjalananmerekakepadapemandudanBPWyangmerekasudahkenalsebelumnya.

TerdapatnyakecenderungankrisisSDMdalampengembanganindustrikriadanbudaya,
contohnya kurangnya regenerasi pekerja, karena banyak generasi muda yang kurang
tertarik untuk bergelut dalam bidang kria dan budaya (misal Batik Garutan). Hal ini
mengakibatkan dapatmengakibatkan penciutanjumlah usaha yangbergerak di bidang
kriadanbudaya.

Perlunya standarisasi kompetensi SDM pariwisata diantaranya disebabkan oleh


minimnyaketersediaanlembagapendidikanyangterkaitdenganpariwisata.

3.5 KelembagaanPendukung
Pengembangan kepariwisataan yang berhasil bergantung kepada faktor institusi /lembaga
pendukung.Beberapahalyangtermasukdiantaranyaadalahaspektugaspokokdanfungsi
kelembagaan(tupoksi)instansiinstansiterkaitsertaaspekkebijakan.
A.Tupoksi
Berikutadalahpenjabaranmengenaitugaspokokdanfungsiberbagaiinstansiyangterkait
denganpengembanganpariwisatakriadanbudaya.
1.DinasPariwisatadanKebudayaanKabupatenGarut

Melaksanakanpembinaandanpengembangankebudayaandaerahditk.kab/kota.

Melaksanakanpendataaninformasikebudayaandaerah

Melaksanakankerjasamakebudayaandanmemberikanizinkegiatankebudayaan

MelaksanakanpembinaandanpengembanganSDM

Melaksanakanpenelitiandanpembinaanpengembangannilainilaibudayalainnya

Melaksanakanperlindungan,pemeliharaandanpenyebarluasanseni

Melaksanakanpemanfaatansenibagikepentinganindustribudaya

Mengusulkankaryaindustribudayauntukdipatenkan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III86

Laporan Akhir

Menyiapkandatapendukungzoning

Melaksanakanstudikelayakandanstuditeknislokasibendacagarbudaya

Melaksanakan penyelamatan, pengamanan, pemeliharaan, pemugaran, dan


penelitianbendacagarbudayayangberskalakebudayaan

Melaksanakanpengelolaanbendacagarbudayaberskalakabupaten/kota

MelaksanakanstudiAMDALdalampemanfaatanbendacagarbudaya

Melaksanakan bimbingan dan penyebaran informasi dalam meningkatkan apresiasi


danperansertamasyarakatterhadappelestarianbendacagarbudaya

Melaksanakanoperasionalisasilaboratoriumkonservasikebudayaan

Menerimapermohonankepemilikanbendacagarbudayadaripemilik

Melaksanakanpencariancagarbudaya

Melaksanakanpendaftaranbendacagarbudaya

Melaksanakanpemanfaatanbendacagarbudaya

Melaksanakanpenelitiandanpenelaahansastradaerah

Melaksanakanpenelitianarkeologidanmelaksanakanhasilpemanfaatannya

Bekerjasamadenganinstansilaindalampenelitianarkeologi

Menetapkan kebijakan kendali mutu dalam penyelenggarakan kebudayaan di


kabupaten(termasuksupervisi,pelaporan,evaluasidanmonitoring)

Melaksanakan bantuan hukum dan peraturan perundangundangan di bidang


kebudayaanpadaskalakabupaten/kota

Menetapkanketatausahaandanketatalaksanaankebudayaandikabupaten/kota

Mendayagunakanprogramteknologikomunikasidaninformasiuntukperencanaan
danpengelolaankebudayaandikabupaten/kota

Menetapkaninventarisasipotensiobjekdankawasanwisata

Mengaturdanmengelolaobjekdandayatarikwisata

Memberikanperizinanberbagaiusahapariwisata

Melaksanakan/membuatsertifikasidanmemberikanizinoperasipariwisata

Membinakegiatanpromosipariwisatatingkatkabupaten

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III87

Laporan Akhir

Melaksanakankerjasamainternasionaldibidangpariwisata

Menyelenggarakan pungutan/retribusi objek wisata dan kawasan wisata dan


penyetoranhasilnyauntukkasdaerah.

Melaksanakanpelatihanteknisaparat

Menerbitkan penggandaan buku petunjuk peraturan perundangundangan


kepariwisataan

MelaksanakankoordinasipengembanganwisatadenganProvinsi

Menyelenggarakankampanyesadarwisata

2.BappedaKotaBanjar

Menyelenggarakanpenjaringanaspirasirakyat

Menghimpun kebijakan dinas/badan/lembaga dan satuan organisasi lain dalam


lingkunganpemerintahkotasertainstansipropinsiataupusatdidaerah

Menyelaraskan aspirasi rakyat dengan kebijakan dalam lingkungan


dinas/badan/lembaga dan satuan organisasi lain dalam lingkungan pemerintaj kota
sertainstansiprovinsidanataupusatdidaerah

Mengkoordinasikanrencanatataruangdalamlingkupmakro

Mengkoordinasikan penyusunan Renstra, arah kebijakan umum dan penyusunan


RAPBD

Memonitor dan mengevaluasi


pembangunandaerah

pelaksanaan

kebijakan

perencanaan

dan

Memonitor dan mengevaluasi


pembangunandaerah

pelaksanaan

kebijakan

perencanaan

dan

Memberikanpelayananinformasi,kebijakanperencanaandanpembangunandaerah.

Mengkoordinasipenelitiandanpengembanganperencanaandaerah

Memfasilitasidanmenjadimediatorpengembaganperencanaandaerah

Menyusunperencanaandalambidangekonomi,sosial,budaya,fisikdanprasarana

Mengadakananalisispermasalahandibidangekonomi,sosialbudayadanfisikserta
menyusunlangkahlangkahkebijaksanaanpemecahannya.

Mengkoordinasikandanmenilaikelayakanusulanusulanprogram

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III88

Laporan Akhir

3.DisperindagKotaBanjar

Melaksanakanpenyusunanpetunjukteknisbidangindustri

Melaksanakan fasilitasi dan bimbingan teknis pengembangan sarana, usaha dan


produksi, pemberian dan rekomendasi teknis, serta kerjasama anatr lembaga,
termasukpemantauandanevaluasi

Menyusunprogrampengembanganusahaindustri

Menyusun petunjuk teknis, bimbingan teknis dan memfasilitasi pengembangan


sarana, usaha dan produksi, termasuk pencegahan dan pemantauan pencemaran
limbahindustri

Mengadakan bimbingan teknologi peningkatan mutu produksi, pengawasan mutu,


verifikasiprodukdaninovasiteknologiindustri

Pemantauan dan evaluasi perkembangan usaha industri serta peningkatan kerja


samadenganusahaindustrilainnya.

Memfasilitasipelayananperijinanbidangindustrihasilpertaniandankehutanan

Menyusunprogrampengembanganusahaperdagangan

Menyusun petunjuk teknis mengenai petunjuk usaha, pengadaan dan penyaluran


barangdanjasa

Memberikan rekomendasi teknis perijinan bidang usaha perdagangan (SIUP,


TDP,TDG,SIUPM)

Memfasilitasimasalahmasalahperlindungankonsumen

Memberikanrekomendasibagiijinusahaperdagangan

Membinadanmemfasilitasipengembanganusahadanpromosihasilproduksi

Pengendaliandanevaluasikegiatanpromosidanpenanamanmodal

PenyusunanrencanakegiatanPMDdanpromosiPMA/PMDN

Memberikanfasilitasinvestasidaerah

Penyajiandatastatistikperindustrian,perdagangandanpenanamanmodal

4.DinasKoperasidanUsahaKecilMenengahKotaBanjar

Menetapkankebijakanoperasionaldibidangkoperasidanusahakecilmenengah

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III89

Laporan Akhir

Mengkoordinasikan dan meningkatkan keterpaduan rencana strategis dan program


kerjapembangunandibidangKUKM

Memfasilitasimanajemen,kelembagaan,dansumberdayaKUKM

Meningkatkan dan mengoptimalisasikan prosedur manajemen di bidang


kelembagaandanusahakoperasi

Menyusunstandaroperasionaldanprosedurmanajemendibidangkelembagaandan
usahakoperasi

MelaksanakanpenyusunanbahanfasilitasidibidangKUKM

Melaksanakankoordinasidenganunitkerjaterkait

MelaksanakanpenyusunanRenstradibidangKUKM

B.Kebijakan
Beberapa kebijakan berupa peraturan maupun dokumendokumen lain yang telah
ditetapkan untuk menunjang pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Kria dan
BudayaPrianganadalahsebagaiberikut:
TingkatNasionaldanProvinsi

UUNo.34/2004tentangPemerintahanDaerah.

UUNo.33/2004tentangperimbangankeuanganantarapemerintahpusatdanpemerintah
daerah

UUNo.9/1990tentangkepariwisataan.

UUno.24/1992tentangpenataanruang

PPNo.67/1996tentangpenyelenggaraankepariwisataan.

PPNo.32/1998tentangpengembangandanpembinaanusahakecil

PPNo.44/1997tentangkemitraanusaha

Renstra Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 20002004 tentang target pembangunan


kepariwisataanIndonesia.

InstruksiPresidenNo.7/1999tentangakuntabilitaskinerjainstansipemerintah

PeraturanGubernurJabarNo.48/2006tentangRIPPDAPropinsiJawaBarat20072013

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat No.3/2002 tentang pengelolaan lingkungan


geologi.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III90

Laporan Akhir

TingkatDaerah
1.KabupatenGarut:

PeraturanDaerahNo.24/2000tentangvisiKabupatenGarut.

