Anda di halaman 1dari 43

KELAINAN TELINGA TENGAH

Gangguan Fungsi Tuba Eustachius


Tuba Eustachius adalah saluran yang
menghubungkan
rongga
telinga
tengah dengan nasofaring. Fungsi
tuba ini adalah untuk ventilasi,
drainase sekret dan menghalang
masuknya sekret dari nasofaring ke
telinga tengah. Ventilasi berguna
untuk menjaga agar tekanan udara
dalam telinga tengah selalu sama
dengan tekanan udara luar.

Adanya fungsi ventilasi tuba inid


dapat dibuktikan dengan melakukan
perasat Valsalva dan perasat Toynbee
Perasat Valsalva dilakukan dengan
cara meniupkan dengan keras dari
hidung sambil gidung dipencet serta
mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka
terasa udara masuk ke dalam rongga
telinga
tengah
yang
menekan
membran timpani ke arah lateral.
Perasat ini tidak boleh dilakukan
apabila ada insfeksi pada jalan nafas
atas

Perasat Toynbee dilakukan dengan


cara menelan ludah sambil hidung
dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba
terbuka maka akan terasa membran
timpani tertarik ke medial. Perasat ini
lebih fisiologis
Tuba Eustachius terdiri dari tulang
rawan pada dua pertiga ke arah
nasofaring dan sepertiganya terdiri
dari tulag. Pada anak, tuba lebih
pendek,
lebih
lebar
dan
kedudukannya lebih horizontal dari
tuba orang dewasa

Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm


dan pada anak di bawah 9 bulan adalah
17,5 mm
Tuba biasanya dalam keadaan tertutup
dan baru terbuka apabila oksigen
diperlukan masuk ke telinga tengah atau
pada saat mengunyah, menelan dan
menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh
otot
tensor
veli
palatini
apabila
perbedaan tekanan berbeda antara 20
40 mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat
terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba
terbuka abnormal, myoklonus palatal,

Tuba Terbuka Abnormal


Tuba terbuka abnormal ialah tuba
terus menerus terbuka, sehingga
udara masuk ke telinga tengah waktu
respirasi.
Keadaan
ini
dapat
disebabkan oleh hilangnya jaringa
lemak di sekitar mulut tuba sebagai
akibat turunnya berat badan yang
hebat, penyakit kronis tertentu seperti
rinitis atrofi dan faringitis, gangguan
fungsi otot seperti myastenia gravis,
penggunaan obat anti hamil pada
wanita dan penggunaan esterogen
pada laki laki

Keluhan pasien biasanya berupa rasa


pebuh dalam telinga atau autofoni
(gema suara sendiri terdengar lebih
keras). Keluhan ini kadang kadang
sangat mengganggu, sehingga pasien
mengalami stres berat
Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat
membran timpani yang atrofi, tipis dan
bergerak pada respirasi (a telltale
diagnostic sign). Pengobatan pada
keadaan ini kadang kadang cukup
dengan memberikan obat penenang
saja.
Bila
tidak
berhasil
dapat
dipertimbangkan utuk memasang pipa
ventilasi (Gromnet)

Myoklonus Palatal
Myoklonus palatal ialah konstraksi
ritmik dari otot palatum yang terjadi
secara periodik. Hal ini menimbulkan
bunyi Klik dalam telinga pasien dan
kadang kadang dapat didengar oleh
pemeriksa. Keadaan jarang terjadi
penyebab yang pasti belum diketahui.
Biasanya
tidak
memerlukan
pengobatannya

Palatoskisis (Sumbing Langit


langit)
Pada palatolskisis terjadi gangguan
otot tensor veli palatini dalam
membuka tuba. Hal ini menyebabkan
kemungkinan terjadinya kelainan di
telinga tengah pada anak dengan
palatoskisis, lebih besar dibandingkan
dengan anak normal. Oleh karena itu
dianjurkan untuk melakukan koreksi
palatoskisis sedini mungkin

Obstruksi Tuba
Obstruksi tuba dapat terjadi oleh
berbagai kondisi, seperti peradangan
di nasofaring, peradangan adenoid
atau tumor nasofaring. Gejala klinik
awal timbul pada penyumbatan tuba
oleh tumor adalah terbentuknya
cairan pada telinga tengah (otitis
media serosa). Oleh karena itu setiap
pasien dewasa dengan otitis media
serosa
kronik
unilateral
harus
dipikirkan
kemungkinan
adanya
karsinoma nasofaring