Peraturan Daerah No. 25/2000 tentang Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Garut
Tahun20012006

Peraturan Daerah No. 23/2001 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata


DaerahKabupatenGarutTahun20012010

PeraturanDaerahNo.13/2005tentangretribusipelayananizinusahakepariwisataan

Peraturan Daerah No. 14/2005 tentang retribusi pelayanan tempat dan sarana
rekreasi

2.KabupatenCiamis

Peraturan Daerah No. 3/1999 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Ciamis

PeraturanDaerahNo.24/2002tentangRencanaStrategis(Renstra)KabupatenCiamis

3.KabupatenTasikmalaya

UndangundangNo.10/2001tentangpembentukanKotaTasikmalaya

Peraturan Daerah No. 17/2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Daerah(RPJMD)20062010

Peraturan Daerah No.02/2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Tasikmalaya

4.KotaTasikmalaya

UndangundangNo.10/2001tentangpembentukanKotaTasikmalaya

Keputusan Walikota Tasikmalaya No.14/2003 tentang tugas pokok, fungsi, dan


rinciantugasunitDinasPerindustriandanPerdaganganKotaTasikmalaya

5.KotaBanjar

UndangundangNo.27/2002tentangpembentukanKotaBanjarProvinsiJawaBarat

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III91

Laporan Akhir

Peraturan Daerah No.47/2004 tentang Rencana Stratejik Pemerintah Kota Banjar


Tahun20042009

Peraturan Daerah No.01/2004 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah


PengembanganKotaBanjar

Keputusan Walikota Banjar No. 230/Kpts.90Huk/V/2004 tentang tugas pokok,


fungsi,dantatakerjaunsurorganisasiBadanPerencanaanDaerahKotaBanjar

Peraturan Walikota Banjar No.20/2007 tentang tugas pokok, fungsi, dan tata kerja
unsur organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota
Banjar

Peraturan Walikota Banjar No.16/2007 tentang tugas pokok, fungsi, dan tata kerja
unsurorganisasiKantorKoperasidanUsahaKecilMenengahKotaBanjar

Mengacukepadagambarandiatas,makapotensidanpermasalahanmengenaikelembagaan
diKawasanWisataKriadanBudayaPrianganadalahsebagaiberikut:
Potensi:

Adanya keberadaan lembaga pembina kepariwisataan di tiaptiap daerah yang


berwenang terhadap perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian pariwisata daerah.
Kondisi ini mempermudah kerjasama pengembangan pariwisata Kawasan Wisata Kria
danBudaya.

Adanya keberadaan asosiasi profesi pariwisata di daerah tertentu yang mempermudah


pengembangankepariwisataandaerah.

Keberadaan KOMPEPAR sebagai penggerak pariwisata yang mewadahi berbagai


lembagakesenianmasyarakatdiberbagaidaerah.

Adanyarencanadalammeningkatkanperijinanusahapariwisatamelaluiperijinansatu
atapdalammenciptakankemudahandanmeningkatkanikliminvestasiusahapariwisata
melaluipelayananprima.

Adanyakerjasamadalamkegiatanpengembanganpariwisatadenganinstansi/organisasi
di luar Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan, yaitu Dinas Kebudayaan dan
PariwisataProvinsiJawaBarat.

Peluang untuk mengadakan kerjasama dan koordinasi antar pelaku usaha


kepariwisataandalampengembanganKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

Adanya berbagai peraturan terkait baik dalam skala nasional maupun lokal yang
mendukungpengembangankepariwisataanKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

Walaupun pariwisatabelum merupakan prioritas utama dalam pengembangandaerah,


akantetapikontribusipariwisataberpotensidalammeningkatkanperkembangansektor
ekonomi,sosial,danbudayamasyarakat.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III92

Laporan Akhir

TersedianyaRIPPDApadamasingmasingdaerah.

Adanya peluang bagi pengembangan website terpadu yang menyediakan informasi


produkproduk wisata, informasi investasi di Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan, serta peraturanperaturan yang terkait dengan kepariwisataan Kawasan
WisataKriadanBudayaPriangan.

Permasalahan:

Lembaga/institusi pembuat kebijakan kepariwisataan belum didukung oleh SDM yang


profesional.

Belumadanyaperangkataparatpelaksanadikawasanobjekdandayatarikwisatayang
tersebardiwilayahKWUPriangan

Belum tersedianya atau kurang berfungsinya asosiasi profesi pariwisata di sebagian


daerah, seperti HPI, PHRI, ASITA, ASPINDO. Perlu didirikan pembentukan asosiasi
profesi terpadu yang membawahi pengembangan Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan dengan memanfaatkan bentuk asosiasi yang sudah ada dan adanya kejelasan
kerjasama.

Terbatasnyasaranadanprasaranapendukungpelaksanaankegiatanoperasional.

Pelaksanaan kegiatan promosi belum sepenuhnya didasarkan kepada rencana strategis


danprogrampemasaranyangjelas.

Terbatasnya
penggunaaan
pengendalian/pengawasan.

Terbatasnya basis data bagi pelaku pariwisata, yaitu wisatawan, peneliti/akademisi,


investor, dan instansi terkait bagi kepentingan analisis kepariwisataan, penanaman
investasi,dankoordinasiantarstakeholders.

Belum terbentuknya pola kemitraan yang jelas antara stakeholders pariwisata (instansi
terkait,masyarakat,pelakuusahawisata).

Kurang membuka peluang terhadap investor dengan jaminan kepastian hukum dan
kemudahanperizinan.

Adanya eksploitasi terhadap kehidupan masyarakat adat yang kerap diwujudkan


melalui pungutan yang ditarik oleh Pemerintah Daerah seringkali mengakibatkan
masalah.

RIPPDA yang sudah ada pada masingmasing daerah hendaknya mengacu kepada
RIPPDA Provinsi Jabar dalam upaya menyamakan persepsi pembangunan dan
perencanaanpariwisataKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

sistem

informasi

pemasaran

dan

sistem

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III93

Laporan Akhir

3.6 PositioningKawasanWisataKriadanBudayaPriangan
Positioning mempunyai peran penting dalam meningkatkan daya tarik suatu kawasan
pariwisata yang dimunculkan lewat points of differentiation yang membedakannya dengan
daerahtujuanwisatalainnya.Dalampositioninginiakandibahaspotensidanpermasalahan
kawasansertaisuisustrategisdalamKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

3.6.1

PotensidanPermasalahanKawasan

PotensidanpermasalahanyangterdapatdiKawasanWisataKriadanBudayaPrianganini
melihatberbagaiaspekyangmempengaruhikeunggulandankelemahankawasanterhadap
kondisikepariwisataandalamskalaregional(JawaBarat)dannasional(Indonesia).
KawasanWisataKriadanBudayadalamRIPPDAProvinsiJawaBarat
DalamRIPPDAProvinsiJabartahun20072013,KawasanWisataKriadanBudayaPriangan
yangtelahditetapkansebagaikawasanwisataunggulanyangmengedepankansumberdaya
alam dan budaya tradisional Priangan dengan sub tema wisata gunung api. Dibanding
KWUlain,kawasanyangmencakupKabupatenGarut,KabupatenTasikmalaya,Kabupaten
Ciamis, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar ini merupakan kawasan wisata yang paling
mewakiliunsurtradisionalJawaBarat,dimanawisatawanyangberkunjungkeJawaBarat
akanmendapatkangambarantentangbudayamasyarakatSunda,khususnyayangmenetap
di dataran tinggi. Produk wisata ini dikembangkan untuk menciptakan keragaman daya
tarik wisata Jawa Barat sehingga berdaya saing dan memperkuat daya tarik provinsi,
khususnyadalamtingkatnasional.
Potensi wisata di kawasan Priangan ini didukung oleh kondisi infrastruktur yang cukup
baik, karena dilalui jalan utama lintas tengah provinsi yang melintang dari barat ke timur.
Potensipasarwisatawandikawasaninipadaumumnyaadalahwisatawannusantaralokal
dan regional, serta wisatawan minat khusus. Untuk memperluas pasar, diperlukan
keberadaan pusatpusat interpretasi dan informasi serta sarana prasarana penunjang
pariwisata.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan wisata di kawasan ini adalah
aspekpemasaran,sumberdayamanusia,dankelembagaan,dimanakekurangsiapandalam
menangkap pasar potensial dan keterbatasan pemasaran, terbatasnya jumlah SDM yang
berkualitas,sertamasihbelumjelasnyatugasdanwewenangberbagaiinstansiterkaitdalam
kepariwisataan.
Pemanfaatan Ruang bagi Pariwisata dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Barat2010
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat sebagai petunjuk operasional
yangdapatmemberikankejelasandalampelaksanaanteknis,kelembagaansertamekanisme
dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan ruang turut memberikan arahan dalam
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III94

Laporan Akhir

pengembangan kepariwisataan. Programprogram yang diarahkan bagi aspek pariwisata


termasukkedalamprogramstrukturkotayangdijabarkanmelaluiprogrampengembangan
kawasanandalan.
Programpengembanganpariwisatadirincimelaluikegiatan:1)penataankawasanwisata,2)
promosi pariwisata dan pengembangan tempat wisata, 3) pengembangan produk
agroindustri,serta4)pengembanganagroestate.
Programprogram lain yang dapat mendukung pengembangan kepariwisataan khususnya
diKawasanWisataKriadanBudayaPrianganadalahsebagaiberikut:

Program pengembangan sistem kotakota, diantaranya pengembangan PKW (pusat


kegiatanwilayah)Tasikmalayadengankegiatansebagaiberikut:
-

peningkatanterminaltipeCmenjaditipeBdiKotaTasikmalaya.

pembangunansaranasentraindustrikecildiRajapolah,Tasikmalaya;

peningkatankapasitaspelayananairbersihdikawasanperkotaan.

peningkatanpasarindukregionaldiTasikmalaya.

peningkatanpelabuhanudarasekunderdiCibeureum,Tasikmalaya.