Sumbatan mulut tuba di nasofaring


juga dapat terjadi oleh tampon
posterior hidung (Bellocq tampon)
atau boleh sikatriks yang terjadi
akibat
trauma
operasi
(adenoidektomi)
BAROTRAUMA (AEROTITIS)
Barotrauma adalah keadaan dengan
terjadinya perubahan tekanan yang
tiba tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau
menyelam, yang menyebabkan tuba
gagal untuk membuka

Apabila perbedaan tekanan melebihi


90 cmHg, maka otot yang normal
aktivitasnya tidak mampu membuka
tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan
nagatif di rongga telinga tengah,
sehingga cairan keluar dari pembuluh
darah kapiler mukosa dan kadang
kadang
disertai
dengan
ruptur
pembuluh darah, sehingga cairan di
telinga tengah dan rongga mastoid
tercampur darah

Keluhan pasien berupa kurang dengar,


rasa nyeri dalam telinga, autofoni,
perasaan ada air dalam telinga dan
kadang kadang tinitus dan vertigo.
Pengobatan biasanya cukup dengan cara
konservatif
saja,
yaitu
dengan
memberikan dekongestan lokal atau
dengan melakukan perasat Valsalva
selama tidak terdapat insfeksi di jalan
nafas atas. Apabila cairan aatau cairan
yang bercampur darah menetap di
telinga tengah sampai beberapa minggu,
maka dianjurkan untuk miringotomi dan
bila perlu memasang pipa ventilasi
(grommet)

Usaha untuk preventif terhadap


barotrauma dapat dilakukan dengan
selalu mengunyah permen karet atau
melakukan perasat Valsalva, terutama
sewaktu pesawat terbang mulai turun
untuk mendarat.

OTITIS MEDIA
Otitis media adalah peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum
mastoid dan sel sel mastoid
Otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan otitis media non
supuratif (=otitis media serosa, otitis
media
sekretoria,
otitis
media
musinosa, otitis media efusi (OME)

Masing

masing
golongan
mempunyai bentuk akut dan kronis,
yaitu otitis media supuratif akut (otitis
media akut = OMA) dan otitis media
supuratif kronis (OMSK ). Begitu pula
otitis media serosa terbagi menjadi
otitis media serosa akut (barotrauma
= aerotitis) dan otitis media serosa
kronis. Selain itu terdapat juga otitis
media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika.
Otitis media yang lain ialah otitis
media adhesiva

OTITIS MEDIA AKUT (OMA)


Telinga
tengah
biasanya
steril,
meskipun
terdapat
mikroba
di
nasofaring
dan
faring.
Secara
fisiologik
terdapat
mekanisme
pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia
mukosa tuba Eustachius, enzim dan
antibodi
Otitis media akut terjadi karena faktor
pertahanan tubuh ini terganggu.
Sumbatan tuba Eustachius merupakan

Karena
fungsi
tuba
Eustachius
terganggu, pencegahan invasi kuman ke
dalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan
Dikatakan
juga,
bahwa
pencetus
terjadinya OMA ialah infeksi saluran
nafas atas.
Pada anak, makin sering anak terserang
infeksi saluran nafas, makin besar
kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi
terjadinya OMA dipermudah oleh karena
tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan
agak horizontal letaknya

Patologi
Kuman penyebab utama pada OMA
ialah
bakteri
piogenik,
seperti
Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus
aureus, pneumokokus. Selain itu
kadang kadang ditemukan juga
Hemofilus influenza, Esheria Colli,
Streptococus anhemoliticus, Proteus
Vulgaris
dan
Pseudomonas
aurugenosa
Hemofilus influenza sering ditemukan
pada anak yang berusia di bawah 5

STADIUM OMA
Perubahan mukosa telinga tengah
sebagai akibat infeksi dapat dibagi
atas 5 stadium :
1.Oklusi tuba Eustachius
2.Hiperemis
3.Supurasi
4.Perforasi
5.Resolusi.
Keadaan
ini
berdasarkan
pada
gambaran membran timpani yang
diamati melalui liang telinga luar

Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Tanda adanya oklusi tuba eustachius
ialah adanya gambaran retraksi
membran timpani akibat terjadinya
tekanan negatif di dalam telinga
tengah, karena adanya absorbsi
udara. Kadang kadang membran
timpani tampak normal (tidak ada
kelainan) atau berwarna keruh pucat.
Efusi mungkin telah terjadi, tetapi
tidak dapat dideteksi. Stadium ini
sukar dibedakan dengan otitis media
serosa yang disebabkan oleh virus
atau alergi

Stadium
Hiperemis
Pressupurasi)

(Stadium

Pada stadium hiperemis, tampak


pembuluh darah yang melebar di
membran
timpani
atau
seluruh
membran timpani tampak hiperemis
serta edem. Sekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat

Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa
telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superfisial serta terbentuknya
eksudat yang purulen di kavum
timpani,
menyebabkan
membran
timpani menonjol (bulging) ke arah
liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak
sangat
sakit,
nadi
dan
suhu
meningkat serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat

Apabila tekanan nanah di kavum timpani


tidak berkurang, maka terjadi iskemia,
akibat tekanan pada kapiler kapiler
serta timbul tromboflebitis pada vena
vena kecil dan nekrosis mukosa dan
submukosa. Nekrosis ini pada membran
timpani terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan.
Di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran
timpani (miringotomi) pada stadium ini,
maka kemungkinan besar membran
timpani akan ruptur dan nanah keluar ke

Dengan melakukan miringotomi, luka


insisi
akan
menutup
kembali,
sedangkan apabila terjadi ruptur,
maka lubang tempat ruptur (perforasi)
tidak mudah menutup kembali
Stadium Perforasi
Karena
beberapa
sebab
seperti
terlambatnya pemberian antibiotika
atau virulensi kuman yang tinggi,
maka dapat terjadi ruptur membran
timpani dan nanah keluar mengalir
dari telinga tengah ke liang telinga
luar

Anak yang tadinya gelisah sekarang


menjadi tenang, suhu badan turun
dan anak dapat tertidur nyenyak.
Keadaan ini disebut dengan otitis
media akut stadium perforasi
Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh,
maka keadaan membran timpani
perlahan lahan akan normal
kembali.

Bila sudah terjadi perforasi, maka


sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik
atau virulensi kuman rendah, maka
resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi
OMSK bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus menerus
atau hilang timbul. OMA dapat
menimbulkan gejala sisa (sequele)
berupa Otitis Media Serosa bila sekret
menetap di kavum timpani tanpa
terjadinya perforasi

Gejala Klinik OMA


Gejala klinik OMA tergantung pada
stadium penyakit serta umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara
keluhan utama adalah rasa nyeri di
dalam telinga, keluhan di samping suhu
tubuh yang tingg. Biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya
Pada anak yang lebih besar atau pada
orang dewasa, di samping rasa nyeri
terdapat pula gangguan pendengaran
berupa rasa penuh di telinga atau rasa
kurang dengar.

Pada bayi dan anak kecil gejal khas


OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat
sampai
39,50C
(pada
stadium
supurasi), anak gelisah dan sukar
tidur, tiba tiba anak menjerit waktu
tidur, diare, kejang kejang dan
kadang kadang anak memegang
telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur
membran
timpani,
maka
sekret
mengalir ke liang telinga, suhu tubuh
turun dan anak tertidur tenang

Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada
stadium penyakitnya
Pada stadium okulasi pengobatan
terutama bertujuan untuk membuka
kembali tuba Eustachius, sehingga
tekanan negatif di telinga tengah
hilang. Untuk ini diberikan obat tetes
hidung. HCl efedrin 0,5% dalam
larutan fisiologik (anak < 12 tahun)
atau HCl efedrin 1% dalam larutan
fisiologik untuk yang berumur di atas
12 tahun dan pada orang dewasa

Di samping itu sumber infeksi harus


diobati. Antibiotika diberikan apabila
penyebab penyakit adalah kuman,
bukan oleh virus atau alergi
Terapi pada stadium presupurasi
ialah antibiotika, obat tetes hidung
dan analgetika. Bila membran timpani
sudah
terlihat
hiperemis
difus,
sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotika yang dianjurkan ialah dari
golongan penisilin atau ampisilin.