Programpengembanganinfrastrukturwilayah,diantaranyadengan:
-

peningkatan ruas jalan kolektor primer yang berfungsi sebagai penghubung antara
PKW dan PKL, yaitu ruas jalan Nagrek Garut Pameungpeuk, Tasikmalaya
Cipatujah.

pembangunanterminaltipeBdisetiapPKW,dalamhaliniKotaTasikmalaya

Program pengembangan jaringan energi listrik dan telekomunikasi, diantaranya


dengan pembangunan instalasi baru, yaitu Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET) Tasikmalaya Depok, dan Interbus Transformer (IBT) Jatibarang
(KabupatenGarut).

KontribusiPariwisatadalamPerekonomianRegional
PariwisatamerupakansalahsatusektoryangpalingdiandalkandalamperekonomianJawa
Barat.BerikutiniadalahtabelProdukDomestikRegionalBruto(PDRB)subusahalapangan
terkaitpariwisatapadatahun20042005.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III95

Laporan Akhir

Tabel3.58
ProdukDomestikRegionalBrutoSublapanganUsahaTerkaitPariwisatadiJawaBarat
Tahun20042005BerdasarkanHargaBerlaku

SubLapanganUsaha
Tahun2004
Tahun2005
Rupiah
Rupiah
(milyarrp)
(milyarrp)
Hotel
1.168,87
1.633,10
Restoran
8.878,96
9.816,66
Jasahiburandanrekreasi
200,45
221,01
Jumlah
10.248,28
11.670,77
PDRBdenganMigas
305.305,61
387.353,14
Persentase%
3.36%
3.01%
Sumber:JawaBaratdalamAngka,2006

Tabel3.54sebelumnyamemperlihatkanbahwawalaupunterdapatpeningkatanpemasukan
pada sublapangan usaha terkait pariwisata yang disumbangkan oleh hotel, restoran, serta
jasahiburandanrekreasi,akantetapikontribusinyaterhadapPDRBJawaBaratmenurun
yaitu dari 3,36% menjadi 3,10%. Hal ini patut menjadi masukan dalam pengembangan
KawasanWisataKriadanBudayaPriangansehinggapariwisatadapatdijadikanalatuntuk
meningkatkanperekonomiandaerahsekaligusmensejahterakanmasyarakatnya.

3.6.2

IsuIsuStrategisPengembanganWisataKriadanBudaya

Beberapa isu strategis yang dapat diangkat dalam pengembangan wisata kria dan budaya
adalahsebagaiberikut:
1.

Penciptaan suasana kria dan budaya Priangan di seluruh kawasan yang dapat
dirasakanolehpengunjungmaupunmasyarakatyangbermukimdikawasanini.
Isu ini berkaitan dengan identitas, citra atau image kawasan yang hendak diangkat
dalampengembanganKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.Kurangoptimalnya
penciptaan suasana kria dan budaya Priangan yang terbentuk dari fisik (berupa
dimensi ruang kota), aktivitas (mencakup pergerakan dan pola perilaku masyarakat),
maupun arti (persepsi, arti, asosiasi) dapat membentuk heterogenisasi persepsi yang
dapatmembingungkanwisatawan.Merekamerupakanpihakyangtidakmempunyai
akses dalam mengembangkan wawasan dan pengetahuan mengenai identitas suatu
kawasan.

2.

Diversifikasi kria berbahan baku lokal, berkualitas internasional, yang perlu terus
dilakukan dengan menggali potensi yang dimiliki, dan tetap mengacu pada standar
internasional.
Keragaman produk kria dan budaya sangat diperlukan dalam meningkatkan daya
saingperekonomiandaerah.Permintaanpasaryangsemakinberkembangdanvariatif
memungkinkan terjadinya peluang dalam menangkap pangsa pasar melalui

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III96

Laporan Akhir

penciptaan dan kreasi produk. Penciptaan produk ini harus dibarengi dengan
pemakaian bahan baku lokal, yang memanfaatkan seluruh material dari wilayah
sendiri. Hal ini dapat meminimasi leakage atau kebocoran nilai ekonomi dalam
perekonomian daerah. Terakhir produk kria harus dibarengi dengan kualitas yang
mengacu pada standar internasional, sehingga mempunyai daya saing tinggi dan
kompetitifdalampercaturanpasarinternasional.
3.

Pelestarian budaya dan produk kria Priangan, agar tetap eksis dan terjaga
keasliannya, dan tidak mudah ditiru oleh pihak lain, dan diakui sebagai kria daerah
lain.
Isu pelestarian budaya dan produk kria berhubungan dengan nilainilai otentik yang
memperlihatkanidentitas/jatidirisuatumasyarakat.Halinimembutuhkanperkuatan
nilainilai budaya yang khas yang memperlihatkan lokal genius (genius loci) suatu
kawasanagartetapberkelanjutan.

4.

Komitmenpengambilkebijakan,yangseringkalitidakjelas,danberubahubah.
Isu ini merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan arah pengembangan
kepariwisataan daerah. Suatu komitmen diperoleh melalui kesepakatan dan arahan
yang spesifik, jelas, terukur, realistis, serta mempunyai batasan waktu tertentu (time
bound),sehinggadapatmenghasilkansuatusistemyangberbasiskuat.Padaakhirnya
pergantiandalamjabatanstrukturalparapengambilkebijakantidakakanberpengaruh
terhadap penerapan berbagai kebijakan, dalam hal ini yang berhubungan dengan
pengembanganpariwisata.

5.

Pembagian peran antardaerah, maupun koordinasi antarpublikprivat yang perlu


diperjelasdanditingkatkan.
Isu ini membahas pentingnya koordinasi dan kerjasama antar stakeholders
kepariwisataan yang ditunjukkan melalui pembagian tugas dan fungsi berbagai
instansimaupunpihakterkaitlainnyasehinggadapatmeminimasiketumpangtindihan
kebijakanpengelolaanpariwisatadaerah.

6.

Pemberdayaanmasyarakatlokal,yangditujukanbagikesejahteraanmasyarakat.
Isuiniberkaitandenganpartisipasimasyarakatdalamkegiatanpariwisatayangdapat
menghasilkan pemerataan pendapatan ekonomi, dimana kegiatan pariwisata
didukung,dikembangkandandikelolaolehmasyarakat.

7.

Mitigasi bencana yang perlu diperhatikan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan.
Berkaitandengankondisifisikwilayahyangrentanterhadapbencanageologi(seperti
letusan gunung berapi, gempa, longsor), maka isu mitigasi bencana harus
mendapatkan perhatian khusus sebagai upaya bagi keselamatan para wisatawan dan
penduduk setempat. Di dalamnya mencakup pemantauan dan penyelidikan gunung
api dalam rangka peringatan dini, inventarisasi dan pemetaan, serta
sosialisasi/penyuluhandalamupayapenyebarluasaninformasibencanageologi.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III97

Laporan Akhir

Isuisu strategis tersebut di atas akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan arahan
pengembangankepariwisataandiKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

III98

Laporan Akhir

BAB4

ARAHANPENGEMBANGAN
PARIWISATAKAWASAN

Babberikutakanmenguraikankonsepdanarahanpengembangankawasanyangmencakup
rumusanvisi,misi,tujuandansasaranpengembangan,yangmenjadisalahsatudasardalam
merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan.

4.1 VisidanMisiPengembangan
Sebagai salah satu kawasan wisata unggulan Provinsi Jawa Barat, visi dan misi
pengembanganpariwisataKawasanWisataKriadanBudayaPrianganmengacukepadavisi
pengembangan pariwisata Jawa Barat yang tercantum dalam RIPPDA Provinsi Jawa Barat
2006, yaitu Terwujudnya pariwisata Jawa Barat yang mengangkat harkat dan martabat,
serta meningkatkan kesejahteraan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat dalam
lingkunganyangberkelanjutan.
Selain itu, beberapa isu strategis utama pengembangan wisata kria dan budaya Priangan
juga menjadi landasan bagi pengembangan kepariwisataan di kawasan wisata ini. Isuisu
strategisutamatersebutadalah:
-

Penciptaan suasana kria dan budaya priangan di seluruh kawasan yang dapat
dirasakanolehpengunjungmaupunmasyarakatyangbermukimdikawasanini.

Diversifikasi kria berbahan baku lokal, berkualitas internasional, yang perlu terus
dilakukan dengan menggali potensi yang dimiliki, dan tetap mengacu pada standar
internasional.

PelestarianbudayadanprodukkriaPriangan,agartetapeksisdanterjagakeasliannya,
sertatidakmudahditiruolehpihaklaindandiakuisebagaikriadaerahlain.

Komitmenpengambilkebijakandibidangkepariwisataan,yangseringkalitidakjelas
danberubahubah.

Pembagian peran antardaerah, maupun koordinasi antarpublikprivat yang perlu


diperjelasdanditingkatkanuntukmendukungpengembangankepariwisataan.

Pemberdayaan masyarakat lokal di bidang kepariwisataan, yang ditujukan bagi


kesejahteraanmasyarakat.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV 1

Laporan Akhir

Mitigasi bencana yang perlu diperhatikan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan.

Isuisu tersebut merupakan isu yang saling terkait dan harus dipecahkan bersama.
Penciptaan suasana kria dan budaya di Kawasan Priangan perlu didukung oleh berbagai
kondisiyangsalingmenunjang.Penggalianprodukkriabarusekaliguspelestarianterhadap
budaya Priangan diharapkan dapat memantapkan tema utama kawasan ini, sekaligus
menjadikannya tetap eksis, unik, khas dan berdaya saing. Tentunya ini semua perlu
dukungan yang menerus dari pengambil kebijakan, melalui pembagian peran antardaerah
yang tercakup dalam kawasan ini, dan koordinasi antara seluruh stakeholder. Masyarakat
lokal pun perlu diberdayakan agar turut berpartisiapsi dalam pengembangan
kepariwisataandikawasan,denganmenjadisubjekpembangunan,dantidakhanyasebagai
objek.
Pencermatanterhadap kondisi lingkungan melalui mitigasi bencanayang terkelola dengan
baikdiharapkanakandapatmewujudkanKawasanWisataKriadanBudayaPrianganyang
unggul.PengembanganpariwisatadiKawasanWisataKriadanBudayaPrianganselainitu
diharapkan memberi kontribusi dalam mencapai pembangunan wilayah Priangan secara
khususdanProvinsiJawaBaratsecaraumum.
Olehkarenaitu,rumusanvisipengembanganpariwisataKawasanWisataKriadanBudaya
Prianganadalahsebagaiberikut:
Terwujudnya destinasi wisata kria dan budaya Priangan yang berdaya
saing,lestari,danmenyejahterakanmasyarakat.

Dengan demikian misi pengembangan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan adalah
sebagaiberikut:

Meningkatkan kualitas dan daya saing produk kria, melalui pelatihan, penelitian, dan
pemasaranprodukkria.

Mengusungjatidiri/budayaPrianganyangmengangkatharkat,martabat,dannilainilai
luhurmasyarakatPriangan.

Meningkatkanpartisipasimasyarakatlokalsecaraluas.

Mengembangkan kelembagaan antara industri kria, koperasi, UKM berazaskan kerja


samayangsalingmenguntungkanantarasemuastakeholders.

Menjagakeberlanjutanlingkungan(alamdanbudayaSunda),termasukkeselamatandan
mitigasibencana.

4.2 TujuandanSasaranPengembanganKawasan
Tujuan dan sasaran pengembangan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan
dirumuskansebagaiberikut:

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV 2

Laporan Akhir

Melakukan penataan (perencanaan dan pengelolaan) objek dan daya tarik wisata kria
danbudayaagarlebihproduktif,unggul,danberdayasaingtinggi.
Sasaran:
-

Tersusunnya rencana pengembangan objek dan daya tarik wisata kria, budaya,
gunung api, yang mengimplementasikan pendekatan pengembangan pariwisata
berkelanjutan.

Tersusunnya manajemen pengelolaan objek dan daya tarik wisata kria, budaya,
gunungapiyangefektifdanterpadu.

Tersedianyakebutuhanfasilitaspariwisatayangmendukungtemakawasan.

Terciptanyakerjasamalintassektoraldanlintasdaerahdalampengembanganobjek
wisatakriadanbudayaPriangan,sertaobjekwisatagunungapi.

Mengembangkan kegiatan pariwisata yang berkaitan dengan berbagai potensi dan


peluang kepariwisataan di kawasan (kria, budaya, gunung api) sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh masyarakat, pelaku bisnis, maupun
pemerintahsetempat.
Sasaran:
-

Terintegrasinyakegiatanindustrikria/kerajinandengankegiatanpariwisata.

Terciptanyaprodukprodukpariwisatabaruyangmenunjangtemawisatakriadan
budayaPriangan.

MeningkatnyaperansektorpariwisatadiKawasanPriangandalampembangunan
wilayah.

Meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat lokal secara merata,
baikkuantitasmaupunkualitasnya.
Sasaran:
-

Berkembangnya usaha kecil dan menengah lokal sebagai pendukung wisata kria
danbudayaPriangan.

Meningkatnyaproporsimanfaatekonomilangsungdariberbagaikeuntungandan
pengembanganpariwisataditingkatlokal/objekwisata.

Meningkatnya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat serta kemitraan di


tingkat daerah, termasuk dalam upaya mengembangkan dan memperkuat
pariwisataberbasismasyarakat.

Meningkatkan pengendalian dan pemeliharaan lingkungan pariwisata untuk


menciptakan keseimbangan dalam berbagai aspek, guna terwujudnya kualitas produk
kriadanbudayaPriangan.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV 3

Laporan Akhir

Sasaran:
-

Tersosialisasikannya berbagai aspek dan dampak pengembangan pariwisata kria


danbudayakemasyarakatsetempat.

Berubahnya persepsi bahwa pariwisata itu berskala besar, mewah, dan pekat
maksiat, menjadi persepsi positif, bahwa pariwisata itu bisa berskala kecil,
sederhana,tetapiindahdanbersih.

Terlestarikannya lingkungan dan budaya Priangan yang serasi dengan nilainilai


sosialbudayamasyarakatdankearifanlokal.

MemperkuattemabudayaPriangandankriakhaslokalyangbernilaistrategis,untuk
mendorong pertumbuhan kunjungan dan lama tinggal serta tingkat pengeluaran
wisatawankekawasansecarakhusus,maupunkeProvinsiJawaBaratpadaumumnya.
Sasaran:

4.3

Terciptanya citra kria dan budaya Priangan, melalui pengembangan wisata kria
danbudayaPriangan.

Berkembangnyapotensialampegunungan,sebagaidayatarikwisatapendukung.

Terpromosikannya kegiatan dan produk kria/kerajinan khas Priangan secara


nasionaldaninternasional.

DiterapkannyabudayaPriangandilingkungansekitarobjekwisata.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kria dan


BudayaPriangan

Kebijakan pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan


didasarkanpadapertimbangan:
-

Potensi dan permasalahan kepariwisataan di kawasan dari berbagai aspek khususnya


pengembanganprodukwisatayangterkaitdengantemautamakawasan,kondisipasar
wisatawan, transportasi dan infrastruktur, serta aspek SDM dan kelembagaan, seperti
yangdijelaskanpadabab3.

Isuisu strategis pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya


Priangan,yangdijabarkanpadasubbab3.7.

Konsep pengembangan, visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan Kawasan Wisata
KriadanBudayaPrianganyangdirumuskanpadasubbab4.1dan4.2.

Kebijakanpengembanganpariwisatayangdirumuskanmencakupkebijakanpengembangan
perwilayahan, pengembangan produk wisata, pengembangan transportasi dan
infrastruktur, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan SDM, pengembangan
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV 4

Laporan Akhir

kelembagaan, serta pengembangan investasi untuk lingkup Kawasan Wisata Kria dan
BudayaPriangan.

4.3.1

PengembanganPerwilayahan

PerwilayahansetiapKWUprovinsiakanterdiridaridestinasidestinasidenganluasanyang
lebihkecil,yangmerupakankumpulan(cluster)dariberbagaiobjekdandayatarikwisata
yang menjadi unggulan maupun pendukung KWU tersebut. Dengan demikian, di
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan, setiap destinasinya merupakan cluster dari
objekdandayatarikwisatakria,danataubudaya,danatauwisatagunungapi.
Lebih lanjut, antarcluster di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan memiliki suatu
hirarki,yangmenggambarkanpusat,yaitupusatKWU,dalamhaliniKotaTasikmalaya,dan
destinasipendukungnya.Selain itu,perludirencanakanaksesibilitas antarcluster tersebut
sesuai dengan keterkaitannya, termasuk dengan pusat KWU, dengan pintu gerbang KWU
tersebut, dengan objek dan daya tarik wisata pendukung, maupun dengan KWU Provinsi
Jabarlainnya.
Di masingmasing cluster pun perlu direncanakan fasilitas yang perlu tersedia, sesuai
denganhirarkidanfungsiclustertersebutdalamlingkupKawasanWisataKriadanBudaya
Priangan.
Kebijakan:

Pengembangan beberapa cluster daya tarik wisata di dalam Kawasan Wisata Kria dan
Budaya Priangan berdasarkan kedekatan karakteristik produk pariwisata dan
perwilayahannya.

PengembanganstrukturperwilayahanKawasanWisataKriadanBudayaPrianganyang
menghubungkan antara satu cluster dengan cluster lain, clustercluster dengan pusat
kawasanmaupundenganpintugerbangkawasan,secaraterpadu.

Pengembangan berbagai aktivitas yang mendukung tema produk utama kawasan di


dalamclustersebagaigeneratorkegiatankepariwisataan.

Integrasiantarakebijakanketataruanganbaikdilevelmakro,meso,maupunmikro.

Strategipengembangan:

Mengembangkan clustercluster daya tarik wisata yang menunjukkan keragaman daya


tarik wisata kria dan budaya sebagai destinasi pariwisata dalam Kawasan Kria dan
BudayaPriangan.

Menentukan hirarki antardestinasi dan fungsinya masingmasing dalam menunjang


temaprodukutamakawasan.

Menentukan entry point dan keterhubungan antardestinasi, antarobjek wisata


pendukungtemautama,maupunantarobjekwisatalainnya.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV 5

Laporan Akhir

Meningkatkan keterhubungan destinasi dalam Kawasan Kria dan Budaya Priangan


dengan pusat kawasan dan pintu gerbang kawasan melalui pengembangan jalurjalur
beraksesibilitastinggi.

KlasterWisataKriadanBudayaPriangan
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan terbagi ke dalam beberapa klaster yang
mempunyai kekhasan tema. Tema utama ini mengaksentuasi ditunjang oleh tematema
pendukung yang bersifat memperkuat tema utama. Aksentuasi tema sendiri didasari oleh
potensi yang terdapat dalam kawasan. Secara lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di
bawahini.