Terapi
awal
diberikan
penisilin
intramuskular
agar
didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam
darah,
sehingga
tidak
terjadi
mastoiditis
yang
terselubung,
gangguan
pendengaran
sebagai
gejala
sisa
dan
kekambuhan.
Pemberian
antibiotika
dianjurkan
minimal 7 hari, bila pasien alergi
terhadap penisilin, maka diberikan
eitromisin

Pada anak, ampisilin diberikan dengan


dosis 50 100 mg/BB per hari, dibagi
dalam 4 dosis atau amoksisilin 40
mg/BB/hari
Pada stadium supurasi di samping
diberikan antibiotika, idealnya harus
disertai dengan miringotomi, bila
membran timpani masih utuh. Dengan
miringotomi gejala gejala klinis lebih
cepat hilang dan ruptur dapat
dihindari

Pada stadium perforasi sering terlihat


sekret banyak keluar dan kadang
terlihat
keluarnya
sekret
secara
berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang
diberikan adalah obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3 5 hari serta
antibiotika yang adekuat. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi dapat
menutup kembali dalam waktu 7 10
hari.

Pada
stadium
resolusi,
maka
membran timpani berangsur normal
kembali, sekret tidak ada lagi dan
perdorasi membran timpani menutup
Bila tidak terjadi resolusi biasanya
akan tampak sekret mengalir di liang
telinga luar melalui perforasi di
membran timpani. Keadaan ini dapat
disebabkan karena berlanjutnya edem
mukosa telinga tengah. Pada keadaan
demikian antibiotika dapat dilanjutkan
sampai 3 minggu.

Bila 3 minggu setelah pengobatan


sekret
masih
tetap
banyak,
kemungkinan telah terjadi mastoiditis
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya
sekret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut
otitis media supuratif subakut
Bila perforasi menetap dan sekret
tetap keluar lebih dari satu setengah
bulan atau dua bulan, maka keadaan
ini disebut otitis media supuratif
kronis (OMSK)

Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat
menimbulkan komplikasi, yaitu abses
subperiosteal sampai komplikasi yang
berat (meningitis dan abses otak)
Sekarang setelah ada antibiotika,
semua jenis komplikasi itu bisanya
didapatkan sebagai komplikasi dari
OMSK

MERINGOTOMI
Miringotomi ialah tindakan insisi pada
pars tensa membran timpani, agar
terjadi drenase sekret dari telinga
tengah ke liang telinga luar.
Istilah miringotomi sering dikacaukan
dengan parasentesis. Parasentesis
sebetulnya
berarti
punksi
pada
membran timpani untuk mendapatkan
sekret
guna
pemeriksaan
mikrobiologik (dengan semprit dan
jarum khusus)

Miringotomi
merupakan
tindakan
pembedahan kecil yang dilakukan
dengan syarat tindakan ini harus
dilakukan
secara
avue
(dilihat
langsung), anak harus tenang dan
dapat dikuasai, (sehingga membran
timpani dapat dilihat dengan baik).
Lokasi miringotomi ialah dikuadran
posterior-inferior. Untuk tindakan ini
haruslah memakai lampu kepala yang
mempunyai sinar cukup terang,
memakai corong telinga yang sesuai
dengan besar liang telinga dan pisau
parasentesis
yang
digunakan

Komplikasi Miringotomi
Komplikasi miringotomi yang mungkin
terjadi ialah perdarahan akibat trauma
pada liang telinga luar, dislokasi
tulang pendengaran, trauma pada
fenestra rotundum, trauma pada
n.fasialis,
trauma
pada
bulbus
jugulare (bila ada anomali letak).
Mengingat kemungkinan komplikasi
itu, maka dianjurkan untuk melakukan
miringotomi dengan norkosis umum
dan memakai mikroskop.

Tindakan
miringotomi
dengan
memakai mikroskp, selain aman,
dapat juga untuk mengisap sekret dari
telinga tengah sebanyak-banyaknya.
Hanya dengan cara ini biayanya lebih
mahal.
Bila terapi yang diberikan sudah
adekuat, sebetulnya miringotom tidak
perlu dilakukan, kecuali bila jelas
tampak adanya nanah di telinga
tengah.

Dewasa
ini
sebahagian
ahli
berpendapat bahwa miringotomi tidak
perlu dilakukan, apabila terapi yang
adekuat
sudah
dapat
diberikan
(antibiotika yang tepat dan dosis
cukup).
Komplikasi
parasentesis
kurang lebih sama dengan komplikasi
miringotomi.

Anda mungkin juga menyukai