Tabel4.1
KlasterKWUKriadanBudayaPriangan

Klaster
KlasterGarut

KlasterTasik

KlasterCiamis
Banjar

DayaTarikUtama
Wisatagunungapi
GunturKamojang
Wisatagunungapi
Papandayan
Wisatabudaya
Cangkuang(Situ&Candi
Cangkuang,Kampung
Pulo)
WisataKriadanBudaya
KotaGarut(kerajinan
kulit,batiktulis)
Wisatagunungapi
GalunggungTalagabodas
WisatabudayaKampung
Naga
Wisatakriadanbudaya
Tasik(batiktasik,bordir,
payung,kerajinanbambu,
kelomgeulis,mendong,
mebelkayu)
Kriadanbudaya
Rajapolah(anyaman,
pandan)
WisataKria
(bordir,mendong,miniatur
alatmusik,sangkar
burung)
WisataBudayaAstana
Gede
WisataBudayaKampung
Kuta

DayaTarik
Pendukung
Kuliner
Atraksikesenian
WisataalamSitu
Bagendit
Kerajinan
sangkarburung

PusatPelayanan
KotaGarut

Kuliner
Atraksikesenian
Kerajinanbordir
Batiktasik
SituGede
BordirKawalu
Wisatakria
NegaraTengah
Kerajinan
kaligrafi

KotaTasik

Kuliner
Wisataalam
(Situmustika)
Wisatabudaya
(situspulomajeti,
kokoplak,
Karangkamulyan)
AtraksiKesenian
(reogtumaritis)

KotaCiamis

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV 6

Laporan Akhir

Klaster

DayaTarikUtama

DayaTarik
Pendukung
Wisataalam
(CurugTujuh,G.
Haruman)

PusatPelayanan

Lebihlanjut,mengenaipembagianklasterdapatdilihatpadapeta4.1dihalamanberikutini.

4.3.2

PengembanganProdukWisata

Produk wisata dapat diartikan sebagai rangkaian komponenkomponen pariwisata yang


memberikanpengalamanperjalananbagiwisatawansejakiameninggalkanrumahhingga
kembalikerumahnya.Komponenkomponentersebutmeliputiobjekdandayatarikwisata,
saranadanprasaranatransportasi,akomodasi,restoranataurumahmakan,saranainformasi
dantelekomunikasi,dankomponenamenitaslainnya.
Pengalaman perjalanan dan berwisata di Kawasan Wisata Unggulan Kria dan Budaya
Priangan,difokuskanpadakriadanbudayasebagaitemautamasertagunungapi,sebagai
tema pendukung. Fokus tema yang didasarkan pada potensi unggulan daerah,
dikembangkanuntukmembanguncitrabudayadansuasanaPriangan,melaluipengemasan
produk wisata dan komponen pariwisata yang terkait, seperti sarana dan prasarana
transportasidanfasilitaspendukungpariwisata(akomodasi,restoranataurumahmakan).
Pengembanganprodukwisatayangberkualitas,berkelanjutandanberbasismasyarakatjuga
menjadi perhatian. Sejalan dengan hal tersebut, penting untuk dilaksanakan suatu rencana
mitigasibencana,upayapelestarian(preservasi,konservasi)alamdanpusakabudayayang
melibatkanmasyarakatsetempat.
Kebijakan:

PengembanganprodukwisatakriadanbudayaPriangandiarahkanuntukmemperkuat
tema utama kawasan dan memberikan manfaat bagi lingkungan fisik, sosial, ekonomi,
danbudayamasyarakatsetempat.

Pengembangan produk wisata gunung api diarahkan untuk memperkuat tema


pendukungkawasandengantetapmemperhatikanupayamitigasibencana.

Pengembangan objek dan daya tarik wisata lain di dalam kawasan, baik untuk
mendukungtemawisatakriadanbudayaPrianganmaupunwisatagunungapi.

Pengembangan produk wisata ditujukan untuk mendukung upaya konservasi,


preservasi, dan rehabilitasi serta pemberdayaan masyarakat di Kawasan Priangan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV 7

Laporan Akhir
Gambar4.1
PetaKlasterKawasanWisataUnggulanKriadanBudayaPriangan

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV

Laporan Akhir

Pengembangan kualitas produk wisata kria dan budaya Priangan yang khas, unik dan
berdayasaing.

Strategipengembangan:

Memperkuat tema utama kawasan yaitu wisata kria dan budaya melalui diversifikasi
danpengembanganobjekdandayatarikwisatakriadanbudaya.

Memprioritaskan pengembangan produk wisata kria dan budaya Priangan yang dapat
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, baik manfaat ekonomi maupun
manfaatsosialbudaya.

Meningkatkan upaya preservasi terhadap produk wisata kria dan budaya yang sudah
langka.

Memperkuat tema pendukung kawasan yaitu wisata gunung api yang terkait dengan
settingwilayahpegununganPriangan.

Mengembangkan produk wisata gunung api sebagai salah satu upaya konservasi
lingkunganalampegunungan.

MeningkatkankualitasprodukwisatakriadanbudayaPriangandenganstandarkualitas
nasionaldaninternasional.

Memunculkan brand identity kawasan wisata kria dan budaya Priangan melalui
pengembangan brand image yang didukung oleh seleksi dan aksentuasi produk, serta
slogandansimbolisasi.

Meningkatkankualitaskenyamanandankeamanandikawasanwisatakriadanbudaya
Priangan,baikdarifaktorfisikmaupunpsikologis.

Meningkatkanstandarkualitaspelayanandalamusahapariwisata.

Mengembangkannilainilailokaldalampengembanganprodukwisatakriadanbudaya
Priangan.

Meningkatkan kualitas ruang/spasial melalui penonjolan karakter desain arsitektural


yangbercirikhaskawasanwisatakriadanbudayaPriangan.

4.3.3

PengembanganTransportasidanInfrastruktur

Pengembangan atau perbaikan sistem transportasi dan infrastruktur pada dasarnya adalah
upaya untuk mengevaluasi kondisi eksisting yang dilanjutkan dengan pengembangan
jaringan transportasi dan infrastruktur sesuai dengan karakteristik wilayah, jenis angkutan
dan pola pergerakannya. Pengembangan skenario jaringan transportasi didasarkan pada
pemikiranpemikiranperbaikansistemtransportasi.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV 9

Laporan Akhir

Pengembangan sistem transportasi untuk mendukung sektor pariwisata merupakan hal


penting yang harus mengikutsertakan rencana pengembangan pariwisata di kawasan.
Dalam perencanaannya, jaringan transportasi dapat digunakan untuk menumbuhkan
demand (creating demand) dan/atau melayani demand (servicing demand) terhadap
pengembangansuatukawasanwisata.
Pengembangan infrastruktur dipandang sebagai peluang untuk menjangkau pasar yang
sangat potensial baik untuk pemasaran produk secara langsung maupun tak langsung.
Kebijakan diperlukan sebagai jaminan pelayan prima yang efektif, efisien, dan murah
kepada masyarakat maupun kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di
KawasanWisataKriadanBudayaPriangan.
Kebijakan:

Pengembangansistemtransportasikawasanuntukmendukungwisatakriadanbudaya
Priangan,sertawisatagunungapi.

Peningkatanefisiensikinerjajaringantransportasieksistingdanskenariopengembangan
transportasidiKawasanWisataKriadanBudayaPriangan,melaluipembenahansarana
dan prasarana infrastruktur yang ada, baik kuantitas maupun kualitasnya dalam
menunjangpariwisata.

Mendorong pembangunan infrastruktur kawasan, dengan pemerintah sebagai pemain


utama, serta peningkatan pelibatan swasta dan masyarakat dalam pembangunan
infrastrukturpendukungwisatakria,budaya,danwisatagunungapidikawasan.

Pendekatanterpadu dalam pembangunan infrastruktur mulai dari perencanaan hingga


pelayanannya kepada masyarakat, yang bersinergi antarsektor, daerah, maupun
wilayah.

Strategipengembangan:

Mengoptimalkan sarana dan prasarana transportasi maupun infrastruktur di kawasan,


denganpenggunaansumberdayaseefisienmungkin.

Mengevaluasi efisiensi kinerja jaringan transportasi dan infrastruktur eksisting di


kawasandanperumusanskenariopengembangannya.

Pembenahan sarana dan prasarana infrastruktur wilayah, khususnya yang berada di


objekdandayatarikwisatasehinggasesuaidenganstandaryangtelahditetapkan.

4.3.4

PengembanganPasardanPemasaran

Aspek pasar wisatawan menentukan pengembangan dari produk wisata yang ditawarkan
suatu kawasan wisata. Diperlukan pemahaman tentang karakteristik pasar, baik kuantitas
maupun kualitasnya, untuk kemudian menjadi pertimbangan dalam mengemas produk
wisata,danstrategipemasaransertateknikpromodiyangakandilakukan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV
10

Laporan Akhir

Kebijakan:

Pengembangan segmen pasar wisatawan rekreasi dan budaya sebagai segmen pasar
potensial,sertasegmenpasarwisatawanminatkhususgunungapisebagaisegmenpasar
baru.

Pengembanganstrategipemasaranyangsesuaiuntukpasarwisatawanrekreasi,budaya,
danminatkhususgunungapi.

Pengembangan pendekatan pemasaran pariwisata terpadu dengan kawasan wisata


unggulanlainnya,secaraefektifdanefisien.

Strategipengembangan:

Mempertahankan dan memperkuat segmen pasar wisatawan utama saat ini, yaitu
wisatawan nusantara lokal dan regional untuk kegiatan rekreasi, khususnya Bandung
dan wilayah Jawa Barat timur, serta wisatawan nusantara dan mancanegara yang
melaluijalurJawaTengah/TimurmenujuLampung/DKIJakarta(overlandtourists).

Mengembangkan segmen baru pasar wisatawan sesuai dengan arah pengembangan


produk pariwisata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan yang bertema utama
kriadanbudaya,sertatemapendukungwisatagunungapi.

Memperluas segmen pasar wisatawan rekreasi dengan menangkap potensi pasar dari
kotakotabesardisekitarKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

Mengembangkansegmenpasarwisatawanminatkhususbudaya,termasukkria,kuliner,
danbelanja,sertawisatawanminatkhususwisatagunungapi.

Memanfaatkan segmen pasar wisata minat khusus dan budaya di KWU lainnya,
khususnya KWU Perkotaan dan Pendidikan Bandung, KWU Minat Khusus Jabar
Selatan, dan KWU Budaya Pesisir Cirebon, dan destinasi pariwisata budaya lainnya di
Indonesia(Yogyakarta,Bali).

MemasarkanprodukwisatakawasandengantemakriadanbudayaPriangan,danatau
wisatagunungapidenganmemanfaatkankemajuanteknologiinformasi.

MemasarkanprodukwisatakriadanbudayaPriangandalamkerangkakonsepTourism,
Trade,andInvestment(TTI),khususnyadenganindustrikerajinankecildanmenengah.

MemasarkanprodukwisatakriadanbudayaPrianganterpadudenganKWUJawaBarat
lainnya.

Mengembangkanrisetterpadudalampengembanganpasarwisatawanuntukmembidik
pasarwisatawanutama,sekunderdanlainnya.

Mengembangkan berbagai teknik promosi (direct marketing, iklan, sales promotion, travel
trade)secaratepatgunadantepatsasaran.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV
11

Laporan Akhir

4.3.5

PengembanganSumberDayaManusia

Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu unsur penting dalam pengembangan
destinasi pariwisata, yang meliputi aparat pemerintah, industri swasta, hingga masyarakat
lokal.
Kebijakan:

Peningkatankuantitasdankualitassumberdayamanusia,terutamadidaerahtertinggal,
baikprofesionalmaupuntenagatrampil.

PeningkatankualitaspelayananpariwisatakhususnyaSDMyangberhadapanlangsung
denganwisatawan.

Pemberdayaanmasyarakatlokaldalamkegiatanpariwisatadidaerahnya.

Peningkatanpemahaman,pengetahuan,kesadaranseluruhpelakupariwisata(termasuk
masyarakat)terhadappariwisata.

Strategipengembangan:

Mengembangkan skill transfer melalui berbagai pelatihan/training yang ditujukan bagi


peningkatankualitasSDMdibidangkepariwisataan.

Mengembangkan dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan kepariwisataan di


kawasan.

Memperbanyak jumlah SDM yang berkualitas sehingga meningkatkan pengembangan


kepariwisataandikawasan.

Mengadakan standarisasi kompetensi SDM di bidang kepariwisataan yang


menghasilkansertifikasikeahliantertentu.

Meningkatkan upaya pembinaan kepariwisataan kepada masyarakat pelaku pariwisata


danmasyarakatyangtinggaldisekitardayatarikwisataKriadanBudayaPriangan.

Meningkatkan upaya pendampingan kepada masyarakat pelaku pariwisata dari proses


perencanaan,pengelolaan,sampaipemasaranprodukkriadanbudayanya.

4.3.6

PengembanganKelembagaan

Pengembangan pariwisata yang cenderung rumit tidak dapat hanya diemban oleh satu
institusi saja, misalnya oleh Dinas Pariwisata. Diperlukan kerjasama dan koordinasi antar
sektor,baikpublikmaupunprivat,yangterbukadanefisien,sertadidukungolehSDMyang
mumpuni.
Pengembangan kelembagaan kepariwisataan kawasan mencakup efisiensi kelembagaan
pariwisata, peningkatan koordinasi dan konsolidasi antarlembaga, serta peningkatan
kemitraan antara institusi/lembaga. Dukungan kelembagaan dengan demikian, sangat
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV
12

Laporan Akhir

diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan, strategi maupun program pengembangan


yang dirumuskan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dan sasaran
masingmasingprogram.
Kebijakan:

Peningkatankoordinasidankonsolidasiantarlembagadanantarwilayahkabupaten/kota
di Jawa Barat, maupun dengan provinsi lain/nasional/internasional melalui lembaga
terkaitpariwisatadanbudaya,termasukkomitmendariparapengambilkeputusanyang
terkaitdenganpariwisata.

Pengembangan kelembagaan, sistem dan penyederhanaan prosedur perijinan untuk


menciptakanikliminvestasiyangkondusif.

Peningkatan kemitraan antara institusi/lembaga yang terkait dengan pengembangan


wisatakriadanbudayamaupunwisatagunungapidikawasanPriangan.

Pengembangan kelembagaan dalam hal perpajakan dan retribusi yang terkait dengan
pengembangan wisata kria dan budaya maupun wisata gunung api di kawasan
Priangan.

Pengembangan kelembagaan dalam pemasaran dan promosi wisata kria dan budaya
sertawisatagunungapidikawasanPriangan.

StrategiPengembangan:

Mengembangkantourisminformationsystemdanegovernmentyangdapatmempermudah
pengelolaankepariwisataaankawasan.

Mengembangkan tugas, fungsi dan wewenang kelembagaan terkait baik dalam skala
makro, meso dan mikro secara integratif agar tidak terjadi ketumpangtindihan dalam
menyusunkebijakan.

Mengembangkan asosiasi profesi kepariwisataan serta memperkuat peran dan fungsi


lembagamasyarakatyangbergerakdibidangkepariwisataansepertiKOMPEPAR.

Mengembangkan sarana dan prasarana operasional sebagai penunjang kegiatan


kelembagaan.

Menerapkan instrumen kebijakan berupa insentif dan disinsetif seperti pajak dan
regulasiyangmendukungpengembangankepariwisataan.

Meningkatkan hubungan kemitraan yang bernuansa pembinaan dan saling


menguntungkan antara pelaku pariwisata, baik pemerintah, swasta, maupun
masyarakat.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV
13

Laporan Akhir

4.3.7

PengembanganInvestasi

Berbagai program yang dirumuskan perlu untuk diimplementasikan sehingga menjadi


berwujud dan menunjang pembangunan kepariwisataan. Diperlukan investasi baik oleh
pemerintahdankhususnyapihakswastadalammenunjangpengembanganwisatakriadan
budayadiPriangan.
Kebijakan:

Promosi terpadu investasi pariwisata di Kawasan Priangan dan Jawa Barat, maupun
Indonesiadanmancanegara,denganpromosisektorsektorlainnya,khususnyaindustri
kerajinan.

Penyederhanaan/pemberian kemudahan/insentif bagi investor yang ingin menanamkan


modalnyadibidangkepariwisataanmaupunindustrikerajinanberbahanbakulokaldan
atauyangterkaitdikawasanPriangan.

Peningkatan investasi sarana dan prasarana wisata maupun industri kerajinan oleh
swastadanmasyarakat,khususnyadilokasilokasiyangmenjadidayatarikwisatakria
danbudayasertadayatarikwisatagunungapi.

StrategiPengembangan:

Peningkatan kerjasama promosi investasi dengan sektor lain di wilayah Priangan,


khususnya industri kerajinan, industri makanan dll, maupun di Jawa Barat atau
nasional.

Mengembangkansistemdanprosedurpengembanganinvestasiterpadudengansektor
sektorterkaitdikawasanWisataKriadanBudaya.

Mengembangkan kelembagaan pengelola investasi di kawasan wisata kria dan budaya


Priangan.

Menerapkan kebijakan yang mendorong masuknya arus investasi ke kawasan kria dan
budayaPriangan.

Mengembangkan business plan yang kuat dalam mengembangkan dan mengelola


kepariwisataankawasanwisatakriadanbudayaPriangan.

Mengembangkankemitraanyangkokohantaraberbagaistakeholdersterkait.

Mengembangkan website atau data base yang dapat memberikan informasi mengenai
potensi berinvestasi di kawasan wisata kria dan budaya Priangan yang ditujukan bagi
parainvestor.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

IV
14

Laporan Akhir

BAB5

PROGRAMPENGEMBANGAN
KEPARIWISATAAN

Dalam penyusunan program pengembangan kepariwisataan di Kawasan Kria dan


BudayaPriangan,perluditinjaukembalipengertiankriayangdigunakandalamstudiini,
serta permasalahan maupun isuisu strategis yang dihadapi dalam pengembangan
kepariwisataan di kawasan Priangan. Hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan
dalammerumuskanprogramyangsesuai dengan arahan,visi, misi maupun tujuandan
sasaranpengembangannya.
KriadanKarakteristiknya
Kria dapat didefinisikan sebagai seni dari rakyat untuk rakyat, berupa karya yang
anonim, dikerjakan melalui tangan, tidak mahal, berakar dari benda yang digunakan
secara massal dan fungsional dalam kehidupan seharihari, dan merupakan
representasiwilayahtempatbendatersebutdiproduksi(ICCROM,2002).Disini,kria
tidakhanyadipahamisebagaibarangataubendahasilbudidayamanusia,tetapijuga
sebagaiprosespembelajaran,prosesekonomi,danproseskreatif.
Merujukpadadefinisitersebut,dalamstudiinikriabukanhanyaberupakerajinantangan
maupun proses pembuatannya tetapi lebih dari itu, kria berakar pada latar belakang
suatu komunitas, misalnya struktur masyarakat, nilainilai sosial budaya, dan sejarah.
Lebih lanjut, kria dapat dirinci sebagai suatu proses, memiliki dimensi yang signifikan
(dimensi sosial, religius, dan budaya) serta memiliki keterkaitan dengan ruang dan
lingkungansecaradinamis,sepertidijelaskanpadaGambar5.1berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 1

Laporan Akhir

Gambar5.1

KarakteristikKria:Proses,Dimensi,danKonteks

Keterkaitan masyarakat Sunda dengan lingkungan alambudaya (cultural landscape)


ditunjukkanpulamelaluikerajinanlokalyangkiniberkembangkearahindustrikria.Hal
inimenjadidasarbagipembentukanKawasanWisataKriadanBudayaPriangandengan
temautamaprodukprodukunggulan/barangbarangkriasertapotensibudaya;dantema
pendukungadalahwisatagunungapidanfenomenanya.
Permasalahan Pengembangan Kepariwisataan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan
Beberapa permasalahan pengembangan kepariwisataan di kawasan ini menyangkut
pengembangan daya tarik wisata, fasilitas pendukung, transportasi dan infrastruktur,
pasar wisatawan, sumber daya manusia, serta kelembagaan pendukung, yang dapat
dirangkumsebagaiberikut.
A.DayaTarikWisata

Belum adanya apresiasi pengembangan yang memadai terhadap keunikan dan citra
kawasansebagaikawasanwisatakriadanbudayaPriangan.

Belumterintegrasinyakomplementaritasantarobjekdandayatarikwisata.

Belum maksimalnya upaya dalam menciptakan rasa aman bagi pengunjung, karena
padabeberapalokasiobjekwisatamasihterjaditindakankejahatandanpemerasan.

Lemahnya kemampuan manajerial di dalam pengelolaan dan pemanfaatan produk


produkwisata,padahalpilihanobjekwisatasemakinberagamdanberkualitas.

Pariwisata masih berada pada aspek nonrasional dan tidak pada apresiasi budaya,
kesejarahan,danpengemasandalamhubungandengannilainilaikesejamanan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 2

Laporan Akhir

Kurangnya perhatian akan AMDAL atau bahkan tidak ada AMDAL sama sekali,
padahal ini merupakan salah satu syarat sebelum suatu sumber daya alam akan
dikembangkanmenjadiobjekwisataalam.

Kurangnya penelitian akan kebutuhan suatu objek wisata, khususnya melalui riset
pasarbaiksecararegional,nasionalmaupunglobal.

Kurangnya keterkaitan antarobjek wisata yang satu dengan yang lainnya, baik di
dalamlingkupkabupatensendirimaupundengankabupatensekitarnya.

Kurangnya pemahaman dan perhatian akan tata guna lahan maupun tata ruang di
sekitarkawasanobjekdandayatarikwisata.

Kurangnyaapresiasimasyarakatterhadapsenibudayadidaerahnyasendiri.

Kurangnya perhatian akan sarana dan prasarana pada objek wisata baik dalam
perencanaan,implementasimaupunoperasionaldanperawatandilapangan.

Kurang memadainya jaringan pelayanan infrastruktur, seperti jaringan jalan, listrik,


drainase,dantelekomunikasi.

Kurangnya diversifikasi produk dan daya tarik wisata yang sudah ada dan
berkembang,sehinggadikhawatirkanakanmembuatwisatawanjenuh.

Kurangmenariknyapengemasandanpemasaranhasil/produkkria.

Kurangnyapemeliharaandanpenataansektorpembinaansenitradisional.

Kurangnyakoordinasidenganpelakuwisatadanstakeholderlainnya.

Kurangnyakesiapandalammitigasibencana,khususnyabencanagunungapi.

B.FasilitasPendukungKepariwisataan

Akomodasi
Beberapapermasalahanterkaitakomodasiantaralainadalahsumberdayamanusiadan
manajemen pengelolaan hotel. Banyak tenaga kerja di fasilitas akomodasi yang belum
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai operasional hotel. Pihak manajemen hotel
juga belum seluruhnya menerapkan sistem pelayanan yang profesional yang sesuai
dengan SOP (Standard Operating Procedure) hotel, sehingga seringkali ada keluhan dari
wisatawanbaikmancanegaramaupunnusantara.
RestorandanRumahMakan
Secara umum rumah makan yang ada di Kawasan Kria dan Budaya Priangan sudah
cukup baik dalam mengakomodir kebutuhan wisatawan. Jumlahnya mencukupi dan
mudah ditemui di mana saja. Hanya saja variasi makanannya hanya terbatas pada jenis
masakan Sunda, Padang, dan aneka masakan Indonesia lainnya. Hal ini dapat
menyulitkan terutama bagi wisatawan mancanegara yang tidak menyukai masakan
Indonesia.Tenagakerjayangbekerjapadarestorandanrumahmakanbelumseluruhnya
memiliki pengetahuan tentang pelayanan dikarenakan tingkat pendidikan yang belum
mencukupi.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 3

Laporan Akhir

BiroPerjalananWisata
Terbatasnyabiroperjalananwisatayangadadikawasan.Keberadaannyapunhanyaada
di Kota Tasikmalaya, Garut dan Ciamis, sehingga menyulitkan akses wisatawan
khususnya yang berada diluar kota/kabupaten tersebut untuk menggunakan jasa usaha
perjalananwisata.Umumnyawisatawanmemakaijasabiroperjalananwisatayangadadi
luarkotasepertiBandungdanJakarta.
Tokocenderamata
Permasalahan yang dihadapi terkait dengan cenderamata yaitu jumlah dan sebaran
sentracenderamatayangterbatas,sertahargacenderamatayangbelumstandar.Biasanya
harga di tempat penjualan lebih mahal dibandingkan jika membeli cenderamata di
pusatnya.
C.TransportasidanInfrastruktur
Transportasi
Permasalahandalampenyediaansaranadanprasaranatransportasisecaraumumadalah:

Kondisi jaringan jalan di daerah KWU Priangan yang perlu dipelihara untuk
memperlancarmobilitaswisatawankeobjekdandayatarikwisata.

Masihdibutuhkanpeningkatanjaringanjalanaksesmenujukawasanwisatasehingga
meningkatkanaksesibilitasobjekdandayatarikwisata.

Kurang tersedianya papan informasi menuju lokasi objek dan daya tarik wisata
sehinggawisatawanyangbelummengetahuisecarajelaslokasitujuannyamendapat
kesulitandalammenentukanarahperjalanan.

Kondisi pelayanan angkutan umum yang perlu ditingkatkan dalam melayani


kebutuhanwisatawanuntukmenujulokasiobjekdandayatarikwisata.

Infrastruktur
Permasalahan dalam penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur secara umum
adalah:

Penyediaansaranaairbersihdanfasilitastoiletdiobjekdandayatarikwisatamasih
dirasakanmasihkurang.

Pemeliharaan kebersihan dan pengelolaan sampah di lokasi wisata untuk


meningkatkan kebersihan objek dan daya tarik wisata serta meningkatkan
kenyamananwisatawan.

Permasalahan yang muncul di bidang telekomunikasi, secara umum terkait dengan


pemeliharaan dan peningkatan layanan daerah jangkauan telekomunikasi, baik
telekomunikasiteleponmaupunteleponselular.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 4

Laporan Akhir

D.PasarWisatawan
Permasalahanumumdalamaspekpasarwisatawanadalahsebagaiberikut:
-

Masih terbatasnya kunjungan wisatawan, terkait dengan belum adanya paket dan
jalur perjalanan wisata yang mengintegrasikan berbagai daerah di Kawasan Wisata
Kria dan Budaya Priangan, serta belum optimalnya pengembangan berbagai daya
tarikwisata,saranadanprasaranapendukungpariwisata.

Belumdilakukannyarisetpasardetil,khususuntukKawasanWisataKriadanBudaya
Priangan sehingga karakteristik dan kebutuhan wisatawan terhadap produk
pariwisatadikawasanwisataunggulaninibelumteridentifikasi.Risetpasariniperlu
dilakukan dalam pengembangan produk pariwisata di Kawasan Wisata Kria dan
BudayaPriangan.

Keterbatasan informasi, promosi, dan pengemasan produk wisata yang diterima


wisatawan sehingga mereka kurang berminat untuk berkunjung ke berbagai objek
wisatakriadanbudaya.

E.SumberDayaManusia
Permasalahanumumdalamaspeksumberdayamanusiaadalahsebagaiberikut:

Terbatasnyajumlahtenagakerjayangbekerjapadainstansipemerintahan,dalamhal
iniyangterkaitdengankepariwisataan.Minimnyapersonilyangberbandingterbalik
dengan tingginya beban/load pekerjaan berpotensi untuk dapat menghasilkan
terbatasnyapencapaiantargetdalampengembangankepariwisataandaerah.

Terbatasnya jumlah dan keterlibatan organisasi masyarakat yang diharapkan dapat


menjadi generator pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat (tourism
community development). Walaupun pada beberapa daerah sudah terdapat
KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Pariwisata), tetapi hal ini belum menunjukkan
hasilyangsignifikanbagipengembangankepariwisataanKWUPriangan.

Persepsimasyarakatterhadapkegiatanwisatatidaksemuanyasamadanbaik.Halini
dapat dilihat dari penolakan terhadap pengembangan wisata di kawasankawasan
tertentu.

Kurangnyakesadaranmasyarakatterhadappariwisata,sehinggaterbatasnyakualitas
pelayananyangdiberikandankurangnyakebersihanyangterdapatdiberbagaiobjek
wisata.Kualitasinimenjaditolokukurkenyamananwisatawan.

Minimnya pelatihan dan pendidikan mengenai pengembangan keahlian usaha kria


danbudayapadamasyarakat.Halinidapatmengakibatkanstagnasiprodukdengan
ketiadaan terobosan atau inovasi produkproduk baru. Daya jual menurun, karena
ketidakmampuanpengusahauntukmengembangkandayasaingnyadibidangusaha
pariwisata.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 5

Laporan Akhir

Ketidakmerataan akses informasi (baik dari internet, radio, tv, koran, dan lainlain)
yang diterima para pelaku usaha pariwisata yang mengakibatkan keterbatasan
inovasisertakegagalandalammenangkappangsapasar.

Terbatasnyajumlahguideataupemandubaiklokalmaupunregionalyangmemenuhi
syarat, yaitu penguasaan interpretasi dan bahasa. Hal ini dapat menghasilkan
dangkalnyamuataninterpretasiterhadapprodukprodukwisata.

Terdapatnya kecenderungan krisis SDM dalam pengembangan industri kria dan


budaya,contohnyakurangnyaregenerasipekerja,karenabanyakgenerasimudayang
kurangtertarikuntukbergelutdalambidangkriadanbudaya(misalBatikGarutan).
Hal ini dapat mengakibatkan penciutan jumlah usaha yang bergerak di bidang kria
danbudaya.

Minimnya ketersediaan lembaga pendidikan yang terkait dengan pariwisata akibat


belumadanyastandarisasikompetensiSDMpariwisata.

F.LembagaPendukung
Permasalahanumumdalamaspeklembagapendukungadalahsebagaiberikut:

Lembaga/institusi pembuat kebijakan kepariwisataan belum didukung oleh SDM


yangprofesional.

Belum adanya perangkat aparat pelaksana di kawasan objek dan daya tarik wisata
yangtersebardiwilayahKWUPriangan

Belum tersedianya atau belum berfungsinya asosiasi profesi pariwisata di sebagian


daerah,sepertiHPI,PHRI,ASITA,ASPINDO.

Terbatasnyasaranadanprasaranapendukungpelaksanaankegiatanoperasional.

Terbatasnya basis data bagi pelaku pariwisata, yaitu wisatawan, peneliti/akademisi,


investor, dan instansi terkait bagi kepentingan analisis kepariwisataan, penanaman
investasi,dankoordinasiantarstakeholders.

Belumterbentuknyapolakemitraanyangjelasantarastakeholderspariwisata(instansi
terkait,masyarakat,pelakuusahawisata).

Kurang membuka peluang terhadap investor dengan jaminan kepastian hukum dan
kemudahanperizinan.

Adanya eksploitasi terhadap kehidupan masyarakat adat yang kerap diwujudkan


melalui pungutan yang ditarik oleh Pemerintah Daerah seringkali mengakibatkan
masalah.

RIPPDA yang sudah ada pada masingmasing daerah hendaknya mengacu kepada
RIPPDA Provinsi Jabar dalam upaya menyamakan persepsi pembangunan dan
perencanaanpariwisataKawasanWisataKriadanBudayaPriangan.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 6

Laporan Akhir

Isuisu Strategis Pengembangan Kepariwisataan Kawasan Wisata Kria dan Budaya


Priangan
Adapun isuisu strategis dalam pengembangan wisata kria dan budaya adalah sebagai
berikut:
1.

Penciptaan suasana kria dan budaya Priangan di seluruh kawasan yang dapat
dirasakanolehpengunjungmaupunmasyarakatyangbermukimdikawasanini.
Isuiniberkaitandenganidentitas,citraatauimagekawasanyanghendakdiangkat
dalam pengembangan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan. Kurang
optimalnyapenciptaansuasanakriadanbudayaPrianganyangterbentukdarifisik
(berupa dimensi ruang kota), aktivitas (mencakup pergerakan dan pola perilaku
masyarakat), maupun arti (makna, asosiasi) dapat membentuk heterogenisasi
persepsiyangdapatmembingungkanwisatawan.

2.

Diversifikasi kria berbahan baku lokal, berkualitas internasional, yang perlu


terus dilakukan dengan menggali potensi yang dimiliki kawasan, dan tetap
mengacupadastandarinternasional.
Penciptaan produk kria ini harus dibarengi dengan pemakaian bahan baku lokal,
yang memanfaatkan seluruh material dari wilayah sendiri. Hal ini dapat
meminimasi leakage atau kebocoran nilai ekonomi dalam perekonomian daerah.
Penciptaan produk kria juga harus dibarengi dengan kualitas yang mengacu pada
standarinternasional,sehinggamempunyaidayasaingtinggidankompetitifdalam
percaturanpasarinternasional.

3.

Pelestarian budaya dan produk kria Priangan, agar tetap eksis dan terjaga
keasliannya,dantidakmudahditiruolehpihaklain,dandiakuisebagaikriadaerah
lain.
Isu pelestarian budaya dan produk kria berhubungan dengan nilainilai otentik
yang memperlihatkan identitas/jati diri suatu masyarakat. Hal ini membutuhkan
perkuatan nilainilai budaya yang khas yang memperlihatkan lokal genius (genius
loci)suatukawasanagartetapberkelanjutan.

4.

Komitmen pengambil kebijakan untuk mendukung pengembangan pariwisata,


yangseringkalitidakjelas,danberubahubah.
Isuinimerupakanhalyangsangatpentingdalammenentukanarahpengembangan
kepariwisataandaerah.Suatukomitmendiperolehmelaluikesepakatandanarahan
yangspesifik,jelas,terukur,realistis,sertamempunyaibatasanwaktutertentu(time
bound), sehingga dapat menghasilkan suatu sistem yang berbasis kuat. Pada
akhirnyapergantiandalamjabatanstrukturalparapengambilkebijakantidakakan
berpengaruh terhadap penerapan berbagai kebijakan, dalam hal ini yang
berhubungandenganpengembanganpariwisata.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 7

Laporan Akhir

5.

Pembagianperanantardaerah,maupunkoordinasiantarpublikprivatyangperlu
diperjelasdanditingkatkanuntukmendukungpariwisata.
Isu ini membahas pentingnya koordinasi dan kerjasama antar stakeholders
kepariwisataan yang ditunjukkan melalui pembagian tugas dan fungsi berbagai
instansi maupun pihak terkait lainnya sehingga dapat meminimasi
ketumpangtindihankebijakanpengelolaanpariwisatadaerah.

6.

Pemberdayaan masyarakat lokal, yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat


melaluipariwisata.
Isu ini berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata yang
dapatmenghasilkanpemerataanpendapatanekonomi,dimanakegiatanpariwisata
didukung,dikembangkan,dandikelolaolehmasyarakat.

7.

Mitigasi bencana yang perlu diperhatikan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan.
Berkaitan dengan kondisi fisik wilayah yang rentan terhadap bencana geologi
(seperti letusan gunung berapi, gempa, longsor), maka isu mitigasi bencana harus
mendapatkan perhatian khusus sebagai upaya bagi keselamatan para wisatawan
dan penduduk setempat. Di dalamnya mencakup pemantauan dan penyelidikan
gunung api dalam rangka peringatan dini, inventarisasi dan pemetaan, serta
sosialisasi/penyuluhan dalam upaya penyebarluasan informasi bencana geologi
yangsangatlintassektoral,danbukanhanyakewenangansektorpariwisata.

StrukturProgramPengembanganKawasanKriadanBudaya
Sepertiyangtelahdisampaikan,penyusunanprogrampengembangandikawasanWisata
Kria dan Budaya Priangan didasarkan pada pertimbangan berbagai potensi dan
permasalahan, termasuk isuisu strategis yang dihadapi kawasan dalam pengembangan
produkwisatakriadanbudayasebagaiprodukunggulanutama,danwisatagunungapi
sebagaiprodukpendukung.

Lebihlanjut,penentuanvisi,misi,tujuan,dansasaranpengembangankepariwisataandi
kawasanmenjadipayungbagikebijakandanstrategipengembanganpariwisatadiKWU
Priangan untuk aspekaspek pengembangan perwilayahan, pengembangan produk,
pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan transportasi dan infrastruktur,
pengembanganSDMdankelembagaan,sertapengembanganinvestasi.

Denganpertimbangantersebutprogrampengembanganyangdisusundiharapkandapat
mengatasi permasalahan maupun isuisu strategis yang ada, sekaligus memanfaatkan
danmenguatkanpotensiyangdimiliki.

Program yang dirumuskan akan memiliki prioritas pelaksanaan, sesuai dengan sasaran
program utama pengembangan kawasan ini untuk 5 tahun pertama, yaitu sebagai
berikut.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 8

Laporan Akhir

Tahunke1 : Inventarisir potensi dan network kria dan budaya Priangan yang didukung
kesiapansaranadanprasaranapendukung
Tahunke2

: TerintegrasinyatemaprodukwisatakriadanbudayaPriangandgnprodukwisata
pendukunglainnya(gunungapi)

Tahunke3

: Mantapnya citra kria dan budaya priangan di kawasan, yang didukung oleh
kesiapanseluruhstakeholders

Tahunke4

: Berkembangnya kegiatan pariwisata kria dan budaya yang mengusung jati


diri/budayaPriangan

Tahunke5

: TerwujudnyapengelolaanwisatakriadanbudayaPrianganyanglebihproduktif,
unggul,danberdayasaingtinggisecaraberkelanjutan

Berdasarkan sasaran program tersebut di atas, maka struktur program pengembangan


kawasanKriadanBudayaPriangandapatdilihatpadatabel5.1berikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 9

Laporan Akhir

Tabel5.1

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 10

Laporan Akhir

Seperti yang terlihat pada gambar di atas, struktur program terbagi ke dalam 11 aspek
yangmerupakanrinciandaristrukturprogrampengembanganprodukkriadangunung
api; struktur program pengembangan transportasi, infrastruktur dan amenitas; serta
struktur program kelembagaan. Dalam struktur di atas terlihat bahwa masingmasing
mempunyaibobotprioritas pengembangan yangberbeda, yangterbagi ke dalamempat
prioritas, yaitu prioritas utama, kedua, ketiga, dan keempat yang harus dijaga
kesinambungannya.
Berdasarkan struktur tersebut, maka uraian rumusan program pengembangan
kepariwisataan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan dapat dilihat pada Tabel
5.xxdihalamanberikut.

Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat


Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan

V 11

Anda mungkin juga menyukai